Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan
sosial kemasyarakatan, bahkan merupakan salah satu unsur penentu atau
determinan dalam kesejahteraan penduduk. Di mana lingkungan yang sehat
sangat dibutuhkan bukan hanya untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, tetapi juga untuk kenyamanan hidup dan meningkatkan
efisiensi kerja dan belajar.
Dari suatu hasil penelitian derajat kesehatan lingkungan dipengaruhi
oleh perilaku hidup masyarakat itu sendiri. Karena, perilaku kehidupan
masyarakat masih banyak yang tidak memiliki daya dukung terhadap
kesehatan lingkungan. Maka, melalui pembangunan pemerintah
mencanangkan pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan dan
pengembangan wilayah yang berkesadaran lingkungan, sementara pihak
pengguna infrastruktur dalam hal ini masyarakat secara keseluruhan harus
disiapkan dengan kesadaran lingkungan yang lebih baik (tahu sesuatu atau
tahu bersikap yang semestinya). Masa datang kita dihadapkan dengan
penggunaan IPTEK yang lebih maju dan lebih kompleks yang memerlukan
profesionalisme yang lebih baik dengan jenjang pendidikan yang memadai.
Di samping itu dalam proses pembangunan masa datang, diperlukan
adanya teknologi kesehatan lingkungan yang menitik beratkan upayanya
pada metodologi mengukur dampak kesehatan dari pencemaran yang
ditimbulkan oleh adanya pembangunan, Indikator ini harus mudah, murah
untuk diukur juga sensitif menunjukkan adanya perubahan kualitas
lingkungan.
Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang baik diperlukan suatu
program peningkatan kesehatan lingkungan salah satunya kesehatan
lingkungan pemukiman sesuai peraturan pemerintah yang telah tetapkan.
Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar dan
merupakan faktor penting dalam peningkatan harkat dan martabat manusia

1
serta mutu kehidupan yang sejahtera dalam masyarakat yang adil dan
makmur. Perumahan dan permukiman juga merupakan bagian dari
pembangunan nasional yang perlu terus ditingkatkan dan dikembangkan
secara terpadu, terarah, terencana, dan berkesinambungan.
erumahan dan permukiman adalah dua hal yang tidak dapat kita
pisahkan karena berkaitan dengan ekonomi, industrialisasi dan
pembangunan. Permukiman dapat diartikan sebagai perumahan atau
kumpulan rumah dengan segala unsur serta kegiatan yang ada di dalam
permukiman. Permukiman dapat terhindar dari kondisi kumuh dan tidak
layak huni jika pembangunan perumahan sesuai dengan standar yang
berlaku, salah satunya dengan menerapkan persyaratan rumah sehat.
Dalam pengertian yang luas, rumah tinggal bukan hanya sebuah
bangunan (struktural), melainkan juga tempat kediaman yang memenuhi
syarat – syarat kehidupan yang layak, dipandang dari berbagai segi
kehidupan dalam poses pembinaan keluarga. Selain sebagai tempat layak
huni, juga harus memenuhi standar rumah sehat, yaitu aman, sehat dan
nyaman untuk kepentingan individu atau keluarga itu sendiri.
Banyak kasus ditemukan di lapangan, terutama di kota – kota besar,
pembangunan rumah atau perumahan selalu dibangun di area atau kawasan
yang tidak layak bangun misalnya di daerah kumuh yang berada dekat
tempat pembuangan akhir (TPA) dan sumber air (sungai) atau di tempat –
tempat yang rawan bencana. Sebagai contoh, sekitar 306 kejadian atau
sekitar 95% kejadian yang disebabkan bencana hidrometeorologi seperti
banjir, tanah longsor dan puting beliung di Indonesia pada tahun 2013
dikarenakan pembangunan perumahan yang salah sehingga permasalahan
tersebut belum bisa diselesaikan karena tidak ada tindakan tegas terhadap
developer – developer nakal yang tidak mematuhi peraturan.
Masalah permukiman di Indonesia berakar dari pergeseran
konstentrasi penduduk dari desa ke kota. Permasalahan perkotaan yang tidak
tertata menyebabkan masalah-masalah seperti sanitasi yang buruk, drainase
yang tidak tertata, polusi udara yang mempengaruhi kualitas udara di
perkotaan, ketersediaan air bersih dan minum dan berbagai kesehatan

