Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH TUGAS MANDIRI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Dosen Pengampuh :Yusmawaty,M.Pd.

DISUSUN OLEH :
ULVINA RAHMATILLAH
230209098

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita
yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehinggan penulis mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah IPS yang berjudul “TUGAS MANDIRI”.
Terima kasih kepada Dosen Pengampuh, Ibu Yusmawaty, M.Pd. yang telah
memberikan tugas ini kepada penulis. Semoga ibu dapat memaklumi dan menerima
segala kekurangan yang ada pada makalah ini. Walaupun tulisan ini tidak sepenuhnya
bagus, penulis berharap ada manfaat yang bisa diperoleh oleh pembaca.

Penulis

i
DAFTAR ISI

ii
iii
BAB I

INTERAKSI SOSIAL ANTARA DESA DAN KOTA

A. Pola Keruangan Desa


Desa merupakan suatu lokasi di pedesaan dengan kondisi lahan sangat heterogen
dan topografi yang beraneka ragam. Pola tata ruangnya sangatlah tergantung pada
topografi yang ada. Pola tata ruang merupakan pemanfaatan ruang atau lahan di desa
untuk keperluan tertentu sehingga tidak terjadi tumpang tindih dan berguna bagi
kelangsungan hidup penduduknya. Dalam penataan ruang desa diperlukan empat
komponen, yaitu:
1) Sumber daya alam,
2) Sumberdaya manusia,
3) IPTEK dan
4) Spatial (keruangan)
Pola tata ruang desa pada umumnya sangat sederhana, letak rumah di kelilingi
pekarangan cukup luas, jarak antara rumah satu dengan lain cukup longgar, setiap
mempunyai halaman, sawah dan ladang di luar perkampungan.

Pada desa yang sudah berkembang pola tata guna lahan lebih teratur, yaitu adanya
perusahaan yang biasa mengolah sumberdaya desa, terdapat pasar tradisional, tempat
ibadah rapi, sarana dan prasarana pendidikan serta balai kesehatan. Semakin maju
daerah pedesaan, bentuk penataan ruang semakin teratur dan tertata dengan baik. Pola
persebaran dan pemukiman desa menurut R Bintarto (1977) sebagai berikut:

1) Pola Radial
2) Pola Tersebar
3) Pola memanjang sepanjang pantai
4) Pola memanjang sepanjang sungai
5) Pola memanjang sepanjang jalan
6) Pola memanjang sejajar dengan jalan kereta api

1
B. Pola Keruangan Kota
Bentuk dan pola tata ruang kota, dalam penataannya tidak terlepas
memperhatikan corak kehidupan penduduk, karena penduduk kota sudah memiliki
corak ragam kehidupan yang heterogen, sehingga pola pola tataguna lahan untuk
ruang di kota sudah dirancang dengan baik terutama memperhatikan pengadaan
sarana perkotaan dengan baik dan terpadu yang meliputi :
1) penyediaan air bersih
2) drainase yang baik
3) pengelolaan sampah
4) sanitasi lingkungan
5) perbaikan kampung
6) pemeliharaan jalan kota
7) perbaikan prasarana fungsi pasar.

 Pola - pola kota


1) Pola Sentralisasi
Pola sentralisasi adalah pola persebaran kegiatan kota yang cenderung
berkumpul atau berkelompok pada satu daerah atau wilayah utama. Area utama
tersebut merupakan daerah yang ramai dikunjungi serta dilewati oleh banyak
orang pada pagi, siang, dan sore hari namum sunyi di malam hari.
2) Pola Desentralisasi
Pola desentralisasi adalah pola persebaran kegiatan kota yang cenderung
menjauhi titik pusat kota atau inti kota sehingga dapat membentuk suatu inti /
nukleus kota yang baru.
3) Pola Nukleasi
Pola nukleasi adalah pola persebaran kegiatan kota yang mirip dengan pola
penyebaran sentralisasi namun dengan skala ukuran yang lebih kecil di mana inti
kegiatan perkotaan berada di daerah utama.

2
4) Pola Segresi
Pola segresi adalah pola persebaran yang saling terpisah-pisah satu sama lain
menurut pembagian sosial, budaya, ekonomi, dan lain sebagainya. Dan jika kita
umpamakan dengan papan permainan dart atau papan target anak panah, maka
pusat kota berada pada pusat papan dart atau papan target anak panah dan begitu
seterusnya garis-garis lingkaran yang mengelilinginya berurutan adalah wilayah
sub urban atau suburb, kemudian diikuti dengan daerah urban dan yang terakhir
adalah daerah rural yang masih-masing memiliki sifat dan ciriciri tersendiri.

C. Interaksi Desa dengan Kota dalam Pembangunan Daerah

Daerah tepi merupakan subsistem yang jalur perkembangannya dipengaruhi oleh


lembaga yang ada di pusat, sehingga daerah ini mempunyai ketergantungan
susbtansia. Dengan kondisi tersebut dapat dilihat bahwa ada jalinan yang berupa
interaksi antara wilayah pusat dan daerah tepi ( Raldi H. Koestoer, 2001).
Menurut G. Myrdal, "core regions" adalah sebagai magnit yang dapat
memperkuat pertumbuhan ekonomi dengan sendirinya, karena adanya sebab-sebab
kumulatif ke arah perkembangan (cumulative upward causation); seperti arus buruh
dari P ke C, tenaga terampil, modal dan barang perdagangan yang secara spontan
berkembang di dalam ekonomi pasar bebas untuk menunjang pertumbuhan di lokasi
tertentu atau wilayah tertentu. Dengan demikian akan terjadi pertumbuhan yang
makin lama makin pesat (polarization of growth). "Polarization of growth" ini capat
menimbulkan "backwash effects" atau akibat-akibat yang dapat menghambat
pertumbuhan wilayah lain darimana tenaga terampil, modal dan barang perdagangan
ditarik ke situ. Daerah yang terkena "backwash effects ini yang disebut daerah
"periphery". Apabila "spreads effects" cari C ke P lebih kuat, maka "backwash
effects" dapat diatasi. Oleh karena itu untuk memperbesar "spread effects" Myrdal
mengemukakan perlu adanya campur tangan dari pemerintah, misalnya dengan
pengendalian migrasi, pembangunan "periphery", program pembangunan perdesaan

3
(Myrdal dalam J. Hinderink, 1988). Senada dengan Myrdal, A. Hirshchman
mengemukakan, bahwa penanaman modal di "core regions" akan mempercepat
pertumbuhan di C, dan efek polarisasi pembangunan akan digantikan oleh "trickling
down effects" pembangunan. "Trickling down" ini disebabkan oleh perubahan
kumulatif di daerah pusat (core regions). Jadi trickling down effects sama dengan
spread effects. Hirschman juga sependapat dengan Myrdal, bahwa dalam hubungan
antara C dan P dalam arti polarisasi ekonomi perlu adanya campur tangan pemerintah
dalam pembangunan. Campur tangan pemerintah ini berupa kebijaksanaan
pembangunan yang mengacu pada pendekatan pemerataan kesempatan dan
keterkaitan desa kota.
Proses keterkaitan ekonomi desa kota tidak dapat berjalan dengan optimal jika
tidak dijalankan upaya langsung yang menjangkau kelompok sasaran masyarakat
berupa akses kesempatan berproduksi secara efektif dan menguntungkan.
Sehubungan dengan strategi untuk meningkatkan pemerataan akses kesempatan dapat
dilakukan melalui:
1) Pemerataan akses ke penguasaan aset produksi lahan, kapital dan teknologi.
2) Pemerataan akses ke pelayanan kesehatan dan pendidikan.
3) Pemerataan akses pemasaran dan informasi kegiatan usaha produktif.
4) Pemerataan akses ke bantuan teknis dan kerjasama kemitraan dengan usaha
ekonomi kuat.

