Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENYEHATAN PEMUKIMAN

PEMUKIMAN, PERUMAHAN, DAN RUMAH SEHAT DI KAMPUNG TANGAH,RT


02 BELIMBING,KELURAHAN KURANJI,KECAMATAN KURANJI

TAHUN 2021

Diajukan sebagai salah satu tugas akhir mata kuliah penyehatan pemukiman prodi
Diploma 3 sanitasi jurusan kesehatan lingkungan

Oleh :

Oleh :

ARDHATILLAH SILVANA PUTRI

NIM. 191110006

Dosen Pembimbing:

Dr. Widjayantono, SKM, M.Kes

PROGRAM STUDI D3 SANITASI

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLTEKKES KEMENKES PADANG

TAHUN 2020
LEMBAR PERSETUJUAN
Berdasarkan pratikum yang telah dilaksanakan di RT 02
Kampung.Tangah,Belimbing,Kel Kuranji,Kec Kuranji tentang Penyehatan Pemukiman, yang
dilaksanakan tanggal oktober – 2021, pada pukul WIB, telah diperiksa dan disetujui oleh :

Dosen Pembimbing :

( Dr. Widjayantono, SKM, M.Kes ) (Muchsin Riviwanto SKM, M.Si)

i
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kitaucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
begitu banyak nikmat yang mana makhluk-Nya pun tidak akan menyadari begitu banyak
nikmat yang telah didapatkan dari Allah SWT. Selain itu, penulis juga merasa sangat
bersyukur karena telah mendapatkan hidayah-Nya baik iman maupun islam.

Kami sebagai penulis menyadari dalam pembuatan laporan ini masih terdapat
kekurangan dan kesalahan dalam penulisan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini.

Demikian kata pengantar dari kami penulis, harapan kami agar laporan ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan diterima sebagai perwujudan penulis dalam dunia
kesehatan. Dan dapat digunakan sebagaimana mestinya, semoga kita semua mendapat faedah
dan diterangi hatinya dalam setiap menuntut ilmu yang bermanfaat untuk dunia dan akhirat.

Padang,10 November 2021

Penuli

ii
iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pembangunan Kesehatan Nasional bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
hidup sehat bagi setiap penduduk dalam rangka mencapai derajat kesehatan yang
optimal serta pembangunan yag dilaksanakan seyogyanya berdampak positif terhadap
lingkungan sehat, perilaku sehat, serta perumahan dan permukiman yang sehat.
Masalah rumah dan permukiman di Indonesia bukan hanya terletak pada kurangnya
jumlah rumah di daerah perkotaan, tetapi menyangkut aspek kualitas rumah dan aspek
non fisik yaitu perilaku yang sangat mempengaruhi kesehatan rumah.
Rumah adalah tempat hunian yang sangat penting bagi kehidupan setiap
orang. Sedangkan rumah sehat adalah kondisi fisik, kimia, biologi di dalam rumah
dan perumahan sehingga memungkinkan penghuni atau masyarakat memperoleh
derajat kesehatan yang optimal (Permenkes RI Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999).
Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, disamping kebutuhan
sandang, pangan dan kesehatan. Oleh karena itu rumah haruslah sehat dan nyaman
agar penghuninya dapat berkarya untuk meningkatkan produktifitas. Kontruksi rumah
dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor resiko
sumber penularan berbagai jenis penyakit, khususnya penyakit yang berbasis
lingkungan.
Menurut Kepmenkes RI Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang rumah
sehat memiliki komponen secara fisik yaitu lokasi harus terhindar dari bencana alam
dan tidak rawan kecelakaan, harus memiliki langit –langit rumah yang mudah
dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan, lantai rumah yang terbuat dari keramik serta
kedap air, dinding rumah yang permanen, pencahayaan yang cukup terang, memiliki
jendela keluarga, jendela kamar dan lubang asap dapur. Luas jendela kamar, jendela
keluarga dan lubang asap dapur harus lebih dari 10% luas lantai.
Sedangkan sanitasi lingkungan perumahan merupakan usaha pengawasan
terhadap suatu tempat yang dipakai untuk berlindung dan beristirahat terhadap faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan penghuninya (Sarudji, 2010).
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DepKes RI, 2012) kondisi

1
rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat merupakan faktor Konstruksi
rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor
resiko sumber penularan penyakit berbasis lingkungan. Penyakit ISPA dan TBC erat
kaitannya dengan kondisi sanitasi perumahan. Penyediaan air bersih, pembuangan
limbah, sampah dan tinja yang tidak sehat dapat menjadi resiko timbulnya penyakit
diare dan cacingan. Faktor resiko pada bangunan rumah yang berpengaruh pada
penularan penyakit dan timbulnya kecelakaan antara lain ventilasi, pencahayaan,
kapadatan penghuni, kelembaban udara kamar (tidur) dan kualitas udara dalam
ruangan.
Mata kuliah Penyehatan Lingkungan Permukiman melatih mahasiswa untuk
mengenal permasalahan kesehatan rumah dan lingkungan permukiman, analisis faktor
resiko dan penyebab rendahnya kualitas rumah dan permukiman, merumuskan
alternatif pemecahan masalah dengan menitik beratkan pemberdayaan masyarakat
dalam menciptakan perumahan sesuai dengan syarat-syarat kesehatan rumah SK
Menkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999 dan permukiman sehat.