2
lainnya. Dan juga masalah permukiman yang semakin padat mengakibatkan
semakin banyak limbah yang dihasilkan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa hubungan antara Lingkungan dengan Penyehatan Pemukiman dan
Perumahan?
2. Apa tujuan dilaksanakan Kesehatan Lingkungan di Tempat
Permukiman?
3. Apa dasar  hukum penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Tempat
Permukiman ?
4. Apa instrumen yang digunakan untuk mengukur dari kesehatan
pemukiman?
5. Apakah instrument yang digunakan efektif untuk mendorong
Penyehatan Pemukiman dan Perumahan?
C. TUJUAN
1. Mengetahui hubungan antara lingkungan dengan pemukiman dan
perumahan
2. Mengetaui tujuan dilaksanakan Kesehatan Lingkungan di Tempat
Permukiman?
3. Mengetahui dasar  hukum penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan
Tempat Permukiman.
4. Mengetahui instrument – instrument yang digunakan untuk mengukur
kualitas kesehatan dari penyehatan pemukiman dan perumahan
5. Mengetahui keefektifan instrument yang digunakan untuk mendorong
kualitas penyehatan pemukiman dan perumahan

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kesehatan Pemukiman dan Perumahan


Pemukiman merupakan bagian dari lingkungan hidup yang digunakan
sebagai tempat   tinggal   dari   sekelompok  manusia yang saling berinter - aksi
serta berhubungan setiap hari dalam rangka untuk mewujudkan masyarakat yang
tenteram, aman dan damai. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di
luar kawasan lindung baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan
yang berfungsi sebagai hunian dan tempat kegiatan yang mendukung peri
kehidupan dan penghidupan.
Pemukiman  adalah suatu struktur fisik dimana orang menggunakannya
untuk tempat berlindung, termasuk juga semua fasilitas dan pelayanan yang
diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani dan rokhani serta
keadaan sosialnya, baik untuk keluarga maupun individu.
Pemukiman atau perumahan sangat berhubungan dengan kondisi ekonomi
sosial, pendidikan, tradisi atau kebiasaan, suku, geografi dan kondisi lokal. Selain
itu lingkungan perumahan atau pemukiman dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang dapat menentukan kualitas lingkungan perumahan tersebut antara lain
fasilitas pelayanan, perlengkapan, peralatan yang dapat menunjang
terselenggaranya kesehatan fisik, kesehatan mental, kesehatan sosial bagi individu
dan keluarganya.
 
B. Hubungan Pemukiman dan Kesehatan
Kondisi- kondisi ekonomi, sosial, pendidikan, tradisi/kebiasaan, suku,
geografi dan kondisi lokal sangat terkait dengan pemukiman/perumahan. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi atau yang dapat menentukan kualitas
lingkungan  perumahan / pemukiman  antara lain fasilitas pelayanan,
perlengkapan, peralatan yang dapat menunjang terselenggaranya keadaan fisik,
kesehatan mental, kesejahteraan sosial bagi individu dan keluarganya (dr. H.
Haryoto Kusnoputranto, SKM)..

4
Penyehatan lingkungan tempat pemukiman adalah segala upaya untuk
meningkatkan dan memelihara kesehatan tempat pemukiman beserta
lingkungannya dan pengaruhnya terhadap manusia.
 
