Anda di halaman 1dari 7

Rangkuman Materi Struktur Serta Pola Keruangan Desa dan Kota

 Desa adalah sebuah daerah geografis yang terbentuk atas satuan hukum masyarakat tertentu dan
membentuk pemerintahan paling rendah (di bawah Kecamatan). Sedangkan
 kota, dijelaskan sebagai tempat tinggal masyarakat heterogen (campuran) yang tujuan utama
kehidupannya berupa ekonomi dan industri.
 sebuah daerah bisa saja menjadi desa atau kota, tergantung potensi yang berkembang di sana,
menyangkut sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM).
Dimulai dari suatu desa, sebuah wilayah dapat berubah menjadi kota akibat kemajuan yang
terjadi di daerah tersebut. Setidaknya, desa yang bisa berkembang jadi kota ini terbentuk atas tiga
unsur pokok, yakni ada yang tinggal, terkait kualitas serta kuantitas, dan memiliki aturan tertentu.

A. Struktur dan Pola Keruangan Desa


 Struktur atau pola keruangan desa diklasifikasikan berdasarkan tiga aspek, mulai dari lahan atau
letak geografis, pola pemukiman, dan kegiatan ekonominya. pada aspek pertama, letak geografis,
terdapat lima pola keruangan seperti berikut ini:
 Desa pedalaman: terdapat di pelosok (jauh dari kota).

 Desa pegunungan: terdapat di daerah sekitar pegunungan.

 Desa dataran tinggi: terdapat di daerah yang lebih pendek dibanding pegunungan.

 Desa dataran rendah: terletak di dataran rendah dan biasanya bermata pencaharian di
sektor tani.
 Desa pesisir: terdapat di wilayah yang dekat dengan pantai (garis batas laut dan darat).
 Selain lima pola keruangan di atas, ada klasifikasi kedua yang didasarkan melalui pola
pemukimannya, mulai dari:
 Pola pemukiman menyebar: rumah masing-masing penduduk berjauhan karena belum
memiliki jalan besar.
 Pola pemukiman memanjang: pemukiman berbaris di sepanjang jalan raya atau tepi
sungai.
 Pola pemukiman berkumpul: rumah penduduk menyatu di sebuah titik (misalnya
perkampungan).
 Pola pemukiman melingkar: tempat tinggal penduduk membentuk lingkaran, biasanya
mengikuti bentuk jalan raya yang juga melingkar.
 Terakhir, klasifikasi ketiga membagi struktur dan pola keruangan desa berdasarkan kegiatan
ekonominya, yaitu:
 Desa nelayan: bermata pencaharian nelayan.

 Desa persawahan: bermata pencaharian di usaha persawahan.

 Desa perladangan: bermata pencaharian di bidang ladang. Desa perkebunan: bermata


pencaharian di bidang kebun.
 Desa peternakan: bermata pencaharian di usaha peternakan hewan.

 Desa perdagangan: berperan sebagai tempat perdagangan.

 Desa pertambangan: usaha sehari-hari adalah bertambang karena letaknya dekat tambang.

 Desa industri kecil: penduduk sudah berusaha melakukan kegiatan industri skala kecil.

 Desa industri sedang dan besar: mata pencahariannya berupa industri, namun skalanya
sudah sedang hingga besar.

B. Struktur dan Pola Keruangan Kota


 Tentunya, kota yang merupakan wujud perkembangan dari wilayah desa ini memiliki pola dan
struktur keruangannya sendiri. Dalam hal ini, terdapat pengklasifikasian kota berdasarkan pola
keruangan dan struktur keruangannya.
 Pola keruangan kota:
 Sentralisasi (kegiatan kota berkelompok di sebuah wilayah utama)

 Desentralisasi (persebaran menjauhi pusat kota)