D. Perkembangan Kota dan Alih Fungsi Lahan


1. Teori konsentris pogk Ernest W. Burgess
Ernest.W.Burgess meneliti struktur ruang kota Chicago, kota ini menyatakan
bahwa daerah perkotaan telah berkembang sedemikian rupa dan menunjukkan
pola penggunaan japk yang konsentris. Menurut Burgess, suatu kota akan
berkembang membentuk lima zone konsentris yang di setiap zone mencerminkan
penggunaan lahannya.

4
Zone 1: Daerah ini merupakan pusat segala kegiatan, antara lain sosial,
politik, budaya, ekonomi dan teknologi. Terdapat pusat pertokoan besar (Dept
Store), gedung perkantoran bertingkat, bank, hotel, restoran dan sebagainya.
Zone 2: Daerah Peralihan (DP )atau zone transisi Zone ini merupakan daerah
yang mengalami penurunan kualitas lingkungan permukiman yang dnfofuk
menerus, dan makin lama makin hebat.
Zone 3: Zone permukiman para pekerja yang bebas (ZPPB) atau zone of
independent workingmenshomes, zone permukiman kelas proletar Zone ini
banyak ditempati pekerja-pekerja pabrik, industri dan lain sebagainya yang
berpenghasilan kecil. Ditandai oleh adanya rumah-rumah kecil dan rumah
susun sederhana yang dihuni keluarga besar. Kondisi permukiman lebih baik
dibandingkan dengan zone 2, walaupun sebagian penduduknya mas ih masuk
kategori menengah kebawah.
Zone 4: Zone permukiman yang lebih baik (ZPB), atau zone permukiman
kelas menengah(residential zone) Zone ini merupakan kompleks perumahan
penduduk yang berstatus ekonomi menengah-tinggi
Zone 5: Zone penglaju atau commuters zone
Zone ini merupakan daerah yangmemasuki daerah belakang (hinterland), atau
merupakan daerah batas desa-kota. Pendduk bekerja di kota tetapi bertempat
tinggal di pinggiran kota.

2. Dampak alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman


 Turunnya produksi pertanian: Dampak alih fungsi lahan pertanian menjadi
permukiman yaitu produktivitas pangan akan menjadi berkurang atau
menurun. Lahan pertanian yang menjadi lebih sempit karena alih fungsi
menyebabkan hasil produksi pangan juga menurun, seperti makanan pokok,
buah-buahan, sayur, dan jnrulut-jnrulut

5
 Hilangnya kesempatan petani: Alih fungsi lahan pertanian menjadi
permukiman membuat petani kehilangan kesempatan untuk menggarap
lahannya secara berkelanjutan dan menjadikannya mata pencaharian. Petani
juga jadi kehilangan kesempatan untuk mendapat manfaat panen atau hasil
pertaniannya, baik untuk keluarga sendiri atau untuk dijual.
 Investasi pemerintah di bidang pengairanjadi tidak optimal: Dampak alih
fungsi lahan pertanian menjadi permukiman selanjutnya yakni investasi
pemerintah di bidang pengairan jadi tidak optimal. Sarana dan prasarana
dalam irigasi yang sudah didanai pemerintah jadi tidak difungsikan optimal
karena sebagian sasarannya kini tidak lagi lahan pertanian, ktu pemukiman
 Berkurangnya ekosistem tobur: Berkurangnya ekosistem tobur di antaranya
disebabkan oleh pembangunan pemukiman penduduk, industri, pertokoan,
dan pariwisata. Ekosistem sawah yang berkurang karena alih fungsi lahan
menjadi pemukiman meliputi komponen biotik dan abiotik.

E. Interaksi Desa-Kota Kaitannya dengan Distribusi Barang dan Orang


serta Perkembangan Ekonomi Wilayahnya.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Interaksi

Menurut Edward Ullman, ada tiga faktor utama yang mendasari atau
memengaruhi timbulnya interaksi antarwilayah, yaitu sebagai berikut.

1) Adanya Wilayah-Wilayah yang Saling Melengkapi (Regional


Complementary)

Regional Complementary adalah terdapatnya wilayah-wilayah yang berbeda


dalam ketersediaan atau kemampuan sumber daya. Di satu pihak ada wilayah
yang kelebihan (surplus) sumber daya, seperti produksi pertanian dan bahan

6
galian, dan di lain pihak ada daerah yang kekurangan (minus) jenis sumber daya
alam tersebut.

2) Adanya Kesempatan untuk Berintervensi (Intervening Opportunity)

Kesempatan berintervensi dapat diartikan sebagai suatu kemungkinan perantara


yang dapat menghambat timbulnya interaksi antarwilayah sebenarnya secara
potensial antara wilayah A dan B sangat memungkinkan terjalin interaksi karena
masing-masing wilayah memiliki kelebihan dan kekurangan sumber daya
sehingga dapat berperan sebagai produsen dan konsumen. Namun karena ada
wilayah lain, yaitu C yang menyuplai kebutuhan wilayah A dan B maka kekuatan
interaksi antara A dan B menjadi lemah.

3) Adanya Kemudahan Transfer atau Pemindahan dalam Ruang (Spatial


Transfer Ability)

Faktor yang juga memengaruhi kekuatan interaksi adalah kemudahan pemindahan


manusia, barang, jasa, gagasan, dan informasi antara satu wilayah dan wilayah
lainnya. Kemudahan pergerakan antarwilayah ini sangat berkaitan dengan:

 jarak antarwilayah, baik jarak mutlak maupun relatif;


 biaya transportasi;
 kemudahan dan kelancaran prasarana dan sarana transportasi
antarwilayah.

7
BAB II

PERUBAHAN SOSIAL DAN DAMPAKNYA

A. Pengertian dan Teori Perubahan Sosial

Perubahan sosial merupakan perubahan kehidupan masyarakat yang berlangsung


terus-menerus dan tidak akan pernah berhenti, karena tidak ada satu masyarakatpun
yang berhenti pada suatu titik tertentu sepanjang masa. Perubahan sosial mencakup
perubahan dalam nilai - nilai sosial, norma-norma sosial, susunan lembaga
kemasyarakatan, pelapisan sosial, kelompok sosial, interaksi sosial, pola-pola
perilaku, kekuasaan dan wewenang, serta berbagai segi kehidupan masyarakat
lainnya.

