Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH GEOGRAFI TRANSPORTASI DAN

PERMUKIMAN
(RUANG LINGKUP GEOGRAFI PERMUKIMAN )

Dosen Pengampu :

Drs. Mbina Pinem, M.Si.

Disusun Oleh :Kelompok 3

1. Makmur F. Pane
2. Marsinta Manullang
3. Muhammad hary Luqman

PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatNya sehingga kami masih diberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan
makalah ini yang membahas tentang ruang lingkup geografi permukiman. Makalah ini
kami buat guna memenuhi penyelesaian tugas pada Geografi Transportasi dan
Permukiman. Dalam penulisan, kami tentu saja tidak dapat menyelesaikannya sendiri tanpa
bantuan dari pihak lain.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini, masih jauh dari kata
sempurna karena masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami sebagai kelompok 3
dengan segala kerendahan hati meminta maaf dan mengharapkan kritik serta saran yang
membangun guna perbaikan dan penyempurnaan kami ke depannya. Akhir kata kami
mengucapkan selamat membaca dan semoga materi yang ada dalam penyusunan yang
berbentuk makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya bagi para pembaca.

Medan, Oktober 2020

Kelompok 3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permukiman merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia (kebutuhan


primer) yang harus terpenuhi agar manusia dapat sejahtera dan hidup layak sesuai
dengan derajat kemanusiaannya. Permukiman sebenarnya merupakan kebutuhan
perorangan (individu) namun dapat berkembang menjadi kebutuhan bersama jika
manusia berkeluarga dan bermasyarakat. Selain sebagai makhluk individu manusia
juga sebagai makhluk sosial maka manusia tidak hidup sendirisendiri akan tetapi hidup
bersama dan membentuk kelompok-kelompok, demikian pula halnya dengan rumah
tempat tinggalnya akan dibangun secara bersama-sama sehingga berkelompok atau
tersebar dalam suatu wilayah, dilengkapi dengan prasarana dan sarana yang diperlukan
penghuninya, selanjutnya disebut dengan permukiman (settlement).
Dalam dimensi permukiman, secara harfiah pola permukiman dapat diartikan
sebagai susunan (model) tempat tinggal suatu daerah. Model dari pengertian-
pengertian permukiman mencakup didalamnya susunan dari pada persebaran
permukiman. Pengertian pola permukiman dan persebaran permukiman memiliki
hubungan yang sangat erat. Persebaran permukiman menekankan pada hal yang
terdapat permukiman, dan atau dimana tidak terdapat permukiman dalam suatu
wilayah.
Perkembangan permukiman sangat dipengaruhi oleh penghuni permukiman itu
sendiri.Dengan adanya pertumbuhan penduduk yang semakin pesat akan mengakibatkan
kebutuhan permukiman semakin besar. Masalah ini hampir terjadi disetiap daerah
perkotaan, karena kota merupakan daerah yang sangat dinamis yaitu pertumbuhan
penduduknya setiap hari semakin bertambah banyak, sehingga daerah perkotaan
menghadapi ancaman semakin tingginya kepadatan penduduk dan kepadatan
bangunan tempat tinggal yang merupakan indikator penurunan kualitas lingkungan
permukiman. Begitu pula di daerah 1 2 pedesaan baik disekitar kota maupun jauh dari
kota. Hal tersebut juga terjadi di Kecamatan Kendal yang setiap tahunnya mengalami
pertumbuhan penduduk.
1.2 Rumusan Masalah

 Menjelaskan ruang lingkup geografi permukiman !

1.3 Tujuan

1. Tujuan penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas mata kuliah georafi
transportasi dan pemukiman ditujukan agar kami mahasiswa pada umumnya dan
penulis khususnya, mengetahui ruang lingkup geografi pemukiman agar pembaca bisa
lebih memahami ruanglingkup dan pengertian nya pemukiman.
BAB II

PEMBAHASAN
Pengertian dasar permukiman dalam UU No.1 tahun 2011 adalah bagian dari
lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai
prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain
dikawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.Permukiman merupakan salah satu
kebutuhan pokok manusia (kebutuhan primer) yang harus terpenuhi agar manusia dapat
sejahtera dan hidup layak sesuai dengan derajat kemanusiaannya. Permukiman
sebenarnya merupakan kebutuhan perorangan (individu) namun dapat berkembang
menjadi kebutuhan bersama jika manusia berkeluarga dan bermasyarakat. Selain sebagai
makhluk individu manusia juga sebagai makhluk sosial maka manusia tidak hidup
sendiri sendiri akan tetapi hidup bersama dan membentuk kelompok-kelompok,
demikian pula halnya dengan rumah tempat tinggalnya akan dibangun secara bersama-
sama sehingga berkelompok atau tersebar dalam suatu wilayah, dilengkapi dengan
prasarana dan sarana yang diperlukan penghuninya, selanjutnya disebut dengan permukiman
(settlement).

