Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

PERUMAHAN DAN KESEHATAN

DOSEN PENGAMPU :

Dr.Syamsidah, M.Pd

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 8

1. Inayah : 220208500027
2. Aliyah Maghfirah Alim : 220208500023
3. Dwi Syafinka Syahni : 220208500022

PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena RahmatNya
Kami dapat menyelesaikan Makalah dengan judul “Perumahan dan Kesehatan”.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas Mata
Kuliah Sosiologi Keluarga.
Atas segala dukungan serta saran – saran dalam penyusunan makalah ini,
Kami menyampaikan rasa terima kasih kepada Ibu Dr.Syamsidah, M.Pd. Selaku Dosen
Pengampu mata kuliah sosiologi keluarga. Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
pembaca yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Terima Kasih Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, 10 Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL ...................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................................................. 1
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Pengertian Rumah, Perumahan, dan Permukiman .............................................. 3
B. Sarana dan Prasarana Dalam Perumahan ............................................................ 6
C. Perumahan Sehat dan Sanitasi ............................................................................ 7
D. Kriteria Rumah Sehat .......................................................................................... 9
E. Penyakit Yang Muncul Sebagai Dampak Sanitasi Perumahan Yang Buruk .... 18
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 28
B. Saran ................................................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 29

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah dan lingkungan permukiman yang sehat merupakan salah satu kebutuhan
dasar bagi keluarga untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan
Permukiman merupakan suatu keadaan atau tempat dimana manusia dapat
menetap/tinggal pada kedudukan yang tetap sehingga keluarga dapat berkembang secara
harmonis dalam kondisi yang menguntungkan (Kasjono, 2011).
Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin., bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat, yang merupakan kebutuhan dasar manusia, dan
yang mempunyai peran yang sangat strategis dalam pembentukan watak serta
kepribadian bangsa sebagai salah satu upaya membangun manusia Indonesia seutuhnya,
berjati diri, mandiri, dan produktif.
Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan
yang sehat baik fisik, kimia, biologis maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Kasjono, 2011). Lingkungan sehat
sebagaimana dimaksud yaitu mencakup lingkungan pemukiman, tempat kerja, tempat
rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum.
Masalah lingkungan yang buruk merupakan masalah lingkungan yang kompleks.
Tingkat kemiskinan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam
mempengaruhi kualitas lingkungan. Tingginya angka kemiskinan menimbulkan pesatnya
arus urbanisasi masyarakat ke kota-kota besar sehingga menimbulkan kekumuhan-
kekumuhan baru di daerah sudut kota. Persyaratan kesehatan lingkungan perumahan dan
permukiman sangat diperlukan karena pembangunan perumahan berpengaruh sangat
besar terhadap peningkatan derajat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat. Sanitasi
lingkungan pemukiman meliputi: pengelolaan sampah, air bersih, sarana pembuangan air
limbah, dan
jamban (Yuniati, 2011).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan rumah, perumahan dan permukiman?
2. Apa saja sarana dan prasarana dalam perumahan?
3. Apa yang dimaksud dengan rumah sehat?
4. Apa saja persyaratan atau kriteria rumah sehat dan Sanitasi?
5. Penyakit apa saja yang muncul apabila sanitasi perumahan buruk?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari rumah, perumahan, dan pemukiman
2. Mengetahui sarana dan prasarana dalam perumahan

1
3. Mengetahui pengertian dari rumah sehat
4. Mengetahui persyaratan atau kriteria rumah sehat
5. Mengetahui dampak atau penyakit yang muncul akibat sanitasi perumahan buruk

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Rumah, Perumahan, dan Pemukiman


a. Rumah
 Pengertian Rumah
Menurut UU RI No. 4 Tahun 1992, Rumah adalah struktur fisik yang
terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya yang dipakaisebagai tempat
tinggal dan sarana pembinaan keluarga.
Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat
berlindung, dimanalingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta
keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan individu (Komisi WHO
Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001).
Menurut John F.C Turner, 1972, dalam bukunya Freedom To Build
mengatakan, “Rumah adalah bagian yang utuh dari permukiman, dan bukan hasil
fisik sekali jadi semata, melainkan merupakan suatu proses yang terus
berkembang dan terkait dengan mobilitas sosial ekonomi penghuninya dalam
suatu kurun waktu. Yang terpenting dan rumah adalah dampak terhadap
penghuni, bukan wujud atau standar fisiknya. Selanjutnya dikatakan bahwa
interaksi antara rumah dan penghuni adalah apa yang diberikan rumah kepada
penghuni serta apa yang dilakukan penghuni terhadap rumah”.
Menurut Siswono Yudohusodo (Rumah Untuk Seluruh Rakyat, 1991:
432), rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian
dan sarana pembinaan keluarga. Jadi, selain berfungsi sebagai tempat tinggal atau
hunian yang digunakan untuk berlindung dari gangguan iklim dan makhluk hidup
lainnya, rumah merupakan tempat awal pengembangan kehidupan.
Kebijakan dan strategi nasional penyelenggaraan perumahan dan
permukiman menyebutkan bahwa rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia disamping pangan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Selain berfungsi
sebagai pelindung terhadap gangguan alam/cuaca dan makhluk lainnya, rumah
juga memiliki peran sosial budaya sebagai pusat pendidikan keluarga, persemaian
budaya dan nilai kehidupan, penyiapan generasi muda, dan sebagai manifestasi
jati diri. Dalam kerangka hubungan ekologis antara manusia dan lingkungannya
maka terlihat jelas bahwa kualitas sumber daya manusia di masa yang akan
datang sangat dipengaruhi oleh kualitas perumahan dan permukimannya.
(Sumber: Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman
Departemen Permukiman dan Prasarana Permukiman )

 Fungsi Rumah

3
Menurut Turner (1972:164-167), terdapat tiga fungsi yang terkandung dalam
rumah:
a. Rumah sebagai penunjang identitas keluarga, yang diwujudkan dalam
kualitas hunian atau perlindungan yang diberian rumah. Kebutuhan tempat
tinggal dimaksudkan agar penghuni mempunyai tempat tinggal atau
berteduh secukupnya untuk melindungi keluarga dari iklim setempat.
b. Rumah sebagai penunjang kesempatan keluarga untuk berkembang dalam
kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi atau fungsi pengembangan
keluarga. Fungsi ini diwudkan dalam lokasi tempat rumah itu didirikan.
Kebutuhan berupa akses ini diterjemahkan dalam pemenuhan kebutuhan
sosial dan kemudahan ke tempat kerja guna mendapatkan sumber
penghasilan.
c. Rumah sebagai penunjang rasa aman dalam arti terjaminnya kehidupan
keluarga di masa depan setelah mendapatkan rumah, jaminan keamanan
lingkungan perumahan yang ditempati serta jaminan keamanan berupa
kepemilikan rumah dan lahan.
d. Rumah sebagai kebutuhan dasar manusia, perwujudannya bervariasi
menurut siapa penghuni atau pemiliknya