Dalam menjelaskan fenomena perubahan sosial terdapat beberapa teori yang dapat
menjadi landasan bagi kita dalam memahami perubahan sosial yang berkembang di
masyarakat. Teori perubahan sosial tersebut di antaranya adalah:

1. Teori Evolusi ( Evolutionary Theory)


Menurut James M. Henslin (2007), terdapat dua tipe teori evolusi mengenai cara
masyarakat berubah, yakni teori unilinier dan teori multilinier :
 Pandangan teori unilinier mengamsusikan bahwa semua masyarakat
mengikuti jalur evolusi yang sama. Setiap masyarakat berasal dari bentuk
yang sederhana ke bentuk yang lebih kompleks ( sempurna ), dan masing-
masing melewati proses perkembangan yang seragam.
 Pandangan teori multilinier menggantikan teori unilinier dengan tidak
mengamsusikan bahwa semua masyarakat mengikuti urutan yang sama,
artinya meskipun jalurnya mengarah ke industrialisasi, masyarakat tidak
perlu melewati urutan tahapan yang sama seperti masyarakat yang lain.
2. Teori Siklus ( Cyclical Theory ): Menurut PB Horton dan CL Hunt ( 1992 )
dalam bukunya “Sociology”, para penganut teori siklus juga melihat adanya

8
sejumlah tahapan yang harus dilalui oleh masyarakat, tetapi mereka berpandangan
bahwa proses perubahan masyarakat bukannya berakhir pada tahap “terakhir”
yang sempurna, tetapi berlanjut menuju tahap kepunahan dan berputar kembali ke
tahap awal untuk peralihan selanjutnya.
3. Teori Fungsionalis ( Functionalist Theory ): Penganut teori ini memandang
setiap elemen masyarakat memberikan fungsi terhadap elemen masyarakat
lainnya. Perubahan yang muncul di suatu bagian masyarakat akan menimbulkan
perubahan pada bagian yang lain pula. Perubahan dianggap mengacaukan
keseimbangan masyarakat.
4. Teori Konflik ( Conflict Theory ): Menurut pengikut teori ini, yang konstan
( tetap terjadi ) dalam kehidupan masyarakat adalah konflik sosial, bukannya
perubahan. Perubahan hanyalah merupakan akibat dari adanya konflik dalam
masyarakat, yakni terjadinya pertentangan antara kelas kelompok penguasa dan
kelas kelompok tertindas. Artinya kehidupan masyarakat tetap diwarnai adanya
perbedaan kelas sosial.

B. Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial


1. Perubahan Sosial secara Lambat
Perubahan sosial secara lambat dikenal dengan istilah evolusi, merupakan
perubahan-perubahan yang memerlukan waktu lama, dan rentetan-rentetan
perubahan kecil yang saling mengikuti. Ciri perubahan secara evolusi ini seakan
perubahan itu tidak terjadi di masyarakat, berlangsung secara lambat dan
umumnya tidak mengakibatkan disintegrasi kehidupan.
2. Perubahan Sosial secara Cepat
Perubahan sosial yang berjalan cepat disebut revolusi. Selain terjadi secara cepat,
juga menyangkut hal-hal yang mendasar bagi kehidupan masyarakat serta
lembaga-lembaga kemasyarakatan, dan sering menimbulkan disintegrasi dalam
kehidupan sosial, ekonomi dan politik.
3. Perubahan Sosial Kecil

9
Perubahan sosial kecil merupakan perubahan yang terjadi pada unsur-unsur
struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung / berarti bagi masyarakat
karena tdak berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan dan lembaga
kemasyarakatan.
4. Perubahan Sosial Besar
Perubahan sosial besar merupakan perubahan yang dapat membawa pengaruh
besar dalam berbagai aspek kehidupan serta menimbulkan perubahan pada
lembaga kemasyarakatan seperti yang terjadi pada masyarakat yang mengalami
proses modernisasi - industrialisasi.

5. Perubahan Sosial yang Direncanakan ( Dikehendaki )

Perubahan Sosial yang dikehendaki atau direncanakan merupakan perubahan


yang diperkirakan atau direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang akan
mengadakan perubahan di dalam masyarakat.

6. Perubahan Sosial yang Tidak Direncanakan ( Tidak Dikehendaki )

Perubahan sosial yang tidak direncanakan ( tidak dikehendaki) merupakan


perubahan yang berlangsung tanpa direncanakan / dikehendaki oleh masyarakat
dan di luar jangkauan pengawasan masyarakat. Konsep perubahan yang
dikehendaki dan tidak dikehendaki tidak mencakup pengertian apakah perubahan-
perubahan tadi diharapkan atau tidak diharapkan oleh masyarakat. Karena bisa
terjadi, perubahan yang tidak direncanakan/tidak dikehendaki ternyata diharapkan
dan diterima oleh masyarakat, seperti reformasi yang terjadi di Indonesia.

10
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Sosial
1) Penyebab perubahan yang bersumber dari dalam ( internal ) masyarakat
antara lain
a. Bertambah dan Berkurangnya Penduduk: Bertambahnya penduduk yang
sangat cepat di pulau Jawa menyebabkan terjadinya perubahan dalam struktur
masyarakat, terutama dalam lembaga - lembaga kemasyarakatannya ( dalam
bentuk aturan / norma sosial ). Berkurangnya penduduk dapat disebabkan karena
penduduk berpindah ke daerah lain. Kondisi ini dapat mengakibatkan kekosongan
dalam bidang pembagian kerja dan stratifikasi sosial, sehingga memepengaruhi
lembaga - lembaga kemasyarakatan.
b. Penemuan-penemuan baru: penemuan-penemuan baru dibedakan dalam
pengertian discovery dan invention. Discovery adalah penemuan unsur
kebudayaan yang baru, baik berupa alat, ataupun yang berupa gagasan yang
diciptakan oleh seorang individu atau serangkaian ciptaan para individu.
Discovery baru menjadi invention apabila masyarakat sudah mengakui,
menerima serta menerapkan / menggunakan penemuan baru tersebut; misalnya
dalam proses penemuan mobil.
c. Pertentangan ( Conflict): Pertentangan yang terjadi antara individu dengan
kelompok maupun antara kelompok dengan kelompok. Seperti yang sering terjadi
pada masyarakat yang tengah mengalami pergeseran dari masyarakat traditional
menuju masyarakat modern, pertentangan terjadi antara kelompok generasi tua
dengan kelompok generasi muda yang lebih cepat menerima unsur-unsur
kebudayaan modern.
d. Terjadinya Pemberontakan atau Revolusi: Terjadinya pemberontakan atau
Revolusi dalam sutau pemerintahan negara akan meyebabkan terjadinya
perubahan – perubahan besar dalam kehidupan negara tersebut. Seluruh lembaga
kemasyarakatan, mulai dari bentuk negara sampai keluarga batih mengalami
perubahan-perubahan yang mendasar.

