Anda di halaman 1dari 25

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Rumah
2.1.1 Pengertian Rumah Tinggal
Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian
dan sarana pembinaan keluarga (Undang-Undang No.4 Tahun 1992). Dalam
pengertian yang luas, rumah tinggal bukan hanya sebuah bangunan (struktural),
melainkan juga tempat kediaman yang memenuhi syarat-syarat kehidupan yang
layak, dipandang dari berbagai segi kehidupan masyarakat (Frick dan Muliani,
2006). Berdasarkan pengertian tersebut rumah tinggal dapat diartikan sebagai tempat
tinggal yang memiliki berbagai fungsi untuk tempat hidup manusia yang layak.

2.1.2 Fungsi Rumah Tinggal


Secara garis besar, rumah memiliki empat fungsi pokok sebagai tempat
tinggal yang layak dan sehat bagi setiap manusia, yaitu :

a. Rumah harus memenuhi kebutuhan pokok jasmani manusia.


b. Rumah harus memenuhi kebutuhan pokok rohani manusia.
c. Rumah harus melindungi manusia dari penularan penyakit.
d. Rumah harus melindungi manusia dari gangguan luar.
Pengertian rumah yang dapat memuaskan kebutuhan jasmani manusia adalah rumah
yang memenuhi persyaratan berikut:

a. Dapat memberi perlindungan terhadap gangguan-gangguan cauaca atau


kedaan iklim yang kurang sesuai degan kondisi hidup manusia misalnya :
panas, dingin, angin, hujan, dan udara.
b. Dapat memenuhi kebutuhan penghuninya untuk melakukan kegiatan atau
pekerjaan rumah tangga sehari-hari, antara lain :
1) Kegiatan kerja yang ringan, misalnya memasak, menjahit, belajar, dan

5
6

menulis.
2) Berkumpul bersama seluruh keluarga atau mengadakan pertemuan dengan
tamu.
3) Kegiatan rutin untuk memenuhi kebutuhan kesehatan jasmani bagi

kelangsungan hidup, yakni antara lain : mandi, tidur, dan makan.Dapat

digunakan sebagai tempat isirahat yang tenang di waktu lelah atau sakit.

Rumah yang dapat memenuhi kebutuhan rohani manusia adalah rumah yang
memberi perasaan aman dan tentram bagi seluruh keluarga sehingga mereka dapat
berkumpul danhidup bersama, serta dapat mengembangkan sifat dan kepribadian
yang sehat. Rumah yang merupakan tempat perlindungan dari pengaruh lingkungan
luar adalah rumah yang dapat menjauhkan segala gangguan kesehatan bagi
penghuninya. Rumah juga harus kuat dan stabil sehingga dapat memberi
perlindungan terhadap gangguan keamanan yang disebabkan bencana alam maupun
kerusuhan atau kejahatan oleh pencurian dan perampokan (Frick dan Muliani, 2006).

Unsur arsitektur selalu terdiri dari: pertama, fungsi sebagai satu jenis atau
kumpulan aktivitas; kedua bentuk yang berupa ruang atau ruangan fisik yang
mengakomodasi aktivitas; ketiga makna atau arti yang ditangkap oleh pengamatnya
dari tampilan akitivitas dan bangunan tersebut. Tipo-morfo yang dikemukakan oleh
Quatremere de Quincy dan dikembangkan oleh Aldo Rosi. Tipologi masuk kedalam
kategori klasifikasi yang dalam perjalanannya tipologi sering juga digunakan untuk
mengklasifikasikan bentuk fisik atau fungsi bangunan (Purnama, 2010). Fungsi
rumah tinggal dapat diketahui melalui kebutuhan manusia tersebut yang akan
menempati dan didalamnya terdapat arsiektur yang dapat membedakan bagian ruang-
ruang yang ada di dalam rumah juga menentukan fungsi dari rumah tinggal.

2.1.3 Type Rumah


Beberapa elemen yang mempengaruhi rumah layak menurut Suparno (2006)
yaitu :
7

e. Privasi yang memadai


f. Keamanan yang memadai, meliputi keamanan kepemilikan dan ketahanan
struktural
g. Pencahayaan yang memadai
h. Infrastruktur dasar yang memadai, meliputi sistem sanitasi air bersih dan air
kotor atau limbah
i. Kualitas lingkungan yang cocok, terkait faktor kesehatan dan lokasi yang
mudah diakses dan dengan biaya yang terjangkau.
Menurut Suparno (2006), dalam perumahan, jenis rumah diklasifikasikan sebagai
berikut :

a. Rumah Sederhana
Rumah sederhana merupakan rumah bertipe kecil, yang mempunyai keterbatasan
dalam perencanaan ruangnya. Rumah tipe ini sangat cocok untuk keluarga kecil dan
masyarakat yang berdaya beli rendah. Rumah sederhana merupakan bagian dari
program subsidi rumah dari pemerintah untuk menyediakan hunian yang layak dan
terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan atau berdaya beli rendah. Pada umumnya,
rumah sederhana mempunyai luas rumah 22 m² s/d 36 m², dengan luas tanah 60 m²
s/d 75 m².

