Anda di halaman 1dari 11

ek

SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

PENGADAAN RUSUN SEWA SEBAGAI ALTERNATIF PERMUKIMAN PEKERJA INDUSTRI


Di DESA WARUGUNUNG KARANG PILANG SURABAYA
M. Yonni Sofyan *

Abstract
Industrial settlement in Warugunung district Karang Pilang is the area of industrial development in
Surabaya that recently has expanded immediately. The improvement of the area will affect some
problems such as lack of facility that cannot support the new industrial settlement and the
settlement planning that did not estimate of the new industrial worker.
This research will explored about how to build a new building that can support the new industrial
area. The datum will be collected with purpose sampling by method descriptive qualitative. This
method hopefully can discover and find out about the industrial settlement workers.
Keywords: Industrial settlement workers, settlement

Abstrak
Kawasan industri di Kelurahan Warugunung Kecamatan Karang Pilang merupakan salah satu
wilayah pengembangan kawasan industri di kota Surabaya yang sampai saat ini terus
berkembang. Perkembangan ini akan menimbulkan berbagai masalah diantaranya masalah
pemukiman yang semakin tergeser dengan timbulnya kawasan industri yang kurang dibarengi
dengan perencanaan hunian yang disesuaikan dengan tingkat pendapatan pekerja.
Penelitian ini membahas tentang pengadaan rumah susun sewa untuk industri dan hunian sewa
di kampung di sekitar kawasan rumah susun. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
purpose sampling dengan metode diskripsi kualitatif, dengan metode tersebut di harapkan
mampu mengungkap dan menjadi solusi positif tentang pemukiman pekerja industri.
Kata kunci: Pemukiman pekerja industri, hunian

1. Pendahuluan yang berasal dari wilayah sekitar industri


Pesatnya perkembangan sektor ataupun berasal dari luar wilayah
industri mempengaruhi perekonomian tersebut. Para pelaku aktivitas industri
kota Surabaya. Ini dapat dilihat dari yang berasal dari luar akan memerlukan
perkembangan areal perindustrian di sarana tempat tinggal. Mereka harus
wilayah Surabaya Selatan, Surabaya mencari tempat tinggal yang sesuai
Utara dan Surabaya Barat. Wilayah dengan kebutuhan dan kemampuan
Surabaya Barat, yaitu di Kecamatan finansial.
Karang Pilang adalah kawasan industri Pemilihan perumahan yang dekat
besar yang telah cukup lama dengan kawasan industri akan
berkembang. menyebabkan lingkungan di sekitar
Perkembangan industri ini industri dikelilingi oleh perumahan yang
mendatangkan/menciptakan dihuni oleh pekerja industri. Faktor ini
kesempatan kerja dan perubahan mengakibatkan lingkungan dan tata
perilaku masyarakat, baik masyarakat

* Alumni Program Pascasarjana Permukiman Institut Teknologi Sepuluh Noember, ITS Surabaya
Jurnal SMARTek, Vol. 4, No. 3, Agustus 2006: 183 - 193