 Nukleasi (berkelompok di sebuah wilayah, namun skalanya lebih kecil dibanding kota
sentralisasi)
 Segregasi (persebaran penduduk terpisah karena faktor sosial, budaya, ekonomi, dan lain-
lain)
 Selain pola keruangan, ada klasifikasi kota berdasarkan struktur keruangannya. Berikut ini poin-
poin struktur tersebut:
 Teori Konsentris: kota dibagi menjadi beberapa zona, yakni pusat, peralihan, tempat
tinggal pekerja, tempat tinggal kelas menengah, dan tempat tinggal para penglaju.
 Teori Ketinggian Bangunan: tinggi bangunan ditekankan untuk perumusan sebuah kota
agar tergambar pola ketinggian masing-masing lingkupnya.
 Teori Sektor: dibagi atas wilayah berupa pusat, daerah manufaktur, pemukiman kelas
rendah, menengah, dan tinggi.
 Teori Inti Ganda: inti kota ada di beberapa zona dan tidak konsen di satu titik, ada pusat,
kawasan niaga, pemukiman rendah, menengah, dan tinggi, pusat industri, pusat niaga
pinggiran, kawasan industri serta skala kecil (upakota).
C. Interaksi Desa Kota
 Istilah interaksi wilayah (spatial interaction) menurut Ullman mencakup berbagai gerak mulai
dari barang, penumpang, migran, uang informasi,sehingga konsepnya sama dengan geography of
circulation. Ullman juga mengemukakan terdapat tiga faktor utama yang mendasari atau
memengaruhi interaksi antar wilayah.
 Menurut Roucek & Warren (1962), masyarakat desa memiliki karakteristik sebagai berikut:

 peranan kelompok primer sangat besar;


 faktor geografik sangat menentukan pembentukan kelompok masyarakat;
 hubungan lebih bersifat intim dan awet;
 struktur masyarakat bersifat homogen;
 tingkat mobilitas sosial rendah;
 keluarga lebih ditekankan fungsinya sebagai unit ekonomi;
 proporsi jumlah anak cukup besar dalam struktur kependudukan.
 Pitinn A. Sorokin dan Carle C. Zimmerman (dalam T. L. Smith & P.E. Zop, 1970) 
mengemukakan sejumlah faktor yang menjadi dasar dalam menentukan karakteristik desa dan
kota, yaitu:
 mata pencaharian,
 ukuran komunitas,
 tingkat kepadatan penduduk,
 lingkungan,
 differensiasi sosial,
 stratifikasi sosial,
 interaksi sosial
 solidaritas sosial.
 Interaksi wilayah (Spatial Interaction) adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi
antara dua wilayah atau lebih, yang dapat melahirkan gejala, kenampakkan dan permasalahan
baru, secara langsung maupun tidak langsung, sebagai contoh antara kota dan desa. Dari definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa interaksi antar wilayah memiliki tiga prinsip pokok sebagai
berikut:
 Hubungan timbal – balik terjadi antara dua wilayah atau lebih
 Hubungan timbal balik mengakibatkan proses pengerakan yaitu :
 Pergerakan manusia (Mobilitas Penduduk).
 Pergerakan informasi atau gagasan, misalnya : informasi IPTEK, kondisi suatu wilayah.
 Pergerakan materi / benda, misalnya distribusi  bahan pangan, pakaian, bahan bangunan
dan sebagainya.
 Hubungan timbal balik menimbulkan gejala, kenampakkan dan permasalahan baru yang
bersifat positif dan negatif, sebagai contoh kota menjadi sasaran urbanisasi serta
terjadinya perkawinan antar suku dengan budaya yang berbeda.
 Interkasi desa – kota adalah proses hubungan yang bersifat timbal balik antar unsur-unsur yang
ada dan mempunyai pengaruh terhadap perilaku dari pihak-pihak yang bersangkutan melalui
kontak langsung, berita yang didengar atau surat kabar sehingga melahirkan sebuah gejala baru,
baik berupa fisik maupun non fisik.Interaksi desa dan kota dapat dilihat dari beralihnya mata
pencaharian masyarakat desa dari agraris ke nonagraris, munculnya pengelaju karena didukung
oleh sarana transportasi yang memadai, perdagangan hasil pertanian dan industri, dan kemajuan
dibidang pendidikan. Interaksi kota dan desa sangat menentukan pola persebaran masyarakat desa
dan kota.
 Hubungan desa dan kota dapat ditinjau sebagai berikut: ditinjau dari kepentingan masyarakat
kota, interaksi desa-kota untuk pemenuhan kebutuhan bahan pangan dan bahan dasar industri.
Interaksi desa-kota mendorong masyarakat desa untuk mencari pekerjaan di kota dan memenuhi
kebutuhan fasilitas pelayanan masyarakat dalam mencukupi dan memenuhi kebutuhan hidup,
sehingga  masyarakat desa dan kota saling membutuhkan.  (Bintarto1989).
 Interaksi desa-kota bisa menimbulakan dampak positif dan negatif bagi desa-kota.
 Interaksi antara dua atau lebih daerah yang berbeda akan berpengaruh pada masing-
masing wilayah sehingga hal ini akan memicu terjadinya perubahan. Seberapa besar
perubahan yang terjadi tergantung dari jarak, jumlah penduduk dan berbagai faktor
pendukung lainnya seperti sarana transportasi komunikasi, listrik dan lain-lain.