1.2. Tujuan
Untuk mengetahui kondisi sanitasi rumah yang ada di RT 05/02
Kp.Tangah,Belimbing,Kel Kuranji,Kec Kuranji Untuk melihat permasalahan yang
ada di pemukiman Di RT 05/02 Kp.Tangah,Belimbing,Kel Kuranji,Kec Kuranji
1.3. Manfaat
1. Masyarakat
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi masyarakat tentang rumah sehat.
2. Mahasiswa
Untuk menambah ilmu pengetahuan, mengembangkan wawasan dan
pengalaman dalam melakukan penelitian.
Sebagai masukan untuk menambah informasi dan pengetahuan tentang kondisi
rumah sehat dan menambah pedoman bacaan diperpustakaan.
Sebagai masukan untuk menambah literatur dalam penelitian lanjutan tentang
pemukiman khususnya pada rumah sehat
3. Instansi pemerintah
Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Padang serta
lembaga yang terkait dalam meningkatkan keberadaan rumah sehat

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.

A. Konsep dasar pemukiman dan perumahan


Menurut Undang-undang No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan
Permukiman: 1
a. Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang
layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat
penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.
b. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik
perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan
utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.
c. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang memenuhi
standar tertentu untuk kebutuhan bertempat tinggal yang layak, sehat, aman, dan
nyaman.
d. Sarana adalah fasilitas dalam lingkungan hunian yang berfungsi untuk mendukung
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi.

Pemukiman merupakan bagian dari lingkungan hidup yang digunakan sebagai


tempat tinggal dari sekelompok manusia yang saling berinter - aksi serta berhubungan
setiap hari dalam rangka untuk mewujudkan masyarakat yang tenteram, aman dan
damai. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung
baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai hunian
dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan penghidupan.2

Pemukiman adalah suatu struktur fisik dimana orang menggunakannya untuk


tempat berlindung, termasuk juga semua fasilitas dan pelayanan yang diperlukan,
perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani dan rokhani serta keadaan
sosialnya, baik untuk keluarga maupun individu.2

Pemukiman atau perumahan sangat berhubungan dengan kondisi ekonomi


sosial, pendidikan, tradisi atau kebiasaan, suku, geografi dan kondisi lokal. Selain itu

3
lingkungan perumahan atau pemukiman dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat
menentukan kualitas lingkungan perumahan tersebut antara lain fasilitas pelayanan,
perlengkapan, peralatan yang dapat menunjang terselenggaranya kesehatan fisik,
kesehatan mental, kesehatan sosial bagi individu dan keluarganya.2

Kondisi- kondisi ekonomi, sosial, pendidikan, tradisi/kebiasaan, suku, geografi


dan kondisi lokal sangat terkait dengan pemukiman/perumahan. Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi atau yang dapat menentukan kualitas lingkungan perumahan /
pemukiman antara lain fasilitas pelayanan, perlengkapan, peralatan yang dapat
menunjang terselenggaranya keadaan fisik, kesehatan mental, kesejahteraan sosial
bagi individu dan keluarganya. Penyehatan lingkungan tempat pemukiman adalah
segala upaya untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan tempat pemukiman
beserta lingkungannya dan pengaruhnya terhadap manusia.2

Tujuan dilaksanakan Kesehatan Lingkungan di Tempat Permukiman : 2

1. Penataan dan pemukiman yang memenuhi syarat kesehatan.

Pemukiman sehat adalah suatu tempat untuk tinggal secara permanen,


berfungsi sebagai tempat untuk bermukim, beristirahat, berrekreasi dan sebagai
tempat berlindung dari pengaruh lingkungan yang memenuhi persyaratan fisiologis,
psikologis, bebas dari penularan penyakit dan kecelakaan.Satuan Lingkungan
Permukiman adalah kawasan perumahan dalam berbagai bentuk dan ukuran dengan
penataan tanah dan ruang, prasarana dan sarana lingkungan yang teratur.

2. Terwujudnya suatu kondisi perumahan yang layak huni dalam lingkungan yang
sehat.
Ini artinya bahwa rumah di perumahan itu harus sehat, rumah yang dapat
menjadi tempat berlindung / bernaung dan beristirahat sehingga menumbuhkan
kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani maupun sosial. Kondisi perumahan
yang layak huni artinya harus layak sebagai tempat hunian yag dilengkapi dengan
prasarana dan sarana lingkungan. Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar
fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi
sebagaimana mestinya. Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang berfungsi
untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, social dan
budaya.

4
3. Mengurangi resiko kebakaran, kecelakaan, penularan penyakit.
Dalam mengurngi resiko kebakaran, kecelakaan, penularan penyakit
diperlukan sara dan utilitas. Utilitas umum merupakan bangunan bangunan yang
dibutuhkan dalam sistem pelayanan lingkungan yang diselenggarakan baik oleh
pemerintah atau swasta, Utilitas yang dimaksud adalah penyediaan yang
menyangkut jaringan air bersih, listrik, pembuangan sampah, telepon dan gas.