guna lahan campuran menjadi seseorang ke kota. Tahap yang


alternatif hunian para pekerja. dimaksud berkaitan dengan mobilitas
Di Kawasan industri ini, terdapat status sosial ekonomi keluarga dan
berbagai macam bentuk pemukiman prioritas yang ditetapkan terhadap
yang dihuni oleh para pekerja industri perumahan, yaitu lokasi perumahan
baik itu pemondokan, rumah kontrakan bersangkutan terhadap pusat kota.
atau rumah susun sewa yang terdapat Turner, J. F.C (1968). Sehingga
di wilayah tersebut, masing masing jenis perumahan dan pengertian rumah
hunian tersebut memiliki sistem menurut Rapoport, A (1969) yang
kepemilikan dan pola kehidupan yang diterjemahkan oleh Sunarti, ET(1989)
berbeda-beda. rumah adalah suatu lembaga bukan
Oleh karean itu, penelitian ini struktur yang dibuat untuk berbagai
cukup penting dilakukan dalam rangka tujuan yang kompleks, dan karena
mengindentifikasi potensi dan membangun suatu rumah merupakan
permasalahan tipologi perumahan para suatu gejala budaya maka bentuk dan
pekerja industri guna menemukan pengaturannya sangat dipengaruhi
alternatif pendekatan pembangunan oleh budaya lingkungan dimana
perumahan pekerja industri sebagai bangunan itu berada, peryataan ini
kelompok dengan tingkat pedapatan didukung oleh oleh Silas, J(1993), konsep
rendah. rumah total seharusnya selalu satu, utuh
dan imbang antara manusia, rumah
2. Studi Pustaka dengan alam sekitarnya, Hubungan
Wilayah perkotaan berfungsi rumah dengan lingkungannya
sebagai tempat tinggal, tempat berlangsung secara dinamis dan
bekerja, bersosialisasi dan tempat berlanjut yang saling menguntungkan
berekreasi. Sebagai konsekuensi diatas dan memperkaya nalar konseptualisasi.
dibutuhkan suatu kebutuhan utama Menurut Salim, SA (1994)
diantaranya adalah tempat berlindung menyatakan bahwa perumahan bagi
dan tempat istirahat setelah melakukan pekerja industri juga perlu dengan
segala aktifitasnya, dengan segala memikirkan karakter kehidupan mereka,
bentuk fasilitas penunjangnya seperti sebagaimana dengan kehidupan
tempat pendidikan, peribadatan, masyarakat berpenghasilan rendah
belanja, kesehatan tempat berekreasi lainnya yang bertumpu pada
dan lain-lainya. Terkait fungsi wisma kehidupan komunitasnya, maka gejala
dengan lingkungan permukiman di itupun nampak jelas pada kehidupan
wilayah industri menurut konsep Alonso pekerja industri. Pemeliharaan
W, (1972), yang di terjemahkan oleh lingkungan lebih bertumpu pada
Sunarti,ET (1989) menyatakan bahwa masyarakat setempat karena jam kerja
para pemukim dan atau masyarakat yang sering dan sangat panjang (10 –
penghuni cenderung untuk 14 jam sehari dan tujuh hari dalam
mendapatkan keuntungan yang seminggu).
sebesar-besarnya dalam menempati Menurut Silas, J (1993) yang terkait
lahan dengan harga yang murah dengan hunian rumah susun yang
adalah dengan jalan meningkatkan mempunyai gambaran dan akibat
jarak tempat tinggalnya dengan pusat positif dari hunian tersebut, yaitu rumah
kegiatan kota. susun menyebabkan perbaikan pada
Sedangka masyarakat kehidupan masyarakat, karena
pendatang yang baru tinggal dikota lingkungan fisik menjadi jauh lebih baik
harus dapat segera menyesuaikan diri dalam pola hidup yang tidak berubah
baik itu aspek sosial ataupun kebiasaan secara mendasar, yaitu dengan cara
setempat dengan memperhatikan pendekatan yang hendak
tahapan proses penyesuaan diri pada mempertahankan gaya hidup yang
berlangsungnya proses perpindahan sudah biasa dianut masyarakat yaitu

184
Pengadaan Rusun Sewa Sebagai Alternatif Permukiman Pekerja Industri
Di Desa Warugunung Karang Pilang Surabaya
(M. Yonni Sofyan)

hidup guyup, bersama dan pola yang terjangkau dan dekat dengan
komunitas yang tetap terjaga. tempat kerja.
Lebih lanjut Wijaya, A(1983),
mengtakan bahwa pengadaan 3.2 Populasi dan sampel
pembangunan pemukiman bagi Populasi di kelompokkan dalam
masyarakat berpenghasilan rendah dua kelompok populasi, yaitu pekerja
khususnya pekerja industri bukan industri yang bermukim di pemukiman
merupakan suatu usaha yang terisolir. rumah susun sewa di kawasan industri
Namun dipengaruhi faktor-fakltor yaitu: Warugunung dan pekerja industri yang
Pertama, pembangunan tersebut bermukim dipemondokan/kost
mempunyai multiplier effect yang besar, dikampung di sekitar rumah susun sewa
baik peningkatan industri, jasa wilayah tersebut. Adapun jumlah responden
sekitar maupun wilayah kota maupun ditetapkan sejumlah 50 responden
penyediaan lapangan kerja yang lebih dengan metode “purposive
luas. Kedua, pengadaan hunian yang sampling“acak dan indpth interview
murah memerlukan penjajakan usaha dilakukan pada tokoh-tokoh kunci dari
baru agar factor-faktor input menjadi dua kelompok populasi termasuk
murah dan esfisien. ” pejabat terkait dengan pengelola
rumah susun sewa/pemondokan sampai
kepada dinas-dinas pemerintahan yang
3. Metode Penelitian terkait dengan rumah susun dan
3.1 Rancangan penelitian pemukiman.
Metoda penelitian yang dipakai
adalah diskriptif kualitatip yaitu 3.3 Metode analisis
mengambil dan menjelaskan data-data Data yang terkumpul dianalisis
dilapangan pada kondisi yang ada dengan data kualitatif yang dinyatakan
sekarang baik itu data fisik, non fisik. dalam bentuk kata, kalimat, dan
Untuk pengambilan sampel dilakukan gambar.
secara “purposive sampling“ yaitu
pengambilan sampel yang didasarkan
4. Hasil dan Pembahasan
pada pengamatan, wawancara dan
4.1 Tinjauan umum kawasan studi
perekaman data primer dan data
Obyek penelitian terletak di
sekunder dalam rangka mencapai
kawasan Kelurahan Warugunung
tujuan yang diharapkan. Adapun
Kecamatan Karang Pilang, daerah ini
variabel-varioabel penelitian ini
terletak pinggiran kota Surabaya dan
dikelompokkan dalam 2 hal yaitu
berbatasan dengan Kabupaten Gresik
variabel bebas dan variabel terikat.
(bagian barat). Kawasan ini dilalui oleh
dimana dalam penjelasan tersebut
jalan arteri primer yang menjadi satu-
adalah :
satunya sarana transportasi darat yaitu
a. Variabel Bebas adalah pola
jalan Mastrip yang juga
pemukiman rumah susun (flat),
menghubungkan ke kota Krian,
pemondokan/kost dan bentuk
Mojokerto dan Gresik (gambar 1).
hunian Aspek Fisik : Sarana,
Luas wilayah Kelurahan
prasarana dan infrastruktur
Warugunung adalah 347.754 ha.
pemukiman
Sebagain besar masih terdiri dari lahan
Aspek Non-fisik : Tingkat sosial
tegalan, persawahan dan lahan yang
ekonomi (pendapatan, mata
belum dimanfaatkan. Lahan terbangun
pencaharian, jaringan sosial dan
berupa pemukiman dan industri lebih
adaptasi terhadap lingkungan) dan
banyak terletak di sepanjang jalan
tingkat budaya (pola kebiasaan
Mastrip dan sebelah utara jalan tersebut
sehari-hari dan tradisi masing-
(100–1000 meter). jarak pencapaian ke
masing pekerja)
pusat pusat kota Surabaya berjarak 19
b. Variabel Terikat adalah pola
km.
kebutuhan masyarakat akan hunian

