Anda di halaman 1dari 51

BAHAN AJAR

SANITASI DAN
KESEHATAN
LINGKUNGAN

Mata Kuliah
TEKNIK LINGKUNGAN
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan Bahan Ajar Teknik Lingkungan
dengan Materi Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan yang akan dipergunakan
oleh mahasiswa dalam menempuh mata kuliah Teknik Lingkungan. Bahan
ajar ini disusun berdasarkan beberapa referensi buku, hasil diskusi, kebijakan
pemerintah dan penelitian.

Pada saat ini kesadaran akan lingkungan sudah meningkat. Masalah


kesehatan lingkungan sudah banyak menarik perhatian, mulai lapisan bawah
hingga pejabat tinggi pemerintah. Setiap individu memiliki kewajiban dalam
menjaga sanitasi dan kesehatan lingkungan di sekitarnya.

Bahan ajar ini diharapkan mampu membantu mahasiswa dalam


memahami dan mengembangkan ilmu lingkungan khususnya pada materi
sanitasi dan kesehatan lingkungan. Lingkungan yang bermutu amat diperlukan
dalam hiudp kita. Kritik, saran, dan masukan untuk perbaikan dan
penyempurnaan modul sangat kami harapkan; sekaligus akan terus
memperkaya kualitas penyajian bahan ajar ini.

Semarang, April 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................ i


Kata Pengantar ........................................................................................ ii
Daftar Isi ................................................................................................. iii

PENDAHULUAN ................................................................................. 1
Kegiatan Belajar 1
RUMAH SEHAT .................................................................................... 3
Pengertian ...................................................................................... 3
Persyaratan .................................................................................... 5
Prinsip Rumah Sehat ..................................................................... 6

Kegiatan Belajar 2
SANITASI .............................................................................................. 17
Air Bersih ...................................................................................... 19
Air Kotor ....................................................................................... 31
Persampahan .................................................................................. 36

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 49

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


1
Pertemuan 11 & 12

PENDAHULUAN

Kebutuhan akan rumah dapat dikategorikan sebagai salah satu


kebutuhan pokok atau sebagai persyaratan minimal yang harus dipenuhi suatu
keluarga selain pangan dan sandang. Konsep rumah tidak sebatas bentuk
bangunan fisik saja. Fungsi rumah adalah sebagai tempat tinggal dalam suatu
lingkungan yang seharusnya dilengkapi prasarana dan sarana yang diperlukan
manusia untuk memasyarakatkan dirinya.
Masalah kesehatan merupakan salah satu faktor yang berperan penting
dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui
pembangunan di bidang kesehatan diharapkan akan semakin meningkatkan
tingkat kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan dapat dirasakan oleh
semua lapisan masyarakat secara memadai. Konsep hidup sehat H.L.Blum
sampai saat ini masih relevan untuk diterapkan. H.L Blum menjelaskan ada
empat faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.
Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor perilaku/gaya hidup (life style),
faktor lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya), faktor pelayanan
kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor genetik (keturunan).
Rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan berkaitan erat dengan
penyakit berbasis lingkungan. Beberapa macam penyakit berbasis lingkungan
antara lain flu burung, demam berdarah, keracunan makanan, diare dll.
Penyakit-penyakit yang berasal dari lingkungan merupakan salah satu
penyebab utama kematian di Indonesia. Bahkan pada bayi dan balita,
penyakit-penyakit tersebut menyumbangkan lebih dari 80% dari penyakit
yang diderita oleh bayi dan balita. Keadaan tersebut mengindikasikan masih

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


2
rendahnya cakupan dan kualitas intervensi kesehatan lingkungan (Susenas,
2001).
Munculnya beberapa penyakit menular sebagai akibat dari semakin
besarnya tekanan bahaya kesehatan lingkungan yang berkaitan dengan
cakupan air bersih dan jamban keluarga yang masih rendah, perumahan yang
tidak sehat, pencemaran makanan oleh mikroba, telur cacing dan bahan kimia,
penanganan sampah dan limbah yang belum memenuhi syarat kesehatan,
vektor penyakit yang tak terkendali (nyamuk, lalat, kecoa, tikus dll),
pemaparan akibat kerja (penggunaan pestisida di bidang pertanian, industri
kecil dan sektor informal lainnya), bencana alam serta perilaku masyarakat
yang belum mendukung ke arah pola hidup bersih dan sehat.
Kontribusi besar terhadap terciptanya peningkatan derajat kesehatan
seseorang berasal dari kualitas kesehatan lingkungan dibandingkan faktor
yang lain. Menurut penelitian, ada korelasi yang sangat bermakna antara
kualitas kesehatan lingkungan dengan kejadian penyakit menular. Pendapat
tersebut menunjukkan bahwa demikian pentingnya peranan kesehatan
lingkunga bagi manusia atau kualitas sumber daya manusia.
Rumah sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimum. Rumah yang sehat dapat ditentukan oleh tersedianya
sarana sanitasi perumahan. Sanitasi rumah adalah usaha kesehatan masyarakat
yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap struktur fisik di mana orang
menggunakannya untuk tempat tinggal yang mempengaruhi derajat kesehatan
manusia. Rumah juga merupakan salah satu bangunan tempat tinggal yang
harus memenuhi kriteria kenyamanan, keamanan dan kesehatan guna
mendukung penghuninya agar dapat hidup dengan sehat dan bekerja dengan
produktif.

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


3
Kegiatan Belajar 1
KRITERIA RUMAH SEHAT

Rumah merupakan salah satu kebtuhan pokok manusia, disamping


kebutuhan sandang dan pangan. Rumah berfungsi sebagai tempat tinggal serta
digunakan untuk berlindung dari gangguan iklim dan makhluk hidup lainnya.
Rumah juga merupakan tempat berkumpulnya anggota keluarga untuk
menghabiskan sebagian besar waktunya. Bahkan bayi, anak-anak, orang tua,
dan orang sakit menghabiskan hampir seluruh waktunya di rumah.

PENGERTIAN

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 1992, rumah


adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian adan
sarana pembinaan keluarga. Sedangkan yang dimaksud dengan sehat menurut
World Health Organization (WHO) adalah suatu keadaan yang sempurna baik
fisik, mental, maupun sosial budaya, bukan hanya keadaan yang bebas dari
penyakit dan kelemahan (kecacatan).
Selanjutnya, menurut Undang-undang No. 1 tahun 2011tentang
Perumahan dan Permukiman:
a. Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal
yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan
martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.
b. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman,
baik perkotaan maupun pedesaan, yang dilengkapi dengan prasarana,
sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya dengan prasarana, sarana,
dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah layak huni.

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


4
c. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang
memenuhi standar tertentu untuk kebutuhan bertempat tinggal yang
layak, sehat, aman, dan nyaman.
d. Sarana adalah fasilitas dalam lingkungan hunian yang berfungsi untuk
mendukung penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial,
budaya dan ekonomi.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa rumah
sehat adalah rumah yang memungkinkan para penghuninya dapat
mengembangkan dan membina fisik dan mental maupun sosial keluarga.

PERSYARATAN

Menurut Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat Depkes RI tahun


2007, rumah dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privasi yang cukup,
komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah,
adanya ruangan khusus untuk istirahat (ruang tidur) bagi masing-masing
penghuni.
2. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni
rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah
tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak
berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan
minuman dari pencemaran.
3. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang
timbul karena pengaruh luar dan dalam rumah, antara lain persyaratan
garis sempadan jalan, konstruksi bangunan rumah, bahaya kebakaran dan
kecelakaan dalam rumah.