b. Rumah Menengah
Rumah menengah merupakan rumah bertipe sedang. Pada tipe ini, cukup banyak
kebutuhan ruang yang dapat direncanakan dan perencanaan ruangnya lebih leluasa
dibandingkan pada rumah sederhana. Pada umumnya, rumah menengah ini
mempunyai luas rumah 45 m² s/d 120 m², dengan luas tanah 80 m² s/d 200 m².

c. Rumah Mewah
Rumah mewah merupakan rumah bertipe besar, biasanya dimiliki oleh
masyarakat berpenghasilan dan berdaya beli tinggi. Perencanaan ruang pada rumah
tipe ini lebih kompleks karena kebutuhan ruang yang dapat direncanakan dalam
8

rumah ini banyak dan disesuaikan dengan kebutuhan pemiliknya. Rumah tipe besar
ini umumnya tidak hanya sekedar digunakan untuk tempat tinggal tetapi juga sebagai
simbol status, simbol kepribadian dan karakter pemilik rumah, ataupun simbol
prestise (kebanggaan). Pada umumnya, rumah mewah ini biasanya mempunyai luas
rumah lebih dari 120 m² dengan luasan tanah lebih dari 200 m²

2.1.4 Pengertian Rumah Kos


Perumahan yang muncul dari kebijakan perumahan dan perencanaan yang
bertujuan untuk mengurangi dampak negatif dari perkotaan (Wistanley, dkk, 2010).
Rumah kos atau hunian sewa atau hunian transien merupakan hunian yang oleh
pemiliknya disewakan seluruh atau sebagian unitnya kepada mahasiswa

sebagai pihak pengguna untuk mewadahi kegiatan-kegiatan mahasiswa selama masa


studinya dan berkesempatan dalam pengembangan dan peningkatan kualitas
pendidikan di institusi akademik (Nurdini, 2012).

Rumah kos biasanya terdapat di area yang dekat dengan kampus. Pemiliknya
biasanya merupakan penduduk setempat ataupun pemilik modal yang besar. Rumah
kos untuk mahasiswa biasanya terdiri dari 1 kamar, dan di dalamnya terdapat tempat
tidur, 1 meja belajar dan 1 lemari, penggunaan kamar mandi dan dapur secara
kolektif. Perkembangan rumah kos pada saat ini terlihat dari pembangunan dan
fasilitas yang diberikan semakin eksklusif. Hal ini terlihat dalam penyediaan AC,
kamar mandi dalam dan ruang tamu. Sistem pembayaran kos-kosan didasarkan pada
jangka waktu sebulan terkadang bisa 3 bulan langsung. Pembayaran untuk jangka
waktu yang panjang biasanya akan diberikan potongan oleh pemilik rumah kos.

Menurut pemerintah atau dinas perumahan dan kawasan permukiman Jakarta,


(2010) rumah kos memiliki ciri-ciri atau diartikan sebagai berikut :

a. Rumah kos adalah rumah yang penggunaannya sebagai atau seluruhnya


dijadikan sumber pendapatan oleh pemiliknya dengan jalan menerima
penghuni minimal 1(satu) bulan dengan memungut uang kos.
9

b. Pengelola rumah kos adalah pemilik rumah dan atau orang mengelola
rumah kos.
c. Penguhuni adalah penghuni yang menempati rumah kos sekurang-
kurangnya 1(satu) bulan dengan membayar uang kos.
d. Uang kos adalah harga sewa dan biaya lainnya yang dibayar oleh
penghuni dengan perjanjian.

2.1.4 Fungsi Rumah Kos


Rumah kos dirancang untuk memenuhi kebutuhan hunian yang bersifat
sementara dengan sasaran pada umumnya adalah mahasiswa dan pelajar yang
berasal dari luar kota ataupun luar daerah. Rumah kos juga di tempati oleh
masyarakat umum yang tidak memiliki rumah pribadi dan menginginkan
berdekatan dengan lokasi beraktifitas (Jhon Modell, 2010). Fungsi dari Rumah kos
sebagai berikut :

a. Sebagai sarana tempat tinggal sementara bagi mahasiswa yang pada


umumnya berasal dari daerah selama masa studinya.
b. Sebagai sarana tempat tinggal sementara bagi masyaraka umum yang
bekerja di kantor atau yang tidak memiliki rumah tinggal agar
berdekatan dengan lokasinya.
c. Sebagai sarana pembentukan kepribadian mahasiswa untuk lebih
berdisiplin, mandri dan bertanggung jawab.
d. Sebagai tempat untuk menggalang pertemanan dengan mahasiswa lain
dan hubungan sosial dengan lingkungan sekitarnya
Dinding adalah suatu struktur padat yang membatasi dan kadang melindungi suatu
area. Umumnya, dinding membatasi suatu bangunan dan menyokong struktur
lainnya, membatasi ruang dalam bangunan menjadi ruanganruangan, atau melindungi
atau membatasi suatu ruang di alam terbuka. Tiga jenis utama dinding struktural
adalah dinding bangunan, dinding pembatas (boundary), serta dinding penahan
(retaining). Dinding bangunan memiliki dua fu ngsi utama, yaitu menyokong atap
10

dan langit-langit, membagi ruangan, serta melindungi terhadap intrusi dan cuaca.
Dinding pembatas mencakup dinding privasi, dinding penanda batas, serta dinding
kota. Dinding jenis ini kadang sulit dibedakan dengan pagar. Dinding penahan
berfungsi sebagai penghadang gerakan tanah, batuan, atau air dan dapat berupa
bagian eksternal ataupun internal suatu bangunan (Wikipedia, 2011).