Berdasarkan hierarchy of need (Maslow, 1954:10), kebutuhan akan rumah dapat


didekati sebagai :
a. Physiological needs (kebutuhan akan makan dan minum), merupakan
kebutuhan biologis yang hampir sama untuk setiap orang, yang juga
merupakan kebuthan terpenting selain rumah, sandang, dan pangan juga
termasuk dalam tahap ini.
b. Safety or security needs (kebutuhan akan keamanan),merupakan tempat
berlindung bagi penghuni dari gangguan manusia dan lingkungan yang
tidak diinginkan.
c. Social or afiliation needs (kebutuhan berinteraksi), sebagai tempat untuk
berinteraksi dengan keluarga dan teman.
d. Self actualiztion needs (kebutuhan akan ekspresi diri), rumah bukan hanya
sebagai tempat tinggal, tetapi menjadi tempat untuk mengaktualisasikan
diri.
b. Perumahan
Menurut UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman,
perumahan berada dan merupakan bagian dari permukiman, perumahan adalah
kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan
(pasal 1 ayat 2).

4
Secara umum, perumahan merupakan sebuah lingkungan yang terdiri dari
kumpulan unit-unit rumah tinggal dimana dimungkinkan terjadinya interaksi
sosial diantara penghuninya, serta dilengkapi prasarana sosial, ekonomi, budaya,
dan pelayanan yang merupakan subsistem dari kota secara keseluruhan.
Lingkungan ini biasanya mempunyai aturan-aturan, kebiasaan-kebiasaan serta
sistem nilai yang berlaku bagi warganya.
Selain berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal untuk kehidupan dan
penghidupan keluarga, perumahan juga merupakan tempat untuk
menyelenggarakan kegiatan bermasyarakat dalam lingkungan terbatas Penataan
ruang dan kelengkapan prasarana dan sarana lingkungan bertujuan agar
lingkungan tersebut menjadi lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur serta
dapat berfungsi sebagaimana diharapkan oleh pemiliknya. (Bogolasky and Ward,
2018);(Dr. Muhammad Ikhtiar, 2018).
c. Permukiman
Menurut Undang-Undang No 4 Tahun 1992 Pasal 3, Permukiman adalah bagian
dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan
perkotaan maupun pedesaan yang bekerja sebagai lingkungan tempat tinggal dan
tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Satuan
lingkungan adalah kawasan perumahan dalam berbagai bentuk dan ukuran dengan
penataan tanah dan ruang, prasarana dan sarana lingkungan yang terstruktur .
Sedangkan dalam Pasal 4 menyebutkan bahwa penataan perumahan dan bertujuan
bertujuan untuk :
a. Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia,
dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat;
b. Mewujudkan perumahan dan perlindungan yang layak dalam lingkungan
yang sehat, serasi, dan teratur;
c. Memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang
rasional;
d. Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan bidang
bidang lain.

Lingkungan permukiman merupakan suatu sistem yang terdiri dari lima elemen,
yaitu (K. Basset dan John R. Short, 1980, dalam Kurniasih) :
a. Nature (unsur alami), mencakup sumber-sumber daya alam seperti topografi,
hidrologi, tanah, iklim, maupun unsur hayati yaitu vegetasi dan fauna.
b. Man (manusia sebagai individu), mencakup segala kebutuhan pribadinya
seperti biologis, emosional, nilai-nilai moral, perasaan, dan perepsinya.
c. Society (masyarakat), adanya manusia sebagai kelompok masyarakat.

5
d. Shells (tempat), dimana mansia sebagai individu maupun kelompok
melangsungkan kegiatan atau melaksanakan kehidupan.
e. Network (jaringan), merupakan sistem alami maupun buatan manusia, yang
menunjang berfungsinya lingkungan permukiman tersebut seperti jalan, air
bersih, listrik, dan sebagainya.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka pada dasarnya suatu permukiman terdiri
dari isi (contents) yaitu manusia, baik secara individual maupun dalam
masyarakat dan wadah yaitu lingkungan fisik permukiman lingkungan fisik
permukiman yang merupakan wadah bagi kehidupan manusia dan merupakan
pengejawantahan dari tata nilai, sistem sosial, dan budaya masyarakat yang
membentuk suatu komunitas sebagai bagian dari lingkungan permukiman
tersebut.

B. Sarana dan Prasarana Perumahan / Permukiman


Berdasarkan UURI No. 4/1992 (tentang Perumahan dan Permukiman) dapat
diketahui berbagai jenis prasarana permukiman seperti yang tercantum dalam Pasal 5 - 7,
meliputi:
1) Sarana dasar yang utama bagi berfungsinya suatu lingkungan permukiman adalah
(Pasal 5):
a. Jaringan jalan untuk mobilitas manusia dan angkutan barang, pencegahan
perambatan kebakaran, serta untuk menciptakan ruang dan bangunan yang teratur;
b. Jaringan saluran pembuangan air limbah dan tempat pembuangan sampah untuk
kesehatan lingkungan; dan
c. Jaringan saluran air hujan untuk pengatusan/drainase, dan pencegahan banjir
setempat.
Dalam keadaan tidak terdapat air tanah sebagai sumber air bersih, jaringan air
bersih merupakan sarana dasar.
2) Fasilitas penunjang dimaksud dapat meliputi aspek ekonomi yang antara lain berupa
bangunan perniagaan/perbelanjaan yang tidak mencemari lingkungan. Sedangkan
fasilitas penunjang yang meliputi aspek sosial-budaya, antara lain berupa bangunan
pelayanan umum dan pemerintahan, pendidikan dan kesehatan, peribadatan, rekreasi
dan olah raga, pemakaman dan pertamanan (Pasal 6).
3) Flitas umum meliputi antara lain: jaringan air bersih, jaringan listrik, jaringan telefon,
jaringan gas, jaringan transportasi, dan pemadam kebakaran. Fasilitas umum
membutuhkan pengelolaan secara berkelanjutan dan profesional oleh badan usaha
agar dapat memberikan pelayanan yang memadai kepada masyarakat (Pasal 7).

