Menurut American Public Health Association (APHA) rumah dikatakan sehat apabila : (1)
Memenuhi kebutuhan fisik dasar seperti temperatur lebih rendah dari udara di luar rumah, penerangan
yang memadai, ventilasi yang nyaman, dan kebisingan 45-55 dB.A.; (2) Memenuhi kebutuhan kejiwaan;
(3) Melindungi penghuninya dari penularan penyakit menular yaitu memiliki penyediaan air bersih,
sarana pembuangan sampah dan saluran pembuangan air limbah yang saniter dan memenuhi syarat
kesehatan; serta (4) Melindungi penghuninya dari kemungkinan terjadinya kecelakaan dan bahaya
kebakaran, seperti fondasi rumah yang kokoh, tangga yang tidak curam, bahaya kebakaran karena arus
pendek listrik, keracunan, bahkan dari ancaman kecelakaan lalu lintas (Sanropie, 1992; Azwar, 1996).
Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana
pembinaan keluarga.
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempal tinggal
atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang
berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan.
Satuan lingkungan permukiman adalah kawasan perumahan dalam berbagai bentuk dan
ukuran dengan penataan tanah dan ruang, prasarana dan sarana lingkungan yang
terstruktur.
Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan
lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Rumah sebagai bangunan merupakan bagian dari suatu Permukiman yang utuh, dan
tidak semata-mata merupakan tempat bernaung untuk melindungi diri dari segala
bahaya, gangguan, dan pengaruh fisik belaka, melainkan juga merupakan tempat
tinggal, tempat beristirahat setelah menjalani perjuangan hidup sehari-hari. (C.
Djemabut Blaang, Perumahan dan Permukiman, 1986: 28),
Permukiman adalah satuan kawasan perumahan lengkap dengan prasarana lingkungan,
prasarana umum, dan fasilitas sosial yang mengandung keterpaduan kepentingan dan
keselarasan pemanfaatan sebagai lingkungan kehidupan.
Perumahan dan pemukiman merupakan kesatuan fungsional, sebab pembangunan
perumahan harus berlandaskan suatu pola pemukiman yang menyeluruh, yaitu tidak
hanya meliputi pembangunan fisik rumah saja, melainkan juga dilengkapi dengan
prasarana lingkungan, sarana umum dan fasilitas sosial, terutama di daerah perkotaan
yang mempunyai permasalahan majemuk dan multidimensional.
Menurut Suparno Sastra M. dan Endi Marlina, (Perencanaan dan Pengembangan
Perumahan, 2006:29) pengertian mengenai perumahan adalah kelompok rumah yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi
dengan prasarana dan sarana lingkungan.
Sedangkan permukiman menurut Suparno Sastra M. dan Endi Marlina, (Perencanaan dan
Pengembangan Perumahan, 2006:37), adalah suatu tempat bermukim manusia untuk menunjukkan
suatu tujuan tertentu. Apabila dikaji dari segi makna, permukiman berasal dari terjemahan kata
settlements yang mengandung pengertian suatu proses bermukim. permukiman memiliki 2 arti yang
berbeda yaitu:
1. Isi. Yaitu menunjuk pada manusia sebagai penghuni maupun masyarakat di lingkungan
sekitarnya.
2. Wadah. Yaitu menunjuk pada fisik hunian yang terdiri dari alam dan elemen-elemen
buatan manusia.
Elemen permukiman
Permukiman terbentuk atas kesatuan antara manusia dan lingkungan sdi sekitarnya.
Permukiman merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa elemen yaitu (Suparno Sastra M. dan
Endi Marlina, Perencanaan dan Pengembangan Perumahan, 2006:39):
Alam.
Bangunan atau rumah. Bangunan atau rumah merupakan wadah bagi manusia. Pada
prinsipnya bangunan yang dapat digunakan sepanjang operasional kehidupan manusia bisa
dikategorikan sesuai dengan fungsi masing-masing, yaitu:
Networks. Networks merupakan sistem buatan maupun alami yang menyediakan fasilitas
untuk operasional suatu wilayah permukiman. Untuk sistem buatan, tingkat pemenuhannya
bersifat relatif, dimana antara wilayah permukimansatu dengan yang lainnya tidak sama.