C. Tujuan dilaksanakan Kesehatan Lingkungan di Tempat Permukiman
1. Penataan dan pemukiman yang memenuhi syarat kesehatan. 
Pemukiman sehat adalah suatu tempat untuk tinggal secara permanen,
berfungsi sebagai tempat untuk bermukim, beristirahat, berrekreasi
dan sebagai tempat berlindung dari pengaruh lingkungan yang
memenuhi persyaratan fisiologis, psikologis, bebas dari penularan
penyakit dan kecelakaan. Satuan Lingkungan Permukiman adalah
kawasan perumahan dalam berbagai bentuk dan ukuran dengan
penataan tanah dan ruang, prasarana dan sarana lingkungan yang
teratur.
2. Terwujudnya suatu kondisi perumahan yang layak huni dalam
lingkungan yang sehat.  Ini artinya bahwa rumah di perumahan itu
harus sehat,  rumah yang dapat menjadi tempat berlindung / bernaung
dan beristirahat sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna
baik fisik, rohani maupun sosial. Kondisi perumahan yang layak huni
artinya harus layak sebagai tempat hunian yag dilengkapi dengan
prasarana dan sarana lingkungan. Prasarana lingkungan adalah
kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan
permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Sarana
lingkungan adalah fasilitas penunjang berfungsi untuk
penyelenggaraan  dan  pengembangan  kehidupan ekonomi, social dan
budaya.
3. Mengurangi resiko kebakaran, kecelakaan, penularan penyakit. Dalam
mengurngi resiko kebakaran, kecelakaan, penularan penyakit
diperlukan sara dan utilitas. Utilitas umum merupakan bangunan
bangunan yang dibutuhkan dalam sistem pelayanan lingkungan yang
diselenggarakan baik oleh pemerintah atau swasta, Utilitas yang

5
dimaksud adalah penyediaan yang menyangkut jaringan air bersih,
listrik, pembuangan sampah, telepon dan gas
 
D. Dasar  hukum penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Tempat
Permukiman
Dalam membahas aspek kebijakan kesehatan pemukiman
perumahan ada beberapa landasan yang tidak dapat diabaikan:
1. Menurut Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011
Tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman
2. Undang - undang Pokok Agraria nomor 5 tahun 1960
3. Undang -undang nomor 23 tahun 1992 tentang  Kesehatan
4. Undang -undang nomor 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang
5. Undang -undang nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan
Pemukiman
6. Undang -undang nomor tahun tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 829/MenKes/SK/VII/1989
tanggal 20 Juli 1989 Tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan
8. Masalah perumahan telah diatur dalam Undang-Undang pemerintahan
tentang perumahan dan pemukiman No.4/l992 bab III pasal 5 ayat l
yang berbunyi “Setiap warga negara mempunyai hak untuk menempati
dan atau menikmati dan atau memiliki rumah yang layak dan
lingkungan yang sehat, aman , serasi, dan teratur”
Bila dikaji lebih lanjut maka sudah sewajarnya seluruh lapisan
masyarakat menempati rumah yang sehat dan layak huni. Rumah tidak
cukup hanya sebagai tempat tinggal dan berlindung dari panas cuaca
dan hujan, Rumah harus mempunyai fungsi sebagai :
1. Mencegah terjadinya penyakit
2. Mencegah terjadinya kecelakaan
3. Aman dan nyaman bagi penghuninya
4. Penurunan ketegangan jiwa dan sosial

6
9. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia   No.
829/Menkes/SK/VII/1999 Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Perumahan
a. Lokasi
b. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran
sungai, aliran lahar, gelombang tsunami, longsor dan sebagainya.
c. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir sampah
dan bekas lokasi pertambangan.
d. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran
seperti jalur pendaratan penerbangan.
e. Kualitas Udara, Kebisingan dan Getaran
Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari
gangguan gas beracun baik oleh alam atau aktivitas manusia, dan memenuhi
persyaratan baku mutu udara yang berlaku dengan perhatian khusus terhadap
parameter-parameter sebagai berikut :
a. Tingkat kebisingan di lokasi tidak melebihi 45-55 dBA.
b. Gas berbau (H2S dan NH3) secara biologis tidak terdeteksi.
c. Partikel debu diameter < 10 mg tidak melebihi 150 mg/m3.
d. Gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm.
e. Debu terhadap tidak melebihi 350 mm3/m2/hari.
f. Kualitas Tanah
Kualitas tanah pada daerah perumahan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a. Timah hitam (Pb) maksimal 300 mg/kg.
b. Arsenik total maksimal 100 mg/kg.
c. Cadmium (Cd) maksimal 20 mg/kg.
d. Benzo (a) pyrene maksimal 1 mg/kg.
e. Kualitas Air Tanah
Kualitas air tanah pada daerah perumahan minimal harus memenuhi persyaratan
air baku, air minum (golongan B), sesuai dengan Peraturan Perundangan yang
berlaku.
1. Sarana dan Prasarana Lingkungan