11
2) Penyebab perubahan yang bersumber dari luar ( eksternal ) masyarakat
a. Lingkungan Alam Fisik: Perubahan yang disebabkan oleh lingkungan alam fisik
dapat berupa bencana alam seperti banjir, gunung meletus, gempa bumi, dan
sebagainya, maupun berupa tindakan manusia yang tidak terkontrol sehingga
merusak lingkungan, seperti penebangan hutan secara liar yang menyebabkan
terjadinya bencana tanah longsor
b. Peperangan: Terjadinya peperangan antar negara dapat mengakibatkan perubahan
bagi negara yang mengalami kekalahan, karena negara yang kalah akan menjadi
negara terjajah dan harus mengikuti pola kehidupan politik baru sesuai dengan
kehendak negara yang memenangkan peperangan tersebut. Karena negara yang
menang biasanya akan memaksakan kehendaknya pada negara yang kalah.
c. Pengaruh Kebudayaan Masyarakat lain Masuknya pengaruh kebudayaan
masyarakat lain bisa terjadi karena adanya hubungan fisik antara dua masyarakat,
yang diikuti adanya pengaruh timbal balik sehingga masing - masing masyarakat
akan mengalami perubahan.

D. Faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial


1) Faktor - faktor Penghambat
a. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain
b. Perkembangan Ilmu Pengetahuan yang terlambat
c. Sikap masyarakat yang sangat tradisional
d. Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat
atau vested interests
e. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan
f. Prasangka terhadap hal-hal baru ( asing ) atau sikap yang tertutup
g. Hambatan-hambatan yang bersifat Ideologis
h. Adat atau Kebiasaan dalam Masyarakat
i. Nilai bahwa Hidup itu pada hakekatnya buruk dan tidak mungkin
diperbaiki

12
2) Faktor – faktor Pendorong
a. Kontak dengan Kebudayaan lain
b. Sistem Pendidikan Formal yang Maju
c. Sikap menghargai Hasil Karya Seseorang dan keinginan untuk
maju
d. Toleransi terhadap perbuatan menyimpang yang bukan merupakan
delik ( pelanggaran hukum )
e. Sistem Pelapisan Masyarakat ( Stratifikasi Sosial ) yang terbuka
f. Penduduk yang Heterogen
g. Ketidakpuasan masyarakat terhadap berbagai bidang kehidupan
h. Orientasi ke masa depan
i. Pandangan bahwa manusia harus senantiasa memperbaiki
hidupnya

E. Proses Perubahan Sosial


1. Difusi
Difusi adalah proses penyebaran berbagai unsur pembentuk sosial dan
kebudayaan, yakni berupa ide, keyakinan, dan hal lainnya. Penyebaran ini
bisa dilakukan dari individu ke individu atau kelompok yang lebih besar dari
itu. Proses difusi kemudian dibagi menjadi dua, yakni difusi intramasyarakat
dan difusi antarmasyarakat.
2. Akulturasi
Akulturasi adalah proses perubahan sosial yang terjadi karena masuknya suatu
kebudayaan asing ke dalam sekelompok masyarakat, sehingga unsur budaya
asing itu diterima dan disesuaikan dengan kebudayaan asli masyarakat
tertentu. Budaya asing tersebut masuk dan bisa diterima masyarakat
tergantung bagaimana cara masuk budaya tersebut dan jangka waktu
penyesuaian tertentu.
3. Asimilasi

13
Asimilasi adalah proses perubahan sosial yang timbul jika ada dua individu
atau kelompok dengan latar budaya yang berbeda kemudian berinteraksi
dengan intensi dalam jangka waktu yang lama.

4. Akomodasi
Akomodasi adalah proses perubahan sosial yang menunjukan keseimbangan
dalam hubungan sosial antar golongan yang berkaitan dengan norma atau nilai
yang berlaku di masyarakat.

F. Dampak Perubahan Sosial Bagi Kehidupan Masyarakat


1) Dampak Positif
Perubahan Sosial berampak positif mengarah pada kemajuan dengan menuju
terciptanya masyarakat yang adil dan sejahtera. Hal inilah yang dijadikan harapan
oleh masyarakat. Dampak sosial dari berlangsungnya perubahan sosial antara lain:
a. Munculnya Nilai dan Norma Baru.
b. Adanya Struktur dan Hubungan Sosial Baru.
c. Adanya Upaya Memberdayakan Perempuan dan Mewujudkan Kesetaraan
Gender.
d. Terjadinya Diferensiasi Struktural.
e. Munculnya Budaya Ilmuwan.
f. Kesadaran Politik Semakin Tinggi.
g. Meningkatnya Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
h. Tingkat Pendidikan Formal Semakin Tinggi dan Merata.
i. Berkembangnya Industrialisasi.
j. Terbukanya Peluang Mobilitas.
k. Perlindungan dan Penghormatan terhadap Kebebasan dalam Kehidupan
Beragama.
l. Masyarakat Semakin Menghargai Waktu.

14
2) Dampak Negatif

Dampak negatif mengarah pada kemunduran yang ditandai dengan adanya


tindak kriminalitas, konflik sosial, deviasi sosial, serta berbagai masalah sosial
lainnya. Hal inilah yang menjadi titik jenuh dari perubahan sosial dalam masyarakat.
Adapun dampak yang bersifat negatif antara lain.

a. Adanya Disorientasi Nilai dan Norma.


b. Perubahan Tingkah Laku.
c. Budaya Konsumtif yang Semakin Besar.
d. Berkembangnya Sifat Individualisme.
e. Munculnya Konflik Sosial Vertikal maupun Horizontal.
f. Lembaga-lembaga Sosial yang ada Tidak Dapat Berfungsi Maksimal
g. Banyak Pengangguran
h. Adanya Kesenjangan Sosial.
i. Terjadinya Berbagai Bentuk Kerusakan Lingkungan dan Bencana
Alam.

15
BAB III

SISTEM STRUKTUR POLITIK DAN EKONOMI INDONESIA MASA


DEMOKRASI PARLEMENTER 1950-1980.