2.1.5 Fungsi dinding

Dinding memiliki peran yang vital pada sebuah bangunan. Tidak sekedar
berfungsi sebagai pembatas, tetapi lebih dari itu, dinding memberikan nilai 9 privasi,
nilai kenyamanan, dan nilai kesehatan. Dinding juga bisa memberikan nilai khusus
untuk bangunan-bangunan tertentu, misalnya laboratorium uji, ruang operasi, dan
studio-studio yang menghendaki ambang kebisingan tertentu. Jadi fungsi dinding
disini adalah:

a) Pemisah antar ruang yang mempunyai fungsi berbeda


b) Pemisah ruang yang bersifat pribadi dan ruang yang bersifat umum
c) Penahan cahaya, angin, hujan, banjir, dan lain-lain yang bersumber dari
alam
d) Pembatas fisik ruang
e) Penahan struktur (untuk fungsi tertentu misal dinding lift, reservoir, dan
lain-lain)
f) Penahan kebisingan untuk ruang yang memerlukan ambang kekedapan
suar tertentu, seperti studio rekaman atau studio siaran
g) Penahan radiasi sinar atau zat-zat tertentu, seperti ruang radiologi, ruang
operasi,     laboratorium, dan lain-lain
h) Elemen statis yang memiliki fungsi artistik tertentu
i) Pelindung, misalnya pada penyimpanan surat-surat berharga, seperti
brankas di     bank, dan sebagainya (Susanta, 2007).
11

2.1.6 Pengertian Bata Merah

Penggunaan bata merah sebagai bahan pengisi dinding bangunan sudah umum
terlihat dari dulu hingga kini. Bahan material ini masih menjadi pilihan bagi
masyarakat kendati sudah banyak penemuan dalam bidang teknologi bahan seperti
bata ringan, batako press, dan sebagainya. Bata merah masih banyak digunakan dari
pada bata ringan atau batako press karena selain sudah teruji kekuatannya,
mendapatkan jenis material ini pun tidak susah.

Bata merah merupakan bata yang dibuat dari tanah yang dicetak kemudian
dibakar dengan suhu tinggi sehingga menjadi benar-benar kering, mengeras, dan
berwarna kemerah-merahan. Tanah yang digunakan agak liat sehingga bisa menyatu
saat proses pencetakan. Rumah yang dindingnya dibangun dari material jenis ini
terasa lebih nyaman dan sejuk. Selain lebih kuat dan kokoh serta tahan lama, jarang
sekali terjadi keretakan dinding yang dibangun dari material bata merah.

Material ini sangat tahan terhadap panas sehingga dapat menjadi


perlindungan tersendiri bagi bangunan dari bahaya api. Tidak semua tanah liat
bisa digunakan, hanya yang terdiri dari kandungan pasir tertentu. Bata merah
umumnya memiliki ukuran panjang 17-23 cm, lebar 7-11 cm dan tebal 3-5 cm.
Ukurannya yang kecil memberikan kemudahan dalam hal pengangkutan. Sangat baik
dalam penggunaan pembentukan bidang kecil, murah harganya dan mudah
didapatkan. Untuk dinding seluas 1m2, bila menggunakan bata berukuran 23
cm x 17 cm x 5 cm, kira-kira membutuhkan 70 buah bata merah.

Dalam pemasangannya bahan baku yang dibutuhkan adalah semen dan pasir
ayakan. Tidak memerlukan perekat khusus pada saat pemasangan. Untuk dinding
kedap air diperlukan 1 : 2 atau 1 : 3 (artinya 1 takaran semen dipadu dengan 3
takaran pasir yang sudah diayak). Sedangkan untuk dinding yang tidak harus kedap
air dapat menggunakan perbandingan 1 : 4 .
12

a. Kelebihan bata merah:


- Tidak memerlukan keahlian khusus untuk memasang.
- Ukurannya yang kecil memudahkan untuk pengangkutan.
- Mudah untuk membentuk bidang kecil.
- Murah.
- Mudah didapat.
- Tidak memerlukan perekat khusus.
- Tahan panas(dapat menjadi perlindungan terhadap api).
b. Kekurangan bata merah:
- Sulit untuk membuat pasangan bata yang rapi.
- Menyerap panas di musim panas, menyerap dingin di musim dingin.
- Boros dalam penggunaan material perekat.
- Kualitas kurang beragam dan ukuran jarang yang sama.
- Waktu pemasangan lebih lama.
- Berat, sehingga membebani struktur yang menopangnya.
- Menimbulkan beban cukup besar pada struktur bangunan.
-

- Gambar 2.1.1 Bata Merah

Gambar 2.1 : Batu bata merah (http://architectaria.com/)


13

2.1.7 Pengertian Bata Ringan


Bata ringan merupakan bata berpori yang memiliki nilai berat jenis (density) lebih
ringan daripada bata pada umumnya. Berat jenisnya antara 600-1600 kg/m³ dengan
kekuatannya tergantung pada komposisi campuran (mix design) (Ngabdurrochman,
2009).