7
a. Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga
dengan konstruksi yang aman dari kecelakaan.
b. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan
vektor penyakit dan memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
c. Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan sebagai
berikut :
1) Konstruksi jalan tidak membahayakan kesehatan.
2) Konstruksi trotoar jalan tidak membahayakan pejalan kaki dan
penyandang cacat.
3) Bila ada jembatan harus diberi pagar pengaman.
4) Lampu penerangan jalan tidak menyilaukan.
2. Tersedia sumber air bersih yang menghasilkan air secara cukup sepanjang
waktu dengan kualitas air yang memenuhi persyaratan kesehatan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
a. Pengelolaan pembuangan kotoran manusia dan limbah rumah tangga
harus memenuhi persyaratan kesehatan, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
b. Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi
persyaratan kesehatan, sesuai dengan peraturan.
c. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
d. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan umum dan sosial seperti
keamanan, kesehatan, komunikasi, tempat kerja, tempat hiburan, tempat
pendidikan, kesenian dan sebagainya.
e. Tempat pengolahan makanan harus menjamin tidak terjadi kontaminasi
yang dapat menimbulkan keracunan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
f. Binatang Penular Penyakit
1. Indek lalat di lingkungan perumahan harus memenuhi persyaratan.
2. Indeks jentik nyamuk (Angka Bebas Jentik) di perumahan tidak
melebihi 5%.

8
g. Penghijauan
Pepohonan untuk penghijauan di lingkungan perumahan
merupakan pelindung dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan
kelestarian alam. Masyarakat harus terlibat aktif dalam upaya
menyelenggarakan penghijauan terutama disekitar rumah yang dihuninya 

E.  Instrumen yang digunakan untuk mengukur dari kesehatan


pemukiman.

1. Instrumen Udara
a. Migdet Impinger
Cara Menggunakan :

1. Larutan penyerap NO2 (Absorbing


Solution) atau reagen pertama (7684)
sebanyak 10ml dimasukkan kedalam tabung
impinger.
2. Alat impinger dihubungkan dengan silang,
dimasukkan kedalam pompa sampel udara Migdet Impinger
(dipastikan selang panjang tercelup ke
dalam larutan). Sebagai acuan analisis NO2 direkomendasikan impinger
gas bubbler (0934). Untuk aplikasi umum dan demonstrasi bisa digunakan
impinger umum (0922) atau impinger standar midget (0933)
3. Adaptor disetel pada angka 0,2 Lpm sampai 10 menit atau sampai NO2
terukur diserap (setelah 10 menit NO2 yang diserap alat akan terukur).
4. Sesudah akhir sampling, isi tabung impinger dituangkan ke dalam tabung
reaksi (0822) dan dilautkan dengan 10ml reagen pertama. Bila perlu
tabung berisi sampel diuapkan terlebih dahulu.
5. Ditambahkan satu tetes reagen NO2 atau reagen kedua (7685) dengan
menggunakan pipet (0352), kemudian ditutup dan dicampur.
6. Ditambahkan 0,05 gr reagen ketiga berupa tepung (7688) dengan
menggunakan sendok seukuran 0,05 gr(0696), ditutup dan di campur.
Ditunggu 10menit supaya pembentukan warna sempurna.

9
7. Tabung reaksi ditempatkan ke dalam komparator NO2 (7689). Warna
sampel dibandingkan dengan indeks warna standar. Dicatat angka dimana
indeks warna sampel dan ideks warna standar menunjukan perbandingan
warna yang tepat.
8. Tebel NO2 digunakan untuk mengubah nilai pembacaan sampel (dalam
indeks) konsentrasi NO2 dalam pmm.

b. Personal Dust Sampler

Digunakan pengukuran kadar debu


menggunakan personal dust sampler ini
memiliki prinsip kerja sebagai berikut:

1. Menangkap debu di tempat kerja


yang dalam hal ini adalah di industri
Personal Dust Sampler
meubel dengan menggunakan personal
dust sample
2. Membandingkan berat kertas filter sesudah dengansebelum dengan
metode gravimetric
3. Menganalisis hasil dan membandingkannya dengan NAB kadar
debu kayu pada SNI 19-0232-2005
4. Membuat simpulan dan memberikan saran.