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


5
Rumah yang sehat harus dapat mencegah atau mengurangi resiko
kecelakaan seperti terjatuh, keracunan dan kebakaran. Beberapa aspek
yang harus diperhatikan dalam kaitan dengan hal tersebut antara lain:
a. Membuat konstruksi rumah yang kokoh dan kuat
b. Bahan rumah terbuat dari bahan tahan api
c. Pertukaran udara dalam rumah baik sehingga terhindar dari bahaya
racun dan gas
d. Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin sehingga bahaya jatuh dan
kecelakaan mekanis dapat dihindari
4. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan
dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.

PRINSIP RUMAH SEHAT

A. Memenuhi syarat kesehatan, yaitu:


1) Lantai dan dinding harus kering (tidak lembab) dan mudah
dibersihkan.
Dalam mengupayakan lantai tetap kering, maka lantai harus:
a. Terbuat dari bahan bangunan yang tidak menghantar air tanah ke
permukaan lantai (kedap air)
b. Berada lebih tinggi dari halaman luar dengan ketinggian lantai
minimal sebagai berikut:
 10 cm dari pekarangan
 25 cm dari permukaan jalan

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


6
Gambar 1. Lantai Rumah
Sumber: Panduan Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Perdesaan (2017)

2) Ventilasi
Ventilasi/jendela yang cukup agar udara dalam ruangan dapat selalu
mengalir. Luas bukaan jendela minimal 1/9 luas ruang lantai.
Ventilasi merupakan proses penyediaan udara segar ke dalam dan
pengeluaran udara kotor dari suatu ruangan tertutup secara alamiah
maupun mekanis. Tersedianya udara segar dalam rumah atau ruangan
amat dibutuhkan manusia, sehingga apabila suatu ruangan tidak
mempunyai sistem ventilasi yang baik dan over crowded maka akan
menimbulkan keadaan yang dapat merugikan kesehatan.
Menurut SNI 03-6572-2001 menjelaskan ventilasi memiliki tujuan
sebagai berikut:
a. Menghilangkan gas-gas yang tidak menyenangkan yang
ditimbulkan oleh keringat dan sebagainya dan gas-gas
pembakaran (CO2) yang ditimbulkan oleh pernafasan dan
proses-proses pembakaran

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


7
b. Menghilangkan uap air yang timbul sewaktu memasak, mandi
dan sebagainya
c. Menghilangkan kalor yang berlebihan
d. Membantu mendapatkan kenyamanan termal

Gambar 2. Alur Udara


Sumber: Panduan Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Perdesaan (2017)
3) Pencahayaan

Gambar 3. Alur Sinar Matahari


Sumber: Panduan Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Perdesaan (2017)

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


8
Lubang bukaan/jendela harus dapat ditembus sinar matahari. Sinar
matahari yang masuk dalam sebuah bangunan merupakan sumber
pencahayaan untuk bangunan tersebut. Pencahayaan ada dua macam,
yaitu pencahayaan alami dan buatan. Pencahayaan alami sangat
penting dalam menerangi rumah dan mengurangi
kelembaban.pencahayaan alami diperoleh dengan masuknya sinar
matahari ke dalam ruangan melalui jendela, celah maupun bagian lain
dari rumah yang terbuka. Selain berguna untuk pencahayaan, sinar
ini juga mengurangi kelembaban ruangan, mengusir nyamuk atau
serangga lainnya dan membunuh kuman penyebab penyakit tertentu.
Satwiko (2009) menjelaskan bahwa dalam sistem pencahayaan alami
perlu mempertimbangkan:
 Pembayangan, untuk menjaga agar sinar matahari langsung tidak
masuk ke dalam ruangan melalui bukaan, yang dapat dilakukan
melalui penggunaan tritisan dan tirai
 Pengaturan letak dan dimensi bukaan untuk mengatur agar
cahaya dapat dimanfaatkan dengan baik untuk memperkecil
kemungkinan sinar matahari langsung masuk ke dalam ruangan
 Pemilihan warna dan tektur permukaan dalam dan luar ruangan
untuk memperoleh pemantulan yang baik (efisiensi pemerataan
cahaya) tanpa menyilaukan
Dalam mendesain sebuah pencahayaan sebuah bangunan, di samping
menggunakan pencahayaan alami, seorang perancang juga
memungkinkan untuk menggunakan pencahayaan buatan jika
pencahayaan alami tidak dapat sepenuhnya memenuhi kebutuhan
aktivitas pengguna bangunan. Menurut Satwiko (2009) pencahayaan
buatan diperlukan jika:

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


9
 Tidak tersedianya cahaya alami pada siang hari saat antara
matahari terbit dan terbenam
 Tidak tersedianya cahaya matahari alami yang cukup, seperti
saat mendung tebal yang mengakibatkan intensitas cahaya langit
berkurang
 Cahaya alami dari matahari tidak dapat menjangkau tempat
tertentu di dalam ruangan yang jauh dari jendela
 Diperlukannya cahaya yang merata pada lebar (cahaya alami dari
jendela tidak dapat menjangkau bagian tengah ruangan
Dibutuhkannya intensitas cahaya yang konstan atau
diperlukannya efek khusus pada ruangan

4) Penghawaan
Kualitas udara dipengaruhi oleh adanya bahan polutan di udara.
Polutan di dalam rumah memiliki kadar yang berbeda dengan bahan
polutan di luar rumah. Peningkatan bahan polutan di dalam ruangan
dapat pula berasal dari sumber polutan di dalam ruangan seperti asap
rokok, asap dapur, pamakaian obat nyamuk bakar.
Udara merupakan kebutuhan pokok manusia untuk bernafas
sepanjang hidupnya. Udara akan sangat berpengaruh dalam
menentukan kenyamanan pada bangunan rumah. Kenyamanan akan
memberikan kesegaran terhadap penghuni dan terciptanya rumah
yang sehat, apabila terjadi pengaliran atau pergantian udara secara
kontinyu melalui ruangan-ruangan, serta lubang-lubang pada bidang
pembatas dinding atau partisi sebagai ventilasi.
Kesegaran udara dalam ruangan dengan cara penghawaan alami
dapat diperoleh dengan memberikan atau mengadakan peranginan
silang (ventilasi silang) dengan ketentuan sebagai berikut:

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


10
 Lubang penghawaan minimal 5% dari luas lantai ruangan
 Udara yang mengalir masuk sama dengan volume udara yang
mengalir keluar ruangan
 Udara yang masuk tidak berasal dari asap dapur atau bau kamar
mandi/wc
 Khususnya untuk penghawaan ruangan dapur dan kamar
mandi/wc, yang memerlukan peralatan bantu elektrikal-
mekanikal seperti blower atau exhaust fan, harus memenuhi
ketentuan: 1) lubang penghawaan keluar tidak mengganggu
kenyamanan bangunan; 2) menghindari di sekitarnya; 3) lubang
penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan ruangan
kegiatan dalam bangunan seperti: ruang keluarga, kamar tidur,
ruang tamu, dan ruang kerja

5) Letak rumah yang baik adalah sesuai dengan arah matahari


(timur-barat) agar penyinaran sinar matahari dapat merata dari
jam 08.00 – 16.00.

Gambar 4. Letak dan Arah Rumah


Sumber: Panduan Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Perdesaan (2017)

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


11
B. Memenuhi rasa nyaman
1) Pengaturan ruang-ruang
a. Penyediaan macam ruangan dalam rumah harus mencukupi,
sesuai dengan kebutuhan. Sebuah rumah tinggal harus
mempunyai ruang tidur, ruang makan, ruang tamu, dapur, dan
kamar mandi dan kakus.
b. Ruang-ruang diatur sesuai dengan fungsinya. Ruang dengan
fungsi yang berhubungan erat diletakkan berdekatan agar
pencapaiannya lebih mudah dan kegiatan dapat berjalan lancar
c. Jika ruangan terbatas, suatu ruangan dapat dimanfaatkan untuk
beberapa fungsi. Misalnya ruang makan dapat juga dimanfaatkan
sebagai ruang keluarga dan ruang belajar.