185
Jurnal SMARTek, Vol. 4, No. 3, Agustus 2006: 183 - 193

Jumlah penduduk setempat di para pekerja industri yang bermukim di


Kelurahan Warugunung tercatat dalam wilayah Kelurahan Warugunung. Di
data Monografi (2003) berjumlah 7350 wilayah Warugunung dibagi menjadi 3
orang, yang terdiri dari 3.640 orang wilayah RW (rukun warga), untuk RW 1
berjenis kelamin laki-laki dan 3.710 orang membawahi tujuh RT (rukun tetangga),
berjenis kelamin perempuan. Jumlah ini RW 2 membawahi lima RT, sedangkan
belum termasuk dengan penduduk RW 3 membawahi tujuh RT (gambar 2)
musiman yang kebanyakan adalah

Gambar 1 Peta Lokasi Kawasan Studi kelurahan Warugung Kecamatan Karang


Pilang Surabaya (Sumber Pemda KMS)

4 6

3 19
5
18
7 8
17
16
14 15
9 10 11 13
1 2 12

Gambar 2 Peta Garis Kel. Warugunung (Sumber : Data Kelurahan Warugunung)

186
Pengadaan Rusun Sewa Sebagai Alternatif Permukiman Pekerja Industri
Di Desa Warugunung Karang Pilang Surabaya
(M. Yonni Sofyan)
Berdasarkan informasi dari pihak rusunawa, ruang serba guna,
kelurahan perkembangan industri di warung/toko, toko mekanikan eletrikal
kelurahan Warugunung di mulai tahun sedangkan untuk lantai 2 sampai
1990-1991. Perusahaan dengan jenis dengan lantai 5 digunakan sebagai
usaha gerabah (genteng dan bata) hunian.
sudah ada beberapa tahun Jumlah penghuni rumah susun
sebelumnya dan merupakan bidang mencapai 1000 orang dengan jumlah
usaha primadona di seluruh Kecamatan ruang sewa sebanyak 560 unit. Untuk 1
Karang Pilang. Munculnya industri- unit rumah susun dapat dihuni oleh 4
industri di wilayah tersebut orang sekaligus. Adapun besarnya
mengakibatkan munculnya lahan biaya sewa yang akan dikeluarkan oleh
usaha-usaha baru atau perubahan penyewa untuk 1 unit ruang sewa
bidang usahai masyarakat termasuk adalah : lantai I Rp.54.000, lantai II Rp.
membuka jasa sewa kamar/kost. 48.000, lantai III Rp. 42.000, lantai IV
Disamping itu munculnya fasilitas Rp.36.000 dan Lantai V Rp. 30.000/bulan.
sebagai kelengkapan sarana dan Harga sewa tersebut diatas belum
prasarana industri dan pemukimannya, termasuk biaya rekening listrik, air dan
berupa kantor-kantor, fasilitas gas yang menyesuaikan dengan pola
kesehatan, pasar, pertokoan, dan penggunaan masing-masing penyewa.
perumahan. Disamping itu terdapat iuran Rp. 1.000
setiap bulan, untuk pemeliharaan
4.2 Rumah susun sewa Warugunung lingkungan dan bangunan.
Rumah susun Warugunung
Surabaya di bangun dengan dua a. Kondisi Sosial Ekonomi Hunian Rumah
tahap pembangunan, tahap pertama Susun Sewa Warugunung
dibangun tahun 1996 sebanyak empat Penghuni rumah susun sewa
blok, tahap kedua dibangun pada Kelurahan Warugunung sebagain besar
tahun 1997 sebanyak enam blok. Lokasi pendatang yang berasal dari luar
rumah susun sewa ini terletak di wilayah wilayah kota Surabaya. Sebagai
RT 05 RW 03 Kelurahan Warugunung kelompok fomula warga kota yang
Kecamatan Karang Pilang Surabaya sekaligus pencari kerja, umumnya
warga yang bermukim dikawasan ini
merupakan warga pendatang dan ingin
menjadi sebagai pekerja industri.
Setelah tinggal dan bekerja para
pekerja ini mencari hunian-hunian untuk
mereka yang disesuaikan dengan
tingkat pendapatan mereka.
Keberadaan dan kondisi sosial
ekonomi penguni menyangkut aspek
tempat asal dari 50 responden teryata
15 responden (30 prosen) berasal dari
kota Surabaya, dan 35 responden (70
prosen) berasal dar luar kota Surabaya,
Gambar 3. Kondisi rumah susun Waru serta lama bermukim antara 1 tahun
Gunung (Sumber: sampai dengan 3 tahun ke atas.
Dokumentasi Pribadi) Sedangkan status kawin 46 responden
(92 prosen) dan 4 responden ( 8 prosen)
Berdasarkan informasi dari tidak kawin. Untuk Usia anatara 14 tahun
pengurus rumah susun Warugunung luas hingga diatas 56 tahun dengan tingkat
bangunan rusun sebesar 3 ha dan terdiri pendidikan untuk tingkat pendidikan
dari 10 blok, masing-masing blok umumnya tamat SLTA sekitar 41
mempunyai 5 lantai. Lantai 1 digunakan responden (82 prosen) sisanya tamat
sebagai tempat parkir, ruang pengurus