c. Lutron AQ-9901SD Air Quality Meter

Air Quality Meter adalah


salah satu alat uji
untuk mengukur kualitas
udara agar mendapatkan data-
data batas dari kualitas udara
dalam ruangan maupun di luar
ruangan. Diperlukan alat ukur
portable yang cepat dan
akurat yaitu

10
menggunakan Lutron AQ-9901SD Air Quality Meter selain di gunakan oleh
industri-industri, Air Quality meter ini juga dapat digunakan oleh kalangan
umum, terutama yang berkaitan dengan kesehatan dan kenyamanan penghuni
bangunan.
Alat ukur air quality meter AQ-9901SD mampu mendeteksi udara yang
dipengaruhi oleh gas ( termasuk karbon monoksida , radon , senyawa organik
yang mudah menguap ), partikulat, kontaminan mikroba ( jamur, bakteri ) atau
massa atau energi stressor yang dapat menimbulkan kondisi yang merugikan
kesehatan. Sumber kontrol, filtrasi dan penggunaan ventilasi untuk
mencairkan kontaminan adalah metode utama untuk meningkatkan kualitas
udara dalam ruangan di sebagian besar bangunan sehingga dapat tercipta
udara yang bersih dan sehat.

d. Lux Meter

Untuk mengatur pencahayaan pada


saat membaca atau kegiatan lain sesuai
dengan fungsi ruangan

e. Pengukuran Kebisingan (Sound


Level Meter )
Untuk mengukur tingkat intensitas
kebisingan di tempat kerja

11
2. Instrumen Tanah
a. Complete Soil Sampling T-07
adalah alat penunjang pengambilan
sampel tanah dan untuk mengetahui
kualitas dan kontaminasi Microbiologi
serta Zat kimia yang tercemar pada Tanah,
dengan menggunakan dua metode
pemeriksaan, yaitu Color Chart dan
Photometer (microbiologi).
a. Color Chart salah satu analisis sederhana yang di lakukan untuk
membedakan antar horison atau antar lapisan, yakni dengan melihat warna
tanah dari penampang tanah (profil tanah). Membedakan warna tanah sebagai
pembatas horison atau pembatas lapisan dapat dilakukan dengan mata
telanjang, tentunya dengan sedikit latihan dan jam terbang. Namun warna
tanah yang dinilai secara kualitatif oleh surveyor, tentunya tidak dapat
menjadi rujukan yang jelas bagi pembaca.
b. Photometer adalah alat ukur dimana memakai pencahayaan atau
penyinaran sehingga mendapatkan hasil dengan cara pemotretan.

b. Penetrometer
Fungsi : Untuk menguji kepadatan tanah.
Cara kerjanya:
 Penetrometer dimasukkan ke dalam lapisan
tanah pada kedalaman tertentu (kedalaman
sampai +/- 5 meter)
 Amati hasil kadar kelembaban tanah yang
diperoleh, yang dapat dikonversi kepada nilai
kekuatan tanah.
 Cacing : sebagai parameter biologi penyubur tanah.

12
3. Instrumentasi air
a. Barscreen dan mackskasar
Menyaring bahan kasar dan padat .
Cara kerja :
- Limbah yang mengalir melalui
saluran pembuangan disaring
menggunakan jeruji saring (bar
screen).
- Memperlambat aliran limbah
sehingga partikel – partikel pasir jatuh ke dasar tangki sementara air
limbah terus dialirkan.

b. Grit chamber
Menghilangkan partikel
anorganik untuk mencegah kerusakan
pada pompa, dan untuk mencegah
akumulasi di digestors lumpur.

Prinsip kerja : Grit Chambers  tidak


lain hanyalah seperti tangki
sedimentasi, yang dirancang untuk
memisahkan bahan anorganik dimaksudkan lebih berat (berat jenis sekitar
2,65) dan untuk lulus maju bahan organik lebih ringan. Oleh karena itu,
kecepatan aliran tidak boleh terlalu rendah untuk menyebabkan
pengendapan bahan organik ringan, atau jika terlalu tinggi tidak
menimbulkan penyelesaian lumpur dan
grit hadir dalam kotoran.

c. Turbidimeter

13
Menguji kekeruhan air disekitar pemukiman

Cara Kerja :