Gambar 5. Pengaturan Ruang dalam Rumah


Sumber: Panduan Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Perdesaan (2017)

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


12
2) Penataan ruang
a. Kamar tidur
Sinar matahari bisa masuk, maka luas jendela minimal 1/9 luas
ruangan. Jangan terlalu banyak perabot dalam ruang tidur, agar
udara dapat mengalir dengan baik. Perabot yang digunakan
cukup sebuah lemari, tempat tidur, dan meja bila diperlukan atau
mengefisiensikan dinding sebagai bagian elemen perabot rumah
tangga, seperti lemari pakaian yang disatukan fungsinya dengan
meja belajar dan lain-lain.

Gambar 6. Pengaturan Ruang Tidur


Sumber: http://rustyridergirl.com/

b. Ruang makan
Ruang makan selain digunakan untuk kegiatan makan, biasanya
juga berfungsi sebagai tempat belajar dan ruang keluarga. Ruang
ini harus mempunyai penerangan alami dan penerangan buatan

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


13
yang cukup dengan memberi bukaan jendela yang menghadap ke
arah luar.

Gambar 7. Ruang Makan


Sumber: https://www.pinterest.co.kr/
c. Dapur
Dapur berhubungan dengan api, maka harus:
 Mempunyai lubang bukaan/jendela yang cukup
 Dinding sekitar kompor/tungku dilapisi seng atau bahan
tahan api, terutama untuk dinding kayu/bambu
 Sediakan karung yang mudah dibahasi dan ember berisi air
di dekat kompor/tungku sebagai salah satu upaya
penanggulangan pertama bila kompor/tungku terbakar

Gambar 8. Dapur
Sumber: https://www.cnet.com/

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


14
d. Kamar mandi, cuci dan kakus
 Harus mempunyai lubang angin dan penerangan yang
cukup, agar sinar matahari dapat masuk dan peredaran udara
dapat terjadi dengan baik
 Dinding kamar mandi/kakus harus dapat kedap air agar
percikan air tidak merusak komponen bangunan

Gambar 9. Kamar Mandi


Sumber: Panduan Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Perdesaan (2017)
 Letak sumur pengotor (cubluk, sumur resapan dan lain-lain)
minimal berjarak horisontal 11 meter dari sumber air bersih

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


15
Gambar 10. Letak Sumur Resapan
Sumber: Panduan Pembangunan Perumahan dan
Permukiman Perdesaan (2017)
 Lubang untuk menampung dan meresapkan limbah dari
kakus adalah tangki septic. Tangki ini merupakan ruangan
kedap air yang berfungsi untuk menampung dan mengolah
air limbah dari kakus.

Gambar 11. Potongan Tangki Septic


Sumber: Panduan Pembangunan Perumahan dan
Permukiman Perdesaan (2017)

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


16
Kegiatan Belajar 2
SANITASI

PENGERTIAN SANITASI

Ada berbagai macam pendapat mengenai pengertian sanitasi, yaitu :

 Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih


dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan
kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha
ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia.

 Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang


menitikberatkan kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan hidup
manusia.

 Upaya menjaga pemeliharaan agar seseorang, makanan, tempat kerja


atau peralatan agar hygienis (sehat) dan bebas pencemaran yang
diakibatkan oleh bakteri, serangga, atau binatang lainnya.

 Menurut Dr.Azrul Azwar, MPH, sanitasi adalah cara pengawasan


masyarakat yang menitikberatkan kepada pengawasan terhadap
berbagai faktor lingkungan yang mungkin mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat.

 Menurut Ehler & Steel, sanitation is the prevention od diseases by


eliminating or controlling the environmental factor which from links
in the chain of tansmission.

 Menurut Hopkins, sanitasi adalah cara pengawasan terhadap factor-


faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh terhadap lingkungan.

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


17
 Definisi lain dari sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk
menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan
kesehatan. Sementara beberapa definisi lainnya menitik beratkan pada
pemutusan mata rantai kuman dari sumber penularannya dan
pengendalian lingkungan.

Dari beberapa pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa


yang dimaksud dengan sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang
menitikberatkan kegiatannya kepada usaha-usaha kesehatan lingkungan hidup
manusia.

TUJUAN DAN MANFAAT SANITASI

Adapun tujuan dari sanitasi adalah sebagai berikut :


 Memperbaiki, mempertahankan, dan mengambalikan kesehatan yang
baik pada manusia
 Efisiensi produksi dapat dimaksimalkan
 Menghasilkan produk yang aman dan sehat dari pengaruh hazard yang
dapat menyebabkan penyakit bagi manusia

Beberapa manfaat sanitasi dapat kita rasakan apabila kita menjaga


sanitasi dilingkungan kita, misalnya :
 Mencegah penyakit menular
 Mencegah kecelakaan
 Mencegah timbulnya bau tidak sedap
 Menghindari pencemaran
 Mengurangi jumlah persentase sakit
 Lingkungan menjadi bersih,sehat dan nyaman.

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


18
AIR BERSIH

Air bersih merupakan air yang memenuhi syarat kualitas bersih untuk
dikonsumsi seseorang guna memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti mandi,
mencuci pakaian, memasak, serta minum. Kapasitas penyimpanan air bersih
di suatu bangunan ditentukan dari jumlah konsumsi air setiap orang per hari
dan kebutuhan air untuk pemadam kebakaran. Air baku merupakan sumber air
bersih yang berasal dari air tanah, penampungan air hujan, sungai, waduk,
dan/atau danau. Air baku dari sumber-sumber tersebut diambil dan diolah
pada suatu bangunan instalasi pengolahan kemudian didistribusikan ke
konsumen menggunakan pipa pada ground reservoir.
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dengan jumlah
penduduk dan tingkat pertumbuhan relatif tinggi menghadapi masalah dengan
pemenuhan kebutuhan air bersih sebagai akibat adanya perusakan lingkungan
dan pencemaran terhadap sumber air permukaan yang menyebabkan
berkurangnya sumber air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Bertitik tolak dari hal tersebut, maka dalam rangka penyediaan kebutuhan air
bersih yang memenuhi syarat kesehatan, Pemerintah RI merencanakan
Program Peningkatan Penyediaan Air Bersih pada Daerah Perkotaan dan
Daerah Pedesaan melalui pipanisasi dan pemanfaatan sumber air bersih yang
ada secara optimal.
Syarat-syarat kualitas air bersih diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Syarat fisik : tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
b. Syarat kimia : kadar besi maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l
dan kesadahan maksimal 500 mg/l
c. Syarat mikrobiologis : Coliform tinja/total coliform maksimal 0 per 100
ml air

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


19
Pengolahan Air Bersih
Pengertian pengolahan air adalah suatu usaha mengurangi konsentrasi
masing-masing polutan dalam air, sehingga aman untuk digunakan. Proses
pengolahan air pada hakekatnya dilaksanakan berdasarkan sifat-sifat
perubahan kualitas yang biasanya berlangsung secara alamiah, oleh karena itu
mekanisme proses tersebut dapat berlangsung secara fisik, kimia dan biologi.
Sumber air bersih harus tersedia sebagai sumber air minum bagi
masyarakat di lingkungan permukiman. PDAM merupakan perusahaan milik
pemerintah yang bergerak di bidang pengolahan dan pendistribusian air
bersih. Sebelum air dialirkan ke masyarakat, terlebih dulu air diolah agar
memenuhi standar kesehatan air bersih. Berikut ini tahapan pengolahan air
bersih:

Gambar 14. Diagram Alir Pengolahan Air Minum

Unit Operasi Pengolahan Air Minum

1. Intake

Intake merupakan suatu konstruksi yang dibangun di sumber air


baku untuk mengambil sejumlah air yang direncanakan. Intake dibangun

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


20
di lokasi yang aman dari pencemaran sehingga dapat diperoleh air dengan
kualitas yang baik. Lokasinya juga harus memungkinkan untuk
dilakukannya pemeliharaan dan untuk perluasan di masa mendatang.