Conyers, D. dan P. Hills (1984) merinci sarana/fasilitas permukiman dapat


meliputi diantaranya:
1) Fasilitas pelayanan ekonomi dan perdagangan, meliputi:

6
a.Warung/kios, merupakan unit usaha ekonomi skala terkecil;
b.Pertokoan, merupakan unit usaha ekonomi skala sedang - besar;
c.Pusat perbelanjaan skala lingkungan (toko dan pasar); dan
d.Pusat perbelanjaan dan niaga (toko + pasar + bank + kantor-kantor + industri
kecil).
2) Fasilitas pelayanan sosial, meliputi:
a. Fasilitas pendidikan, terdiri dari:
b. Taman Kanak-Kanak (TK);
c. Sekolah Dasar (SD);
d. Sekolah Lanjutan Pertama (SLP); dan
e. Sekolah Lanjutan Atas (SLA).
f. Fasilitas kesehatan, terdiri dari:
g. Balai pengobatan;
h. BKIA + Rumah bersalin;
i. Puskesmas dan Balai pengobatan;
j. Rumah sakit daerah/wilayah;
k. Tempat praktek dokter;
l. Dokter; dan
m. Apotek/toko obat.
3) Fasilitas pelayanan kesejahteraan sosial, meliputi:
a. Tempat ibadah;
b. Balai pertemuan; dan
c. Tempat hiburan.
4) Fasilitas pelayanan pendukung lainnya, meliputi:
a. Taman/tempat bermain (park/play ground);
b. Jalur hijau; dan
c. Tempat pejalan kaki/pedestrian.

C. Perumahan Sehat dan Sanitasi


Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan determinan
kesehatan masyarakat. Dalam pengadaan perumahan sehat merupakan tujuan
fundamental yang kompleks dan tersedianya standar perumahan adalah isu penting dari
kesehatan masyarakat. Perumahan yang layak untuk tempat tinggal harus memenuhi
syarat kesehatan, sehingga penghuninya tetap sehat. Perumahan yang sehat tidak lepas
dari ketersediaan prasarana dan sarana terkait, seperti penyediaan air bersih, sanitasi
pembuangan sampah, transportasi, dan tersedianya pelayanan sosial (Krieger and
Higgins, 2002).
Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan kegiatan
pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia. Menurut WHO, sanitasi didefinisikan
sebagai pengawasan faktor-faktor dalam lingkungan fisik manusia yang dapat

7
menimbulkan pengaruh yang merugikan terhadap perkembangan jasmani, maka berarti
pula suatu usaha untuk menurunkan jumlah penyakit manusia sedemikian rupa sehingga
derajat kesehatan yang optimal dapat dicapai (Nessa Irawan, 2010).
Seluruh keluarga serta kebiasaan hidup sehari-harinya merupakan suatu ketentuan
yang berhubungan erat. Rumah bukan hanya sekedar tempat istirahat, melainkan juga
merupakan tempat untuk mendapatkan kesenangan, kecintaan dan mendapatkan
kebahagiaan. Rumah adalah tempat dimana kesetiaan ditumpahkan, menimbulkan
kerinduan bila jauh dan mendatangkan kebahagiaan bila berada didalamnya. Itulah
sebabnya kesehatan harus dimulai dari rumah, untuk ini rumah dan pengaturannya harus
memenuhi syarat-syarat kesehatan. Rumah terdiri dari ruangan, halaman dan area
sekelilingnya.
Maka dapat dikatakan bahwa sanitasi rumah adalah usaha kesehatan masyarakat
yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap struktur fisik dimana orang
menggunakannya untuk tempat tinggal yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia.
Dalam penilaian rumah sehat menurut Kepmenkes dan Depkes RI 2002 tentang
Pedoman Teknis Penilaian Rumah sehat, parameter rumah yang dinilai meliputi lingkup
3 (tiga) kelompok komponen penilaian, yaitu :
1) Kelompok komponen rumah meliputi langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar
tidur, jendela kamar keluarga, dan ruang tamu, ventilasi, sarana pembuangan asap
dapur, pencahayaan
2) Kelompok sarana sanitasi meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan kotoran,
sarana pembuangan air limbah, dan sarana pembuangan sampah
3) Kelompok perilaku penghuni meliputi perilaku membuka jendela kamar tidur,
membuka jendela ruang keluarga dan tamu, membersihkan halaman rumah,
membuang tinja bayi/anak ke kakus, dan membuang sampah pada tempatnya.
Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri
atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman,
pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan
kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem
pembiayaan,serta peran masyarakat(Purnama, 2018).
Kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman adalah kondisi fisik, kimia,
dan biologi di dalam rumah, di lingkungan rumah dan perumahan, sehingga
memungkinkan penghuni mendapatkan derajat kesehatan yang optimal. Persyaratan
kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman adalah ketentuan teknis kesehatan
yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni dan masyarakat yang bermukim
di perumahan serta masyarakat sekitar dari bahaya atau gangguan kesehatan. Persyaratan
kesehatan perumahan yang meliputi persyaratan lingkungan perumahan dan pemukiman
serta persyaratan rumah itu sendiri, sangat diperlukan karena pembangunan perumahan
berpengaruh sangat besar terhadap peningkatan derajat kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat (Marlinaeet al., 2019).

8
D. Kriteria Rumah Sehat
Pada dasarnya rumah yang baik dan pantas untuk dihuni harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut: bebas dari kelembapan; mudah diadakan perbaikan;
mempunyai cukup akomodasi dan fasilitas untuk mencuci, mandi dan buang kotoran;
serta mempunyai fasilitas yang cukup untuk menyimpan, meracik, dan memasak
makanan. Pada tahun 1946 di Inggris ada sebuah Sub Committee on Standards of Fitness
for Habitation yang membuat rekomendasi terhadap rumah yang akan dihuni, antara lain
sebagai berikut.
1. Dalam segala hal harus kering
2. Dalam keadaan rumah diperbaiki
3. Tiap kamar mempunyai lampu dan lubang ventilasi
4. Mempunyai persediaan air yang cukup untuk segala keperluan rumah tangga
5. Mempunyai kamar mandi
6. Mempunyai tempat /kamar cuci, dengan pembuangan air limbah yang baik
7. Mempunyai sistem drainase yang baik
8. Mempunyai jamban yang memenuhi syarat kesehatan (di dalam atau di luar)
9. Cukup fasilitas untuk menyimpan, meracik, dan memasak makanan
10. Tempat menyimpan makanan harus mempunyai ventilasi yang baik
11. Jalan masuk ke rumah yang baik
12. Mempunyai fasilitas alat pemanas/pendingin di kamar
13. Setiap kamar mempunyai titik lampu yang cukup(Sub-Committee and Health, 1946).