Pemukiman Menurut Parah Ahli

Permukiman adalah perumahan dengan segala isi dan kegiatan yang ada di dalamnya.
Berarti permukiman memiliki arti lebih luas daripada perumahan yang hanya merupakan
wadah fisiknya saja, sedangkan permukiman merupakan perpaduan antara wadah (alam,
lindungan, dan jaringan) dan isinya (manusia yang hidup bermasyarakat dan berbudaya di
dalamnya). (Kuswartojo, 1997 : 21)

Pemukiman sering disebut sebagai perumahan. Pemukiman berasal dari kata housing
dalam bahasa Inggris yang artinya adalah perumahan dan kata human settlement yang artinya
pemukiman. Perumahan memberikan kesan tentang rumah atau kumpulan rumah beserta
prasarana dan sarana lingkungan. Perumahan menitikberatkan pada fisik atau benda mati,
yaitu houses dan land settlement. Pemukiman memberikan kesan tentang pemukim atau
kumpulan pemukim beserta sikap dan perilakunya di dalam lingkungan, sehingga
pemukiman menitikberatkan pada sesuatu yang bukan bersifat fisik atau benda mati yaitu
manusia (human) (Kurniasih, 2007; 3).
Permukiman merupakan bentuk tatanan kehidupan yang di dalamnya mengandung
unsur fisik dalam arti permukiman merupakan wadah aktifitas tempat bertemunya
komunitas untuk berinteraksi sosial dengan masyarakat. (Niracanti, Galuh Aji, 2001 : 51)
Pemukiman penduduk selalu berkaitan erat dengan aktivitas ekonomi, industrialisasi
dan pembangunan. Pemukiman dapat diartikan sebagai perumahan atau kumpulan rumah
dengan segala unsur serta kegiatan yang berkaitan dan yang ada di dalam pemukiman.
Pemukiman dapat terhindar dari kondisi kumuh dan tidak layak huni jika pembangunan
perumahan sesuai dengan standar yang berlaku, salah satunya adalah dengan menerapkan
persyaratan rumah sehat
Menurut Undang–Undang No. 4 tahun 1992 dalam Surtiani (2006: 39) pengertian
tentang perumahan atau pemukiman yaitu sebagai berikut:
1.      Pengertian rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal dan sarana
pembinaan keluarga.
2.      Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang
dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan.
3.      Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung (kota dan
desa) yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal dan tempat melakukan
berbagai macam kegiatan atau aktivitas.
Pemilihan lokasi permukiman di dasarkan pada berbagai faktor antara lain:

1) Faktor Kemudahan
Faktor yang dimaksud adalah kemudahan dalam menjangkau suatu tempat. Faktor ini perlu
diperhatikan, sebab akan berpengaruh terhadap biaya transportasi dan lamanya perjalanan
bagi penghuni untuk bepergian. Faktor kemudahan pada suatu permukiman dapat berupa
jalan penghubung atau masuk, yaitu jalan yang menghubungkan jalan masuk dengan jaringan
jalan umum menuju pusat kota.
2) Utilitas
Utilitas adalah kelengkapan fasilitas yang terdapat pada perumahan, antara lain listrik, air
minum, saluran pembuangan.
3) Faktor Status Tanah
Tanah mempunyai fungsi sosial ekonomi. Dalam pengaturan hak atas tanah dan ruang
pemanfaatanya harus dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat, status tanah mempunyai
peranan penting bagi kelangsungan penghuni karena memberikan kepastian hukum atas tanah
yang menjadi haknya.
4) Faktor Penggunaan Tanah
Daerah perumahaan sedapat mungkin tidak menggunakan lahan yang produktif dan
menghindari daerah-daerah yang sudah terbangun. Dengan demikian penggunaan lahan
tersebut akan lebih efektif dan saling mendukung dengan kegiatan lainnya.
5) Faktor Kemungkinan Perluasan
Diharapkan daerah perumahan mampu menampung aktivitas-aktivitas yang sudah sulit sulit
dikembangkan di pusat kota, dengan demikian kawasan permukiman tidak berdiri sendiri dan
tidak lepas dari sistem kotanya.
6) Faktor Pusat Pelayanan
Lokasi perumahan yang baik adalah lokasi yang memudahkan atau dapat menjangkau semua
tempat karena tersedia macam-macam pelayanan, baik yang bersifat sosial maupun bersifat
ekonomi.
7) Faktor Efek Samping yang Mungkin Terjadi
Efek samping yang dimaksud adalah efek negatif yang mungkin timbul dengan di bangunnya
permukiman.