Intake yang dapat digunakan pada sumber air baku berupa sungai
antara lain intake weir, intake gate, intake tower, intake crib, dan intake
pipe. Pemilihan intake harus ditentukan dengan pertimbangan jumlah
pengambilan air, kondisi sumber air baku, kondisi lokasi, kemudahan
pembangunan dan biaya. Intake yang biasa digunakan untuk pengambilan
air dalam jumlah kecil sampai sedang (<100.000 m3/hr) dengan biaya
yang relatif rendah adalah intake gate. Intake gate dilengkapi dengan
screen, saluran pembawa, dan pintu air/gate.

a. Screen
Screen digunakan untuk menyisihkan material kasar/sampah yang
terbawa aliran air untuk mencegah kerusakan pompa dan unit
pengolahan berikutnya.

Saringan kasar ini merupakan tahap awal dari proses pengolahan air.
Saringan kasar ini berfungsi untuk penahan bahan-bahan kasar,
seperti sampah, potongan kayu, serpihan kertas dan bahan-bahan
kasar lain yang terdapat dalam air. Penyaringan ini bertujuan untuk
menghindari rusaknya atau tersumbatnya peralatan-peralatan dalam
instalasi, transmisi maupun distribusi yaitu pompa, katup-katup, pipa
penyalur dan alat pengaduk yang ada. Komponen-komponen dari
screen antara lain :

 Bar screen
 Fine screen
 Hand cleared / manual atau mechanical cleared

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


21
Bentuk dari saringan kasar berupa kisi-kisi baja, anyaman kawat,
kassa baja atau plat yang berlubang-lubang. Analisa yang diperlukan
dalam perencanaan saringan kasar adalah menentukan kehilangan
tinggi (head loss) selama air melewati kisi saringan.

b. Pintu air
Pintu air digunakan untuk mengatur aliran air dari sumber air baku
ke saluran intake sehingga diperoleh debit pengaliran yang
diinginkan. Pengaturan aliran air ini juga dilakukan pada saat
pemeliharaan (pembersihan dan perbaikan).

c. Grit Chamber.
Grit chamber digunakan untuk mengendapkan pasir dengan ukuran
lebih atau sama dengan 0.2 mm yang dapat diendapkan secara
gravitasi. Pasir sangat berbahaya bagi peralatan pengolahan air
karena seperti dapat merusak pompa.

d. Saluran pembawa
Saluran pembawa berfungsi untuk menyalurkan air dari intake ke bak
pengumpul. Saluran ini direncanakan mengunakan pipa.

2. Bak pengumpul

Bak pengumpul berfungsi untuk menampung air dari intake untuk


diolah oleh unit pengolahan berikutnya. Bak pengumpul dilengkapi
dengan pompa intake dan pengukur debit.

a. Bak pengumpul
Kriteria desain dalam JWWA (1978):
Kedalaman (H) : 3–5m
Waktu detensi (td) : ≥ 1,5 menit

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


22
b. Pompa air baku
Pompa ini digunakan untuk mengalirkan air baku dari bak
pengumpul menuju ke unit pengolahan berikutnya.

Jumlah pompa intake yang digunakan :

Tabel 1. Jumlah Pompa Intake


Debit (m3/hr) Jumlah pompa + cadangan Total

< 2800 1+1 2


2500 – 10000 2+1 3
> 9000 >3+1 >4

(Sumber: Design Criteria for Waterworks Facilities, 1978)

c. Pengukur debit (Flow meter)


Pengukur debit digunakan untuk mengukur debit air baku yang sesuai
dengan kapasitas pengolahan instalasi pengolahan air minum. Secara
garis besar pengukur debit terdiri dari beberapa tipe, yaitu :
 Tipe weir
 Tipe flume
 Tipe beda tekan
 Tipe elektromagnetik
 Tipe supersonik
Pengukur debit yang biasa digunakan adalah tipe beda tekan, yaitu
venturi tube, karena headlossnya kecil, tingkat akurasi ± 2 – 4%,
dapat diterapkan pada pipa dengan diameter 50 – 2000 mm dan
biayanya relatif lebih murah. (JWWA, 1978)

3. Preklorinasi
Preklorinasi adalah pembubuhan klorin di awal proses pengolahan
yang berfungsi sebagai oksidator. Klorin sebagai oksidator akan

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


23
mengoksidasi zat organik, besi dan mangan, serta menghilangkan
ammonia nitrogen dan warna. Klorin yang digunakan dapat berupa
kaporit (Ca(OCl)2.14H2O) atau gas Cl2.

4. Koagulasi

Koagulasi adalah penambahan koagulan ke dalam air baku dengan


pengadukan cepat untuk menghasilkan destabilisasi koloid dan zat padat
tersuspensi. Koagulasi merupakan awal pembentukan agregat dari
partikel yang terdestabilisasi.

a. Pengadukan
Koagulasi dapat dilakukan dengan cara :
 Pengadukan mekanis
 Pengadukan pneumatis
 Pengadukan hidrolis (baffle basins)

Sedangkan cara pengadukan yang paling sering digunakan dalam


proses koagulasi adalah pengadukan mekanis, karena sangat efektif,
fleksibel dalam pengoperasiannya, dan headlossnya rendah.

Pencampuran larutan dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara


lain :
1. Hydraulic jump in open channel
2. Venturi flumes
3. Pipelines
4. Pumps
5. Vessel( tabung/ bejana)

Tipe pencampuran pada keempat cara pertama, pencampuran


dilaksanakan sebagai hasil turbelence pada arah aliran dan ntuk cara
kelima turbulence yang disebabkan oleh putaran impeller, seperti

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


24
paddles (gayung/ tongkat), turbin, propeller dan pompa jet-lift air/
udara.

Rapid mixing dan flukolasi didasarkan pada operasi dan akibatnya


dipengaruhi oleh prinsip dan keperluan yang sama seperti gambar
parameter desain.

b. Bak koagulan

Koagulan yang umum dipakai pada instalasi pengolahan air minum


di Indonesia adalah Aluminium sulfat (Al3(SO4)3.14H2O). Penentuan
dosis koagulan biasanya dilakukan dengan jar test. Untuk pengolahan
air berwarna seperti air dari rawa dosis alum yang diberikan berkisar
antara 25 sampai dengan 40 mg/l.

5. Flokulasi

Flokulasi merupakan pengadukan lambat untuk menggabungkan


partikel-partikel padat yang telah terdestabilisasi menjadi flok-flok yang
dapat diendapkan pada unit pengolahan berikutnya dengan cepat.