1) Memasangkan/menyambungkan turbidimeter dengan sumber


listrik, diamkan selama 15 menit
2) Sebelum digunakan alat harus diset terlebih dahulu
(dikalibrasi), dimana angka yang tertera pada layar harus 0 atau
dalam keadaan netral
3) Sampel dimasukan pada tempat pengukuran sampel yang ada
pada turbidimeter
4) Melakukan pengukuran dengan menyesuaikan nilai
pengukuran dengan cara memutar tombol pengatur hingga nilai
yang tertera pada layar pada turbidimeter sesuai dengan nilai
standar
5) Membaca skala pengukuran kekeruhan
6) Pengukuran sampel harus dilakukan sebanyak 3 kali dengan
menekan tombol pengulangan pengukuran untuk setiap
pengulangan agar data yang diperoleh pengukuran tepat atau
valid, dan hasilnya langsung dirata-ratakan.

d. Chlorine Defuser
Mencegah maupun menanggulangi
pencemar bakteri dengan indikator E. Coli
baik E. Coli Tinja atau Coliform

Cara kerja :
- pemasangan pada sumur gali dengan
kerekan timba : pasang chlorine diffuser
menggunakan tali merapat dinding
sumur hingga setengah kedalam sumur.
Ikatkan ujung pada tiang penimba atau
paku yang menempel pada bibir sumur.
- Pemasangan pada bak penampung air : Chlorine diffuser dipasang
pada setengah ketinggian/kedalaman bak bagian dalam

14
- Pemasangan pada sumur gali yang dilengkapi pompa listrik : chlorine
diffuser dipasang didekat footkelp pada ujung pipa hisap.

e. COD reaktor
pemeriksaan limbah dengan suhu
1500C

Cara kerja : tabung dimasukkan


ke dalam alay disetting sesuai
yang dikehendaki

f. Ph meter
Cara Kerja :
1) ambil sampel air yang mau
di ukur pHnya
2) kemudian nyalakan alat 
pH meter tersebut 
3) masukkan ke dalam air Uji
dan
4) tunggu sampai Digital Number pada pH meter Tersebut  Sampai
Posisi tidak Berubah Berubah ( sampai tenang)
Ph air yang ideal adalah 6,5 - 8,5 dan TDS kurang dari 50 ppm   jika pH dibawah
6 maka air akan asam dan jika di atas 8,5 maka air akan terasa pahit.

g. Spektro fotometer
untuk memeriksa parameter kimia air
Cara kerja: melewatkan cahaya dengan
panjang gelombang tertentu pada suatu
obyek kaca atau kuarsa yang disebut
kuvet

h. Trickling Filter (Saringan Menetes)


Trickling Filter merupakan
salah satu aplikasi pengolahan air

15
limbah dengan memanfaatkan teknologi Biofilm. Trickling filter ini terdiri
dari suatu bak dengan media fermiabel untuk pertumbuhan organisme
yang tersusun oleh materi lapisan yang kasar, keras, tajam dan kedap air.
Kegunaannya adalah untuk mengolah air limbah dengan dengan
mekanisme air yang jatuh mengalir perlahan-lahan melalui melalui lapisan
batu untuk kemudian tersaring.
Cara Kerja :
1. Air limbah dialirkan ke bak pengendapan awal untuk mengendapakan
padatan tersuspensi
2. Selanjutnya Air limbah dialirkan ke bak Trickling Filter melalui pipa
berlubang yang berputar, kemudian keluar melalui pipa under-drain yang
ada didasar bak dan keluar melalui saluran efluen.
3. Air limbah dialirkan ke bak pengendapan akhir dan limpasan dari bak
pengendapan akhir merupakan air olahan.
4. Lumpur yang mengendap selanjutnya disirkulasikan ke inlet bak
pengendapan awal.