Persyaratan Permukiman
Dalam penentuan lokasi suatu permukiman, perlu adanya suatu kriteria atau persyaratan
untuk menjadikan suatu lokasi sebagai lokasi permukiman. Kriteria tersebut antara lain:
1.      Tersedianya lahan yang cukup bagi pembangunan lingkungan dan dilengkapi dengan
prasarana lingkungan, utilitas umum dan fasilitas sosial.
2.      Bebas dari pencemaran air, pencemaran udara dan kebisingan, baik yang berasal dari
sumber daya buatan atau dari sumber daya alam (gas beracun, sumber air beracun, dsb).
3.      Terjamin tercapainya tingkat kualitas lingkungan hidup yang sehat bagi pembinaan
individu dan masyarakat penghuni.
4.      Kondisi tanahnya bebas banjir dan memiliki kemiringan tanah 0-15 %, sehingga dapat
dibuat sistem saluran air hujan (drainase) yang baik serta memiliki daya dukung yang
memungkinkan untuk dibangun perumahan.
5.      Adanya kepastian hukum bagi masyarakat penghuni terhadap tanah dan bangunan
diatasnya yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Sedangkan menurut Siswono, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
perkembangan permukiman yang dapat dilihat dari 9 aspek, antara lain: letak geografis,
kependudukan, sarana dan prasarana, ekonomi dan keterjangkauan daya beli, sosial budaya,
ilmu pengetahuan dan teknologi, kelembagaan, dan peran serta masyarakat

1.      Faktor geografi

Letak geografis suatu permukiman sangat menentukan keberhasilan pembangunan suatu


kawasan. Permukiman yang letaknya terpencil dan sulit dijangkau akan sangat lambat untuk
berkembang. Topografi suatu kawasan juga berpengaruh, jika topografi kawasan tersebut
tidak datar maka akan sulit bagi daerah tersebut untuk berkembang. Lingkungan alam dapat
mempengaruhi kondisi permukiman, sehingga menambah kenyamanan penghuni
permukiman.

2.      Faktor Kependudukan

Perkembangan penduduk yang tinggi, merupakan permasalahan yang memberikan pengaruh


yang sangat besar terhadap pembangunan permukiman. Jumlah penduduk yang besar
merupakan sumber daya dan potensi bagi pembangunan, apabila dapat diarahkan menjadi
manusia pembangunan yang efektif dan efisien. Tetapi sebaliknya, jumlah penduduk yang
besar itu akan merupakan beban dan dapat menimbulkan permasalahan bila tidak diarahkan
dengan baik. Disamping itu, penyebaran penduduk secara demografis yang tidak merata,
merupakan permasalahan lain berpengaruh terhadap pembangunan perumahan.

3.      Faktor Kelembagaan

Faktor lain yang berpengaruh terhadap pembangunan perumahan adalah perangkat


kelembagaan yang berfungsi sebagai pemegang kebijaksanaan, pembinaan, dan pelaksanaan
baik sektor pemerintah maupun sektor swasta, baik di pusat maupun di daerah. Secara
keseluruhan perangkat kelembagaan tersebut belum merupakan suatu sistem terpadu.
Menurut UU No. 5 Tahun 1979, Pemda memegang peranan dan mempunyai posisi strategis
dalam pelaksanaan pembangunan perumahan. Namun unsur-unsur perumahan di Tingkat
Daerah yang melaksanakan program khusus untuk koordinasi, baik dalam koordinasi vertikal
maupun horisontal dalam pembangunan perumahan, masih perlu dimantapkan dalam
mempersiapkan aparaturnya.
Termasuk didalamnya adalah kebijaksanaan yang mengatur kawasan permukiman,
keberadaan lembaga-lembaga desa, misalnya LKMD, Karang Taruna, Kelompok wanita dan
sebagainya.

4.      Faktor Swadaya dan Peran Serta Masyarakat

Dalam rangka membantu golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah, menengah, tidak
tetap, perlu dikembangkan pembangunan perumahan secara swadaya masyarakat yang
dilakukan oleh berbagai organisasi non-pemerintah. Dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa
masyarakat yang berpenghasilan tidak tetap serta amat rendah dan tidak berkemampuan
tersebut mampu membangun rumahnya sendiri dengan proses bertahap, yakni mula-mula
dengan bahan bangunan bekas atau sederhana, kemudian lambat laun diperbaiki dengan
bangunan permanen bahkan ada pula beberapa rumah yang sudah bertingkat. Faktor swadaya
dan peran serta masyarakat atau aspek sosial tersebut juga meliputi kehidupan sosial
masyarakat, kehidupan bertetangga, gotong royong dan pekerjaan bersama lainnya.