Rumusan persyaratan rumah yang dikeluarkan oleh WHO dan American Public
Health Association (APHA) antara lain sebagai berikut:
1. Menurut WHO (1974)
a. Harus dapat melindungi dari hujan, panas, dingin, dan berfungsi sebagai
tempat istirahat
b. Mempunyai tempat-tempat untuk tidur, masak, mandi, mencuci, kakus,
dan kamar mandi
c. Dapat melindungi dari bahaya kebisingan dan bebas dari pencemaran
d. Bebas dari bahan bangunan yang berbahaya

9
e. Terbuat dari bahan bangunan yang kokoh dan dapat melindungi
penghuninya dari gempa, keruntuhan, dan penyakit menular
f. Memberi rasa aman dan lingkungan tetangga yang serasi
2. Menurut APHA
a. Memenuhi Kebutuhan Fisiologis
1) Suhu ruangan
Suhu ruangan harus dijaga agar tetap stabil sekitar 18 – 200 C. Suhu
ruangan ini bergantung pada suhu udara luar, pergerakan udara,
kelembapan udara, dan suhu benda disekitarnya.
2) Pencahayaan
Pencahayaan merupakan salah satu indikator rumah yang sehat karena
cahaya mempunyai sifat membunuh bakteri dan kuman yang masuk ke
dalam rumah, yang perlu diperhatikan adalah tingkat terangnya cahaya.
Karena kurangnya cahaya yang masuk dapat menimbulkan akibat pada
mata, kenyamanan, sekaligus produktivitas seseorang. Pencahayaan
dibagi menjadi dua, yaitu pencahayaan alami dan buatan. Pencahayaan
alami bersumber dari cahaya matahari, tidak perlu biaya dan dapat
membunuh bakteri – bakteri patogen di dalam rumah, misalnya basil
TBC. Idealnya, cahaya yang masuk luasnya sekurang – kurang 15 – 20%
dari luas lantai yang terdapat di dalam ruangan rumah. Sedangkan
pencahayaan buatan itu bersumber dari tenaga listrik, lampu, api, minyak
tanah, dan sebagainya.
3) Ventilasi
Ventilasi merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan dan
sebaiknya dibuat sedemikian rupa sehingga udara segar dapat masuk ke
dalam rumah secara bebas sehingga asap dan udara kotor dapat segera
hilang dengan menempatkan posisi pintu dan jendela secara tepat.
Ventilasi berfungsi untuk menjaga aliran udaran di dalam rumah agar
tetap segar, membebaskan udara ruangan dari bakteri – bakteri patogen,
dan menjaga kelembapan ruangan agar tetap terjaga secara optimal.
Ventilasi dibagi menjadi dua, yaitu ventilasi alamiah dan ventilasi buatan.

10
Ventilasi alamiah di mana aliran udara di dalam ruangan tersebut terjadi
secara alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin, dan sebagainya.
Namun ventilasi alamiah ini juga memiliki kerugian karena bisa menjadi
tempat masuknya nyamuk dan serangga lainnya ke dalam rumah.
Sedangkan ventilasi buatan adalah ventilasi yang menggunakan bantuan
alat seperti kipas angin, dan mesin penghisap udara (AC). Tetapi untuk
rumah di daerah pedesaan tidak bisa digunakan.
4) Kebisingan
Dinding ruangan haruslah kedap suara, baik terhadap suara yang berasal
dari luar maupun dari dalam. Karena kebisingan dapat mengganggu
konsentrasi dan kenyamanan seseorang. Apalagi kalau datangnya secara
tiba – tiba seperti letupan sangat membahayakan kehidupan seseorang,
terutama orang yang memiliki penyakit jantung. Rumah yang sehat
adalah rumah yang letaknya jauh dari sumber kebisingan.
b. Memenuhi Kebutuhan Psikologis Persyaratan psikologis yaitu over crowding.
Over crowdingbisa menimbulkan efek – efek negatif terhadap kesehatan
fisik, mental, maupun moral. Rumah yang sehat harus memiliki pembagian
ruangan yang baik untuk berkumpul bersama keluarga ataupun untuk
bermasyarakat (menerima tamu serta pembagian kamar untuk masing –
masing anggota keluarga, penataan perabotan yang rapi, dan tidakover
crowding. Rumah dinyatakan over crowding bila jumlah orang yang tidur di
rumah tersebut menunjukkan hal – hal berikut
1) Dua individu dari jenis kelamin yang berbeda dan berumur di atas 10
tahun dan bukan berstatus sebagai suami istri, tidur dalam satu ruangan.
2) Jumlah orang di dalam rumah dibandingkan dengan luas lantai telah
melebihi ketentuan yang telah ditetapkan.
c. Menghindari Terjadinya Kecelakaan
1) Onstruksi rumah dan bahan bangunan harus kuat sehingga tidak mudah
ambruk
2) Mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan baik kecelakaan karena
jatuh maupun kecelakaan mekanis lainnya

11
3) Menghindari bahaya kebakaran
4) Adanya alat pemadam kebakaran terutama yang mempergunakan gas
5) Perlindunganterhadap electrical shock
6) Perlindungan terhadap bahaya keracunan gas
7) Menghindarkan bahaya – bahaya lalu lintas kendaraan.
d. Terhindar dari penyebaran penyakit
1) Adanya sumber air yang sehat bagi setiap rumah, cukup kualitas dan
kuantitasnya
2) Ketentuan adanya perlindungan air minum dari pencemaran
3) Harus ada tempat pembuangan kotoran, sampah dan air limbah yang baik
untuk mencegah penyebaran penyakit
4) Harus dapat mencegah perkembanganbiakan vektor penyakit seperti :
nyamuk, lalat, tikus dan sebagainya.
5) Ketentuan tentang space di kamar tidur untuk menghindari terjadinya
kontak infeksi (Keman, 2007)

3. Adapun Persyaratan Kesehatan Perumahan dan Lingkungan Pemukiman menurut


Kepmenkes No 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah :
1) Lokasi
a. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai,
aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan
sebagainya
b. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA)
sampah atau bekas tambang
c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran
seperti jalur pendaratan penerbangan.
2) Kualitas udara Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas
dari gangguan gas beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan
sebagai berikut
a. Gas H2 S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi
b. Debu dengan diameter kurang dari 10 mg maksimum 150 g/m3

12
c. Gas SO2 maksimum 0,10 ppm
d. Debu maksimum 350 mm3 /m2 per hari.
3) Kebisingan dan getaran
a. Kebisingan dianjurkan 45 dBA, maksimum 55 dBA
b. Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik.
4) Kualitas tanah di daerah perumahan dan pemukiman
a. Kandungan timah hitam (Pb maksimum 300 mg/kg)
b. Kandungan arsenik (As total maksimum 100 mg/kg
c. Kandungan cadmium (Cd maksimum 20 mg/kg) d
d. Kandungan Benzo (apyrene maksimum 1 mg/kg)
5) Prasarana dan sarana lingkungan
a. Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan
konstruksi yang aman dari kecelakaan
b. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor
penyakit
c. Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak
mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan
kaki dan penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar pengaman,
lampu penerangan jalan tidak menyilaukan mata
d. Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air yang
memenuhi persyaratan kesehatan;
e. Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi
persyaratan kesehatan
f. Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat
kesehatan
g. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat
kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian
h. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya
i. Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi
kontaminasi makanan yang dapat menimbulkan keracunan.
6) Vektor penyakit