Bata ringan pertama kali dikenalkan di Indonesia pada tahun 1995 yang di produksi
oleh PT. Hebel Indonesia di Karawang, Jawa Barat. Ada 2 jenis bata ringan yang saat
ini beredar di pasaran yaitu jenis Autoclaved Aerated Concrete (AAC) dan Celullar
Lightweight Concrete (CLC) seperti pada Gambar 2.1. Pada dasarnya kedua jenis
bata ringan ini sama yaitu menambahkan gelembung udara kedalam mortar untuk
mengurangi berat yang dihasilkan hanya saja cara pengeringannya yang berbeda.

Gambar 2.2 : Bata ringan (Shutterstck/radova1)

2.1
14

2.2

2.3

2.3.1. Bata Ringan Jenis Autoclaved Aerated Concrete (AAC)


Bata ringan AAC merupakan bata ringan yang dimana proses pemubuatan gelembung
udara disebakan oleh reaksi kimia, yaitu pada saat bubuk alumunium atau alumunium
pasta mengembang seperti pada pembuatan roti saat penambahan bahan ragi untuk
pengembangan adonan. Adonan bata ringan jenis AAC umumnya terdiri dari pasir
kwarsa, kapur, gypsum, semen, air, dan alumunium pasta.

Setelah semua adonan tercampur, nantinya adonan akan mengembang selama


4-6 jam. Bahan alumunium pasta tadi berfungsi juga sebagai pengeras beton. Volume
alumunium pasta ini yaitu sebanyak 5-8% dari volume adonan yang akan dibuat.
Kemudian adonan tersebut dipotong sesuai ukuran yang diinginkan dan dimasukan
kedalam autoclave chamber atau diberi uap panas dan diberi tekanan tinggi. Suhu di
dalam autoclave chamber sekitar 180ºC-200 ºC dan tekanan antara 1,5

– 1,6 Mpa. Hal ini dilakukan sebagai proses pengeringan atau pematangan.Pada jenis
AAC ini, gelembung udara yang terbentuk saling berhubungan satu dengan yang
lainnya, hal ini menyebabkan air mudah diresap oleh bata ringan, oleh karena itu,
harus diberikan pelindung kedap air seperti plaster.

Untuk mendapatkan nilai kuat tekan tinggi, proses pengeringan (curing) pada jenis
ini menggunakan tabung autoklaf yang bertekanan tinggi. Namun juga proses curing
tersebut dapat mengganggu proses hidrasi dari semen. Oleh karena itu bata ringan
jenis AAC harus terlindungi dari kelembaban.

Proses pembuatan bata ringan jenis AAC berbeda dengan bata ringan jenis CLC
dan peralatan canggih serta modal yang relatif besar namun kapasitas yang
didapatkan cukup tinggi yaitu sekitar 300 m3 perhari.

2.3.2. Bata Ringan Jenis Celullar Lightweight Concrete (CLC)


15

Bata ringan jenis CLC merupakan bata ringan yang proses curing-nya secara alami.
Bata ringan CLC merupakan beton konvensional dimana agregat kasar (kerikil)
digantikan oleh gelembung udara yang dihasilkan dari foam agent. Peralatan dan
pabrikasi yang digunakan pada produksi jenis ini merupakan alat standar,sehingga
produksinya mudah dapat disamakan dengan pabrikasi beton konvensional. Hanya
semen, pasir, air dan foam agent. Berat jenis yang diinginkan dapat disesuaikan
mulai dari 350 kg/m3 sampai dengan 1.800 kg/m3 dan nilai kekuatan dapat juga
dicapai dari 1,5 sampai lebih dari 30 N/mm2.

Bata ringan jenis CLC ini sama halnya dengan beton konvensional yang mana
kekuatan akan bertambah seiring dengan berjalan-nya waktu. Meskipun bata ringan
jenis ini tidak seringan jenis AAC. Jenis CLC ini tetap memberikan penurunan berat
yang cukup besar jika dibandingkan dengan beton konvensional.

2.3.3 Persyaratan Fisis Bata Ringan


Menurut SNI 03 0349 1989 kelayakan bata beton digunakan untuk pasangan dinding
dapat dilihat dari terpenuhinya karakteristik nilai kuat tekan dan nilai penyerapan air
pada bata ringan. Adapun persyaratan fisik bata ringan dapat dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Persyaratan Fisik Bata Beton Menurut SNI 03-0349-1989.

Tingkat mutu bata Tingkat mutu bata


Satuan beton pejal beton berlubang
I II III IV I II III IV
Kuat tekan bruto*
Kg/cm² 100 70 40 25 70 50 35 20
rata-rata min.

Kuat tekan bruto* Kg/cm² 90 65 35 21 65 45 30 17


16

masing-masing
benda uji min.
Penyerapan air
rata-
% 25 35 - - 25 35 - -
rata maks.

 Kuat Tekan bruto – adalah beban tekan keseluruhan pada waktu benda uji
pecah, dibagi dengan luas ukuran nyata dari bata termasuk luas lubang serta
cekungan tepi.