 Dampak Positif Bagi Desa

 Pengetahuan desa menjadi meningkat karena banyak sekolah telah dibangun didesa,
demikian pula informasi perkembangan dunia dan ilmu pengetahuan yang diterima
penduduk kota dengan mudah menyebar ke desa. Misal : pengetahuan tentang bibit
unggul, pengawetan kesuburan tanah dan pengolahan hasil panen.
 untuk jumlah guru dan sekolah sudah banyak terdapat didesa memungkinkan menjadi
penggerak kemajuan penduduk desa melalui pendidikan, angka buta huruf penduduk
desa semakin berkurang.
 Perluasan jalur jalan desa-kota dan peningkatan jumlah kendaraan bermotor telah
menjangkau daerah perdesaan sehingga hubungan desa-kota semakin terbuka. Hasil
panen dari desa menjadi mudah diangkut ke kota, kelangkaan bahan pangan dikota bisa
dihindari karena suplai bahan pangan mudah dilakukan.
 Produktivitas desa makin meningkat dengan hadirnya teknologi tepat guna, kehadiran
teknologi tepat guna akan meningkatkan kesejahteraan penduduk desa.

 Dampak Negatif Bagi Desa


 Modernisasi kota telah melunturkan orientasi pertanian yang menjadi poko kehidupan
mereka, misal : budaya kontes kecantikan, peragaan busana dan foto model.
 Pengurangan tenaga produktif bidang pertanian di desa, karena banyak tenaga muda
yang lebih tertarik bekerja di kota. Mereka beranggapan di kota banyak kesempatan
kerja dengan nilai upah yang lebih tinggi. Akibatnya didesa hanya tinggal orang tua
dan anak-anak yang tidak produktif.
 Tata cara dan kebiasan yang menjadi budaya kota telah masuk ke pelosok desa dan
cenderung mengubah budaya desa. Banyak kebudayaan kota yang tidak sesuai dengan
kebudayaan atau tradisi desa, sehingga sering menimbulkan masalah dalam kehidupan
masyarakat desa.
 Ketersediaan bahan pangan yang berkurang, peningkatan pengangguran dan
pencemaran lingkungan menjadi masalah penting akibat interaksi desa-kota.

 Dampak Positif Bagi Kota


 Tercukupinya kebutahan bahan pangan bagi penduduk perkotaan yang sebagian besar
berasal dari daerah perdesaan, seperti sayuran, buah-buahan, beras dan lain-lian.
 Jumlah tenaga kerja diperkotaan melimpah karena banyaknya penduduk dari desa yang
pergi ke kota.
 Produk-produk yang dihasilkan didaerah perkotaan bisa dipasarkan hingga ke pelosok
desa sehingga keuntungan yang diperoleh lebih besar.
 Dampak Negatif Bagi Kota
 Jumlah penduduk desa yang pergi kekota tanpa keahlian menimbulkan permasalahan
bagi daerah perkotaan yaitu semakin meningkatnya jumlah pengangguran dan
penduduk miskin.
 Penduduk dengan pendapatan rendah kesulitan mencukupi kebutuhan hidupnya seperti
sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, hiburan dan lain-lain
 Nilai lahan diperkotaan yang mahal, memaksa warga menggunakan lahan atau tempat
yang tidak layak untuk permukiman misal : dibataran sungai, pinggiran rel kereta api,
kuburan dan kolong jembatan. Umumnya permukiman yang terbentuk ialah

permukiman kumuh.
o Tidak tersedia air bersih untuk diminum.
o Tidak ada saluran pembuangan air.
o Penumpukan sampah dan kotoran.
o Serta akses ke luar perkampungan yang sulit.

Evaluasi Bab 4

1. Apa yang dimaksudkan dengan Desa dan Kota?


2. Sebutkan tiga struktur pola keruangan desa!
3. Sebutkan struktur pola keruangan Kota!
4. Apa yang dimaksudkan dengan interaksi wilayah menurut Ullman?
5. Apa yang dimaksdukan dengan interkasi desa kota?
6. Interkasi desa kota dapat menimbulkan dampak positif,sebutakan dampak positif bagi desa dan
dampak positif bagi kota!

Anda mungkin juga menyukai