A. Perkembangan Politik Masa Demokrasi Liberal.


 Sistem Pemerintahannya
sistem pemerintahan pada masa demokrasi liberal dilandasi oleh UUD Sementara
1950 (UUDS 1950) sebagai konstitusi tertinggi. Berdasar ketentuan dalam UUDS
1950, sistem pemerintahan Indonesia dijalankan dengan sistem parlementer. Sistem
parlementer berarti kabinet pemerintahan disusun berdasarkan perimbangan kekuatan
kepartaian dalam parlemen. Maka itu, ia sewaktu-waktu dapat dijatuhkan oleh wakil-
wakil partai dalam parlemen. Dalam sistem parlementer, presiden hanya menjadi
lambang kesatuan saja. Penerapan sistem ini pada dasarnya bertujuan untuk
mengakomodir kebebasan berpendapat dari rakyat yang diwakili oleh partai di
parlemen. Akan tetapi, dalam perjalannya sistem ini seolah menjadi buah
simalakama, karena kebebasan berpendapat yang bertujuan mewujudkan kestabilan
politik tidak sesuai dengan kenyataan. Saat itu, situasi politik tidak stabil sebab sering
kali terjadi pergantian kabinet yang begitu cepat. Salah satu sebabnya adalah
perbedaan kepentingan di antara partai-partai yang ada. Perbedaan di antara partai-
partai tersebut tidak pernah dapat terselesaikan dengan baik sehingga dari tahun 1950
sampai tahun 1959 terjadi pergantian kabinet sebanyak tujuh kali.
 Sistem Kepartaian
partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan
tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi
pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini, memberikan pada anggota
partainya kemanfaatan yang bersifat adil serta materi. sistem kepartaian di Indonesia
pada era demokrasi liberal ialah sistem multipartai. Pembentukan banyak partai,
menurut Mohammad Hatta, bertujuan buat mengukur kekuatan perjuangan Indonesia

16
dan untuk mempermudah meminta tanggung jawab kepada pemimpin- pemimpin
barisan perjuangan.
Akan tetapi, partai-partai politik kala itu gemar saling bersaing dengan cara
mencari kesalahan dan menjatuhkan. Akibatnya, pada era ini sering terjadi pergantian
pemerintahan. Saat banyak kabinet tidak berumur panjang, program-programnya
tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini kemudian menyebabkan terjadinya
ketidakstabilan, baik di bidang politik, sosial, ekonomi, hingga keamanan. Meski
demikian, pada masa demokrasi liberal, pernah berlangsung pemilu pertama di
Indonesia, yakni pada tahun 1955. Pemilu yang diikuti oleh 29 partai politik, dan
digelar untuk memilih anggota DPR serta Dewan Konstituante ini, disebut-sebut
sebagai pemilihan umum paling demokratis dalam sejarah Indonesia.
 Pemilu 1955
Latar Belakang Pelaksanaan Pemilu Tahun 1955Pemilihan umum merupakan
salah satu syarat agar sistem pemerintahan yang demokratis berfungsi, Persiapan
mendasar pemilu dapat diselesaikan pada masa Pemerintahan Kabinet Ali
Sastoamijoyo I. Kabinet Ali Sastroamijoyo I mempunyai agenda utama untuk
mempersiapkan pelaksanaan pemilihan umum yang direncanakan berlangsung pada
pertengahan tahun 2.4. Pemilu 1955 1955. Pada tanggal 31 Juli 1954 dibentuk Panitia
Pemilihan Umum Pusat dengan ketuanya Hadikusumo (PNI). Pada tanggal 16 April
1955 Hadikusumo mengumumkan bahwa pemilihan umum untuk parlemen akan
diadakan pada tanggal 29 September 1955. Pengumuman tersebut mendorong partai-
partai untuk menigkatkan kampanyenya hingga sampai ke pelosokpelosok desa.
Masing-masing partai berusaha untuk mendapatkan suara terbanyak.
Pelaksanaan Pemilihan Umum 1955 Diadakannya pemilu diharapkan dapat
menciptakan stabilitas politik dan pemerintahan. Dengan pemerintahan yang kuat dan
stabil diharapkan dapat melaksanakan program-program pembangunan. Pemilu
direncanakan pada tanggal 29 September 1955 untuk memilih anggota DPR dan pada
tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih anggota konstituante (dewan pembuat

17
undang-undang dasar). Setelah diumumkan pelaksanaan pemilu, maka fase kampanye
dimulai dengan menyelenggarakan rapatrapat raksasa.
Hasil Pemilihan Umum Tahun 1955 Pemilu yang berhasil dilaksanakan pada
tahun 1955 tersebut memunculkan empat partai terkemuka yang meraih kursi
terbanyak di DPR dan konstituante. Keempat partai terkemuka yang meraih kusri
terbanyak di DPR dan konstituante adalah Majelis Syuro Muslimin Indonesia
(Masyumi), Partai Nasional Indonesia (PNI), Nahdatul Ulama (NU), dan Partai
Komunis Indonesia (PKI). Dominasi keempat partai tersebut tampak dari
perimbangan kusri di DPR yang terdiri dari 272 kursi. Untuk kursi DPR Masyumi 60
kursi, PNI 58 kursi, NU 47 kursi, PKI 32 kursi, dan partai lain memperebutkan sisa
75 kursi, sedangkan perimbangan kursi konstituante 520 kursi. Masyumi 119 kursi,
PNI 112 kursi, NU 91 kursi, PKI 80 kursi, dan partai lainnya memperebutkan sisa
118 kursi. Pelantikan anggota DPR hasil pemilu dilakukan pada tanggal 20 Maret
1956, sedangkan pada anggota Dewan Konstituante dilakukan pada tanggal 10
November 1956.

B. Mencari Sistem Ekonomi Nasional


 Pemikiran Ekonomi Nasional
1) Sistem Ekonomi Gunting Syafruddin
Kebijakan ini adalah Pemotongan nilai uang (sanering). Caranya memotong
semua uang yang bernilai Rp. 2,50 ke atas hingga nilainya tinggal setengahnya.
Kebijakan ini dilakukan oleh Menteri Keuangan Syafruddin Prawiranegara pada
masa pemerintahan RIS. Tindakan ini dilakukan pada tanggal 20 Maret 1950
berdasarkan SK Menteri
Nomor 1 PU tanggal 19 Maret 1950. Tujuannya untuk menanggulangi defisit
anggaran sebesar Rp. 5,1 Miliar.
2) Sistem Ekonomi Gerakan Benteng

18
Sistem ekonomi Gerakan Benteng merupakan usaha pemerintah Republik
Indonesia untuk mengubah struktur ekonomi yang berat sebelah yang dilakukan
pada masa Kabinet Natsir yang direncanakan oleh Sumitro Joyohadikusumo
(menteri perdagangan). Program ini bertujuan untuk mengubah struktur ekonomi
kolonial menjadi struktur ekonomi nasional (pembangunan ekonomi Indonesia).
3) Nasionalisasi De Javasche Bank
Seiring meningkatnya rasa nasionalisme maka pada akhir tahun 1951 pemerintah
Indonesia melakukan nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia.
Awalnya terdapat peraturan bahwa mengenai pemberian kredit harus
dikonsultasikan pada pemerintah Belanda. Hal ini menghambat pemerintah dalam
menjalankan kebijakan ekonomi dan moneter. Tujuannya adalah untuk
menaikkan pendapatan dan menurunkan biaya ekspor, serta melakukan
penghematan secara drastis.

4) Sistem Ekonomi Ali-Baba


Sistem ekonomi Ali-Baba diprakarsai oleh Iskaq Tjokrohadisurjo (mentri
perekonomian kabinet Ali I). Tujuan dari program ini adalah Untuk memajukan
pengusaha pribumi. Agar para pengusaha pribumi Bekerjasama memajukan
ekonomi nasional.