13
a. Indeks lalat harus memenuhi syarat
b. Indeks jentik nyamuk dibawah 5%.
7) Penghijauan
Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan pelindung
dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam
(Kementerian Kesehatan RI, 1999).
4. Adapun ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal menurut Kepmenkes No.
829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut (Kementerian Kesehatan RI,
1999)
1) Bahan bangunan
a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang dapat
membahayakan kesehatan, antara lain: debu total kurang dari 150 g/m2 ,
asbestos kurang dari 0,5 serat/m3 per 24 jam, plumbum (Pb kurang dari
300 mg/kg bahan)
b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya
mikroorganisme patogen.
2) Komponen dan penataan ruangan
a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
b. Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci kedap
air dan mudah dibersihkan
c. Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan
d. Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir
e. Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya
f. Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap.
3) Pencahayaan
a. Pencahayaan Alami
Pencahayaan alami diperoleh dengan masuknya sinar matahari ke dalam
ruangan melalui jendela, celah-celah dan bagian-bagian bangunan yang
terbuka. Cahaya matahari berguna untuk penerangan dan juga dapat
mengurangi kelembaban ruang, mengusir nyamuk, membunuh kuman
penyakit tertentu seperti TBC, influenza, penyakit mata dan lain-lain.

14
Kebutuhan standar minimum cahaya alam yang memenuhi syarat
kesehatan untuk berbagai keperluan menurut WHO di mana salah satunya
adalah untuk kamar keluarga dan tidur dalam rumah adalah 60 – 120 Lux.
Guna memperoleh jumlah cahaya matahari pada pagi hari secara optimal
sebaiknya jendela kamar tidur menghadap ke timur dan luas jendela yang
baik minimal mempunyai luas 10-20% dari luas lantai.

b. Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan yang baik dan memenuhi standar dapat dipengaruhi
oleh:
1) Cara pemasangan sumber cahaya pada dinding atau langitlangit
2) Konstruksi sumber cahaya dalam ornamen yang dipergunakan
3) Luas dan bentuk ruangan
4) Penyebaran sinar dari sumber cahaya
Cahaya dapat diukur dengan satuan foot candle (Fc atau Lux). Satu
foot candle adalah penerangan yang dihasilkan oleh sebuah lilin standar
pada jarak 1 kaki yang menerangi bundaran dengan jari-jari 1 kaki dengan
sedemikian rupa sehingga sinar mengenai permukaan pada sudut tegak
lurus ke sumbunya.
1 Lumen = Jumlah cahaya yang diperlukan untuk menerangi bidang
seluas 1 kaki persegi dengan kekuatan 1 Fc .
1 Lux = 1 Lumen/m2 .
1Fc = 10,764 Lux.

15
1Lumen = kurang lebih 0,0015 Watt
1Watt = 667 Lumen
Alat pengukur cahaya biasa disebut Light meter, foot candle meter atau
Lux meter. Satuan pencahayaan adalah Lumen, sedangkan untuk
penerangan menggunakan satuan Lux. Intensitas cahaya yang dibutuhkan
di dalam ruangan rumah tangga berkisar antara 50-100 Lux.
1) Dapur memerlukan 200 Lux
2) Kamar tidur 100 Lux
3) Kamar mandi 100 Lux
4) Ruang makan 100 Lux
5) Ruang belajar sekurangnya 100 Lux
6) Ruang tamu diatur sesuai selera penghuni (Badan Penelitian dan
Pengembangan Pemukiman, 2012).
4) Kualitas udara
a. Suhu udara nyaman antara 18 – 30 o C
b. Kelembaban udara 40 – 70 %
c. Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam
d. Pertukaran udara 5 kaki/menit/penghuni
e. Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam
f. Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m3.
Sumber pencemar udara ruangan terbagi menjadi 5 sumber, yaitu (World
Health Organization (WHO), 2010) :
1) Pencemaran akibat kegiatan penghuni dalam gedung, seperti asap, rokok,
pestisida, bahan pembersih ruangan
2) Pencemaran dari luar gedung meliputi masuknya gas buang kendaraan
bermotor, cerobong asap dapur karena penempatan lokasi lubang ventilasi
tidak tepat
3) Pencemaran dari bahan lainnya
4) Pencemaran mikroba seperti bakteri, jamur, virus, protozoa.
5) Ventilasi Ventilasi yang baik dalam ruangan harus mempunyai syarat
lainnya, diantaranya:

16
a. Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan.
Sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup
minimum 5%. Jumlah keduanya menjadi 10% dikali luas lantai
ruangan. Ukuran luas ini diatur sedemikian rupa sehingga udara yang
masuk tidak terlalu deras dan tidak terlalu sedikit
b. Udara yang masuk harus udara bersih, tidak dicemari oleh asap dari
sampah atau dari pabrik, dari knalpot kendaraan, debu dan lain-lain
c. Aliran udara diusahakan ventilasi silang dengan menempatkan lubang
hawa berhadapan antara 2 dinding ruangan. Aliran udara ini jangan
sampai terhalang oleh barang-barang besar misalnya almari, dinding
sekat dan lain-lain.\
6) Vektor penyakit
Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah.
7) Penyediaan air
a. Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60
liter/orang/hari;
b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau
air minum (Kementerian Kesehatan RI, 1990): (Kemenkes, 2002)
8) Sarana penyimpanan makanan
Tersedia sarana penyimpanan makanan yang aman.
9) Pembuangan Limbah
a. Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air,
tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah
b. Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan
bau, tidak mencemari permukaan tanah dan air tanah.
10) Kepadatan hunian
Luas kamar tidur minimal 8 m2 dan dianjurkan tidak untuk lebih
dari 2 orang tidur. Persyaratan tersebut diatas berlaku juga terhadap
kondominium, rumah susun (rusun), rumah toko (ruko), rumah kantor
pada zona pemukiman. Pelaksanaan ketentuan mengenai persyaratan
kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menjadi tanggung

17
jawab pengembang atau penyelenggara pembangunan perumahan, dan
pemilik atau penghuni rumah tinggal untuk rumah.
Penyelenggara pembangunan perumahan yang tidak memenuhi
ketentuan tentang persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan
pemukiman dapat dikenai sanksi pidana dan /atau sanksi administrasi
sesuai dengan UU No. 4 /1992 tentang Perumahan dan Pemukiman, dan
UU No. 23 /1992 tentang Kesehatan, serta peraturan pelaksanaannya.
Bagi pemilik rumah yang belum memenuhi ketentuan tersebut diatas
tidak dapat dikenai sanksi, tetapi dibina agar segera dapat memenuhi
persyaratan kesehatan rumah, mudah terbakar, dan tidak cenderung
membuat penghuninya jatuh tergelincir.