Dalam membahas aspek kebijakan kesehatan pemukiman perumahan ada


beberapa landasan yang tidak dapat diabaikan2

1. Undang - undang Pokok Agraria nomor 5 tahun 1960 2. Undang -undang


nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan 3. Undang -undang nomor 24 tahun
1992 tentang Penataan Ruang 4. Undang -undang nomor 4 tahun 1992 tentang
Perumahan dan Pemukiman
2. Undang -undang nomor tahun tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 829/MenKes/SK/VII/1989 tanggal 20
Juli 1989 Tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan 7. Undang – undang dan
keputusan yang lain

Suatu permukiman dikatakan telah memenuhi syarat kesehatan jika telah


dipenuhi hal - hal berikut :

1. Menjamin ketenangan hidup, yakni


a. Lokasi mempunyai assebilitas ke transportasi umum, di daerah yang dapat
memberikan keseimbangan social, memberikan kesempatan untuk dapat
membina individu dan keluarga serta terjamin aman dari timbulnya bahaya
b. Kondisi geologis diantaranya kemiringan tanah maksimal 15 %,
memungkinkan untuk dibuat drainase, kondisi tanah memugkinkan untuk
dibuat bangunan sederhana
c. status hukum jelas
2. Tersedia fasilitas umum dan fasilitas sanitasi, sesuai ketentuan yakni :
a. Jalan local yang terdiri dari jalan penghubung lingkungan perumahan, jalan
poros lingkungan perumahan, jalan lingkungan perumahan atau gang –gang
b. Air minum dengan ketentuan bahwa sistem penyediaan air minum kota : 100
liter / orang / perhari, system penyediaan air minum lingkungan 60%, system

5
penyediaan air minum ke rumah rumah 60 %, sambungan air minum ke
fasilitas umum 30 %
c. Pembuangan air limbah dan tinja : pembuangan air limbah kota sambungan
ke system yang tersedia, pembuangan air limbah lingkungan, tangki septic
tank, bidang peresapan sesuai daya serap tanah
d. Pembuangan air hujan dengan ketentuan tersedia saluran pembuangan air
hujan, tersedia badan penerima
e. Tersedia pembuangan sampah dengan ketentuan pengumpulan sampah,
pengangkutan sampah, pembuangan sampah
f. Jaringan listrik dan saran akomunikasi
3. Fasilitas kesehatan
a. Jarak antara pemukiman ke puskesmas pembantu atau praktek dokter 1,5
km,
b. Jarak ke puskesmas 3 km, terdapat rumah bersalin, apotik
4. Tersedia fasilitas perbelanjaan dan niaga
a. Tersedia fasilitas belanja yag memeuhi syarat
b. Jarak fasilitas perbelanjaan dan niaga mudah dicapai oleh pemnghuni
pemukiman
5. Dan fasilitas lainnya.

B. Rumah sehat
Rumah adalah lambang status sosial (Mukono, 2006). Rumah juga lambang
kesehatan penghuninya. Rumah memiliki tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam
mencapai sanitasi pemukiman dan merupakan hal pokok yang harus dipenuhi untuk
menciptakan suasana sehat bagi penghuninya. Sanitasi pemukiman dilihat dari
kelengkapan dan penggunaan komponen fisik rumah, sarana sanitasi yang tersedia
dan penggunaannya serta perilaku dari penghuni rumah tersebut. Kriteria ini disusun
berdasarkan pedoman Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007 tentang pedoman
teknis penilaian rumah sehat. 3

Rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi kesehatan dan kondisi para penghuninya.. Dengan
meningginya insiden (angka kejadian) berbagai penyakit ,penyebabnya telah terbukti
yaitu rumah tidak memenuhi kriteria rumah. Oleh karena itu di dalam program-

6
program pencegahan/pemberantasan penyakit menular, hendaknya selalu
memperhatikan keterlibatan faktor yang diperhitungkan.Faktor kemiskinan sangat erat
hubungannya dalam keadaan situasi dan kondisi yang tidak baik tersebut.2
Menurut Winslow dan APHA rumah sehat harus memenuhi kebutuhan
physiologis para penghuninya, kebutuhan psychologis, dan harus terhindar dari
penyakit menular, dan kecelakaan. 2
1. Memenuhi kebutuhan fisiologis (pencahayaan dan penghawaan)
2. Memenuhi kebutuhan psikologis (keadaan rumah, tiolet/kamarmandi, tata
ruang)
3. Terhindar dari penyakit menular