 Sistem Ekonomi Liberal

Pada masa liberalism untuk pertama kalinya dalam sejarah kolonial Indonesia
kepada kaum pengusaha dan modal swasta diberikan peluang sepenuhnya untuk
menanamkan modalnya dalam berbagai usaha kegiatan di Indonesia terutama

19
dalam industri-industri perkebunan besar baik di Jawa maupun daerah-daerah luar
Jawa. Selama masa ini modal swasta dari Belanda dan negara-negara Eropa
lainnya telah mendirikan berbagai perkebunan kopi, teh, gula, dan kina yang
besar di Deli, Sumatera Timur.

Zaman liberal mengakibatkan penetrasi ekonomi yang masuk lebih dalam lagi ke
dalam kehidupan masyarakat Indonesia, terutama di Jawa. Penduduk pribumi di
Jawa mulai menyewakan tanah-tanah mereka kepada pihak swasta Belanda untuk
dijadikan perkebunan-perkebunan besar. Berkembangnya perkebunan-perkebunan
tersebut memberikan peluang kepada rakyat Indonesia untuk bekerja sebagai
buruh perkebunan. Selain itu juga penetrasi di bidang eksport import tekstil yang
mematikan kegiatan kerajinan tenun di Jawa. Perkembangan pesat perkebunan-
perkebunan teh, kopi, tembakau, dan tanaman-tanaman perdagangan lainnya
berlangsung antara 1870-1885. Selama masa ini mereka mampu meraup
keuntungan yang besar dari penjualan barang- barang ini di pasar dunia.

20
BAB IV

KAJIAN REGIONAL DAN INTERAKSI ANTARA NEGARA


BERKEMBANG DAN NEGARA MAJU

A. Sebaran Negara-Negara Berkembang dan Negara Maju


a. Negara Maju Persebaran negara maju di dunia sebagian besar terletak di
belahan bumi bagian utara. Berikut beberapa contoh negara maju:
1) Benua Eropa: Inggris, Prancis, Belanda, Jerman, Swedia, Norwegia,
Spanyol, Finlandia, Denmark, Belgia, Swiss, dan negara lainya
2) Benua Asia: khususnya di wilayah Asia Timur seperti Jepang dan Korea
Selatan; dan untuk wilayah Asia Tenggara hanya Singapura
3) Benua Amerika: Kanada dan Amerika Serikat
4) Benua Afrika : Afrika Selatan
5) Australia dan Selandia Baru
b. Negara Berkembang Wilayah persebaran negara berkembang sebagian besar
terletak di belahan bumi bagian selatan. Berikut beberapa contoh negara
berkembang:
1) Benua Asia: Asia Tengah misalnya Kazakhtan dan Afganistan, Asia Selatan
misalnya India dan Srilanka, Asia Tenggara, misalnya Indonesia, Malaysia,
dan Thailand, Asia Barat (Timur Tengah) misalnya Irak dan Yaman.
2) Benua Amerika: Amerika Tengah misalnya Meksiko dan Guatemala,
Kepulauan Karibia misalnya Republik Dominika dan Jamaika, Amerika
Selatan misalnya Brasil, Venezuela, dan Argentina.
3) Benua Afrika: terdapat kurang lebih 55 negara dan sebagian besar
merupakan negara berkembang. Beberapa contoh negara berkembang di
Benua Afrika yaitu Kenya, Mali, Nigeria, Angola, Zaire, dan lain
sebagainya.

21
B. Karakteristik Negara Berkembang dan Negara Maju
a. Negara berkembang
 Pendapatan per tahun yang cenderung rendah
 Keamanan Tidak Terjamin
 Besamya Angka Pengangguran
 Perkembangan Penduduk Tidak Terkendali
 Impor lebih tinggi dibanding ekspor
 Fasilitas Kesehatan Minim
b. Negara maju
 Memiliki Pendapatan Perkapita Yang Tinggi
 Keamanan Sudah Terjamin
 Kecilnya Angka Pengangguran
 Menguasai IPTEK
 Tingkat ekspor lebih tinggi dibanding impor
 Terjaminnya Kesehatan

C. Pola Pertumbuhan Ekonomi di Negara Berkembang dan Negara Maju


a. Tahap Perekonomian Tradisional
Pada tahap ini, kegiatan ekonomi masih berorientasi pada usaha untuk
pemenuhan kebutuhan sendiri. Penerapan teknologi dan manajemen masih
sangat rendah sehingga produktivitasnya juga masih rendah.

b. Tahap Pra-Lepas Landas


Masyarakat tradisional meskipun sangat lambat namun terus bergerak, dan pada
suatu titik mencapai prakondisi untuk lepas landas. Keadaan ini biasanya terjadi
karena adanya campur tangan dari luar, yaitu dari masyarakat yang lebih maju.
Tahap ini merupakan masa transisi di mana masyarakat mempersiapkan diri untuk
mencapai tahap lepas landas.

22
c. Tahap Lepas Landas (Take Off)
Tahap lepas landas merupakan tahap di mana perekonomian mampu tumbuh dan
berkembang dengan kekuatan mandiri. Pada tahap ini penerapan teknologi dan
manajemen modern makin luas dan intensif. Selain itu, terjadi perubahan drastis di
bidang sosial maupun politik, serta terciptanya kemajuan ekonomi yang pesat karena
inovasi-inovasi dan terbukanya pasar-pasar baru.
d. Tahap Kedewasaan (Maturity)
Tahap ini merupakan suatu periode di mana masyarakat sudah secara efektif
menggunakan teknologi modern pada sebagian besar faktor produksi dan kekayaan
alamnya. Pada masa ini sektor-sektor ekonomi berkembang pesat dan leading
industri mengalami kemunduran tetapi digantikan oleh sektor lainnya.
e. Tahap Konsumsi Massa Tingkat Tinggi (High Mass Consumption)
Pada tahap ini, tingkat konsumsi masyarakat sudah sangat tinggi, terutama konsumsi
energi. Hal ini dapat dilihat pada kehidupan masyarakat Eropa Barat, Amerika Utara,
dan Jepang.

D. Jalinan Kerjasama Ekonomi Antar Negara

a. Kerjasama Bilateral
Kerjasama Ekonomi Bilateral, kerjasama yang hanya melibatkan dua negara. Seperti
kerjasama Indonesia-Tiongkok, kerjasama Amerika Serikat-Jepang, Indonesia
dengan Korea, hubungan ekonomi antara Indonesia dengan Amerika Serikat

b. Kerjasama Regional
1) Uni Eropa: Uni Eropa atau disingkat dengan UE adalah sebuah organisasi
antar-pemerintahan dan supra-nasional yang beranggotakan 28 Negara Eropa.
Yang dimaksud dengan Organisasi Supra-Nasional adalah suatu pengaturan
dimana pemerintahan nasional menyerahkan kedaulatannya kepada badan
pemerintahan Internasional. Dengan demikian Badan Internasional tersebut
diakui sebagai badan yang lebih tinggi daripada negara.