F. Syarat tehnik rumah


1. Letak Rumah
Pertimbangan  mengenai letak meliputi :
a.   Permukaan Tanah
Tanah yang rendah biasanya yang sering digenangi banjir.
Sedangkan tanah berbatu karang biasanya lembab dan dingin karena tidak
bisa menyerap kedalam tanah pada waktu hujan. Tetapi dengan konstruksi
dan dilengkapi drainase yang baik, bisa digunakan tanpa ada gangguan.
Yang ideal adalah di daerah tanah yang meninggi, kering dan porous
(seperti tanah berpasir/berkerikil atau tanah berkapur).
1. Hadap Rumah
Hubungannya dengan matahari, arah angin dan lapngan terbuka.
Dapur dan ruang tempat menyimpan makanan terletak di bagian utara
rumah karena akan menerima sinar matahari lebih sedikit.
1.   Konstruksi Rumah

16
Berdasarkan pengalaman sebelumnya yaitu rumah-rumah yang
primitif pada zaman dulu terbuat dari kayu, tanah liat dan batu, atap lalang
dan sebagainya. Akhirnya orang merasa perlu untuk membuat fundasi agar
supaya konstruksinya lebih kokoh. Type fundasi ada bermacam-macam
tergantung pada berat dari rumah atau gedung yang akan dibangun dan
keadaan bawah tanah (subsoil). Subsoil yang berbatu-batu atau kerikil
akan dapat menahan beban yang berat, tetapi subsoil yang terdiri dari
tanah liat, kekuatan menahan bebannya tidak tetap. Kekuatannya bisa
bertambah dan bisa pula menurun tergantung pada keadaan peresapan
airnya yang juga berubah-ubah mengikuti perubahan keadaan musim.
Fundasi yang tidak sesuai akan mengakibatkan rumah diatasnya
bisa rontok. Ada tiga cara dalam pembuatan fundasi :
-    Membuat parit-parit yang diisi dengan adukan semen.
 -   Membuat semacam rakit dengan adukan semen yang konkrit.
-    Membangun tiang-tiang/pilar-pilar dari beton.

2. Dinding
Dinding luar berfungsi untuk menghindarkan serangan hujan dan
angin   terhadap interior rumah, juga melindungi interior terhadap panas atau
dingin di luar, disamping itu juga sebagai pendukung atap. Material yang
sering dipakai untuk dinding ialah dari bahan kayu atau batu/batu bata bahkan
juga keping-keping adukan semen yang dicetak padat. Untuk dinding papan
sebaiknya dibuat dari jenis kayu yang tahan terhadap segala cuaca. Tetapi ini
kurang disukai di daerah perumahan yang rapat, karena berbahaya yaitu bisa
terjadi kebakaran.
 
3. Atap dan Loteng
Fungsi atap ialah untuk melindungi interior rumah dari angin, hujan
dan abu, disamping itu juga untuk menghindarkan panas. Bahan yang paling
disukai ialah genteng, karena bersifat isolator, sejuk di musim panas dan
hangat di musim dingin.

17
Loteng selam berfungsi sebagai penghalang terhadap pandangan yang
kurang enak pada balok-balok penopang atap (kuda-kuda), ia lebih bermanfaat
sebagai isolasi terhadap panas yang menembus atap. Untuk menghindarkan
panas tertumpuk di atas loteng maka perlu dibuat lubang ventilasi antara atap
dan loteng.
 

4. Lantai
Lantai dari tanah stabilisasi atau batu bata biasanya langsung
diletakkan di atas tanah asli sehingga ia menjadi lembab. Oleh karena itu perlu
dilapisi dengan satu lapisan segmen yang kedap air, atau susunan tegel, terrazo
maupun marmar. Untuk mencegah masuknya air ke dalam rumah, sebaiknya
lantai dinaikkan kira-kira 20 cm dari permukaan tanah. Lantai dari bahan
kayu, di bawah lantai harus ada kolong, harus disusun dengan rapi dan rapat
satu sama lain, sehingga tidak ada lubang-lubang ataupun lekukan-lekukan
dimana debu bisa tertumpuk. Dan lebih baik lagi, lantai jenis ini dilapisi denga
perlak atau kambal plastik. Plastik ini sekaligus juga berfungsi sebagai
penahan kelembaban yang naik dari kolong rumah.
 
5. Ventilasi dan Pencahayaan
Melalui jendela cahaya dan angin bisa masuk ke dalam rumah
sehingga ia mempunyai fungsi rangkap, pertama sebagai alat untuk mendapat
cahaya dan kedua sebagai ventilasi. Cahaya memiliki sifat dapat membunuh
bakteri. Kurangnya pencahayaan dapat mendapatkan beberapa akibat pada
mata, kenyamanan dan sekaligus produktivitas seseorang. Cahaya dianggap
sebagai suatu alat perantara, yang mana benda-benda dapat terlihat oleh mata.
 