Flokulasi dapat dilakukan dengan cara yang sama dengan koagulasi,


tetapi cara yang paling sering digunakan di Indonesia adalah cara
pengadukan hidrolis dengan alasan dapat dilakukan secara gravitasi tidak
melibatkan peralatan mekanis dan pengendalian terhadap besaran gradien
hidrolisnya cukup mudah. Flokulator hidrolis yang banyak dipakai adalah
baffle channel vertikal. Pengadukan jenis ini menghasilkan flok yang
cukup baik dan tidak membutuhkan lahan yang terlalu luas.
(Darmasetiawan, 2001)

6. Sedimentasi

Pada umumnya proses sedimentasi dilakukan secara gravitasi yang


dibedakan menjadi :

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


25
 Clarifikasi
Dimana pemisah partikel yang klarifer (dalam kondisi keruh) dan
pengendapan secara tidak terhalang. Faktor-fak-tor yang
mempengaruhi pengendapan antara lain kecepatan aliran dan berat
partikel sendiri.
 Thickening
Pergendapan partikel yahg diangap suatu body, dengan membentuk
zone yang mengendap bersama-sama dan dalam keadaan tertekan.
Diskrit merupakan partikel yang mempunyai berat, ukuran sendiri
sehingga dapat mengendap secara tidak terhalang
Proses sedimentasi terdiri dari beberapa bagian,yaitu:
a. Bak pengendap
Sedimentasi atau pengendapan adalah pemisahan partikel padat yang
ada di dalam air secara gravitasi.
Ada empat tipe pengendapan, yaitu:
 Pengendapan tipe I (pengendapan diskrit)
 Pengendapan tipe II (pengendapan flokulen)
 Pengendapan zone
 Pengendapan kompresi/tertekan

b. Inlet
Air yang masuk ke bak pengendap dengan tidak merata dapat
menimbulkan turbulensi sehingga dapat meruntuhkan bentuk flok
yang telah terbentuk di flokulator. Untuk melindunginya secara
umum aliran harus mempunyai kecepatan aliran yang tidak lebih dari
0,3 m/dtk. Inlet yang dapat dibuat untuk memperoleh kondisi yang
diinginkan tersebut salah satunya berupa pipa lateral yang berlubang

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


26
dengan arah ke bawah, sehingga air yang keluar dapat dibagi merata
sepanjang bidang pengendapan.

c. Outlet

Outlet harus dirancang sedemikian rupa sehingga air yang keluar dari
bak pengendapan dapat ditampung secara merata dan tidak
mengganggu aliran dalam bidang pengendapan. Struktur outlet dapat
berupa pelimpah datar memanjang, pelimpah berbentuk V (V-notch),
dan pipa berlubang.

d. Ruang lumpur

Partikel/flok-flok yang mengendap ditampung di dalam ruang


lumpur yang dapat dikuras lumpurnya secara berkala dengan periode
waktu tertentu. Lumpur dari ruang lumpur dikuras secara periodik
dengan pompa penguras menuju ke unit pengering lumpur (sludge
drying bed).

7. Filtrasi

a. Bak filter

Filtrasi atau proses penyaringan adalah proses mengalirkan air hasil


sedimentasi atau air baku yang telah memenuhi syarat kekeruhan
melalui media pasir. Dilihat dari segi desain kecepatan filtrasi, filter
dapat digolongkan menjadi :

1) Saringan pasir cepat (rapid sand filter)


2) Saringan pasir lambat

Jenis filter yang banyak digunakan adalah saringan pasir, dengan:

Koefisien keseragaman : 1,5


Tebal media penyaring : 60 – 70 cm

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


27
Distribusi ukuran media diperoleh dengan mengeplotkan d10 dan d60
dari masing-masing media pada kertas probabilitas dan
menggambar garis lurus yang melalui kedua titik tersebut.

b. Sistem underdrain

Menurut Droste (1997), ada beberapa sistem underdrain, yaitu:


 Gravel layer
 Underdrain blok
 Strainer
 Pipa lateral
Sistem yang sering digunakan adalah sistem pipa lateral karena
headlossnya rendah dan distribusinya yang merata.

Sistem underdrain selain berfungsi sebagai outlet pada saat


proses penyaringan, juga berfungsi sebagai inlet pada saat
pencucian filter. Pada saat pencucian (backwash), sistem
underdrain menyalurkan air dari reservoir yang didahului
dengan udara dari blower. Penggunaan blower adalah untuk
membantu proses backwash filter. Udara dari blower ini akan
membantu mempercepat waktu backwash, membersihkan
kotoran pada pasir lebih bersih dan juga untuk mengurangi
penggunaan air bersih dari reservoir untuk kebutuhan backwash
filter. Menurut Darmasetiawan (2001), udara dari blower
dialirkan selama 5 – 10 menit dengan kecepatan 24 – 36
m3/m2/jam.

c. Saluran penampung air backwash

Untuk menampung air pada saat pencucian digunakan pelimpah


dengan struktur yang sama dengan pelimpah pada unit
sedimentasi. Sedangkan air untuk pencucian dapat berasal dari

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


28
tangki air (reservoir) yang diambil dengan pompa atau secara
hidrolis dengan air dari tangki yang dibuat lebih tinggi atau dari
filter disebelahnya.

d. Perpipaan

Pada unit filtrasi dilengkapi dengan sistem perpipaan yang


terdiri dari pipa inlet, outlet, drain, dan wash line.

Kriteria desain sistem perpipaan tersebut adalah:


Kecepatan pada inlet (vi) : 0,6 – 1,8 m/dtk
Kecepatan pada outlet (vo) : 0,9 – 1,8 m/dtk
Kecepatan pada drain (vd) : 1,2 – 2,4 m/dtk
Kecepatan pada wash line (vw) : 2,4 – 3,7 m/dtk

e. Kehilangan tekanan (Headloss)

Headloss pada unit filtrasi terdiri dari headloss pada media


filtrasi, sistem underdrain, dan perpipaan.

Headloss operasi (hL) : 2,7 – 4,5 m


Headloss backwash dengan pompa (hLb) : 10 m

8. Desinfeksi

Air yang telah disaring di unit filtrasi pada prinsipnya sudah


memenuhi standar kualitas tetapi untuk keperluan menghindari
kontaminasi air oleh mikroorganisme selama penyimpanan dan
pendistribusian perlu dilakukan proses desinfeksi. Desinfeksi yang
umum digunakan adalah dengan cara klorinasi, walaupun ada
beberapa cara lain seperti dengan ozon dan ultra violet (UV) yang
jarang digunakan. Sebagai desinfektan, pembubuhan klorin
dilakukan di lokasi reservoir (akhir proses pengolahan) dan disebut

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


29
sebagai postklorinasi. Metode pembubuhan klorin dapat dilakukan
dengan cara gravitasi atau dengan pompa pembubuh.

Dosis klorin yang dibubuhkan harus cukup untuk


menghasilkan sisa klor minimum 0,2 mg/l di akhir distribusi. (Kep
Menkes RI No: 907 / MENKES / SK / VII/2002). Sedangkan
menurut Kawamura (1991), dosis pembubuhan klorin berkisar
antara 1 – 5 mg/l dengan sisa klorin di reservoir 0,5 mg/l dan di
distribusi 0,2 – 0,3 mg/l. Klorinasi dapat dilakukan dengan
penambahan kaporit sebagai sumber klorinnya atau dengan gas Cl2.

9. Reservoir

Air yang telah melalui proses pengolahan ditampung dalam suatu


reservoir sebelum didistribusikan ke konsumen. Menurut JWWA
(1978), kapasitas efektif reservoir adalah mampu menampung air
yang diproduksi selama minimum satu jam.

Selain pipa inlet, pipa outlet, dan pipa drain, reservoir juga
dilengkapi dengan pipa over flow, pipa vent, dan manhole.

10. Bak pengering lumpur (Sludge drying bed)

Lumpur diolah dengan sistem dewatering mekanis (gravity


thickening, sentrifugasi, filter press, dll), sludge drying bed tipe
lagoon, atau dengan sludge drying bed tipe sand bed (media pasir)
dan jika akan diresirkulasi hanya 2% saja karena resirkulasi lumpur
dapat menimbulkan bau, rasa, dan zat lain yang tidak diinginkan.
Metode pengolahan lumpur yang paling sering digunakan adalah
sludge drying bed tipe sand bed (media pasir) karena paling
sederhana.