187
Jurnal SMARTek, Vol. 4, No. 3, Agustus 2006: 183 - 193

SLTP. Penghuni rumah susun sewa di kawasan ini merupakan pilihan untuk
Warugunung mempunyai berbagai tinggal yang strategis.
jenis/sektor pekerjaan yang menjadi Faktor cukup strategis serta
penggerak ekonomi dan kehidupan kebijakan ini sesuai data Tabel 1 tentang
mereka, berdasarkan hasil survei biaya pengeluaran non perumahan
diketahui bahwa terdapat 66 persen penghuni rumah susun mencapai lebih
bekerja di sektor industri dan 34 persen dari 50 persen pendapatan menyangkut
bekerja pada sektor swasta. kebutuhan sehari-hari, transportasi, uang
Rumah susun sewa sengaja sekolah anak. Biaya pengeluaran
dibangun dan diperuntukan untuk perumahan mencapai 13 persen
pekerja industri di wilayah tersebut. pendapatan mereka dalam tiap
Namun demikian kalau kita lihat dari bulannya, biaya pengeluaran ini sudah
data lapangan menunjukkan bahwa 34 termasuk dengan biaya listrik, air, gas
% dari mereka bekerja di sektor non dan uiran-iuran di rumah susun.
industri dan 66% industri. Kondisi ini Pertumbuhan ekonomi penghuni
menunjukkan bahwa hunian rumah rumah susun sewa ternyata cukup baik,
susun sewa tidak hanya dihuni oleh ini dapat dilihat dari tingkat
pekerja industri saja. Dengan tingkat pendapatan rata-rata mereka dalam
harga sewa yang murah, fasilitas yang tiap bulannya mencapai < Rp. 750.000/
memadai dan adanya kebijakan dari keluarga (54 %) dan untuk pendapatan
pengelola hunian bahwa rusunawa antara Rp. 400.000 – 750.000 mencapai
tidak hanya diperuntukan bagi pekerja 46 persen. Pendapatan ini digunakan
industri melainkan juga diperuntukan untuk biaya hidup sekeluarga. Salah
bagi non industri, kebijkan ini berakibat satu penghematan pengeluaran
berubah menjadi penghuni dengan sebagai bentuk efisiensi yang dilakukan
status pekerja non industri/swasta di oleh para pekerja industri dengan cara
wilayah sekitar hunian maupun di patungan untuk menyewa 1 unit, di
wilayah seluruh Surabaya. Akibatnya huni antara 3 atau 4 orang, hal ini dapat
dilihat pada tabel 1.

Tabel 1 Prosentase Penghasilan, Biaya Non Perumahan (Tahun 2005)


PENGELUARAN NON PENGELUARAN
RESPONDEN PENGHASILAN/BULAN
PERUMAHAN PERUMAHAN
s/d 400.000 400-750.000 < 750.000 s/d 200.000 200-400.00 < 400.000 s/d 100.000 100-200.00 < 200.000

Jumlah 23 27 22 28 25 24 1
Prosentase
46 54 44 56 50 28 2
(%)
Sumber : Data Primer diolah kembali, Tahun 2005.