23
2) ASEAN: The Association of Southeast Asian Nations, atau disingkat ASEAN
didirikan pada tanggal pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand
dengan ditandatanganinya deklarasi Bangkok (ASEAN Declarations) oleh para
pendiri ASEAN, yaitu atas nama Negara Indonesia, Malaysia, Filipina,
Singapura, dan Thailand. Kemudian Brunai Darussalam bergabung 7 Januari
1984, Vietnam 28 Juli 1995, serta Laos dan Myanmar pada tanggal 23 Juli
1997, kemudian Kamboja tanggal 30 April 1999. Negara di Asia Tenggara
membentuk ASEAN sebagai sebuah persatuan Negara kawasan untuk menjalin
kebersamaan dalam pembangunan.
3) APEC: Asia Pacific Economic Cooperation yang selanjutnya disingkat dan
disebut dengan APEC, adalah organisasi Negara-negara Asia Pasifik yang
didirikan di Canberra pada bulan November 1989 bertujuan membangun kerja
sama ekonomi. Saat ini APEC memiliki 21 (dua puluh satu ) anggota ekonomi
yaitu : Australia, Brunai Darussalam, Kanada, Chili, Cina, Malaysia, Meksiko,
Selandia Baru, Papua Nugini, Peru, Philipina, Rusia, Singapura, Taiwan,
Thailand, Amerika Serikat, Vietnam, Indonesia, Hong Kong, Jepang dan Korea
selatan.
4) NAFTA: Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (Bahasa Inggris: North
American Free Trade Agreement, kepanjangan dari NAFTA), adalah sebuah
organisasi yang terdiri dari negara-negara Amerika Utara. Organisasi ini
didirikan pada 1994 oleh tiga negara, yaitu Amerika Serikat, Kanada, dan
Meksiko.

24
c. Kerjasama Ekonomi Antarregional
Kerja sama antarregional adalah kerja sama antarnegara dalam satu wilayah tertentu
dengan kelompok negara-negara di wilayah lainnya, misalnya: ASEM (Asian-
European Meeting), yaitu kerja sama antarkawasan Asia dan Eropa dan APEC (Asia
Pacific Economic Coorporation), yaitu kerja sama antarkawasan Asia dan Pasifik.
d. Kerjasama Ekonomi Multilateral
Kerjasama mulitilateral adalah kerja sama antar dua negara atau lebih. Contohnya
NAFTA (North American Free Trade Agreement), OPEC (Organization of
Petroleum Exporting Countries).
e. Kerja sama ekonomi berdasarkan tujuan dan lapangan usaha
a) Berdasarkan Lapangan Usaha yang Sama Kerjasama ekonomi ini
dilatarbelakangi oleh kesamaan bidang usaha. Contohnya negara-negara yang
memiliki lapangan usaha yang sama pada sumber minyak bumi membuat OPEC.
b) Berdasarkan Tujuan yang Sama Kerjasama ekonomi ini dilatarbelakangi oleh
tujuan yang sama. Contohnya sejarah para buruh atau tenaga kerja yang
memperjuangkan hak-haknya melahirkan organisasi ILO (International Labour
Organization) yang memperjuangkan tentang ketenagakerjaan para anggotanya.

25
BAB V

KETIMPANGAN SOSIAL

A. Terjadinya Ketimpangan Sosial


Ketimpangan sosial dapat diartikan sebagai adanya ketidakseimbangan atau jarak
yang terjadi ditengah-tengah masyarakat yang disebabkan adanya perbedaan status sosial,
ekonomi, ataupun budaya. Ketimpangan sosial dapat disebabkan oleh adanya faktor-
faktor penghambat, sehingga mencegah dan menghalangi seseorang untuk memanfaatkan
akses atau kesempatan-kesempatan yang tersedia. Dua faktor penghambat tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Faktor Internal
Yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang. Rendahnya kualitas
sumber daya manusia disebabkan oleh tingkat pendidikan/keterampilan ataupun
kesehatan yang rendah, serta adanya hambatan budaya (budaya kemiskinan).
2. Faktor Eksternal
Yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar kemampuan seseorang. Hal ini dapat terjadi
karena birokrasi atau ada pelaturan-pelaturan resmi (kebijakan), sehingga dapat
memperkecil akses seseorang untuk memanfaatkan kesempatan dan peluang yang
tersedia. Dengan kata lain ketimpangan sosial tersebut diakibatkan oleh hambatan-
hambatan atau tekanan-tekanan struktural. Hal tersebut merupakan salah satu penyebab
munculnya kemiskinan struktural.

B. Ketimpangan Sosial di Masyarakat


Ketimpangan sosial dalam masyarakat dipengaruhi oleh faktor-faktor :
1) Kondisi Demografis. Demografi adalah ilmu yang mempelajari tentang masalah
kependudukan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Kondisi demografis
antara masyarakat satu dengan yang lain memiliki perbedaan. Perbedaan antara
masyarakat satu dengan yang lain tersebut berkaitan dengan: jumlah penduduk,
komposisi penduduk, dan persebaran penduduk.
2) Kondisi Ekonomi. Faktor ekonomi sering dianggap sebagai penyebab utama
munculnya ketimpangan sosial. Ketimpangan ini timbul karena pembangunan

26
ekonomi yang tidak merata. Ketidakmerataan pembangunan ini disebabkan karena
perbedaan antara wilayah yang satu dengan yang lainnya. Terlihat dari adanya
wilayah yang maju dan wilayah yang tertinggal. Munculnya ketimpangan yang
dilihat dari faktor ekonomi terjadi karena adanya perbedaan dalam kepemilikan
sumber daya dan faktor produksi.
3) Kondisi Kesehatan. Ketimpangan sosial dapat disebabkan oleh fasilitas kesehatan
yang tidak merata di setiap daerah, jangkauan kesehatan kurang luas, pelayanan
kesehatan yang kurang memadai.
4) Kemiskinan. Kemiskinan juga dianggap sebagai salah satu penyebab ketimpangan
sosial secara teoritis. Kemiskinan dapat disebabkan oleh faktor internal dan faktor
eksternal. Kurangnya kemampuan, mutu pendidikan, dan sifat malas yang melekat
di diri masyarakat adalah beberapa contoh dari faktor internal. sementara itu
birokrasi atau peraturan yang diterapkan oleh instansi perusahaan atau negara
merupakan faktor eksternal penyebab kemiskinan.
5) Kurangnya Lapangan Pekerjaan. Kurangnya lapangan pekerjaan membuat
masyarakat mengalami ketimpangan atau kesenjangan sosial. Kesenjangan antara
masyarakat tenaga kerja dan penganguran menjadi semakin besar karena lapangan
pekerjaan semakin sempit.

