Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH PEMBANDING

“RUANG LINGKUP GEOGRAFI PERMUKIMAN”

OLEH :
KELOMPOK 1

AYU DAHNIAR TAMPBULON


JOSEPHINE ADELWAYS BR. PURBA
RUTH MARCHSELIN LUMBANTOBING

KELAS : B EKSTENSI

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
Pembahasan
Pengertian dasar permukiman dalam UU No.1 tahun 2011 adalah bagian dari
lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai
prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain
dikawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.
Permukiman merupakan suatu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Dari deretan lima kebutuhan hidup manusia pangan, sandang,
permukiman, pendidikan dan kesehatan, nampak bahwa permukiman menempati posisi
yang sentral, dengan demikian peningkatan permukiman akan meningkatkan pula kualitas
hidup.
Saat ini manusia bermukim bukan sekedar sebagai tempat berteduh, namun lebih dari
itu mencakup rumah dan segala fasilitasnya seperti persediaan air minum, penerangan,
transportasi, pendidikan, kesehatan dan lainnya. Pengertian ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Sumaatmadja (1988) sebagai berikut:
“Permukiman adalah bagian permukaan bumi yang dihuni manusia meliputi segala
sarana dan prasarana yang menunjang kehidupannya yang menjadi satu kesatuan dengan
tempat tinggal yang bersangkutan”. Awal dibangunnya tempat tinggal semata-mata untuk
memenuhi kebutuhan fisik, selanjutnya pemilikan tempat tinggal berkemban fungsinya
sebagai kebutuhan psikologis, estetika, menandai status sosial, ekonomi dan sebagainya.
Demikianlah makna permukiman yang ada pada masyarakat pada saat ini. Pemilihan lokasi
permukiman di dasarkan pada berbagai faktor antara lain:
1. Faktor Kemudahan
Faktor yang dimaksud adalah kemudahan dalam menjangkau suatu tempat. Faktor ini perlu
diperhatikan, sebab akan berpengaruh terhadap biaya transportasi dan lamanya perjalanan
bagi penghuni untuk bepergian. Faktor kemudahan pada suatu permukiman dapat berupa
jalan penghubung atau masuk, yaitu jalan yang menghubungkan jalan masuk dengan
jaringan jalan umum menuju pusat kota.
2. Utilitas
Utilitas adalah kelengkapan fasilitas yang terdapat pada perumahan, antara lain listrik, air
minum, saluran pembuangan.
3. Faktor Status Tanah
Tanah mempunyai fungsi sosial ekonomi. Dalam pengaturan hak atas tanah dan ruang
pemanfaatanya harus dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat, status tanah mempunyai
peranan penting bagi kelangsungan penghuni karena memberikan kepastian hukum atas
tanah yang menjadi haknya.
4. Faktor Penggunaan Tanah
Daerah perumahaan sedapat mungkin tidak menggunakan lahan yang produktif dan
menghindari daerah-daerah yang sudah terbangun. Dengan demikian penggunaan lahan
tersebut akan lebih efektif dan saling mendukung dengan kegiatan lainnya.
5. Faktor Kemungkinan Perluasan
Diharapkan daerah perumahan mampu menampung aktivitas-aktivitas yang sudah sulit
sulit dikembangkan di pusat kota, dengan demikian kawasan permukiman tidak berdiri
sendiri dan tidak lepas dari sistem kotanya.
6. Faktor Pusat Pelayanan
Lokasi perumahan yang baik adalah lokasi yang memudahkan atau dapat menjangkau
semua tempat karena tersedia macam-macam pelayanan, baik yang bersifat sosial maupun
bersifat ekonomi.
7. Faktor Efek Samping yang Mungkin Terjadi
Efek samping yang dimaksud adalah efek negatif yang mungkin timbul dengan di
bangunnya permukiman.