Tabel 2 Prosentasi Terhadap Alasan Memilih, Pendapatan Dan Jumlah Penghuni


JUMLAH.
ALASAN MEMEILH TINGGAL INFO MENDAPATKAN
RESPONDEN PENGHUNI 1 UNIT.
DI RUSUN RUSUN
RUSUN
TGL
DEKAT DGN FASILITAS TEMAN KELUARGA 1- 2 3–4 5–6
MURAH SENDIRI
KERJA ORG LENGKAP SEKERJA / SAUDARA ORG ORG ORG
TUA

Jumlah 10 34 0 4 10 29 11 16 30 4

Prosentase (%) 20 68 0 8 20 58 22 32 60 8
Sumber : Data Primer diolah kembali

188
Pengadaan Rusun Sewa Sebagai Alternatif Permukiman Pekerja Industri
Di Desa Warugunung Karang Pilang Surabaya
(M. Yonni Sofyan)
Faktor penghematan yang ada ini dapur dan 1 ruang kamar mandi dan
dapat terlihat juga pada tabel 2 WC. Adapun permasalaham yang
tentang pilihan penghuni untuk tinggal sering terjadi seperti kebocoran
lebih dari satu per-kamar, dimana 60 atap/plafon, yang dirasakan oleh 90%
persen penghuni rumah susun dalam dan 10% saja yang mengatakan tidak
tiap-tiap 1 unit rusunawa di huni oleh 3 – ada masalah fisik hunian. Berdasarkan
4 orang dan 32 persen di huni sebanyak jawaban dan harapan penghuni
1 – 2 orang, sedangkan untuk penghuni terhadap upaya peningkatan
yang menempati 1 unit rusun sebanyak huniannya memilih pemeliharaan
lebih dari 3 orang hanya sebesar 8 mencapai prosentase 72 %, sedangkan
persen. 28 % lebih memilih penataan ruang
Kawasan ini cepat berkembang hijau.
bedasarkan jarak/lokasi hunian rumah Hal ini signifikan dalam penelitian
susun dengan lokasi tempat kerja ini agar peningkatan fungsi dan kualitas
adalah lebih dari 5 kilometer mencapai ruang baik interior maupun eksterior
34 persen, 50 persennya mempunyai dapat ditingkatkan. Sebagaiman teori
jarak 2-5 kilo meter, sedangkan hanya Turner (1968) tentang tiga tahapan
16 persen saja yang mempunyai jarak 0- dalam perencanaan rumah yang perlu
1 kilometer dari huniannya. diperhatikan, dan oleh Silas, J(1993),
Fakta ini sesuai dengan teori Alonso, lebih menekankan konsep rumah total
banwa penghuni atau pemukim sekitar seharusnya selalu satu, utuh dan imbang
lebih cnderung memilih dekat dengan antara manusia, rumah dengan alam
tempat kerja, hal ini terbukti bahwa sekitarnya. Dengan memperlihatkan
masyarakat pekerja industri dan non teori dan pendapat di atas, maka
industri lebih memilih permukim pendekatan dan konsep dalam
dikawasan ini. Artinya kawasan ini perencanaan Rusunuwa tersebut belum
menyediakan potensi sosial ekonomi diterapkan, mengingat signifikan untuk
bagi masyarakat, sehingga potensi ini melakukan evaluasi agar upaya
kurang sebanding dengan peningkatan melalui alternatif
perencanaan kelengkapan sarana dan pengembangan Rusunawa di lokasi
prasarana rusun yang layak. penelitian dapat dikembangkan
dengan kosep dan teori yang ada.
b. Kondisi Fisik Perumahan Rusunawa
Berdasarkan survey lapangan luas 4.3 Rumah pemondokan/kost
lahan Rusunawa adalah ± 3 ha dengan Keberadaan hunian
luas terbangun untuk bangunan fisik pemondokan/kost tidak lepas dari
rusun mencapai 3750 m2 (luas lantai 1 – adanya perkembangan industri di
5 mencapai 18750 m2), fasilitas ruang wilayah tersebut yang membutuhkan
terbuka (parkir dan jalan umum) tenaga kerja manusia. Kebutuhan akan
mencapai 1380 m2, lapangan olah raga pekerja atau tenaga manusia di
3710 m2, fasilitas taman mencapai luas lingkungan industri tidak hanya yang
550 m2 dan sisa dari luas areal mempunyai keahlian yang tinggi
Rusunawa yang merupakan ruang melainkan juga tenaga manusia yang
terbuka mencapai 2.06 ha. kurang mempunyai keahlian, tenaga
Pemukiman rumah susun sewa kerja yang tidak mempunyai keahlian
Warugunung terdiri dari 10 blok, semua yang mencukupi dilatakkan pada
blok tersebut mempunyai satu type bagian pekerja kasar/buruh upah
luasan ruang yaitu 21 m2 perunit, ini dengan tingkat pendapatan rendah.
setara dengan hunian rumah tinggal Hunian sewa yang berkembang
type 21 m2. Untuk satu unit rumah susun di kampung mempunyai dua bentuk
mempunyai program ruang yaitu 1 hunian pemondokan/kost, yang
ruang tamu yang digabungkan dengan pertama adalah hunian yang sengaja
ruang tidur dan ruang keluarga, 1 ruang dibangun untuk usaha sewa