E. Penyakit Yang Muncul Akibat Sanitasi Perumahan Yang Buruk (Penyakit Berbasis
Lingkungan)
Penyakit adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi dan/atau
morfologi suatu organ dan/atau jaringan tubuh. Lingkungan adalah segala sesuatu yg ada
disekitarnya(benda hidup, mati, nyata, abstrak) serta suasana yg terbentuk karena terjadi
interaksi antara elemen-elemen di alam tersebut. Penyakit Berbasis Lingkungan adalah
suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang
disebabkan oleh interaksi manusia dengan segala sesuatu di sekitarnya yang memiliki
potensi penyakit (Purnama, 2017). Jenis penyakit berbasis lingkungan yang pertama
disebabkan oleh virus seperti ISPA, TBC paru, Diare, Polio, Campak, dan Kecacingan;
yang kedua disebabkan oleh binatang seperti Flu burung, Pes, Anthrax ; dan yang ketiga
disebabkan oleh vektor nyamuk diantanya DBD, Chikungunya dan Malaria.
1. Faktor-faktor penunjang penyakit berbasis lingkungan dan upaya yang dilakukan.
Faktor yang menunjang munculnya penyakit berbasis lingkungan antara lain:
a. Ketersediaan dan akses terhadap air yang tidak aman.
b. Akses sanitasi dasar yang tidak layak (kepemilikan dan penggunaan fasilitas
tempat buang air besar menentukan kualitas sanitasi)
c. Kurang atau tidak adanya penanganan sampah dan limbah.
d. Adanya vektor penyakit;

18
e. Rendahnya perilaku masyarakat.
e. Rendahnya perilaku masyarakat.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut maka upaya yang dilakukan, diantaranya:


a. Penyehatan Sumber Air Bersih (SAB), yang dapat dilakukan melalui Surveilans
kualitas air, Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih, Pemeriksaan kualitas air, dan
Pembinaan kelompok pemakai air;
b. Penyehatan Lingkungan Pemukiman dengan melakukan pemantauan jamban
keluarga (Jaga), saluran pembuangan air limbah (SPAL), dan tempat pengelolaan
sampah (TPS), penyehatan Tempat Tempat Umum (TTU) meliputi hotel dan
tempat penginapan lain, pasar, kolam renang dan pemandian umum lain, sarana
ibadah, sarana angkutan umum, salon kecantikan, bar dan tempat hiburan lainnya;
c. Dilakukan upaya pembinaan institusi Rumah Sakit dan sarana kesehatan
lain,sarana pendidikan, dan perkantoran;
d. Penyehatan Tempat Pengelola Makanan(TPM) yang bertujuan untuk melakukan
pembinaan teknis dan pengawasan terhadap tempat penyehatan makanan dan
minuman, ke siap siagaan dan penanggulangan KLB keracunan,kewaspadaan dini
serta penyakit bawaan makanan; dan
e. Pemantauan Jentik Nyamuk dapat dilakukan seluruh pemilik rumah bersama
kader juru pengamatan jentik (jumantik), petugas sanitasi puskesmas, melakukan
pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang mungkin menjadi perindukan nyamuk
dan tumbuhnya jentik – jentik.

2. Jenis – Jenis Penyakit Berbasis Lingkungan


Adapun Jenis-Jenis penyakit berbasis lingkungan antara lain:
a. Diare
Diare adalah suatu penyakit yang biasanya ditandai dengan perut mulas,
meningkatnya frekuensi buang air besar, dan konsentrasi tinja yang encer. Tanda-
tanda Diare dapat bervariasi sesuai tingkat keparahannya dan tergantung pada
jenis penyebab diare.

19
Beberapa penyebab diare, diantaranya adalah Cyclospora cayetanensis, total coliform
(E. coli, E. aurescens, E. freundii, E. intermedia, Aerobacter aerogenes), kolera,
shigellosis, salmonellosis, yersiniosis, giardiasis, Enteritis campylobacter, golongan
virus dan patogen perut lainnya. Penularannya bisa dengan jalan tinja
mengkontaminasi makanan secara langsung maupun tidak langsung (lewat lalat).
Untuk beberapa jenis bakteri, utamanya EHEC (Escherichia Coli), ternak merupakan
reservoir terpenting. Akan tetapi, secara umum manusia dapat juga menjadi sumber
penularan dari orang ke orang. Selain itu, makanan juga dapat terkontaminasi oleh
mikroorganisme patogen akibat lingkungan yang tidak sehat, di mana-mana ada
mikroorganisme patogen, sehingga menjaga makanan kita tetap bersih harus
diutamakan.

 Cara Penularan melalui :


1) Makanan yang terkontaminasi dengan bakteri E.Coli yang dibawa oleh lalat
yang hinggap pada tinja, karena buang air besar (BAB) tidak di jamban.
2) Air minum yang mengandung E. Coli yang tidak direbus sampai mendidih.
3) Air sungai yang tercemar bakteri E.coli karena orang diare buang air besar di
sungai digunakan untuk mencuci bahan makanan, peralatan dapur, sikat gigi,
dan lain-lain.
4) Tangan yang terkontaminasi dengan bakteri E.coli (sesudah BAB tidak
mencuci tangan dengan sabun)
5) Makanan yang dihinggapi lalat pembawa bakteri E.Coli kemudian dimakan
oleh manusia.

 Cara pencegahan penyakit diare yang disesuaikan dengan faktor penyebabnya


adalah sebagai berikut :
o Penyediaan air tidak memenuhi syarat
1) Gunakan air dari sumber terlindung
2) Pelihara dan tutup sarana agar terhindar dari pencemaran

o Pembuangan kotoran tidak saniter

20
1) Buang air besar di jamban
2) Buang tinja bayi di jamban
3) Apabila belum punya jamban harus membuatnya baik sendiri maupun
berkelompok dengan tetangga

o Perilaku tidak higienis


1) Cuci tangan sebelum makan atau menyiapkan makanan
2) Cuci tangan dengan sabun setelah buang air besar
3) Minum air putih yang sudah dimasak
4) Menutup makanan dengan tudung saji
5) Cuci alat makan dengan air bersih
6) Jangan makan jajanan yang kurang bersih
7) Bila yang diare bayi, cuci botol dan alat makan bayi dengan air
panas/mendidih

o Intervensi pada faktor lingkungan


1) Perbaikan sanitasi lingkungan dan pemberantasan vektor secara langsung.
2) Perbaikan sanitasi dapat diharapkan mampu mengurangi tempat
perindukan lalat. Cara yang bisa diambil di antaranya adalah menjaga
kebersihan kandang hewan, buang air besar di jamban yang sehat,
pengelolaan sampah yang baik, dan sebagainya.
b. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dapat meliputi saluran pernapasan
bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah, merupakan infeksi saluran
pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran
pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta
organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru.
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk
pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Akan tetapi, anak yang
menderita pneumonia bila tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat
kematian. Di Dinkes/Puskesmas, Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA

