Oleh :
Kelompok 1
Latar Belakang
Susunan kardiovaskuler terdiri dari jantung dan pembuluh darah yang
berfungsi untuk mengedarkan darah ke seluruh bagian tubuh, baik untuk
mendistribusikan zat makanan dan oksigen ataupun mengambil sisa makanan, hasil
metabolisme dan karbon dioksida untuk disekresi pada fungsi jaringan lainnya.
Kedua komponen utama tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai macam
obat. Obat- obatan yang berfungsi memperkuat denyut jantung tanpa mempengaruhi
frekuensi denyutnya dinamakan kardiotonika. Jika meningkatkan kekuatan dan
frekuensi denyutnya dinamakan kardioaneleptika dan obat ini digunakan untuk
memicu kembali denyut jantung yang terhenti untuk sementara. Kedua obat ini
digolongkan dalam stimulasi,karena efeknya meningkatkan fungsi jantung.
Kardiotonika adalah obat-obat yang secara kimia berbentuk glikosida dan
sebagian besar berasal dari tumbuh- tumbuhan. Sebagai prototipa adalah glikosida
yang berasal dari tumbuhan digitalis. Sedangkan contoh dari kardioaneleptika seperti
kafein dan simpatomimetika yang bekerja pada reseptor beta.
Obat yang bekerja pada pembuluh darah ada yang menimbulkan
penyempitan pembuluh darah (vasokonstriktor) dan bila terjadi pada perifer akan
menimbulkan hipertensi. Ada yang menyebabkan pelebaran pembuluh darah
(vasodilatator), obat ini dapat menyebabkan hipotensi.
Tujuan
Praktikum bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian obat jantung
(kafein dan digitalis) terhadap kerja jantung.
METODE
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah pinset, gunting,
talenan/tatakan katak, jarum pentul dan spoit, sedangkan bahan yang digunakan
antara lain katak,NaCl fisiologis, Kafein 1% dan digitalis 45%.
Prosedur Kerja
a. Percobaan dengan digitalis bertingkat. Katak normal diperhatikan terutama
fungsi jantungnya. Setelah itu dilakukan penyuntikan digitalis secara subkutan
dari bawah diarahkan ke kantong limfe paha dengan dosis permulaan 0,02
mg/gram BB. Katak tersebut diambil dan bila belum terlihat gejala, suntikan
kembali digitalis dengan dosis bertingkat. Penyuntikan dilakukan terus sampai
titik toksik dan akhirnya mati. Gejala- gejala lainnya selain gejala jantung
diperhatikan. Setelah katak mati dilakukan seksi dan diperhatikan terutama
bentuk, warna dan ukuran dari ventrikel.
b. Percobaan dengan kafein dan digitalis. Disediakan dua buah papan katak
diatas meja dan benang untuk memfiksasi katak. Serebrum katak dirusak dengan
jarum penusuk, setelah itu katak diterlentangkan pada papan katak. Satu jendela
segitiga pada dada katak dibuat sehingga jantungnya dapat terlihat dan diteteskan
NaCl fisiologis. Jantung katak diamati mengenai kekuatan kontraksi, frekuensi,
ritme dan warna jantung. Kemudian diteteskan digitalis ke jantung pada katak
pertama dan kafein pada katak kedua. Perubahan yang terjadi diamati, pola
koordinasi denyut antara atrium dan ventrikelnya, hasil pengamatan dicatat dan
penetesan dilakukan setiap 5 menit sekali sampai katak mati, jantung dilihat saat
kematiannya.
PEMBAHASAN
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan saat praktikum, diperoleh data
sebagai berikut :
Kafein bekerja pada sistem syaraf pusat, otot jantung dan ginjal. Pada sel
syaraf, senyawa kafein memacu produksi hormon adrenalin yang menyebabkan detak
jantung lebih cepat, tekanan darah meningkat, sekresi asam lambung meningkat, hati
dirangsang melepaskan senyawa gula pada aliran darah untuk menghasilkan ekstra
energi dan kontraksi otot (Rogers and Smit 2000). Frekuensi normal jantung katak
sebelum diteteskan kafein yaitu 80 kali/menit dengan ritme teratur. Pada menit ke-5
frekuensi menurun menjadi 52 kali/menit dan terus menurun sampai menit ke-15.
Setelah itu frekuensi kembali meningkat pada menit ke-20 dan turun kembali pada
menit ke-30 hingga katak mengalami kematian. Kekuatan kontraksi semakin
menurun dan warna jantung menjadi merah tua karena darah tidak terpompa keluar
seluruhnya. Hasil praktikum menunjukkan bahwa semakin bertambahnya waktu
maka frekuensi denyut semakin mengalami penurunan, seharusnya kafein yang
merupakan kardioanaleptika, akan meningkatkan kekuatan dan frekuensi denyut
jantung. Meningkatnya frekuensi denyut jantung diakibatkan karena jantung yang
diteteskan kafein terus-menerus sehingga dalam waktu 5 menit kafein bekerja
kembali sebagai kardioanaleptika dengan meningkatkan kekuatan jantung. Kemudian,
frekuensi menurun kembali setelah adanya peningkatan frekuensi jantung. Penurunan
kekuatan dan frekuensi jantung ini kemungkinan disebabkan jantung lelah akibat
stimulan dari kafein hingga akhirnya mati.
SIMPULAN
Kerja jantung dapat dipengaruhi oleh kinerja obat jantung yang diberikan.
Digitalis dapat memperkuat denyut jantung karena berfungsi sebagai kardiotonika.
Sedangkan kafein dapat meningkatkan kekuatan dan frekuensi denyut jantung karena
berfungsi sebagai kardioanaleptika. Pemberian digitalis dan kafein yang berlebihan
dapat mengakibatkan overdosis dan berakhir pada kematian.
DAFTAR PUSTAKA
Bishop Y. 2005. The Veterinary Formulary 6th Edition. London : The British
Veterinary Association.
Ganiswara, Silistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi (Basic Therapy Pharmacology).
Alih Bahasa: Bagian Farmakologi FK UI. Jakarta.
Rogers PJ, Smit HJ. 2000. Effects of low doses of caffeine on cognitive performance,
mood and thirst in low and higher caffeine consumers. Psychopharmacology.
152:167-173.