Persyaratan kesehatan lingkungan perumahan : 4

1. Bahan bangunan, terbuat dari bahan yang tidak melepaskan zat-zat yang
dapat membahayakan kesehatan dan tidak terbuat dari bahan–bahan yang
menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya mikro organisme patogen.
2. Komponen dan penataan ruangan, komponen rumah harus memenuhi
persyaratan fisik dan biologis seperti lantai kedap air dan mudah
dibersihkan, dinding dilengkapi dengan sarana ventilasi dan pada kamar
mandi/wc dibuat kedap air, kemudian langit-langit rumah yang kedap air
dan mudah dibersihkan dan adanya pemisah antar ruangan
3. Pencahayaan, pencahayaan alami atau buatan yang secara langsung maupun
tidak langsung menerangi rumah minimal intensitasnya adalah 60 lux dan
tidak menyilaukan.
4. Kualitas udara, kualitas udara ruangan tidak melebihi ketentuan seperti
suhu berkisar antara 18-30 ⁰C, kelembaban 40-70%, dan konsentrasi gas
SO2 tidak lebih dari 0,10 ppm/24 jam dan beberapa persyaratan lainnya
5. Ventilasi, luas penghawaan yang permanen minimal adalah 10% dari luas
lantai.
6. Binatang penular penyakit, tidak adanya tikus di dalam rumah
7. Air, tersedian air bersih yang mencukupi yaitu 60 L/orang/hari,dan air
bersih memenuhi syarat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

7
8. Tersedia tempat penyimpanan makanan yang aman
9. Limbah, limbah cair yang berasal dari rumah tangga tidak mencemari
sumber air, tidak berbau, dan tidak mencemari permukaan tanah.
Sedangkan untuk limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak
menimbulkan bau, mencemari permukaan tanah dan mencemari air.
10. Kepadatan hunian rumah tidur, luas ruang tidur minimal 8 m dan tidak
dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang tidur dalam satu ruang tidur
kecuali anak dibawah unur 5 tahun.

8
BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI

3.1. Gambaran Geografi


Kecamatan Kuranji adalah salah satu Kecamatan Di Kota Padang,
provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Kecamatan ini meliputi Nagari Pauh IX yang
terdiri dari sembilan tepian yaitu Ampang, Anduring, Gunung Sarik, Kalumbuk,
Korong Gadang, Kuranji, Lubuk Lintah, Pasar Ambacang, dan Sungai Sapih. Nama
kecamatan ini diambil dari salah satu tepian di Nagari Pauh IX, yaitu Kuranji, yang
juga menjadi nama sungai yang membelah kecamatan ini, sungai Batang Kuranji.

Kecamatan Kuranji berada dalam jarak 5 km dari pusat kota. Wilayah daratan
kecamatan Kuranji ketinggiannya sangat bervariasi, yaitu antara 8 m sampai 1.000 m
di atas permukaan laut, dengan curah hujan 384,88 mm/bulan:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Koto Tangah


2. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Pauh
3. Sebelah selatan berbatas dengan Kecamatan Padang Timur
4. Sebelah barat berbatas dengan Kecamatan Nanggalo dan Padang Utara

3.2. Gambaran Demografi


Pada tahun 2018, populasi Kecamatan Kuranji tercatat 149.307 jiwa. Terdiri
dari laki-laki 74.366 jiwa, perempuan 74.941 jiwa. Mereka berdiam di 9 kelurahan.
Kelurahan yang ada di Kecamatan Kuranji adalah sebagai berikut:
Kelurahan Anduring, Kelurahan Pasar Ambacang, Kelurahan Lubuk Lintah,
Kelurahan Ampang, Kelurahan Korong Gadang, Kelurahan Kuranji, Kelurahan
Kalumbuk, Kelurahan Gunung Sarik, Kelurahan Sungai Sapih.

3.3. Gambaran Fasilitas Sarana dan Prasarana permukiman


Kecamatan Kuranji memiliki fasilitas sarana dan prasarana permukiman yang
mencukupi. Hal ini dibuktikan dengan jumlah sarana dan prasarana yang ada di
wilayah ini. Fasilitas sarana dan prasarana permukiman tersebar pada 9 Kelurahan
yang ada di Kecamatan Kuranji. Untuk sarana pendidikan, Kecamatan ini memiliki 60
unit Sekolah Dasar, 14 unit Sekolah Menengah Pertama, dan 7 unit Sekolah
Menengah Atas,dan 5 unit Sekolah Menengah Kejuruan.

9
Fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Kuranji yaitu 1 unit Rumah Sakit
Umum Daerah, 3 unit Puskesmas yang berada di Kecamatan Kuranji. Terdapat 94
Posyandu, dan beberapa fasilitas lainya seperti lapangan olahraga, dan mesjid.

10
BAB IV

PELAKSANAAN SURVEY

4.1. Metode Survey

4.1.1. Desain survey


Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran pemukiman dan perumah
sehat masyarakat yang di Kecamatan Kuranji khususnya di RT 02 RW 05
Kampung Tangah Belimbing Kelurahan Kuranji pada tahun 2021. Penelitian ini
bersifat deskriptif dengan mengacu pada kriteria perumahan sehat berdasarkan
Kepmenkes No.829 Tahun/Menkes/SK/VII/1999.
Penelitian Dilaksanakan pada tanggal 20 oktober – 13 November 2021 RT 02
RW 05 Kampung Tangah Belimbing Kelurahan Kuranji . Polulasi dalam
penelitian ini adalah jumlah 180 KK yang ada di RT 02 RW 05. Sampel penelitian
adalah 30 KK yang dipilih secara random dengan metode sampling sistematic
random sampling.