21
membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan, yaitu pneumonia dan yang bukan
pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia
berat dan pneumonia tidak berat. Pneumonia disebabkan oleh bahaya biologis,
yaitu Streptococcus pneumoniae.
Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis, dan penyakit jalan nafas
bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian
besar penyakit jalan napas bagian atas ini adalah virus dan tidak dibutuhkan terapi
antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila
ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut
harus mendapat antibiotik. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin,
udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat ke
saluran pernapasannya.
Sumber penyakit ini adalah manusia. Pneumococci umum ditemukan pada saluran
pernafasan bagian atas dari orang yang sehat di seluruh dunia. Sedangkan Agen
ditularkan ke manusia lewat udara melalui percikan ludah, kontak langsung lewat
mulut atau kontak tidak langsung melalui peralatan yang terkontaminasi discharge
saluran pernafasan. Biasanya penularan organisme terjadi dari orang ke orang,
tetapi penularan melalui kontak sesaat jarang terjadi.
Manusia yang berada dalam lingkungan yang kumuh dan lembab memiliki risiko
tinggi untuk tertular penyakit ini (intervensi dengan pemberian genting kaca dan
ventilasi pada rumah sering sangat efektif untuk mengatasi penyakit ini). Setelah
terpajan agen, penderita dapat sembuh atau sakit. Seperti yang diterangkan
sebelumnya, untuk agen virus penderita (misalnya flu) sebenarnya tidak perlu
mendapatkan perlakuan khusus. Cukup dijaga kondisi fisiknya.
Penderita yang positif ISPA adalah mereka yang ditandai dengan serangan
mendadak dengan demam menggigil, nyeri pleural, dyspnea, tachypnea, batuk
produk Tugas Akhir dengan dahak kemerahan serta lekositosis. Serangan ini
biasanya tidak begitu mendadak, khususnya pada orang tua dan hasil foto toraks
mungkin memberi gambaran awal adanya pneumonia. Pada bayi dan anak kecil,
demam, muntah dan kejang dapat merupakan gejala awal penyakit. Diagnosis
etiologis secara dini sangat penting untuk mengarahkan pemberian terapi spesifik.

22
Diagnosa pneumonia pneumokokus dapat diduga apabila ditemukannya
diplococci gram positif pada sputum bersamaan dengan ditemukannya lekosit
polymorphonuclear. Diagnosa dapat dipastikan dengan isolasi pneumococci dari
spesimen darah atau sekret yang diambil dari saluran pernafasan bagian bawah
orang dewasa yang diperoleh dengan aspirasi percutaneous transtracheal.

 Penyebab Penyakit ISPA


1) Pneumokokus
2) Rhinovirus
3) Asap dapur
4) Sirkulasi udara yang tidak sehat

Berkembang biak di saluran pernafasan, dengan cara penularan melalui udara


(aerogen) berupa kontak langsung melalui mulut penderita serta cara tidak
langsung melalui udara yang terkontaminasi dengan bakteri karena penderita
batuk.

 Cara Pencegahan penyakit ISPA (berdasarkan faktor penyebab penyakit), yaitu:


o Tingkat hunian rumah padat
1) Satu kamar dihuni tidak lebih dari 2 orang atau sebaiknya luas kamar lebih
atau sama dengan 8m2/jiwa
2) Plesterisasi lantai rumah
o Ventilasi rumah/dapur tidak memenuhi syarat
1) Memperbaiki lubang penghawaan / ventilasi
2) Selalu membuka pintu/jendela terutama pagi hari
3) Menambah ventilasi buatan
o Perilaku
1) Tidak membawa anak/bayi saat memasak di dapur
2) Menutup mulut bila batuk
3) Tidak menggunakan obat anti nyamuk bakar
4) Tidur sementara terpisah dari penderita

23
c. Tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis (TBC) adalah batuk berdahak lebih dari 3 minggu, dengan penyebab
penyakit adalah kuman / bakteri mycobacterium tuberkulosis. Tempat
berkembang biak penyakit adalah di paru-paru. Penularan penyakit melalui udara,
dengan proses sebagai berikut :
1) Penderita TBC berbicara, meludah, batuk, dan bersin, maka kuman-kuman
TBC yang berada di paru-paru menyebar ke udara terhirup oleh orang lain.
2) Kuman TBC terhirup oleh orang lain yang berada di dekat penderita.
 Cara Pencegahan penyakit TBC (berdasarkan faktor penyebab penyakit), yaitu:
o Tingkat hunian rumah padat
1) Satu kamar dihuni tidak lebih dari 2 orang atau sebaiknya luas kamar lebih
atau sama dengan 8m2/jiwa.
2) Lantai rumah disemen
o Ventilasi rumah/dapur tidak memenuhi syarat
1) Memperbaiki lubang penghawaan / ventilasi
2) Selalu membuka pintu/jendela terutama pagi hari
3) Menambah ventilasi buatan
o Perilaku
1) Menutup mulut bila batuk
2) Membuang ludah pada tempatnya
3) Jemur peralatan dapur
4) Jaga kebersihan diri
5) Istirahat yang cukup
6) Makan makan bergizi
7) Tidur terpisah dari penderita

d. Demam Berdarah Dengue (DBD)


Penyebab Demam Berdarah Dengue adalah virus dengue yang ditularkan oleh
nyamuk aedes aegypti. Sedangkan tempat berkembang biak dapat didalam
maupun diluar rumah, terutama pada tempat-tempat yang dapat menampung air
bersih seperti :

24
1) Di dalam rumah/diluar rumah untuk keperluan sehari-hari seperti ember,
drum, tempayan, tempat penampungan air bersih, bak mandi/WC/ dan lain-
lain.
2) Bukan untuk keperluan sehari-hari seperti tempat minum burung, vas bunga,
perangkap semen, kaleng bekas yang berisi air bersih, dan lain-lain.
3) Alamiah seperti lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa,
potongan bambu yang dapat menampung air hujan, dan lain-lain.
Cara penularan yaitu;
1) Seseorang yang dalam darahnya mengandung virus dengue merupakan
merupakan sumber penyakit.
2) Bila digigit nyamuk virus terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk,
berkembang biak, masuk ke dalam kelenjar air liur nyamuk setelah satu
minggu di dalam tubuh nyamuk, bila nyamuk menggigit orang sehat akan
menularkan virus dengue.
3) Virus dengue tetap berada dalam tubuh nyamuk sehingga dapat menularkan
kepada orang lain, dan seterusnya.