2.3.4 Agregat Foundry sand

Foundry sand atau biasa dikenal dengan nama casting sand terdiri dari pasir silika
yang bersih, berukuran seragam, berkualitas tinggi yang diikat agar membentuk
cetakan untuk logam besi (besi dan baja) non-besi (tembaga, alumunium, kungingan)
yang telah digunakan selama ini sebagai bahan cetakan karena sifat yang unik.

Pasir yang digunakan di pabrik pengecoran logam berkualitas tinggi, sebagian besar
dipasok oleh anggota Asosiasi Mineral Industri Amerika Utara (IMA- NA). Sifat-
sifat fisik dan kimia yang ketat harus dipenuhi karena pasir berkualitas buruk dapat
menyebabkan cacat penuangan. Akibatnya Foundry sandakan sangat konsisten
dalam komposisi, yang merupakan keuntungan bagi sebagian besar aplikasi
penggunaan akhir.

Meskipun banyak metode pengecoran logam lain seperti pengecoran mati,


peengecoran investasi, dan pengecoran cetakan permanen, pengecoran pasir sejauh
ini merupakan teknik pengecoran yang paling umum digunakan.

Pada saat ini Foundry sand sudah mulai banyak digunakan pada kegiatan
konstruksi seperti untuk :

a. Bahan baku untuk pembuatan semen Portland

b. Penggantian sebagian untuk agregat halus dalam campuran aspal


17

c. Campuran mortar pasangan bata.


2.3.5 Kandungan Foundry sand

Foundry sand mengandung beberapa unsur-unsur kimia antara lain silika


(SiO2), fero oksida (Fe2O3),alumina (Al2O3),titanium oksida (TiO2), kalsium oksida
(CaO), magnesium oksida (MgO), beleran trioksida (SO3), natrium oksida (Na2O)
dan (K2O). komposisi kimia pada Foundry sand dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Komposisi kimia pada Foundry sand

Komponen Kandungan (%)


SiO2 87.91
Fe2O3 0.94
Al2O3 4.7
TiO2 0.15
CaO 0.14
MgO 0.3
SO3 0.09
Na2O 0.19
K2O 0.25
18

2.3.6 Semen Portland

Gambar 2.3 : Semen Portland tipe I (https://www.bhinneka.com/)

Semen Portland adalah salah satu komponen utama dalam konsturksi bangunan
yang digunakan sebagai bahan perekat. Semen Portland merupakan bahan yang paling
umum digunakan sebagai bahan campuran beton, aduakan, plester, bahan penambal,
dan lain sebagainya.

Salah satu ciri semen Portland adalah dapat mengeras apabila bersentuhan dengan air
dan berubah menjadi padat yang tidak larut dalam air. Inilah mengapa semen
Portland disebut sebagai perekat hidrolis.

2.3.7 Bahan Baku Semen Portland

Semen portlan memiliki tekstur berupa serbuk halus, dihasilkan dengan cara
menggiling terak/clinker yang mengandung senyawa kalsium silikat dan gypsum
sebagai tambahan. Ada beberapa senyawa yang dibutuhkan dalam pembuatan semen
Portland, yaitu kalsium oksida (CaO), silikon oksida (SiO2), alumunium oksida
(Al2O3), dan oksidasi besi (Fe2O3).
19

Senyawa-senyawa tersebut dapat diperoleh dari beberapa bahan mentah dan


bahan tambahan. Bahan mentah semen Portland adalah sebagai berikut :

a. Batu Kapur Batu kapur mempunyai kandungan kalsium oksida sebesar 50%.

b. Batu Silika Merupakan sumber silikon oksida, alumunium oksida, dan oksida
besi dengan persentase masing-masing 65%, 17%, dan 7%.
c. Tanah merah memiliki kandungan alumunium oksida sebesar 29% dan
oksida besi10%.
Adapun bahan tambahan dari semen Portland adalah gypsum dan pasir besi.
Gypsum digunakan untuk memperbaiki kualitas dan sifat semen, sedangkan Pasir
besi berguna sebagai flux pada pembakaran dan memberikan warna hitam pada
semen.

2.3.8 Air

Air merupakan bahan dasar yang diperlukan untuk bereaksi dengan semen,
sertaq sebagai bahan pelumas antar butir-butir agregat agar mudah dikerjakan
dan dipadatkan. Apabila air yang digunakan dalam proses pembuatan beton terlalu
sedikit, maka akan menyebabkan beton sulit untuk dikerjakan, tetapi jika terlalu
banyak tentu akan mengurangi nilai kekuatan dari beton itu sendiri. Nilai
banding berat air dan semen untuk suatu adukan beton disebut dengan Water
Cement Ratio (W/C) atau factor air semen (FAS). Agar terjadi proses hidrasi yang
sempurna dalam adukan beton, pada umumnya nilai Water Cement Ratio0,40-0,60.
Sedangkan untuk beton non-pasir factor air semen berkisar antara 0,36-0,46
(Tjokrodimulyo, K., 2007).

Menurut SNI 03-2847-2002, air yang digunakan untuk campuran beton harus
memenuhi syarat sebagai berikut :

a. Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan
yang mengandung asam, oli, garam, alkali, bahan organik, atau bahan-bahan
lain yang merugikan terhadap beton atau tulangan.
20

b. Air yang digunakan untuk beton prategang atau beton yang didalamnya
terdapat logam alumunium harus air bebas, tidak mengandung ion klorida
dalam jumlah yang membahayakan.

c. Air tidak layak diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali
memenuhi beberapa ketentuan.