PENGERTIAN GEOGRAFI PERMUKIMAN


Geografi Permukiman didefinisikan sebagai studi yang mengkaji tentang pola
persebaran bangunan, kepadatan bangunan, pengaturan tata bangunan dan tata kediaman
penduduk di muka bumi. Geografi Permukiman di dalam studinya memasukkan lokasi, site
(tapak), situasi, dispersi (persebaran), bentuk dan fungsi permukiman
Pengertian Permukiman
1. Permukiman (settlements) menurut Barlow & Newton (1971) dalam Su
Ritohardoyo (2000 : 4) adalah semua tipe tempat tinggal manusia baik satu gubug
atau pondok tunggal beratap dedaunan, atau rumah-rumah di perladangan hingga
kota yang sangat besar dengan ribuan bangunan atau ribuan rumah tempat tinggal.
2. Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992, permukiman diartikan sebagai
area tanah yang digunakan sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan
hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan, dan
merupakan bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang
berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan (Anonim 1997 : 95).
Jadi secara luas arti permukiman manusia (human settlements) adalah semua bentukan
secara buatan maupun secara alami dengan segala perlengkapannya, yang dipergunakan
oleh manusia baik secara individu maupun kelompok untuk bertempat tinggal sementara
maupun menetap, dalam rangka menyelenggarakan kehidupannya. Sesungguhnya tinjauan
permukiman pada lingkup makro menjelaskan bangunan-bangunan rumah tempat tinggal
dalam skala wilayah regional, pada lingkup meso menjelaskan kelompok-kelompok
bangunan rumah tempat tinggal dalam skala wilayah lokal dan lingkup mikro menjelaskan
bangunan-bangunan rumah tempat tinggal individu.
PENGERTIAN PEMUKIMAN
Pemukiman dapat diartikan juga sebagai tindakan seseorang maupun kelompok orang
dalam wilayah tertentu untuk tempat tinggalnya. Arti pemukiman menekankan pada cara-
cara memukimi suatu tempat tertentu oleh seseorang atau sekelompok orang, atau proses
memukimkan penduduk dari daerah permukiman tertentu ke suatu daerah permukiman
yang baru (daerah asal ke daerah tujuan).
Menurut Yunus (1987 : 15) ada 4 (empat) model pemukiman dengan memperhatikan
permukiman asal dan permukiman tujuan, yaitu :
1. Model I, menunjukkan upaya pemukiman dari seseorang / sekelompok orang
dengan latar belakang kehidupan daerah permukiman asal yang sama dengan
daerah permukiman tujuan.
2. Model II, menunjukkan upaya pemukiman dari seseorang / sekelompok orang
tertentu yang telah mengalami perubahan perilaku kehidupannya (mungkin perilaku
sosialnya, budayanya, ekonominya atau gabungan dari ketiganya) yang disebabkan
oleh sifat daerah permukiman antara yang baru.
3. Model III, menunjukkan seseorang / sekelompok orang dengan latar belakang
kehidupan daerah permukiman asal yang sama sekali berbeda dengan daerah
permukiman tujuan.
4. Model IV, menunjukkan suatu upaya pemukiman sesorang / sekelompok orang
dengan latar belakang kehidupan yang sama sekali berbeda dengan daerah
permukiman tujuan, tetapi kelompok tersebut atas inisiatifnya pernah ke suatu
daerah yang mempunyai latar belakang kehidupan yang sama dengan daerah
permukiman tujuan.
Ada 4 (empat) macam dimensi yang perlu diperhatikan dalam mencoba memahami
dinamika perubahan tempat tinggal pada sesuatu kota, yaitu :
1. Dimensi lokasi, mengacu pada tempat-tempat tertentu pada sesuatu kota yang oleh
seseorang / sekelompok orang dianggap paling cocok untuk tempat tinggal dalam
kondisi dirinya. Kondisi diri ini lebih ditekankan pada penghasilan dan
siklus kehidupannya. Lokasi dalam konteks ini berkaitan erat dengan jarak
terhadap tempat kerja (accessibility to employment). Perspektif ini sering
diistilahkan sebagai “ruang geografi “ (geographycal space).
2. Dimensi perumahan, dikaitkan dengan aspirasi perorangan / sekelompok orang
terhadap macam, tipe perumahan yang ada. Oleh karena luasnya aspek perumahan
ini, oleh Turner dibatasi pada aspek “penguasaan” (tenure). Seperti halnya pada
dimensi lokasi, pandangan sesorang terhadap aspek penguasaan tempat tinggal
selalu dikaitkan dengan tingkat penghasilan dan siklus kehidupannya. Mereka yang
berpenghasilan rendah misalnya, akan memilih menyewa atau mengontrak saja
daripada berangan-angan untuk memilikinya, karena kemampuan itulah yang
paling sesuai dengan tingkat penghasilannya. Daur kehidupan yang masih awal
pada umumnya paralel dengan tingkat penghasilan yang rendah ini.
3. Dimensi siklus kehidupan, membahas tahap-tahap seseorang mulai menapak dalam
kehidupan mandirinya, dalam artian bahwa semua kebutuhan hidupnya ditopang
oleh penghasilannya sendiri. Secara umum makin lanjut tahap siklus kehidupan,
makin tinggi “income”,sehingga kaitannya dengan dua dimensi terdahulu menjadi
lebih jelas.
4. Dimensi penghasilan, menekankan pembahasannya pada besar
kecilnya penghasilan yang diperoleh persatuan waktu. Dengan asumsi bahwa
makin lama seseorang menetap di suatu kota, makin mantap posisi
kepegawaiannya (dalam pekerjaannya), akan makin tinggi pula tingkat penghasilan
yang diperolehnya persatuan waktu tertentu.
Menurut Turner (Yunus, 2000 : 191-196), ada 3 (tiga) strata sosial yang berkaitan dengan
hal pemukiman ini, yaitu :
1. Bridgeheaders (golongan yang baru datang / bertempat tinggal di kota), adalah
golongan yang dengan segala keterbatasannya belum mampu mengangkat dirinya
ke suatu jenjang sosial ekonomi yang lebih tinggi. Mereka ini adalah golongan
yang masih berpenghasilan rendah, karena belum lama terlihat dalam kegiatan
perkotaan. Mereka termasuk dalam kategori mula dalam tahap-tahap siklus
kehidupan. Umumnya mereka masih bujang, berpenghasilan masih rendah,
sehingga untuk tempat tinggalnya masih berstatus sewa atau kontrak. Mereka
memilih tempat tinggal yang dekat dengan kota yang notabene dekat tempat kerja.
2. Consolidators ( golongan yang sudah agak lama tinggal di daerah perkotaan),
golongan ini merupakan perkembangan dari bridgeheaders. Mereka telah
memikirkan kepemilikan rumah, karena telah memiliki sejumlah uang dalam
bentuk tabungan. Berhubung jumlah penghasilan yang belum tinggi, maka tempat
tinggal yang dibangun berada di pinggiran kota (harga lahan terjangkau), dan
memberikan kenyamanan.
3. Status seekers (golongan yang sudah lama tinggal di daerah perkotaan), setelah
beberapa lama mereka tinggal di daerah pinggiran dan karier dalam pekerjaannya
meningkat dan bertambah mantap, maka penghasilannya meningkat (tinggi).
Kemampuan ekonomi telah mengubah perilaku dan kehidupan, maka golongan ini
menginginkan suatu kondisi yang mengakibatkan statusnya diakui dalam stratum
sosial. Keinginan untuk memiliki rumah yang “modern” (mewah) mendapat
prioritas yang sangat tinggi.
Permukiman adalah kawasan terbangun yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas
infrastruktur untuk memenuhi kebutuhan penduduknya baik secara fisik maupun non fisik.
Finch (1957) : setllement/permukiman adalah satuan tempat tinggal atau kediaman
manusia, mencakup fasilitasnya seperti bangunan rumah, jalur jalan dan fasilitas lain
sebagai sarana pelayanan manusia (penduduk).
Arti settlement /permukiman (2) :
Pemukiman → proses pemindahan penduduk (kolonisasi) ke daerah yang baru karena
berbagai hal.
Permukiman → mengacu ke arti kelompok-kelompok bangunan rumah tempat tinggal
pada skala dukuh, desa, kota kecil dan kota besar
Settlement (Zee) : “the word settlement means the process whereby people become
sedentary whith in an area; and the result of this process” (proses dengan cara apa orang
bertempat tinggal menetap dalam suatu wilayah, dan berarti hasil atau akibat dari proses
tersebut).
Unsur-unsur permukiman :
1. Lokasi
2. Site (tapak)
3. Situasi
4. Dispersi/persebaran
5. Bentuk
6. Fungsi permukiman.
Agihan permukiman
Dibedakan menjadi 2 :
1. Rural settlement (permukiman pedesaan)
2. Urban settlement (permukiman perkotaan)
Pembedaan terkait dengan :
1. Penggunaan lahan
2. Pandangan penduduk
3. Mata pencaharian
4. Tingkat kontak sosial antar penduduk
5. Lingkungan alam sekitar.
No Unsur Pembeda Desa Kota
1 Mata Pencaharian Agraris-homogen Non agraris-heterogen
2 Ruang kerja Terbuka/lapangan Ruang tertutup
3 Musim/cuaca Menentukan Tidak
4 Keahlian/keterampilan Umum-menyebar Khusus-mengelompok
5 Jarak rumah dengan tempat Dekat (relatif) Jauh (relatif)
kerja
6 Kepadatan penduduk Rendah Tinggi
7 Kepadatan rumah Rendah Tinggi
8 Kontak sosial Frekuensi tinggi Frekuensi rendah
9 Stratifikasi sosial Sederhana Kompleks
10 Kelembagaan Terbatas Kompleks
11 Kontrol sosial Adat/tradisi berperan Adat/tradisi tdk berperan