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


30
AIR KOTOR
Air kotor atau sering juga disebut air limbah adalah air yang tidak
memenuhi persyaratan kesehatan untuk kebutuhan minum, masak, mandi, dan
energi. Berikut ini beberapa pengertian berkaitan dengan air kotor:
 Air kotor atau air limbah (waste water) adalah air yang telah selesai
digunakan oleh berbagai kegiatan manusia (rumah tangga, industri,
bangunan umum, dll)
 Sewer adalah jaringan perpipaan yang pada umumnya tertutup dan secara
normal tidak membawa aliran air buangan secara penuh
 Sewerage system adalah suatu sistem pengelolaan air limbah mulai dari
pengumpulan (sewer), pengolahan (treatment) sampai dengan
pembuangan akhir (disposal)
 Combined Sewer (sistem kombinasi) adalah sistem yang direncanakan
untuk membawa domestic sewage, industrial waste, dan storm sewage
(air hujan)
 Self purification adalah kemampuan alamiah dari suatu badan air atau
sungai untuk menguraikan zat-zat organik menjadi zat yang stabil
 DO (Disolved Oxygen) adalah oksigen yang terlarut dalam air yang
digunakan untuk metabolisme binatang dan tumbuh-tumbuhan di dalam
air
 BOD (Biological Oxygen Demand) adalah banyaknya oksigen yang
dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan zat organik pada kondisi
aerob
 Kondisi aerob adalah kondisi suatu badan air yang mengandung O2
 Kondisi anaerob adalah kondisi suatu badan air yang tidak mengandung
oksigen

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


31
Fungsi Saluran Pembuangan Air Kotor dalam Bangunan
a. Fungsi kenyamanan. Sebagai bagian dari sebuah bangunan, saluran air
kotor berfungsi sebagai penunjang kegiatan yang sedang berlangsung di
dalam bangunan
b. Fungsi estetika. Adanya jaringan saluran pembuangan air kotor, maka
penampilan fisik bangunan akan lebih estetik karena secara keseluruhan
penampilan bangunan akan lebih teratur
c. Fungsi utilitas. Saluran pembuangan air kotor meruakan suatu saluran
yang berfungsi sebagai pengangkut bahan-bahan limbah dari kegiatan
yang sedang berlangsung dalam suatu bangunan

Jenis Zat Buangan


Jenis zat buangan dari dalam bangunan atau suatu lingkungan pada
umumunya digolongkan dalam dua macam yaitu zat padat dan zat cair. Zat
buangan padat adalah kotoran yang berasal dari kloset dan berupa tinja.
Sedangkan zat buangan cair adalah air kotor yang berasal dari lavatory,
urinoir, bak mandi, dll. Air buangan dapat dibagi dalam 4 golongan, yaitu:
1) Air tinja, yaitu air sisa buangan yang berasal dari kloset, peturasan, bidet,
dan air buangan lainnya yang mengandung kotoran manusia yang berasal
dari alat plumbing
2) Air bekas pakai/air sabun, yaitu air buangan yang berasal dari bak mandi,
wastafel, bak dapur, dan sebagainya
3) Air hujan, yaitu air dari atap dan halaman yang berasal dari hujan
4) Air buangan khusus, yaitu air buangan yang mengandung bahan kimia
atau bahan-bahan berbahaya lainnya. Air buangan tersebut biasanya
berasal dari pabrik, laboratorium, tempat pengobatan, rumah pemotongan
hewan, dll

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


32
Karakteristik Air Buangan
Air dapat dikatakan kotor apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1). Secara fisik: berbau, warnanya keruh, berasa jika diminum
2). Secara kimia: memiliki kadar pH tinggi, memiliki kandungan mineral
yang tinggi ataupun kekurangan kandungan mineral
3). Secara mikrobiologi: terkontaminasi bakteri patogen

Pengolahan Air Limbah


Prinsip utama dari pengolahan air kotor atau air limbah adalah untuk
menghilangkan unsur-unsur limbah yang berbahaya bagi lingkungan jika
limbah tersebut di buang. Prasarana sanitasi ini disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakt dan kondisi lingkungan setempat.

Pengelolaan air limbah memelukan sarana dan pasarana penyaluran dan


pengolahan. Pengolahan air limbah permukiman dapat ditangani melalui
sistem setempat (on site) ataupun melalui sitem terpusat (off site).
1. Sistem sanitasi setempat
Sistem sanitasi setempat (on site sanitation) adalah sistem pembuangan
air limbah di mana air limbah tidak dikumpulkan serta disalurkan ke
dalam suatu jaringan saluran yang akan membawanya ke suatu tempat
pengolahan air buangan atau badan air penerima, melainkan dibuang di
tempat. sistem ini dipakai jika syarat-syarat teknis lokasi dapat dipenuhi
dan menggunakan biaya relatif rendah. Contoh penerapan sistem ini
adalah pada jamban cubluk.
2. Sistem sanitasi terpusat
Sistem sanitasi terpusat (off site sanitation) merupakan sistem
pembuangan air buangan rumah tangga (mandi, cuci, dappur, dan
limbah kotoran) yang disalurkan keluar lokasi pekaangan masing-
masing rumah ke saluran pengumpul air buangan dan selanjutnya

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


33
disalurkan secara terpusat ke bangunan air buangan sebelum dibuang ke
badan perairan. Sistem ini dapat mengatasi permasalahan masyarakat
yang memiliki jamban pribadi namun tidak memenuhi persyaratan
higienis dan permukiman padat di perkotaan yang sebagian tidak
memiliki jamban.
Pengolahan Air Limbah dengan IPAL KOMUNAL
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal merupakan sistem
pengolahan air limbah yang dilakukan secara terpusat yaitu terdapat bangunan
yang digunakan untuk memproses limbah cair domestik yang difungsikan
secara komunal (digunakan oleh sekelompok rumah tangga) agar lebih aman
pada saat dibuang ke lingkungan, sesuai dengan baku mutu lingkungan.
Limbah cair dari rumah penduduk dialirkan ke bangunan bak tampung IPAL
melalui jaringan pipa.
Teknologi pengolahan limbah terdiri dari 2 macam, yaitu:
1. Anaerobic Baffled Reactor (ABR)
Terdiri dari beberapa bak, dimana bak pertama untuk menguraikan air
limbah yang mudah terurai dan bak berikutnya untuk menguraikan air
limbah yang lebih sulit, demikian seterusnya. ABR terdiri dari
kompartemen pengendap yang diikuti beberapa rektor buffle. Buffle ini
digunakan untuk mengarahkan aliran air ke atas (uplfow) melalui
beberapa seri reaktor selimut lumpur (sludge blanket). Konfigurasi ini
memberikan waktu kontak yang lebih lama antara biomasa anaerobic
dengan air limbah sehingga akan meningkatkan kinerja pengolahan.
Pada ABR ini terdapat tiga zona operasional: asidifikasi, fermentasi, dan
buffer. Zona asidifikasi terjadi pada kompartemen pertama di mana nilai
pH akan menurun karena terbentuknya asam lemak volatil dan
setelahnya akan meningkat lagi karena meningkatnya kapasitas buffer.
Zona buffer digunakan untuk menjaga agar proses berjalan dengan baik.

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


34
Gas methan dihasilkan pada zona fermentasi. Semakin banyak beban
organik, semakin tinggi efisiensi pengolahannya.

Gambar 15. Anaerobic Baffled Reactor (ABR)


Sumber: Pembangunan Infrastruktur SANIMAS IDB (2016)

2. Anaerobic Upflow Filter


Komponen ini sama seperti Tanki Septik Bersusun tetapi pengolahan
limbahnya dibantu oleh bakteri anaerobic yang dibiarkan pada media
filter. Anaerobic upflow filter merupakan proses pengolahan air limbah
dengan metode pengaliran air limbah ke atas melalui media filter
anaerobic. Sistem ini memiliki waktu detensi yang panjang.