4.1.2. Jenis dan Cara Pengumpulan Data


a. Data Primer
Data primer diperoleh dari wawancara terhadap masyarakat di RT 02
RW 05 Kampung Tangah Belimbing Kelurahan Kuranji dengan cara
survei.
b. Data Sekunder
Data sekunder berupa jumlah KK yang diperoleh dari Ketua RT 02 di
Kampung Tangah Belimbing Kelurahan Kuranji

4.2. Pengolahan, Penyajian Data


Setelah pengumpulan data maka dilakukan pengolahan secara manual terlebih
dahulu yaitu pengecekan kelengkapan data (editing), pemberian kode (coding),
memasukkan data ke komputer (entry), pembersihan data (cleaning). Kemudian
disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi dan dianalisa secara naratif dan
membandingkan dengan teori yang ada.
a. Editing
Dilakukan dengan pemeriksaan langsung data setiap instrumen yang
berkaitan dengan kelengkapan pengisian dan kejelasan survei.
b. Coding
Pemberian kode pada setiap instrumen yang terkumpul untuk memudahkan
melakukan pengolahan data.
c. Entry Data
Data yang sudah diberi kode setelah itu dimasukkan kedalam komputer
untuk diketik dengan menggunakan Epidata.
d. Cleaning
Data yang sudah diolah diperiksa kembali untuk melihat dan
memastikandata yang dibuat sudah benar.

4.3. Analisa Data


Analisa data dilakukan dengan cara univariat yaitu mendapatkan gambaran
sanitasi pemukiman di RT 02 RW 05 Kampung Tangah Belimbing Kelurahan Kuranji
pada tahun 2021.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pemukiman
Dari analisis data hasil observasi yang dilakukan terhadap pemukiman Di RT
02 RW 05, Kp.Tangah,Belimbing,Kel Kuranji,Kec Kuranji , untuk data khusus
pemukinan disimpulkan terdapat 1 unit SD, 2 unit Posyandu, 1 unit Puskesmas
Pembantu,1 unit Mushalla, kemudian pemukiman memiliki Posko Pemuda, akses
jalan yaitu jalan kampung yang baik dan juga terdapat aliran sungai.
Selanjutnya untuk observasi terhadap sarana di pemukiman, peneliti
mengambil Mushalla sebagai sasaran penelitian. Peneliti mengamati sanitasi
Mushalla yang sering disebut masyarakat setempat “Mushalla kedondong”. Pada
pengolahan data kategori hasil penilaian diklarifikasikan dengan melihat jumlah
jawaban YA sebagai berikut :
 Jawaban YA : ≥ 26 (80%) : Baik
 Jawaban YA : 21 - 25 (65% - 79%) : Cukup
 Jawaban YA : ≤ 20 (64%) : Kurang baik

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Skor Inspeksi Sanitasi Mushalla Kedondong


Kategori Frekuensi Persentase

YA 23 69.7%

TIDAK 10 30.3%

Total 33 100%

Berdasarkan tabel diatas skor inspeksi sanitasi Mushalla Kedondong


didapatkan 69,7% jawaban ya sebanyak 23 butir dan 30,3% jawaban tidak sebanyak
10 butir dari pertanyaan 33 butir. Maka Mushalla Kedondong Memenuhi persyaratan
sanitasi masjid dengan persentase 69,7%.
Tabel 2. Distribusi frekuensi item penilaian inspeksi sanitasi masjid “Mushalla
Kedondong”

Sanitasi Masjid Ya Tidak


F % F %

Lokasi masjid 5 100 0 0

Bagian dalam 17 85 2 14

Fasilitas Sanitasi 5 42 5 55
Berdasarkan tabel 2 diatas item penilaian sanitasi masjid yang harus
ditindaklanjuti yaitu terhadap fasilitas sanitasi yang memperoleh 55%.

Permasalahan pemukiman sanitasi masjid “Mushalla Kedondong” yang perlu ditindak


lanjuti yaitu terhadap fasilitasi sanitasi (55%)

Dari analisis data hasil observasi yang dilakukan terhadap pemukiman Di RT


05/02 Kp.Tangah,Belimbing,Kel Kuranji,Kec Kuranji , untuk data khusus pemukinan
disimpulkan terdapat 1 unit SD, 1 unit SMP, dan 1 unit SMA, kemudian pemukiman
memiliki sarana ibadah, akses jalan yaitu jalan kampung yang baik dan juga terdapat
aliran sungai.
Selanjutnya untuk observasi terhadap sarana di pemukiman, peneliti
mengambil Mesjid sebagai sasaran penelitian. Peneliti mengamati sanitasi Mesjid
yang sering disebut masyarakat setempat “Mesjid Taqwa”. Pada pengolahan data
kategori hasil penilaian diklarifikasikan dengan melihat jumlah jawaban YA sebagai
berikut :
 Jawaban YA : ≥ 26 (80%) : Baik
 Jawaban YA : 21 - 25 (65% - 79%) : Cukup
 Jawaban YA : ≤ 20 (64%) : Kurang baik
5.2 Perumahan
Berdasarkan analisis hasil inspeksi sanitasi perumahan yang dilakukan
terhadap perumahan di RT 02 RW 05 Kp.Tangah,Belimbing,Kel Kuranji,Kec Kuranji
dapat diketahui bahwasanya terdapat kepala keluarga. Perumahan ini terletak di tepi
jalan desa dan memiliki akses jalan masuk yang baik Pada pengolahan data point yang
didapat untuk jawaban YA adalah 10 point sedangkan jawaban TIDAK adalah 0
point. Kategori penilaian diklasifikasikan dengan melihat jumlah point yang
didapatkan pada pilihan jawaban YA sebagai berikut :
 Jawaban YA : ≥ 153 point (85%) : Baik
 Jawaban YA : 108 - 151 ( ≥ 60% - > 85%) : Cukup baik
 Jawaban YA : ≤ 106 ( < 60%) : Kurang baik