Sistem buatan yang yang keberadaannya diperlukan dalam suatu wilayah antara lain:
Jika dilihat berdasarkan ukuranya, standar perbandingan jumlah rumah besar, rumah sedang dan rumah
kecil yaitu 1:3:6
Untuk menentukan luas minimum rata-rata dari perpetakan tanah harus mempertimbangkan
faktor-faktor kehidupan manusianya, faktor alamnya dan pengaturan bangunan setempat.
1. Rumah permanen, memiliki ciri dinding bangunannya dari tembok, berlantai semen atau
keramik, dan atapnya berbahan genteng.
2. Rumah semi-permanen, memiliki ciri dindingnya setengah tembok dan setengah bambu,
atapnya terbuat dari genteng maupun seng atau asbes, banyak dijumpai pada gang-
gang kecil.
3. Rumah non-permanen, ciri rumahnya berdinding kayu, bambu atau gedek, dan tidak
berlantai (lantai tanah), atap rumahnya dari seng maupun asbes.
Menurut UU No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Hak atas tanah
dapat dimiliki oleh orang baik individu, kelompok maupun badan hukum. Hak-hak tersebut dapat
dipergunakan untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan. Adapun macam-macam hak atas tanah
antara lain:
a. hak milik
b. Hak milik adalah hak turun menurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang
atas tanah. Hak milik dapat beralih dan dialihkan kepada orang lain.
2. hak guna-usaha
a. Hak guna usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh
Negara, hak ini terjadi karena ketetapan pemerintah dimana memiliki jangka waktu
tertentu.
b. hak guna-bangunan
c. Hak guna bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan
atas tanah yang bukan miliknya sendiri dengan jangka waktu tertentu.
d. hak pakai
e. hak pakai adalah hak untuk menggunakan atau menggunakan hasil dari tanah yang
dikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik orang lain.
f. hak sewa
g. hak sewa adalah hak untuk menggunakan atau menggunakan hasil dari tanah orang lain
yang telah disewa.
Suatu perumahan dan pemukiman memiliki suatu persyaratan dasar sebelum didirikan,
diantaranya :
Menurut SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan
lokasi lingkungan perumahan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
Lokasi perumahan harus sesuai dengan rencana peruntukan lahan yang diatur dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) setempat atau dokumen perencanaan lainnya yang ditetapkan dengan
Peraturan Daerah setempat, dengan kriteria sebagai berikut:
Suatu bentuk permukiman yang ideal di kota merupakan pertanyaan yang menghendaki
jawaban yang bersifat komprehensif, sebab perumahan dan permukiman menyangkut kehidupan
manusia termasuk kebutuhan manusia yang terdiri dari berbagai aspek. Sehingga dapat dirumuskan
secara sederhana tentang ketentuan yang baik untuk suatu permukiman yaitu harus memenuhi sebagai
berikut:
1. Lokasinya sedemikian rupa sehingga tidak terganggu oleh kegiatan lain seperti pabrik,
yang umumnya dapat memberikan dampak pada pencemaran udara atau pencemaran
lingkungan lainnya.
2. Mempunyai akses terhadap pusat-pusat pelayanan seperti pelayanan pendidikan,
kesehatan, perdagangan, dan lain-lain.
3. Mempunyai fasilitas drainase, yang dapat mengalirkan air hujan dengan cepat dan tidak
sampai menimbulkan genangan air walaupun hujan yang lebat sekalipun.
4. Mempunyai fasilitas penyediaan air bersih, berupa jaringan distribusi yang siap untuk
disalurkan ke masing-masing rumah.
5. Dilengkapi dengan fasilitas air kotor/ tinja yang dapat dibuat dengan sistem individual
yaitu tanki septik dan lapangan rembesan, ataupun tanki septik komunal.
6. Permukiman harus dilayani oleh fasilitas pembuangan sampah secara teratur agar
lingkungan permukiman tetap nyaman.
7. Dilengkapi dengan fasilitas umum seperti taman bermain bagi anak-anak, lapangan atau
taman, tempat beribadat, pendidikan dan kesehatan sesuai dengan skala besarnya
permukiman itu.
8. Dilayani oleh jaringan listrik dan telepon
Sumber : http://lovescokelat.wordpress.com/2009/12/24/sedikit-teori-tentang-perumahan/