6. Fasilitas Kelengkapan Rumah
a. Ruang Tidur/Istirahat
Dipergunakan untuk beristirahat/tidur dan tukar pakaian.
Sebaiknya ruang tidur untuk anak pria dan wanita dewasa harus
terpisah. Bila keadaan memungkinkan tempat tidur ditempatkan

18
sedemikian rupa sehingga sinar matahari pagi sangat baik bagi
kesehatan dapat masuk dengan bebas. Selain itu ruang tidur sebaiknya
ditempatkan di bagian rumah yang tenang. Demikian juga jarak antara
2 tempat tidur perlu diperhatikan.
b. Ruang Tamu
Biasanya tersendiri dan ditempatkan di bagian yang mudah
dicapai oleh tamu yang datang dari luar, dengan pengertian tidak
terlebih dahulu melalui ruangan-ruangan lain. Oleh karena itu
sebaiknya ruang tamu ditempatkan di bagian depan rumah.
c. Ruang Makan
Biasanya ditempatkan dekat dengan dapur agar mudah waktu
menghidangkan makanan. Kadang-kadang ruang makan ini juga
dipakai sebagai ruang duduk, tempat sekeluarga berbincang-bincang,
bahkan kadang-kadang juga sebagai ruang untuk belajar bagi anak-
anak atau untuk keperluan lain, bila rumah tersebut kurang besar.
d. Dapur
Biasanya dipergunakan untuk tempat meracik dan memasak
makanan dan mencuci piring / peralatan-peralatan lain, dan kadang-
kadang juga di lengkapi dengan fasilitas untuk penyimpan makanan.
Yang perlu diperhatikan ialah pengadaan lubang angin yang cukup
banyak agar asap bisa keluar dengan mudah dan tidak terasa panas
didalamnya. Sebaiknya dinding dekat tungku masak terbuat dari bahan
yang tidak mudah terbakar.
e.  Kamar Mandi dan WC
Harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga pembuangan
kotoran dan air limbah mudah dilakukan dan tidak meninggalkan bau
yang mengganggu pada ruangan lain. Yang terpenting lagi ialah harus
dicegah terjadinya pencemaran sumber air minum. Sedang ventilasi
harus menghubungkannya langsung dengan udara luar.
 
 
 

19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Menurut Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman.
b. Kondisi- kondisi ekonomi, sosial, pendidikan, tradisi/kebiasaan,
suku, geografi dan kondisi lokal sangat terkait dengan
pemukiman/perumahan
c. Parameter dari penyehatan permukiman meliputi parameter fisika,
kimia, dan biologi. Parameter fisika meliputi suhu, cahaya,
kelembaban. Parameter kimia meliputi kandungan bahan kimia
yang terkandung dalam lingkungan permukiman. Parameter biologi
meliputi banyaknya bakteri pathogen maupun banyak bakteri
maupun virus dan binatang vektor yang mempengaruhi
permukiman.
d. Instrument yang digunakan dalam penyehatan permukiman
meliputi : Migdet Impinger, lux meter, sound level meter, ph meter,
spektro fotometer, personal dust sampler, Penetrometer dan lain –
lain.

B. Saran
Pada saat ini pemerintah kurang memperhatikan kualitas
permukiman. Untuk itu diharapkan masyarakat semakin sadar
terhadap permukiman yang mereka tempati.
 
 
 
 
 

20
DAFTAR PUSTAKA :

Ansyari, Fuad (1979)Kesehatan Lingkungan Ghalia Indonesia Surabaya


Hanlon JJ and Pickett GE (1984) Public Health eigth edition College Publishing
Lembaran Negara Republik Indonesia No 48 tahun 1962  Undang undang nomor
11  tahun 1962 tentang Hygiene untuk Usaha usaha bagi umum
Purdom PW (1980) Environmental Health Second Edition Academic Press New
York
 
Koestoer, Raldi Hendro (1997) Perspektif Lingkungan Desa Kota , Teori dan
Kasus. Universitas Indonesia Press
 
Salvato,Yoseph A, (1982).  Environmental Engineering Sanitation. Third

http://peraturan.go.id/uu/nomor-1-tahun-2011.html

21

Anda mungkin juga menyukai