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Perolehan Jawaban pada Inspeksi Sanitasi


Perumahan di Kp.Tangah,Belimbing,KelKuranji,Kec Kuranji
Kategori Frekuensi Point Persentase

YA 12 120 66,7%

TIDAK 6 0 33.3%

Total 18 120 100%

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Item Penilaian Perumahan di


Kp.Tangah,Belimbing,KelKuranji,Kec Kuranji
Item Ya Tidak Persentase

Lokasi 2 0 100%

Kualitas udara 2 0 100%

Pengelolaan sampah dan


2 7 22.2%
limbah

Sarana dan prasarana lain 8 0 100%

Dari hasil analisis data, Untuk perumahan di Kp.Tangah,Belimbing,Kel


Kuranji,Kec Kuranji mendapatkan sebanyak 12 butir pertanyaan dengan jawaban YA,
jumlah total pointnya adalah 120 point (66,7%). Oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa kategori perumahan yang ada di Kp.Tangah,Belimbing,KelKuranji,Kec
Kuranji adalah Cukup baik.
Permasalahan : Dengan hasil observasi pada tabel 3 ditribusi frekuensi item
penilaian perumahan di Kp.Tangah,Belimbing,KelKuranji,Kec Kuranji diatas muncul
permasalahan perumahan yang perlu ditindak lanjuti yaitu pada Pengelolaan sampah
perumahan.

1.3 Rumah sehat


Tabel 1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di
Kp.Tangah,Belimbing,Kel Kuranji,Kec Kuranji
Klasifikasi tempat tinggal Frekuensi Persentase (%)

Laki-laki 30 100

Perempuan 0 0

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa frekuensi responden terbesar


adalah berjenis kelamin laki-laki dengan persentase 100%.

Tabel 2
Distribusi frekuensi rujukan anggota keluarga yang sakit di Kp.Tangah,Belimbing,Kel
Kuranji,Kec Kuranji
Fasyankes Frekuensi Persentase (%)

RS 8 27

Puskesmas 11 37

Praktek dokter atau bidan 8 27

Pengobatan sendiri 3 10

Dukun 0 0
Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 2 hasil analisis frekuensi terhadap rujukan pelayanan kesehatan


yang digunakan responden menunjukkan responden lebih banyak membawa anggota
keluarga yang sakit ke puskesmas dengan proporsi 100%. Hal ini dikarenakan jarak dari
rumah ke puskesmas yang tidak terlalu jauh.

Tabel 3
Distribusi frekuensi Kejadian Penyakit Berbasis Lingkungan di
Kp.Tangah,Belimbing,Kel Kuranji,Kec Kuranji
1 bulan 3 bulan 1 tahun
Tidak
terakhir terakhir terakhir
Kejadian
Frekuensi

Frekuensi
Frekuensi

Frekuensi

penyakit
% % % %

Sakit diare 27 90 27 90 0 0 0 0

Sakit DBD 30 100 0 0 0 0 0 0

Sakit ISPA 30 100 0 0 0 0 3 0

Berdasarkan tabel 3 hasil analisis terhadap kejadian penyakit berbasis lingkungan di


didapatkan frekuensi kejadian penyakit berbasis lingkungan terbanyak pada 1 bulan
terakhir adalah penyakit diare dengan persentase 90%.

Tabel 4.
Distribusi frekuensi sumber air minum warga di Kp.Tangah,Belimbing,Kel
Kuranji,Kec Kuranji
Sumber air bersih Frekuensi Persentase (%)

Sungai 0 0
Penampungan Air Hujan 0 0

Sumur Gali 0 0

Sumur pompa tangan 0 0


dangkal/dalam

Perlindungan Mata Air 0 0

PDAM 30 100

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 4 hasil analisis data sarana air bersih yang diginakan responden
didapatkan hasil bahwa responden lebih banyak menggunakan sumber air minum dari
PDAM sebesar 100%.

Tabel 5.
Distribusi frekuensi kondisi sarana air bersih responden di Kp.Tangah,Belimbing,Kel
Kuranji,Kec Kuranji
Kondisi Frekuensi Persentase (%)

Berisiko 0 0

Tidak berisiko 30 100

Jumlah 30 100

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5 menunjukkan kondisi sarana air bersih
responden adalah Tidak Beresiko (100 %). Kondisi ini berdasarkan kegiatan
inspeksi sanitasi terhadap sarana air bersih yang digunakan responden.

Tabel 6
Distribusi frekuensi kepemilikan sarana air bersih dan masak keluarga di
Kp.Tangah,Belimbing,Kel Kuranji,Kec Kuranji
Sumber air minum Frekuensi Persentase (%)

Milik pribadi 30 100

Umum 0 0

Numpang ke tetangga 0 0
Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa frekuensi kepemilikan sarana air


bersih responden di Kp.Tangah adalah milik sendiri.