C. Ketimpangan Sosial dalam Dunia Pendidikan


Pendidikan merupakan social elevator, yaitu saluran mobilitas sosial vertikal yang
efektif, yang merupakan kebutuhan untuk semua orang. Pendidikan merupakan kunci
pembangunan, terutama pembangunan sumber daya manusia. Ada perbedaan mencolok
dalam pendidikan yang ada di daerah dan kota, seperti: Anak-anak yang berada di daerah
terpencil memiliki semangat belajar tinggi meskipun fasilitas kurang. Sedangkan anak
yang tinggal di kota dengan fasilitas pendidikan yang mencukupi, sebagian besar
terpengaruh oleh lingkungan sosial yang kurang baik sehingga semangat belajar kurang.
Perbedaan ini menyebabkan ketimpangan sosial. Ketimpangan sosial tersebut dapat
dilihat dari fasilitas, kualitas tenaga kerja, mutu pendidikan. Selain itu Globalisasi
mendorong pendidikan untuk menyesuaikan standar nasional, misalnya penggunaan

27
bahasa asing dalam setiap kegiatan pembelajaran, padahal kemampuan daerah tidak
sama.

D. Menunjukkan Rasa Empati Terhadap Ketimpangan Sosial.


Ketimpangan sosial timbul akibat adanya perbedaan dalam masyarakat atau
ketidaksamaan. Faktor penyebabnya karena terbentuknya statifikasi sosial. Dalam
masyarakat modern, ketimpangan sosial cenderung lebih tampak karena faktor
persaingan dalam kehidupan sangat besar terlihat di berbagai aspek. Misalnya, perbedaan
perekonomian, pendidikan, lapangan kerja, dan status sosial lainnya.
E. Ketimpangan sosial Sebagai Sebab Akibat Perubahan Sosial di Tengah Globalisasi.
Ketimpangan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat adalah disebabkan oleh
adanya perbedaan yang mencolok antara si kaya dan si miskin atau antara si pintar dan si
bodoh. Perbedaan ini kelihatan sangat mencolok dan menimbulkan masalah dalam
penanganannya.
1. Ketimpangan Sosial di Bidang Ekonomi
Adanya globalisasi menyebabkan perekonomian hanya tumbuh di beberapa wilayah,
ditambah dengan praktik ekonomi kaptalisme yang menyebabkan si kaya menjadi
semakin kaya dan si miskin menjadi semakin miskin. Hal tersebut membawa dampak
negatif karena memunculkan ketimpangan sosial.
2. Ketimpangan Sosial di Bidang Politik
Dengan adanya dominasi ekonomi negara dunia ke satu terhadap negara lainnya,
menyebabkan dominasi di bidang politik.
3. Ketimpangan Sosial di Bidang Budaya
Globalisasi menimbulkan efek westernisasi yang berakibat mengikis budaya lokal juga
memunculkan sikap atau gaya konsumerisme.

28
F. Pengolah hasil kajian dan pengamatan tentang Ketimpangan social

Dengan adanya konsep ekonomi pendidikan (investasi pendidikan), dengan kata lain
pembenahan dalam dunia pendidikan hingga mampu menghasilkan kualitas hasil pendidikan
(Human Kapital) yang kelak dapat memberikan perbaikan-perbaikan dalam kehidupan
ekonomi baik secara individual maupun kelompok. Ketimpangan Sosial sebagai Akibat
Perubahan Sosial di Tengah Globalisasi.
Ketimpangan yang muncul dalam masyarakat yang memiliki perbedaan tidak terlepas
dari globalisasi yang terjadi pada saat ini. Ketimpangan juga banyak dijumpai pada
masyarakat modern. Hal ini disebabkan karena faktor persaingan dalam kehidupan sangat
besar di berbagai aspek seperti lapangan pekerjaan, status sosial, pendidikan, dan perbedaan
perekonomian.
Ketimpangan sosial yang sangat terlihat jelas di masyarakat adalah di bidang ekonomi. Di
satu pihak, globalisasi dipercaya mencerminkan perubahan structural yang sebenarnya dalam
skala organisasi sosial modern, seperti yang terbukti misalnya dalam pertumbuhan berbagai
perusahaan multi nasional, pasar uang dunia, dan sebagainya (Wahyudi : 165). Realitanya,
yang dapat menikmati dan mengakses perubahan adalah masyarakat dari kalangan-kalangan
tertentu. Sedangkan yang berasal dari golongan kelas sosial bawah tidak dapat
mengaksesnya.
Selain itu, dalam bidang budaya juga mengalami ketimpangan. Akibat dari adanya globalisasi
yang masuk begitu cepat dapat mempengaruhi budaya asli yang dapat luntur sesuai dengan
semakin berkembangnya globalisasi. Munculnya sifat dan gaya konsumerisme adalah
dampak dari masuknya budaya asing. Jika sistem nilai dan norma yang ada dalam masyarakat
tidak mampu mengantisipasi hal tersebut, maka akan muncul kebingungan (anomie) dalam
masyarakat.

29
DAFTAR PUSTAKA

Bintarto. 1989. Interaksi Desa Kota dan permasalahannya. penerbit Golia Indonesia.

Jayadinata, Johara T. 1999. Tata Guna Lahan dalam Perencanaan Perdesaan perkotaan dan
wilayah. Bandung : penerbit ITB.

Anrjani, Ani dan Tri Haryanto. 2009. Geografi XII. Jakarta: Pusat Perbukuan

Somantri, Lili dan Nurul Huda. 2016. Geografi. Bandung: Grafindo.

Cendekia, Tim Alfa, dkk. 2016. Saat Jelang Ujian Nasional Geografi. Bandung: Srikandi
Empat

Henslin, James M. 2007. Essential of Sociology : A Down-to-Earth Approach ( Sosiologi


dengan Pendekatan Membumi). Penerjemah: Kamanto Sunarto. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Herimanto, Winarno. 2009. Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta : PT. Bumi Akasara.

Horton, Paul, dkk. 1992. Sociology ( Sosiologi ). Penerjemah: Aminudin Ram. Jakarta:
Penerbit Erlangga.

Soerjono, Soekanto. 2000. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Abdurakhman, Arif, dkk. 2018. Sejarah Indonesia. Jakarta : Kemendikbud.

Kurniawan, Budi. 2010. Ensiklopedia Pahlawan Bangsa. Yogyakarta: PT.Buku Kita.

Damayanti, Cahya, dkk. Sejarah Indonesia. Jawa Tengah: Viva Pakarindo.

Hermanto, Gatot. 2007. Geografi untuk Siswa SMA/MA Kelas XII. Bandung : Yrama
Widya.

Nuraida, 2019. e-Modul Geografi SMA Kelas XII. Direktorat Pembinaan SMA.

Tika, Pabundu, dkk. 2007. Geografi untuk Siswa SMA/MA Kelas XII. Jakarta Bumi Aksara.

Daliman. 2001. Sejarah Indonesia Abad 19- Awal Abad 20. Yogyakarta : FIS UNY.

30
M. C. Ricklef. 1991. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta : UGM Press.

Mulyadi, Yad dkk. 2014. Sosiologi SMA Kelas XII. Jakarta : Yudhistira.

Alfinn, Mely G. Tan, dan Soemardjan. 1980. Kemiskinan Struktural Suatu Bunga Rampai.
Jakarta : Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial.

Medika, Anisa. 2015. Materi Sosiologi Kelas XII: Ketimpangan Sosial sebagai Dampak
Perubahan Sosial di Tengah Globalisasi.

31

Anda mungkin juga menyukai