189
Jurnal SMARTek, Vol. 4, No. 3, Agustus 2006: 183 - 193

kamar/rumah dan yang kedua adalah keluargnya masih tinggal di tempat asal
hunian yang sudah ada kemudian ada kemungkinan bagi mereka
dilakukan renovasi dengan sewaktu-waktu pindah kerja dan pindah
penambahan ruang-ruang kamar untuk tempat tinggal. Disamping itu sulitnya
disewakan, sesuai pada Gambar 4. untuk mendapatkan kartu penduduk
kota Surabaya yang cukup sulit juga
menyebabkan pekerja industri enggan
untuk mengurusnya. Berdasarkan data
yang diperoleh (tabel 7) bahwa 84 %
dari mereka masih terdaftar sebagai
penduduk dari daerah asal mereka
sedangkan 16 % dari mereka
merupakan penduduk setempat/kota
Surabaya.
Tingkat kehidupan sosial ekonomi
mereka sebagai pekerja industri
mempunyai berpenghasilan yang
rendah dan kebanyakan adalah
Gambar 4. Kondisi salah satu hunian pekerja kasar, ini disebabkan mereka
Pemondokan kampung tidak mempunyai keahlian lebih sebagai
(Sumber: Dokumentasi Pribadi) dasar memperoleh pekerjaan yang
lebih baik. Berdasarkan data lapangan
a. Kondisi Sosial Ekonomi Hunian (Tabel 4) bahwa 76 % dari mereka
Pemondokan berpendapatan sebesar Rp. 400.000–
Pekerja industri yang bekerja 750.000 sedangkan yang
dibidang industri diwilayah Warugunung berpendapatan diatas Rp. 750.000
tercatat sebesar 84 % berasal dari luar sebesar 24 %.
wilayah kota Surabaya, 16 % berasal Tingkat pengeluaran keuangan
dari wilayah Surabaya (tabel 3). untuk sewa hunian kost/kontrakan bagi
Berdasarkan data dilapangan pekerja industri adalah porsi paling
(tabel 3) dapat dilihat bahwa 8 % besar sesuai data 52 % dari mereka
mereka sudah menempati daerah harus membayar uang sewa perbulan
tersebut selama kurang dari 1 tahun, 62 sebesar Rp. 100.000 – 200.000 ribu per
% sudah menepati dari tersebut selama kamar, 42 % mengeluarkan ongkos
1 - 3 tahun sedangkan hanya 3 % saja uang sewa sebesar Rp. 100,000
yang menempati daerah tersebut perkamar dan 6 % mengeluarkan
selama lebih dari 3 tahun, mereka sudah ongkos biaya sewa rumah sebesar < Rp.
hidup dan bekerja lebih dari 3 tahun 200.000 (tabel 4). Dari penghasilan
namun mereka tidak berupaya untuk setiap bulannya maka para pekerja
menjadi penduduk setempat, hal ini dapat menyisihkan 20 persen untuk
disebabkan karena sebagian dari ditabung.
mereka yang sudah berkeluarga, bagi

Tabel 3. Persentase Terhadap Tampet Asal dan Lama Menghuni


LAMA MENGHUNI KARTU
RESPONDEN TEMPAT ASAL
PEMONDOKAN PENDUDUK
LUAR KOTA
SETEMPAT SBY < 1 THN 1-3 THN > 3 THN SBY
KOTA ASAL

Jumlah - 8 42 4 31 15 8 42
Prosentase
16 84 8 62 3 16 84
(%)
Sumber : Data Primer diolah kembali, Tahun 2005

190
Pengadaan Rusun Sewa Sebagai Alternatif Permukiman Pekerja Industri
Di Desa Warugunung Karang Pilang Surabaya
(M. Yonni Sofyan)

Tabel 4. Prosentase Penghasilan, Pengeluaran Non Perumahan Tahun 2005


PENGELUARAN NON PENGELUARAN
PENGHASILAN/BULAN
RESPONDEN PERUMAHAN PERUMAHAN
s/d 400- < s/d 200- < s/d 100- <
400.000 750.000 750.000 200.000 400.00 400.000 100.000 200.00 200.000

Jumlah - 38 12 - 35 15 21 26 3
Prosentase
- 76 24 - 70 30 42 52 6
(%)
Sumber : Data Primer diolah kembali, Tahun 2005