Gambar 16. Tipikal Bangunan Anaerobic Upflow Filter


Sumber: Pembangunan Infrastruktur SANIMAS IDB (2016)

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


35
PERSAMPAHAN

Sampah merupakan sisa hasil kegiatan manusia yang keberadaannya


banyak menimbulkan masalah apabila tidak dikelola dengan baik. Kebiasaan
membuang sampah di sungai dapat mengakibatkan pendangkalan sehingga
menimbulkan banjir. Maka, sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat
menjadi sumber pencemar pada tanah, badan air dan udara.
Berdasarkan asalnya, sampah digolongkan dalam dua bagian yakni
sampah organik (sampah basah) dan sampah anorganik (sampah kering). Pada
tingkat rumah tangga dapat dihasilkan sampah domestik yang pada umumnya
terdiri dari sisa makanan, bahan dan peralatan yang sudah tidak dipakai lagi,
bahan pembungkus, kertas, plastik, dan sebagainya.
Dampak sampah terhadap kesehatan lingkungan antara lain:
a) Dampak bagi kesehatan
Pembuangan sampah yang tidak terkontrol dengan baik merupakan
tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai
binatang seperti lalat dan nyamuk yang dapat menimbulkan penyakit.
Potensi bahaya yang ditimbulkan antara lain penyakit diare, kolera, tifus
yang dapat menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari
sampah dapat bercampur dengan air minum. Penyakit DBD dapat
meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang
memadai, demikian pula penyakit jamur (misalnya jamur kulit).
b) Dampak bagi lingkungan
Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase ataupun sungai
akan mencemari air, berbagai organisme termasuk ikan dapat mati
sehingga beberapa spesies akan mati dan hal ini mengakibatkan
berubahnya ekosistem perairan biologis
c) Dampak bagi sosial ekonomi

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


36
Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat membentuk lingkungan
yang kurang menyenangkan bagi masyarakat, bau yang tidak sedap dan
pemandangan yang buruk. Hal ini dapat berpengaruh terhadap dunia
pariwisata dan investasi.

Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan,
pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Hal ini biasanya
mengacu pada material sampah yg dihasilkan dari kegiatan manusia, dan
biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan,
lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk
memulihkan sumber daya alam . Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat
padat , cair , gas , atau radioaktif dengan metoda dan keahlian khusus untuk
masing masing jenis zat.

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


37
Pengelolaan sampah terdiri dari 6 fungsi saling berhubungan satu
dengan yang lain sehingga membentuk suatu sistem manajemen sampah
seperti pada gambar di bawah.

Gambar 18. Bagan Manajemen Sampah


Dari gambar di atas, maka dapat diambil pengertian bahwa sistem
pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan berbagai macam jalur; misalnya
timbulan sampah masuk ke pewadahan kemudian dibawa oleh kendaraan
pengumpul langsung dibuang ke tempat pembuangan akhir. Atau jalur lain,
misalnya setelah melalui bagian pengumpulan kemudian dibawa ke bagian
pemilihan dan pengolahan, setelah itu dibuang ke tempat pembuangan akhir.

A. SUB-SISTIM PEWADAHAN
Pada sub-sistem ini, sampah yang ada dimasukkan ke dalam wadah yang
bergantung dari tingkat sosial-ekonomi penduduk. Misalnya ada yang

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


38
menggunakan bak sampah dari beton, ada yang dari tong yang terbuat dari
seng, plastik, dll atau ada yang menggunakan container.

Pada negara-negara maju, biasanya masyarakat yang membuang


sampah melakukan pemisahan berdasarkan jenis sampah. Sampah yang cepat
membusuk (garbage) dipisahkan dengan sampah yang tidak cepat membusuk
(rubbish, dust & ash, dll.).

B. SUB-SISTIM PENGUMPULAN
Pada sub-sistem ini, penggunaan jenis atau cara pengumpulan
bergantung dari daerah pelayanan, tingkat sosial-ekonomi masyarakat, sarana
dan prasarana yang dilayani. Secara umum, susb-sistem ini digambarkan
sebagai berikut:

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


39
Gambar 19. Alur Sub-sistem Pengumpulan
Dari gambar di atas tersebut, bisa dilihat berbagai jalur pengumpulan yaitu:

1) Pengumpulan individual tidak langsung; maksudnya adalah kendaraan


pengumpul (gerobak) mengambil timbulan sampah langsung dari
pengguna jasa, misalnya: rumah tangga. Kemudian diangkut ke transfer
depo (stasiun pemindahan) lalu dibawa oleh kendaraan pengangkut (truk)
untuk dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA). Biasanya
pengumpulan ini digunakan apabila kendaraan pengangkut tidak dapat
mengambil secara langsung ke pangguna jasa.
2) Pengumpulan individual langsung; maksudnya adalah kendaraan
pengangkut (truk) langsung mengambil timbulan sampah dari pengguna
jasa untuk kemudian dibuang ke TPA.
3) Pengunpulan komunal langsung; maksudnya pengguna jasa
mengumpulkan sampah secara komunal pada wadah komunal untuk
diangkut oleh kendaraan pengangkut langsung dibuang ke TPA.
4) Pengumpulan komunal tidak langsung; maksudnya adalah pengguna jasa
mengumpulkan sampah secara komunal pada wadah komunal untuk
dibawa oleh kendaraan pengumpul, kemudian dibawa ke transfer depo,
lalu diangkut oleh kendaraan pengangkut untuk dibuang ke TPA. Sama
seperti no 1 dimana kendaraan pengangkut tidak dapat mengambil secara
langsung kepengguna jasa.

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


40
Sub Sistim Pengumpulan dengan Menggunakan Kontainer
Kontainer adalah wadah yang dipakai sebagai tempat timbulan sampah,
dimana penggunaannya bisa dilakukan secara individual atau secara bersama-
sama (komunal). Kontainer ada dua jenis yaitu yang dapat dengan mudah
dipindahkan karena menggunakan roda (hauled) dan yang sifatnya tetap
(station).
Subsistim pengumpulan dengan menggunakan container ada dua jenis yaitu :

1. Hauled Container System yaitu sistim pengumpulan dengan


menggunakan container yang dapat dipindahkan (movable). Pada sistim
ini terlihat bahwa terdapat alur dimana container yang sudah penuh
digerakkan kearah transfer depo untuk dilakukan pemindahan sampah,
ketika kosong container dipindahkan kembali ketempat semula,dan sistim
ini dibagi menjadi 2 tipe :
a. Conventional Mode seperti tergambar :

Keterangan : Container penuh

Container kosong

Transfer Depo

Gambar 20. Bagan Hauled Container System

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


41
Kelemahan sistim ini adalah dari segi waktu tidak efisien karena
hanya menggunakan satu container, sehingga kemudian sistim ini
dikembangkan menjadi Exchange Container Mode
b. Exchange Container Mode

Gambar 21. Bagan Exchange Container Mode

Pada sistim ini mempunyai kelebihan dibanding sistim konvensional,


dimana efektifitas waktu untuk pemindahan sampah ke transfer depo
dapat ditingkatkan, akan tetapi dari segi biaya relatif lebih mahal
karena membutuhkan lebih dari satu container

2. Stationery Container System yaitu sistim pengumpulan dengan


menggunakan container yang tidak dapat dipindahkan, sehingga sampah
yang ada “dijemput” oleh kendaraan pengangkut, seperti digambarkan
berikut ini:

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


42
Gambar 22. Bagan Stationery Container System

Pada sistim ini terlihat bahwa container yang tidak bargerak tersebut
ketika penuh muatannya dipindahkan kekendaraan pengangkut.