Tabel 7.
Distribusi frekuensi perolehan air bersih di Kp.Tangah,Belimbing,Kel Kuranji,Kec
Kuranji
Ketersediaan Frekuensi Persentase (%)

Mudah 30 100

Kadang-kadang sulit 0 0

Sulit ketika kemarau 0 0

Sulit sepanjang tahun 0 0

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 7 hasil analisis terhadap ketersediaan air bersih di rumah


tangga menunjukkan perolehan air bersih responden yaitu seluruhnya mudah
mendapatkan air bersih rumah tangga.

Tabel 8.
Distribusi frekuensi pemakaian air bersih di Kp.Tangah,Belimbing,Kel Kuranji,Kec
Kuranji
Jumlah pemakaian Air Bersih Frekuensi Persentase (%)

 60 L 0 0

60-80 L 13 43,3

 80 L 17 56,7

Total 30 100

Berdasarkan tabel 8 hasil analisis terhadap frekuensi jumlah pemakaian air


bersih di rumah tangga sebagian besar frekuensi jumlah pemakaian air bersih
responden adalah lebih dari 80 L dengan persentase 56,7%.
Tabel 9.
Distribusi frekuensi kualitas fisik air responden di Kp.Tangah,Belimbing,Kel
Kuranji,Kec Kuranji
Kondisi fisik air Frekuensi Persentase (%)

Baik 30 100

Jelek 0 0

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 9 hasil analisis terhadap kondisi fisik air bersih di rumah
tangga didapatkan bahwa kondisi fisik air responden paling banyak yaitu baik (tidak
berbau, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak keruh) dengan persentase 100%.

Tabel 10.
Distribusi frekuensi sarana BAB responden di Kp.Tangah,Belimbing,Kel Kuranji,Kec
Kuranji
Sarana BAB Frekuensi Persentase (%)

Jamban 30 100

Sembarangan 0 0

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 10 hasil analisis terhadap sarana buang air besar responden
didapatkan bahwa persentasi tempat buang air besar responden adalah 100% di jamban.

Tabel 11.
Distribusi frekuensi kondisi jamban keluarga di Kp.Tangah,Belimbing,Kel Kuranji,Kec
Kuranji
Kondisi jamban Frekuensi Persentase (%)

Memenuhi syarat 30 100

Tidak memenuhi syarat 0 0

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 11 dapat dilihat bahwa kondisi jamban keluarga di


Kp.Tangah,Belimbing,Kel Kuranji,Kec Kuranji seluruhnya sudah memenuhui syarat.
Tabel 12.
Distribusi frekuensi ketersediaan sarana pembuangan air limbah di
Kp.Tangah,Belimbing,Kel Kuranji,Kec Kuranji
Saluran pembuangan air Frekuensi Persentase (%)
limbah

Ada 30 100

Tidak 0 0

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 12 disimpulkan bahwa seluruh responden memiliki sarana


pembuangan air limbah rumah tangga.

Tabel 13.
Distribusi frekuensi adanya tempat pengumpulan sampah responden di
Kp.Tangah,Belimbing,Kel Kuranji,Kec Kuranji
Kepemilikan tempat
Frekuensi Persentase (%)
pengumpulan sampah
Ada 27 90,0
Tidak ada 3 10,0
Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 13 hasil analisis data kepemilikan tempat pwngumpulan


sampah didapatkan bahwa frekuensi responden yang memiliki tempat pengumpulan
sampah lebih tinggi (90,0) dari pada responden yang tidak memiliki tempat
pengumpulan sampah (10,0%).

Tabel 14
Distribusi frekuensi jenis sarana pengumpulan sampah di rumah tangga
Jenis sarana pengumpulan Frekuensi Persentase (%)
sampah
Kantong plastic 10 33,3
Tong sampah kayu/plastic 15 50,0
Tidak memiliki 5 16,7
Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 14 hasil analisis terhadap data jenis sarana pengumpulan


sampah rumah tangga responden didapatkan bahwa frekuensi jenis sarana pengumpulan
sampah yang paling banyak digunakan berupa kantong plastik yaitu dengan persentase
50% dan juga terdapat sebesar 16,7 % responden tidak memiliki sarana pengumpulan
sampah di rumah.

Tabel 15
Distribusi frekuensi kondisi sarana tong sampah dirumah tangga
Kondisi tempat sampah Frekuensi Persentase (%)

Memenuhi syarat 15 50,0

Tidak memenuhi syarat 15 50,0

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 15 hasil analisis terhadap kondisi sarana pengumpulan sampah


sementara di rumah tangga didapatkan frekuensi kondisi sarana tong sampah di rumah
tangga sama saja (50%)

Tabel 16
Distribusi frekuensi Jika tidak memenuhi syarat bagaimana pembuangan
sampah tersebut
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid baik 15 50.0 50.0 50.0
(Kompos,landfill,TPA)
buruk (dibakar, dibuang 15 50.0 50.0 100.0
kesungai, ditumpuk
tanpa penanganan,
berserakan/sembarang
tempat)
Total 30 100.0 100.0

Tabel 17
Distribusi frekuensi jenis sarana penampungan air terdapat larva di rumah tangga

Tempat Penampungan Air Ada Tidak ada


Bak Air/Bak Mandi/WC 4 13,3 26 86,7
Drum/Tank Air/Tahang 1 3,3 29 96,7
Ember/Gentong/Tempaya 3 10 27 90
n
Barang Bekas 7 23.3 23 76.7
Saluran Tergenang 13 43.3 20 56.7
Alamiah 0 0 30 100
Lainnya 0 0 300 100

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang sarana penampungan


airnya terdapat larva paling banyak pada saluran tergenang sebanyak 13 frekuensi
dengan persentase 43.3%.