Tabel 5. Persentase Status, Usia Dan Pendidikan


STATUS USIA PENDIDIKAN
RESPONDEN TDK
KAWIN 14 - 20 21 – 55 > 56 SD SLTP SMU/STM DIPLOMA SARJANA
KWN

Jumlah 10 40 9 41 2 - 5 38 4 3
Prosetase
20 80 18 82 4 - 10 76 8 6
(%)
Sumber : Data Primer diolah kembali

b. Usia dan Tingkat Pendidikan agar pekerja yang memiliki potensi


Pada umumnya pekerja yang dapat dilatih atau diberi kesempatan
ada kelompok usia produktif, pelatihan dan pendidikan lebih tinggi,
berdasarkan data lapangan pada khususnya masyarakat asli.
tabel 5, dimana usia produktif antara
21-55 tahun sebesar 86 %, sedangkan c. Biaya Hidup dan Pola konsumsi Para
usia remaja antara 14–21 tahun yang Pekerja
sudah bekerja sebanyak 14%. Untuk Biaya kebutuhan hidup sehari-hari
tingkat pendidikan dan keahlian pada relatif lebih tinggi bila dibandingkan
penghuni rusunawa yang tidak jauh dengan biaya perumahan, faktor ini
beda dengan pekerja industri yang terjadi pada pekerja berstatus bujang
menempati yang lebih memilih menu siap
pemondokan/kost/kontrakan, sesuai saji/matang. Sesuai data, 48 % memilih
data menunjukkan 76 % tamatan beli, dan 52 % memasak sendiri
sekolah menengah atas (SMA), 10 % umumnya yang sudah berkeluarga.
dari mereka lulusan SLTP. 14 % diantara Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
setingkat Diploma dan sarjana. Tabel 6.
Kelompok sarjana merupakan pekerja Untuk kebutuhan biaya air dan
menengah ke bawah. Dengan listrik antara Rp. 20.000 – 30.000/ bulan
demikian tingkat pendidikan rata-rata sejumlah 68 %, dan 20 % mengeluarkan
pekerja industri dapat digolongkan biaya tambahan sebesar Rp 10.000 –
masih rendah, kondisi ini sering menjadi 19.000, sedangkan mereka yang
masalah karena warga pendatang mengeluarkan ongkos tambahan untuk
biasanya memiliki tingkat pendidikan air dan listrik sebanyak 14 % adalah
yang cukup tinggi dibandingkan warga sebesar < Rp. 30.000. Dengan demikian,
masyarakat sekitar. perlu kiranya pihak perusahaan dapat
Faktor ini sering terjadi menyidakan dapur umum /koperasi, air
kecemburuan sosial, dimana para bersih dan ini merupakan tanggung
pekerja sering membuat kelompok- jawab manajemen ini dapat
kelompok pekerja pendatang dengan memudahkan para pekerja, sehingga
masyarakat asli. Kedepan pihak tujuan produktivitas bukan hanya
pemodal perlu melakukan kontrak sosial, program semata, melainkan dapat

191
Jurnal SMARTek, Vol. 4, No. 3, Agustus 2006: 183 - 193

membantu pihak pekerja. Hunian sewa tempat cuci jemur, dapur, ruang tamu
yang pada umumnya sistem sewa bulan dan jalan selasar yang berada di depan
mempunyai berbagai variasi harga kamar-kamar tersebut dan tempat
sewa dalam tiap 1 unit kamar, hal ini parkir, sedangkankan mandi dan Wc
tergantung fasilitas yang tersedia, digunakan secara bergantian.
dimana 20 persen harga sewa adalah Penampilan rumah atau kamar
Rp. 30 – 39 ribu, 54 persen harga sewa sewa/fasade relatif sama antar satu
kamar sebesar Rp. 40 – 59 ribu perbulan, dengan yang lainnya, kenyataan
sedangkan 26 persennya harga sewa dilapangan menunjukkan bahwa rata-
kamar adalah < Rp. 60.000 perbulan. rata biaya yang dikeluarkan untuk
Perbedaan ini didasarkan pada fasilitas membanguan kamar-kamar sewa
hunian dan luasan ruang kamar yang dengan bentuk berderet-deret sejumlah
disewakan, pada umumnya dapat 10 kamar dengan biaya antara Rp. 400
dihuni lebih dari satu orang, artinya – 600 ribu permeter persegi bangunan
sewa satu kamr dapat dihuni lebih dari dengan luas satu unit kamar sewa
satu rang pekerja. adalah 9 m2. Sehingga total investasi
Dengan menempati kamar untuk membangun rumah kost antara
secara bersama, maka pekerja industri Rp. 36.000.000 – 57.000.000, ini sudah
dapat berbagai biaya sewa dengan termasuk dengan biaya pemasangan
teman sekamarnya, sehingga dapat instalasi listrik dan saluran air kotor atau
menghemat pengeluaran untuk biaya air hujan, kondisi fisik permukima warga
perumahan. masyarakat kecendrungan
Fakta di lapangan bahwa memperlihatkan keruntungan bagi
karakter penghuni menyangkut status, masyarakat sekitar, ini membuktikan
belum terwakili dengan baik dalam bahwa dampak kawasan industri yang
perencaaan, ini terlihat pada kondisi ada telah memberikan fungsi sosial dan
ruang berkeluarga kurang terpenuhi, ekonomi masyarakat sekitar, hal ini
serta jumlah kamar yang tidak sesuai dengan pendapat, Wijaya,
sebanding dengan luas dan jumlah A(1983), mengtakan bahwa
pekerja. Sesuai teori Salim, SA (1994) pengadaan pembangunan pemukiman
menyatakan bahwa perumahan bagi bagi masyarakat berpenghasilan
pekerja industri juga perlu dengan rendah khususnya pekerja industri bukan
memikirkan karakter kehidupan mereka, merupakan suatu usaha yang terisolir.
sebagaimana dengan kehidupan namun diharapkan mempunyai
masyarakat berpenghasilan rendah multiplier effect yang besar. Artinya
lainnya yang bertumpu pada kedepan perlunya danya intervensi dari
kehidupan komunitasnya, Artinya Pemerintah berupa bantuan modal
kedepan aspek sosial dan karakteristik bagi pembangunan rumah disekitar
pekerja industri ini merupakan koor kawasan industri perlu ditingkatkan.
tersendiri dalam pendekatan Fungsi dan peranana investasi dari
perencanaan anlternatif Rusunawa dan pemerintah dapat menciptakan hunian
Pemondokan/Kost disekitar kawasan yang dengan fungsi ganda serta
Industri di Desa Warugunung Karang dilengkapi sarana dan prasaran yang
Pilang Surabaya memadai sebagai hunia sewa bagi
masyarakat berpengahsilan rendah.
d. Kondisi Fisik Permukiman Konsep pengadaan hunian yang murah
Rumah sewa pada lokasi amatan memerlukan penjajakan usaha baru
sebagaian besar mempunyai bentuk agar factor-faktor input menjadi murah
rumah kopel, dengan kelengkapan dan esfisien. ”
prasarana sistem penerangan alami
dan buatan dising hari 5. Kesimpulan
Fasilitas-fasilitas ruang yang dapat Pada pembangunan Rusunawa dan
digunakan secara bersama adalah pemondokan/kost disekitar Kawasan