 Cara Pencegahan penyakit Demam Berdarah (berdasarkan faktor penyebab


penyakit), sebagai berikut:
o Lingkungan rumah / ventilasi kurang baik
1) Menutup tempat penampungan air
2) Menguras bak mandi 1 minggu sekali
3) Memasang kawat kasa pada ventilasi dan lubang penghawaan
4) Membuka jendela dan pasang genteng kaca agar terang dan tidak lembab
o Lingkungan sekitar rumah tidak terawatt
1) Seminggu sekali mengganti air tempat minum burung dan vas bunga
2) Menimbun ban, kaleng, dan botol/gelas bekas
3) Menaburkan bubuk abate pada tempat penampungan air yang jarang
dikuras atau memelihara ikan pemakan jentik
o Perilaku tidak sehat
1) Melipat dan menurunkan kain/baju yang bergantungan

25
e. Penyakit Kulit
Penyakit kulit biasa dikenal dengan nama kudis, skabies, gudik, bedugen.
Penyebab penyakit kulit ini adalah tungau atau sejenis kutu yang yang sangat
kecil yang bernama sarcoptes scabies. Tungau ini berkembang biak dengan cara
menembus lapisan tanduk kulit kita dan membuat terowongan di bawah kulit
sambil bertelur.
Cara penularan penyakit ini dengan cara kontak langsung atau melalui peralatan
seperti baju, handuk, sprei, tikar, bantal, dan lain-lain.
 Sedangkan cara pencegahan penyakit ini dengan cara antara lain:
1) Menjaga kebersihan diri, mandi dengan air bersih minimal 2 kali sehari
dengan sabun, serta hindari kebiasaan tukar menukar baju dan handuk
2) Menjaga kebersihan lingkungan, serta biasakan selalu membuka jendela agar
sinar matahari masuk
 Cara efektif mencegah penyakit kulit (berdasarkan faktor penyebab penyakit),
sebagai berikut :
o Penyediaan air tidak memenuhi syarat
1) Gunakan air dari sumber yang terlindung
2) Pelihara dan jaga agar sarana air terhindar dari pencemaran
o Kesehatan perorangan jelek
1) Cuci tangan pakai sabun
2) Potong pendek kuku jari tangan
o Perilaku tidak higienis
1) Peralatan tidur dijemur
2) Tidak menggunakan handuk dan sisir secara bersamaan
3) Sering mengganti pakaian
4) Pakaian sering dicuci
5) Buang air besar di jamban
6) Istirahat yang cukup
7) Makan makanan bergizi

26
f. Penyakit Malaria
Malaria adalah penyakit yang menyebar melalui gigitan nyamuk yang sudah
terinfeksi parasit. Infeksi malaria bisa terjadi hanya dengan satu gigitan nyamuk.
Jika tidak ditangani dengan benar, penyakit ini bisa menyebabkan
kematian.Malaria jarang sekali menular secara langsung dari satu orang ke orang
lainnya. Penyakit ini bisa menular jika terjadi kontak langsung dengan darah
penderita. Janin di dalam kandungan juga bisa terinfeksi malaria karena tertular
dari darah sang ibu.
Malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium. Sebetulnya ada banyak jenis parasit
Plasmodium, tapi hanya lima jenis yang menyebabkan malaria pada manusia.
Parasit Plasmodium hanya disebarkan oleh nyamuk Anopheles betina. Dua jenis
parasit yang umum di Indonesia adalah Plasmodium falciparum dan Plasmodium
vivax.Gigitan nyamuk malaria lebih sering terjadi pada malam hari. Setelah
terjadinya gigitan, parasit akan masuk ke dalam aliran darah.Penyebaran penyakit
malaria juga bisa terjadi melalui transfusi darah atau melalui pemakaian jarum
suntik secara bergantian. Meski kasus ini jarang sekali terjadi, Anda tetap harus
berhati-hati.
 Cara mencegah penyakit malaria, berdasarkan faktor penyebab penyakit, yaitu:
o Lingkungan rumah /ventilasi kurang baik
1) Memasang kawat kasa pada ventilasi /lubang penghawaan
2) Jauhkan kandang ternak dari rumah atau membuat kandang kolektif
3) Buka jendela atau buka genting kaca agar terang dan tidak lembab
o Lingkungan sekitar rumah tidak terawatt
1) Sering membersihkan rumput / semak disekitar rumah dan tepi kolam
2) Genangan air dialirkan atau ditimbun
3) Memelihara tambak ikan dan membersihkan rumput 4. Menebar ikan
pemakan jentik
o Perilaku tidak sehat
1) Melipat dan menurunkan kain/baju yang bergantungan
2) Tidur dalam kelambu

27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemukiman adalah daerah diluar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan
perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung prikehidupan dan
penghidupan.
Kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman adalah kondisi fisik, kimia,
dan biologik di dalam rumah, lingkungan rumah dan perumahan,sehingga
memungkinkan penghuni mendapatkan derajat kesehatan yang optimal.
Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menurut
Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No.829/Menkes/SK/VII/1999 meliputi
parameter mencakup : Lokasi, Kualitas Udara, Kualitas Tanah Di Daerah Perumahan
Dan Pemukiman, Prasarana Dan Sarana Lingkungan, Vektor Penyakit dan
Penghijauan.
B. Saran
Perumahan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Oleh karena
itu, pemerintah dan masyarakat harusnya bisa saling bekerja sama dalam melakukan
pembangunan pemukiman dan perumahan denganmenetapakan persyaratan yang
diberlakukan agar dapat membangun permukiman dan perumahan yang layak dan
sehat.

28
DAFTAR PUSTAKA

DPUPKP. Rumah, Perumahan, dan Permukiman


https://dpu.kulonprogokab.go.id/detil/52/rumah-perumahan-dan-permukiman

Repositori UIN Alauddin Makassar. Kesehatan Lingkungan Perumahan


http://repositori.uinalauddin.ac.id/19812/1/2020_Book%20Chapter_Kesehatan%20Ling
kungan%20Perumahan.pdf

Repositori poltekkes Denpasar. Sanitasi Rumah


http://repository.poltekkesdenpasar.ac.id/3098/3/BAB%20II%20Khoirotul%20Chilmi%2
0P07133016026.pdf

123 Dok.Com. Penyakit Berbasis Lingkungan


https://123dok.com/article/penyakit-berbasis-lingkungan-tinjauan-pustaka.ye3n8g0q

Scrib.com. Definisi Perumahan dan Rumah


https://www.scribd.com/doc/119759658/Definisi-Perumahan-Dan-Rumah

29

Anda mungkin juga menyukai