5.1. Langkah pemecahan masalah


a. Penetapan Masalah
Setelah dilakukan analisis masalah, selanjutnya dilakukan penetapan
masalah, kemudian menetuka prioritas permasalahan dengan metode
pembobotan.
Penetapan masalah :
1. Pengumpulan sampah di rumah tangga kurang memadai = 16,7 %
2. Pengelolaan sampah perumahan yang masih rendah = 50%
3. Banyaknya sarana tempat pembuangan sampah rumah tangga yang
belum memenuhi syarat = 90%
4. Masih tingginya angka penyakit diare di RT 02=90%
5. Masih ada warga yang sarana penampungan airnya terdapat larva paling
banyak pada saluran tergenang sebanyak 13 frekuensi dengan
persentase =43.3%

b. Pembobotan dan prioritas masalah


Dalam pembobotan dilakukan penilaian terhadap beberapa kriteria,
skor diberikan antara rentang 1 – 10 dan bobot untuk masing-masing kriteria
adalah 0,2. Skor penilaian pada masing-masing kriteria adalah sebagai
berikut.

Kriteria Bobot Masalah Bobot x Skor


PSM PSR SS PD ATL
A B C D E A B C D E
Besarnya 0.2 2 5 3 3 3 1 1 0,8 1,4 0,8
masalah
(prevalensi)
Akibat yang 0.2 4 5 4 5 4 1 1 0,8 0,8 1
ditimbulkan
dari
masalah(sev
erity)
Keinginan 0.2 3 2 3 2 2 0,4 0,4 0,6 1 0,4
masyarakat
yang tidak
terpenuhi
(unmeet
need)
Keuntungan 0.1 3 1 3 2 3 0,1 0,1 0,2 0,8 0,1
sosial (social
benefit)
Rasa 0.2 2 1 2 2 3 0,1 0,2 0,2 1,4 0,2
prihatin
masyarakat
(concern
public)
Kelayakan 0.1 1 1 1 1 1 0,1 0,1 0,1 0,8 0,1
teknologi
Sumber 0.2 4 4 4 4 4 0,6 0,8 0,4 1,2 0,6
daya
tersedia
(dana,
tenaga,saran
a)
Jumlah 1,0 3,4 3,6 3,1 7,4 ,2
Rangking 3 2 5 1 4

Berdasarkan metode pembobotan masalah yang menjadi prioritas


masalah pada penelitian tersebut adalah kondisi sarana air pengelolaan
sampah di rumah tangga yang berisiko. Selanjutnya dilakukan analisi faktor
resiko terhadap permasalahan yang ada.

c. Analisis penyebab
Berdasarkan hasil analisis data yang menjadi faktor resiko adalah :
 Karna warrga kebanyakan pengelolaan sampahnya dikumpulkan dan
langsung dibakar
 Pengelolaan sampah dirumah tangga belum memisahkan sampah organik
dan an organik
 Warga tidak memiliki TPS
 Kurangnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya

d. Alternatif Pemecahan Masalah


Pemilihan alternatif kegiatan untuk pemecahan masalah yang telah
dilakukan adalah dengan melakukan penyuluhan tentang pengelolaan
Sampah di rumah tangga.

e. POA (Plan of Action)

No POA Keterangan
1 Kegiatan 1. Penyuluhan tentang pengelolaan Sampah di rumah
tangga
2. Pembuatan Tempat Pembuangan Sampah

2 Tujuan Agar masyarakat mengetahui bagaimana cara


pengelolaan sampah di rumah tangga yang berisiko
agar tidak mencemari lingkungan sekitar
3 Sasaran Masyarakat di RT 02 Kecamatan Belimbing
4 Hari/tanggal Minggu / 8 November 2021
5 Waktu 10.00 – 12.00
6 Tempat Rumah warga
7 Biaya Rp.
8 Rencana evaluasi 1. Kehadiran : Masyarakat menghadiri
penyuluhan 100 %
2. Waktu : Ketepatan waktu memulai penyuluhan
100 %
3. Antusiasme dan keaktifan : 100% Masyarakat
antusias dalam menjawab pertanyaan
4. Partisipasi : Masyarakat mendukung 100%
5. Hasil : Masyarakat mau melakukan
pengelolaan terhadap sampah yang berisiko
agar tetap dapat digunakan dengan aman dan
tidak menimbulkan penyakit dan tidak
6. mencemari lingkungan

Anda mungkin juga menyukai