2.3.9 Foam Agent

Gambar 2.4 : Foam Agent (https://inkuiri.com/)

Foam Agent merupakan bahan selain semen, agregat dan air yang    
 ditambahkan kedalam campuran beton atau mortar. Foam Agent digunakan untuk
mengurangi berat dan karakteristik beton. Secara umum ada dua jenis bahan tambah
yaitu bahan tambah yang berupa mineral (Additive) dan bahan tambah kimiawi
(Chemical Admixture).

Bahan tambah mineral ditambahkan pada saat pengadukan atau pada saat
pengecoran. Sedangkan bahan tambah kimiawi ditambahkan pada saat pengadukan.
21

Bahan tambah ini digunakan untuk mengurangi berat jenis yang signifikan pada
beton.

Salah satu konsep dari bata ringan adalah mengurangi kepadatan yang terdapat
dalam suatu sampel didala, volume yang sama, artinya berat benda tersebut menjadi
berkurang akibat kepadatannya berkurang akan tetapi volume benda tersebut tetap
sama. Pada penelitian ini menggunakan zat kimia berupa Foam Agentyang berfungsi
sebagai pengisi rongga dalam campuran pengecoran sehingga bobot bahan
pengecoran yang telah dicampurkan dan ditambah Foam Agentmenjadi

lebih ringan. Zat tersebut sangat baik digunakan dalam pembuatan beton ringan
ataupun bata ringan. Perbandingan pemakaian airnya 1:20 s/d 1:39 (Rahman,2016).

Ada beberapa pertimbangan didalam pemakaian bahan tambahan pada


beton, yaitu:
a. Jangan menggunakan bahan tambah bila tidak tahu tujuannya
b. Bahan tambah tidak akan membuat beton buruk menjadi beton baik
c. Suatu bahan tambah dapat merubah lebih dari satu sifat adukan beton
d. Pengawasan terhadap bahan ini sangat penting, termasuk pengawasan atas
pengaruhnya pada beton (Riyadi,2005)

2.3.10 Biaya Produksi

Perkiraan biaya mempunyain peranan penting dalam penyelenggaraan suatu


produksi. Segala sesuatu mengenai penyelenggaraan suatu kegiatan produksi akan
dihitung dalam nilai uang. Maka pengalaman dan ketelitian akan sangat penting
dalam perhitungan penyusunan perkiraan biaya produksi (Soeharto, 1999).

Ada 2 jenis biaya yang berhubungan langsung terkait dengan pembiayaan suatu
produksi dan dapat dibedakan menjadi biaya langsung (Direct Cost) dan biaya tidak
langsung (Indirect Cost).
22

2.3.11 Biaya Langsung (Direct Cost)

Biaya langsung merupakan semua biaya yang berhubungan dengan


pelaksanaan suatu produksi di lokasi pembuatan. Biaya langsung didapat dengan
mengalikan volume suatu pekerjaan dengan harga satuan (unit cost) pekerjaan. Harga
satuan terdiri atas biaya peralatan dan upah . Biaya-biaya yang dikelompokan
kedalam jenis biaya langsung yaitu biaya bahan/material, pekerja, dan peralatan.

2.3.12 Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)

Biaya tidak langsung adalah semua biaya yang tidak secara langsung
berhubungan dengan produksi di lokasi pembuatan tetapi biaya ini harus ada dan
tidak dapat dilepaskan dari kegiatan produksi ini. Biaya-biaya yang termasuk dalam
biaya tidak langsung yaitu overhead, contingence, dan profit.

Penjumlahan dari biayan langsung dan biaya tidak langsung merupakan biaya
total yang digunakan selama produksi. Besarna biaya ini sangan tergantung oleh
waktu penyelesaian produksi.

2.3.13 Penelitian Terdahulu

Studi terdahulu sebagai acuan untuk menyusun tugas akhir ini :

Tabel 2.3 Studi Terdahulu

Judul Penelitian Hasil Penellitian

Raditya Studi eksperimental Pada penelitian ini factor air semen


Hardianto, pembuatan bata ringan      (FAS) yang digunakan yaitu

(2015)  foam agentdengan 0.4 ,0.5.0,6 . berdasarkan kuat


tekan rata-rata pada umur 28 hari
variasi   pemakaian air.
yaitu antara 0,73 – 1,32 MPa.
Semua variasi tidak memenuhi
syarat untuk beton pejal mutu A1
23

yaitu 2,1
MPa. Berdasarkan rekapitulasi
pengujian komposisi variasi
pemakaian air yang terbaik yaitu
variasi denngan FAS 0,5.
Richardo Yeskial Studi eksperimental kuat Berdasarkan hasil penelitian
M. (2014) tekan dan separan air bata ini penggunaan tanah putih
ringan CLC dengan tanah sebagai pengganti agregat
putih sebagai agregat halus dalam campuranbata
ringan    mengakibatkan
peningkatan kuat tekan pada
umur 28 hari dengan substitusi
100% tanah putih yaitu
1,472 Mpa sama dengan bata
ringan normal
Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penellitian
Andi Dwi Cahyo, Perbandingan biaya dan Pada penelitian ini
-2016 waktu pada pelaksanaan membandingkan biaya dan
pekerjaan pasangan waktu pada pelaksanaan
dinding bata ringan dan pekerjaan pasangan dinding
bata
dinding bata merah ringan dan bata merah pada
dengan metode time proyek pembangunan gedung
study dan dapat ditarik
kesimpulan
penggunaan bata ringan lebih
unggul dari segi waktu dan
24

biaya

3.4 Batako

3.4.1 Pengertian Batako


Batako merupakan bahan bangunan yang berupa bata cetak alternatif pengganti batu
bata yang tersusun dari komposisi antara pasir, semen Portland dan air dengan
perbandingan 1 semen : 7 pasir