12 Sifat masyarakat Geimencshaf Geselschaf


13 Mobilitas penduduk Rendah Stabil
14 Stabilitas sosial Stabil Labil
Rural Settlement :
Faktor yang mempengaruhi persebaran permukaan desa :
1. Letak desa
2. Topografi
3. Kesuburan tanah
4. Keadaan permukaan air.
Ragam pola persebaran :
1. Pola tersebar. Terdapat di :
a. Sepanjang aliran sungai
b. Di kaki gunung
c. Dataran rendah yang luas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi :
1. Daerah banjir sehingga antara rumah penduduk terpisah.
2. Morfologi kasar, rumah penduduk saling berjauhan.
3. Permukaan air yang dangkal dan memungkinkan pembuatan sumur dengan mudah
dan penduduk dapat mendirikan permukiman dengan leluasa.
2. Pola memusat
Ciri : permuk penduduk berdekatan satu sama lain dan membentuk kelompok besar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi :
1. Tanahnya subur
2. Merupakan dataran rendah yang luas
3. Permukaan air dalam sehingga pembuatan sumur sulit , memakan waktu, biaya, dan
tenaga yang besar.
4. Daerah keamanannya belum terjamin dari berbagai gangguan baik dari kelompok
lain maupun binatang buas.
Pola persebaran permukiman versi Bintarto
1. Pola memanjang mengikuti jalan.
2. Memanjang mengikuti alur sungai.
3. Memanjang mengikuti alur pantai.
4. Memanjang mengikuti alur rel kereta api.
5. Tersebar.
6. Radial atau melingkar.

Anda mungkin juga menyukai