192
Pengadaan Rusun Sewa Sebagai Alternatif Permukiman Pekerja Industri
Di Desa Warugunung Karang Pilang Surabaya
(M. Yonni Sofyan)
industri perlu dipertimbangkan hal-hal dalam Urbanisasi, Pembangunan
sebagai berikut : dan Kerusuhan Kota
a. Perkembangan Industri - industri di
Monografi , 2003, Data Kelurahan
Kelurahan Warugunung,
Warugunung Kecamatan Karang
menyebabkan perumahan
Pilang Surabaya
masyarakat semakin berkembang,
ini perlu diikuti kebijakan dengan Silas, Johan, 1993, “ Perumahan,
menyediakan lahan perumahan Masalah dan Potensi “
sebesar 10 proses dari luas kawasan Silas, Johan, 1993, Housing beyond
idustri yang dibangun. home, the aspect of resources
b. Harapan para penghuni baik yang and sustainability, pidato
tinggal di Rusunawa dan pengukuhan untuk jabatan guru
pemondokan cenderung besar arsitektur ITS
membutuhkan fisik hunian yang lebih
baik, serta faktor status pemukim, Silas, Johan, 1983, Pemukiman liar :
sosial budaya menjadi fokus dalam artinya, masalah dan
perencanaan perumahan alternatif tantangannya pada buku
c. Untuk memenuhi kebutuhan hunian Perumahan masalah dan potensi
untuk pekerja industri dibutuhkan Turner, John FC., 1968. Housing By
suatu perencanaan yang People, Pentheon Books – New
konprehensif dan partisipatif dengan York
melibatkan segenap stakeholders (
Pemodal,Pemerintah, Masyarakat Undang-undang No. 4 1992,
dan Serikat Pekerja) faktor ”Perumahan dan Pemukiman”
keterlibatah semua unsur dapat Penerbit Bagian Proyek
meningkatkan kualitas hunian Perencanaan pembinaan dan
dengan pertimbangan jarak lokasi Pengendalian Program perbaikan
dengan perumahan serta kondisi Perumahan, Dirjen
sosial-budaya, ekonomi lemah serta Pengembangan Permukiman.
persyaratan sarana dan prasarana Departeman Kimpraswil
yang mendukung para pekerja Wijaya, Albert, 1983 ,”Sejumlah Masalah
industri lebih produktif, sehat dan Pemukiman Kota” , Penerbit
nyaman. Ghalia Indonesia

6. Daftar Pustaka
Alonso, 1972, A Theory of The Urban
Land Market, The City : Program of
Planning, Alonso W. diterjemahkan
oleh Endang Titi Sunarti dalam
Laporan Penelitian Perumahan
Pekerja di Lingkungan
Permukiman Sekitar Kawasan
Industri, dengan kasus Wilayah
Pemda Tk. II Surabaya, Lemlit ITS
1989
Amir, Salim, Suparti, 1994, Perumahan
Pekerja Industri antara Teknologi,
Kelayakan dan Keterjangkauan,
bulletin berkala ATAP ITB edisi No.
1, Juli 1994
Laporan PBB 1945 – 1990, yang
diterjemahkan oleh Herlianto

193

Anda mungkin juga menyukai