Batako adalah bata yang dibuat dari campuran bahan perekat hidrolis ditambah
dengan agregat halus dan air dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya dan
mempunyai luas penampang lubang lebih dari 25 % penampang batanya dan isi
lubang lebih dari 25 % isi batanya (PUBI, 1982 :26). Sementara PUBI
mendefinisikan batako seperti yang dikutip oleh Sunaryo adalah bata cetak yang
dibuat dengan memelihara dalam suasana lembab dengan campuran tras, kapur
dan air, dengan atau tanpa bahan tambah lainnya (Darmono, 2006).

Lebih lanjut Sunaryo Suratman (1995: 5) menambahkan bahwa batako atau batu
cetak beton adalah elemen bahan bangunan yang terbuat dari campuran SP atau
sejenisnya, pasir, air dengan atau tanpa bahan tambah lainnya (additive), dicetak
sedemikian rupa sehingga memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai
bahan untuk pasangan dinding (Darmono,2006).
25

Gambar 2.5 : Batako (https://www.99.com)

3.4.2 Sifat dan Jenis Batako


Menurut Randing, jenis batako dikelompokkan dalam: (1) Bata cetak beton,
dibuat dari campuran semen portland (SP) dan pasir atau kerikil. (2) Batu cetak trass
kapur, dibuat dengan campuran kapur padam dan trass.(3) Batu cetak tanah
stabilisasi terdiri dari batu cetak semen + tanah (solid cement) dan batu cetak
kapur + tanah (line stabilized soil). (4) Batu cetak kapur pasir (sand-line brick), yaitu
batu cetak kapur pasir dibuat dari campuran kapur padam + pasir kwarsa,
dimanpatkan dan dikeraskan dengan tekanan uap tinggi. (5) Batu cetak beton ringan,
yang dapat berupa: (a) batu cetak beton gas atau beton busa yang dibuat dari
campuran kapur atau SP + digiling dengan pasir kwarsa + bubuk aluminium (bahan
pembusa lain) dan dikeraskan seperti batu kapur, dan (b) batu cetak beton dan beton
apung, dibuat dari SP, pasir alami, kerikil, dan batu apung (Darmono, 2006).

3.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Batako


Menurut Pusoko Prapto, Agar didapat mutu batako yang memenuhi syarat SII
banyak faktor yang mempengaruhi. Faktor yang mempengaruhi mutu batako
tergantung pada: (1) faktor air semen (f.a.s), (2) umur batako, (3) kepadatan batako,
(4) bentuk dan tekstur batuan, (5) ukuran agregat dan lain-lain (Darmono, 2006).
26

Faktor air semen adalah perbandingan antara berat air dan berat semen dalam
campuran adukan. Kekuatan dan kemudahan pengerjaan (workability)

campuran adukan batako sangat dipengaruhi oleh jumlah air campuran yang dipakai.
Untuk suatu perbandingan campuran batako tertentu diperlukan jumlah air yang
tertentu pula.

Menurut A. Manap, Pada dasarnya semen memerlukan jumlah air sebesar 32%
berat semen untuk bereaksi secara sempurna, akan tetapi apabila kurang dari 40 %
berat semen maka reaksi kimia tidak selesai dengan sempurna. Apabila kondisi
seperti ini dipaksakan akan mengakibatkan kekuatan batako berkurang. Jadi air yang
dibutuhkan untuk bereaksi dengan semen dan untuk memudahkan pembuatan batako,
maka nilai f.a.s. pada pembuatan dibuat pada batas kondisi adukan lengas tanah,
karena dalam kondisi ini adukan dapat dipadatkan secara optimal. Disini tidak
dipakai patokan angka sebab nilai f.a.s. sangat tergantung dengan campuran
penyusunnya. Nilai f.a.s. diasumsikan berkisar antara 0,3 sampai 0,6 atau
disesuaikan dengan kondisi adukan agar mudah dikerjakan (Darmono, 2006).

Mutu batako (kuat tekan) bertambah tinggi dengan bertambahnya umur batako.
Oleh karena itu sebagai standard kekuatan batako dipakai kekuatan pada umur batako
28 hari. Bila karena sesuatu hal diinginkan untuk mengetahui kekuatan batako pada
umur 28 hari, maka dapat dilakukan dengan menguji kuat tekan batako pada umur 3
atau 7 hari dan hasilnya dikalikan dengan faktor tertentu untuk mendapatkan
perkiraan kuat tekan batako pada umur 28 hari.