C. SUB-SISTIM PEMINDAHAN DAN PENGANGKUTAN


Pada sub sistim ini dibahas tentang stasiun pemindahan (transfer depo atau
transfer station), dimana fungsinya secara umum adalah sebagai tempat
penampungan sementara (TPS) dan tempat bertemunya kendaraan
pengumpul dengan kendaraan pengangkut. Istilah transfer depo lebih
banyak digunakan di Indonesia sementara istilah transfer station biasanya
digunakan di luar negeri (negara-negara maju)
Adapun jenis tranfer depo atau transfer Station ditinjau dari cara
pemuatannya adalah sebagai berikut :

1. Direct Discharge
Adalah transfer depo yang berfungsi sebagai tempat pertemuan
kendaraan pengumpul yang sudah terisi penuh dengan sampah dengan
kendaraan pengangkut, dimana transfer depo ini didisain sedemikian
rupa sehingga pemindahan sampah dapat secara langsung dari

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


43
kendaraan pengumpul dengan kendaraan pengangkut untuk dibuang ke
TPA. Secara sederhana dapat digambarkan pada halaman berikut ini :

a. Denah b. Potongan

Gambar 23. Bagan Direct Discharge

Jenis ini ada tiga tipe sesuai dengan luasnya yaitu tipe besar, menengah
dan kecil. Kelebihan dari transfer depo seperti gambar diatas adalah
biaya yang diperlukan relatif murah karena dapat dibuat diluar ruangan
tanpa menggunakan konstruksi khusus, dan sistim ini digunakan untuk
jenis sampah yang mudah membusuk (garbage) karena dapat langsung
dibuang ke TPA, akan tetapi secara estetika dan kesehatan kurang baik
karena tempat tidak terjaga atau tertutup . Karena hal tersebut diatas
(yaitu karena biaya yang relatif murah) maka sistim ini cocok di
Indonesia .

2. Indirect Discharge
Adalah transfer depo yang berfungsi sebagai tempat pertemuan
kendaraan pengumpul yang sudah terisi penuh sampah dengan
kendaraan pengangkut, dimana sampah dari kendaraan pengumpul
dikumpulkan dalam suatu ruang tertentu untuk kemudian dengan
menggunakan Crane sampah dipindahkan kekendaraan pengangkut,
seperti tergambar dibawah ini :

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


44
Gambar 24. Contoh Indirect Discharge

Keuntungan dari sistim ini adalah sampah yang sudah terkumpul dapat
diadakan pemilihan menurut jenisnya, sehingga dapat dengan tepat
ditentukan cara pengelolaannya dan secara estetika baik karena
tumpukan sampah tertutup di suatu ruangan. Akan tetapi cara ini cukup
mahal, sehingga transfer station jenis ini banyak digunakan dinegara
maju.

3. Combine Direct Discharge and Indirect Discharge


Merupakan kombinasi antara Direct Discharge dan z. Pada sistim ini
sampah dibedakan antara yang harus langsung dibuang dengan yang
tidak. Sistim ini juga banyak digunakan dinegara-negara maju.

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


45
D. SUB-SISTEM PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN
1. Pemilihan

Pemilihan dan pengolahan sampah yang merupakan bagian yang


cukup penting dari sistim secara keseluruhan. Akan tetapi bagian ini
pada umumnya membutuhkan teknologi tinggi yang belum terdapat
dinegara-negara berkembang. Di Indonesia khususnya dan dinegara-
negara berkembang yang paling sering dilakukan pada bagian
pemilihan adalah dengan menggunakan tenaga manusia (pemulung),
berhubung murahnya tenaga kerja. Sebaliknya, dinegara-negara maju
karena mahalnya upah tenaga kerja maka pada bagian pemilihan pada
umumnya sudah menggunakan teknologi canggih.

Pemilihan dilakukan untuk menggolongkan jenis-jenis sampah seseuai


dengan karakterisitiknya, sehingga ketika masuk pada pengolahan
mempermudah prosesnya.

2. Pengolahan

Pada bagian pengolahan istilah yang paling dikenal adalah Recycling,


Reuse dan Recovery.

Recycling adalah "transforming waste materials into useful items by


reprocessing them" maksudnya adalah suatu proses pengolahan yang
dilakukan dengan merubah bentuk material sampah secara fisis dengan
memproses kembali menjadi barang-barang yang berguna atau
bermanfaat, misalnya mengubah sampah plastik menjadi kursi plastik,
ember plastik dll.

Reuse adalah "returning an item to productive use for the same


purpose as it was orginally intended, without changing its identity"
maksud adalah mengembalikan barang yang sudah menjadi sampah

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


46
(rongsok) menjadi barang berguna yang mempunyai manfaat yang
sama seperti aslinya tanpa merubah identitasnya. Contohnya
mengubah mobil rongsokan menjadi mobil baru.

Recovery atau Energy Recovery adalah "the use of solid wastes as fuel,
supplementing woods waste, to produce energy in the form of steam or
electricity" maksudnya adalah penggunaan sampah sebagai bahan
bakar atau memanfaatkan energi yang tersimpan dalam sampah
misalnya untuk tenaga listrik. Contohnya mengubah sampah kotoran
hewan menjadi biogas.

E. SUB-SISTIM PEMBUANGAN AKHIR


Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang sering digunakan adalah :

1. Open Dumping
Adalah TPA, dimana sampah yang dibuang diletakkan begitu saja
diatas tanah kosong, atau sebelum digunakan tanah tersebut dibuat
lubang dengan menggunakan traktor. Cara ini tidak dianjurkan untuk
digunakan karena sampah yang dibuang dibiarkan terbuka sehingga
dapat menjadi sarang binatang-binatang tertentu yang dapat membawa
penyakit selain itu secara estetika kurang baik karena menimbulkan
pemandangan yang buruk dan bau yang busuk.

2. Control Land Fill


Adalah TPA, dimana sampah yang dibuang diletakkan diatas lubang
yang dibuat dengan traktor, kemudian apabila lubang tersebut sudah
penuh baru ditutup dengan lapisan tanah setebal kurang lebih 20 cm.

3. Sanitary Land Fill


Adalah TPA, diamana sampah yang dibuang diletakkan diatas lubang
yang dibuat dengan traktor, kemudian sampah yang ada ditutup oleh

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


47
lapisan tanah yang penutupannya dilakukan setiap hari sehingga
terbentuk sel-sel diadalamnya. Cara ini adalah cara yang terbaik
dibanding dengan dua cara sebelumnya, seperti tergambar berikut:

Pada bangunan tempat tinggal, sistem pembuangan sampah dapat


dilakukan melalui pengumpulan sampah dari rumah pada bak sampah
kemudian dibawa truk sampah untuk dibuang ke tempat pembuangan akhir
(TPA) sampah. Sebaiknya pada bangunan ini telah menyediakan tempat
pemilahan sampah berdasarkan jenisnya.
Pada bangunan berlantai banyak, sistem pembuangan sampah dapat
mealui pengumpulan sampah di setiap lantai kemudian diturunkan ke lantai
dasar menggunakan shaft sampah untuk selanjutnya dibawa ke tempat
pembuangan akhir.

Gambar 19. Skema pembuangan sampah pada bangunan berlantai banyak

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


48
DAFTAR PUSTAKA

Frick, H. Dan B. Suskiyatno. 1998. Dasar-dasar Eko-Arsitektur. Yogyakarta:


Kanisius.
Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2017. Dasar - dasar
Rumah Sehat. Dapat diakses di litbang.pu.go.id.
Satwiko. 2009. Pengertian Kenyamanan dalam Suatu Bangunan. Yogyakarta:
Wingjosoebroto.
SNI 03-6572-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan
Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung.
SNI 3242:2008 tentang Pengelolaan Sampah di Pemukiman.
SNI 8153:2015 tentang Sistem Plambinga pada Bangunan Gedung.
Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta: UI Press.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan
dan Permukiman.

Bahan Ajar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


49

Anda mungkin juga menyukai