5.      Sosial dan Budaya

Faktor sosial budaya merupakan faktor internal yang mempengaruhi perkembangan


permukiman. Sikap dan pandangan seseorang terhadap rumahnya, adat istiadat suatu daerah,
kehidupan bertetangga, dan proses modernisasi merupakan faktor-faktor sosial budaya.
Rumah tidak hanya sebagai tempat berteduh dan berlindung terhadap bahaya dari luar, tetapi
berkembang menjadi sarana yang dapat menunjukkan citra dan jati diri penghuninya.

6.      Ekonomi dan Keterjangkauan Daya Beli

Aspek ekonomi meliputi yang berkaitan dengan mata pencaharian. Tingkat perekonomian
suatu daerah yang tinggi dapat meningkatkan perkembangan permukiman. Tingkat
perekonomian suatu daerah akan mempengaruhi tingkat pendapatan seseorang. Makin tinggi
pendapatan sesorang, maka makin tinggi pula kemampuan orang tersebut dalam memiliki
rumah. Hal ini akan meningkatkan perkembangan permukiman di suatu daerah.
Keterjangkauan daya beli masyarakat terhadap suatu rumah akan mempengaruhi
perkembangan permukiman. Semakin murah harga suatu rumah di daerah tertentu, semakin
banyak pula orang yang membeli rumah, maka semakin berkembanglah permukiman yang
ada. 

7.      Sarana dan Prasarana


Kelengkapan sarana dan prasarana dari suatu perumahan dan permukiman dapat
mempengaruhi perkembangan permukiman di suatu wilayah. Dengan adanya sarana dan
prasarana yang memadai dapat memudahkan penduduknya untuk beraktivitas sehari-hari.
Semakin lengkap sarana dan prasarana yang tersedia maka semakin banyak pula orang yang
berkeinginan bertempat tinggal di daerah tersebut.

8.      Pertanahan

Kenaikan harga lahan sebagai akibat penyediaan kelangkaan lahan untuk permukiman,
menyebabkan timbulnya slum dan squatter.

9.      Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat meningkatkan perkembangan


perumahan dan permukiman. Dengan diciptakannya teknologi-teknologi baru dalam bidang
jasa konstruksi dan bahan bangunan maka membuat pembangunan suatu rumah akan semakin
cepat dan dapat menghemat waktu. Sehingga semakin banyak pula orang-orang yang ingin
membangun rumahnya. Hal ini akan meningkatkan perkembangan permukiman.

Unsur-unsur permukiman :

 Lokasi
 Site (tapak)
 Situasi
 Dispersi/persebaran
 Bentuk
 Fungsi permukiman. 

Pola persebaran permukiman versi Bintarto

 Pola memanjang mengikuti jalan.


 Memanjang mengikuti alur sungai.
 Memanjang mengikuti alur pantai.
 Memanjang mengikuti alur rel kereta api.
 Tersebar.
 Radial atau melingkar. 
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu
satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai
penunjang kegiatan fungsi lain dikawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.Permukiman
merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia (kebutuhan primer) yang harus terpenuhi
agar manusia dapat sejahtera dan hidup layak sesuai dengan derajat kemanusiaannya.
Permukiman sebenarnya merupakan kebutuhan perorangan (individu) namun dapat
berkembang menjadi kebutuhan bersama jika manusia berkeluarga dan bermasyarakat.
Selain sebagai makhluk individu manusia juga sebagai makhluk sosial maka manusia
tidak hidup sendiri sendiri akan tetapi hidup bersama dan membentuk kelompok-
kelompok, demikian pula halnya dengan rumah tempat tinggalnya akan dibangun secara
bersama-sama sehingga berkelompok atau tersebar dalam suatu wilayah, dilengkapi
dengan prasarana dan sarana yang diperlukan penghuninya, selanjutnya disebut dengan
permukiman

SARAN

Demikianlah pemaparan materi yang daapt kami susun dalam makalah ini, kami
menyadari masih banyak kekurangan didalamnya. Oleh karena itu kami mengharapkan saran
dan kritik konstruktif dari para pembaca. Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca .
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.ums.ac.id/17305/4/BAB_I.pdf

http://digilib.unila.ac.id/8615/13/BAB%20II.pdf

http://studyandlearningnow.blogspot.com/2013/01/21-kajian-teori-perumahan-dan-
permukiman.html

Anda mungkin juga menyukai