Kekuatan batako juga dipengaruhi oleh tingkat kepadatannya. Dalam


pembuatan batako diusahakan campuran dibuat sepadat mungkin. Hal
inimemungkinkan untuk menjadikan bahan semakin mengikat keras dengan adanya
kepadatan yang lebih, serta untuk membantu merekatnya bahan pembuat batako
dengan semen yang dibantu oleh air.
27

3.4.4 Mill (Batu Putih)

Batu putih Gunung Kidul termasuk batu kalsit, yang umumnya juga dijumpai
berasosiasi dengan batu gamping khususnya batu gamping non klastik dan terbentuk
karena beberapa faktor yaitu :

1. Karena penglaburan kembali larutan batu gamping akibat air tanah atau hujan.
2. Karena batu gamping non kalstik mengalami proses perlipatan / tektonik
sehingga terbentuk rekahan dimana endapan kalsit berada.
3. Karena proses metamorphose kontak atau regional pada batu gamping yang
diterobos oleh batuan beku.
4. Akibat proses hidroternal temperature rendah dan berasosiasi dengan senyawa
sulfa.

Batu putih digolongkan dalam jenis batuan gamping dengan nama Kalkarenit
Halus berwarna putih cerah, teksture klastik, terdukung butiran tersusun oleh fosil
20% -70%, lumpur karbonat 20% - 70%, semen 10% - 30%, hornbiende 0% - 1%
dan pori 5% - 35%. Hasil analisis kimia menunjukan bahwa kandungan unsur –unsur
penyusun batu kalkarenit halus mempunyai komposisi yang tersusun sebagai
berikut ; CaCo3, SiO2, MgO, Al2O3, Fe2O3 dan TiO2.

3.4.5 Bahan penyusun Batako

3.4.5.1 Semen
Semen portland (SP) adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara
menggiling halus klinker, yang terdiri terutama dari silikat-silikat kalsium yang
bersifat hidrolis dan gips sebagai bahan pembantu.

Klasifikasi Sesuai dengan tujuan pemakaiannya, semen portland dibagi dalam


5 jenis, sebagai berikut :

1. Jenis I : Untuk konstruksi pada umumnya,dimana tidak diminta persyaratan


khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lainnya.
28

2. Jenis II : Untuk konstruksi umumnya terutama sekali bila disyaratkan agak


tahan terhadap sulfat dan panas hidrasi yang sedang.
3. Jenis III : Untuk konstruksi - konstruksi yang menuntut persyaratan
kekuatan       awal yang tinggi.
4. Jenis IV: Untuk konstruksi - konstruksi yang menuntut persyaratan  panas
hidrasi yang rendah.
5. Jenis V: Untuk konstruksi - konstruksi yang menuntut persyaratan sangat
tahan terhadap sulfat.
3.4.5.2 Pasir
Pasir merupakan agregat alami yang berasal dari letusan gunung berapi,
sungai, dalam tanah dan pantai oleh karena itu pasir dapat digolongkan dalam tiga
macam yaitu pasir galian, pasir laut dan pasir sungai.

Menurut (SK SNI - S – 04 – 1989 – F : 28) disebutkan mengenai persyaratan


agregat halus yang baik adalah sebagai berikut :

1. Agregat halus harus terdiri dari butiran yang tajam dan keras dengan
indeks kekerasan <2,2.
2. Sifat kekal apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai berikut:
a) Jika dipakai natriun sulfat bagian hancur maksimal 12%.
b) Jika dipakai magnesium sulfat bagian halus maksimal 10%.
3. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dan apabila pasir
mengandung lumpur lebih dari 5% maka pasir harus dicuci.
4. Pasir tidak boleh mengandung bahan – bahan organik terlalu banyak, yang
harus dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrans-Harder dengan larutan jenuh
NaOH 3%.
5. Susunan besar butir pasir mempunyai modulus kehalusan antara 1,5 sampai
3,8 dan terdiri dari butir –butir yang beraneka ragam.
6. Untuk beton dengan tingkat keawetan yang tinggi reaksi pasir terhadap alkali
harus negatif.
29

7. Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai agregat halus untuk semua mutu
beton kecuali dengan petunjuk dari lembaga pemerintahan bahan bangunan      yang
diakui.
8. Agreagat halus yang digunakan untuk plesteran dan spesi terapan harus
memenuhi persyaratan pasir pasangan.
Dilihat dari syarat batas gradasinya, agregat halus (pasir) di bagi menjadi 4
zone seperti yang di tunjukkan pada Tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.4 Syarat Batas Gradasi Pasir

Lubang Berat Tembus Komulatif (%)


Ayakan Zone 1 Zone 2 Zone 3 Zone 4
(mm) Bawah Atas Bawah Atas Bawah Atas Bawah Atas
10 100 100 100 100 100 100 100 100
4,8 90 100 90 100 90 100 95 100
2,4 60 95 75 100 85 100 95 100
1,2 30 70 55 100 75 100 90 100
0,6 15 34 35 59 60 79 80 100
0,3 5 20 8 30 12 40 15 50
0,15 0 10 0 10 0 10 0 15

Keterangan:

Zone 1 = Pasir Kasar

Zone 2 = Pasir Agak Kasar

Zone 3 = Pasir Halus

Zone 4 = Pasir Agak Halus

Anda mungkin juga menyukai