Anda di halaman 1dari 6

Tanggal Praktikum : Rabu, 24 April 2019

Dosen Pembimbing : Drh. Huda S. Darusman,


M.Si
Kelas Paralel : 4 (RP. Fifarm)

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II


OBAT YANG BEKERJA PADA JANTUNG

Oleh :
Kelompok 1

1. Dea Eka Purnama B04159001 …….


2. Nur Rahma Annisa B04160022 ..…..
3. Dandi Irwandi B04160034 ….....
4. Desi Puspita Sari B04160049 ..…..
5. Lee Kae Chyi B04168006 ……..

DEPARTEMEN ANATOMI FISIOLOGI DAN FARMAKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Susunan kardiovaskuler terdiri dari jantung dan pembuluh darah yang
berfungsi untuk mengedarkan darah ke seluruh bagian tubuh, baik untuk
mendistribusikan zat makanan dan oksigen ataupun mengambil sisa makanan, hasil
metabolisme dan karbon dioksida untuk disekresi pada fungsi jaringan lainnya.
Kedua komponen utama tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai macam
obat. Obat- obatan yang berfungsi memperkuat denyut jantung tanpa mempengaruhi
frekuensi denyutnya dinamakan kardiotonika. Jika meningkatkan kekuatan dan
frekuensi denyutnya dinamakan kardioaneleptika dan obat ini digunakan untuk
memicu kembali denyut jantung yang terhenti untuk sementara. Kedua obat ini
digolongkan dalam stimulasi,karena efeknya meningkatkan fungsi jantung.
Kardiotonika adalah obat-obat yang secara kimia berbentuk glikosida dan
sebagian besar berasal dari tumbuh- tumbuhan. Sebagai prototipa adalah glikosida
yang berasal dari tumbuhan digitalis. Sedangkan contoh dari kardioaneleptika seperti
kafein dan simpatomimetika yang bekerja pada reseptor beta.
Obat yang bekerja pada pembuluh darah ada yang menimbulkan
penyempitan pembuluh darah (vasokonstriktor) dan bila terjadi pada perifer akan
menimbulkan hipertensi. Ada yang menyebabkan pelebaran pembuluh darah
(vasodilatator), obat ini dapat menyebabkan hipotensi.

Tujuan
Praktikum bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian obat jantung
(kafein dan digitalis) terhadap kerja jantung.

METODE
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah pinset, gunting,
talenan/tatakan katak, jarum pentul dan spoit, sedangkan bahan yang digunakan
antara lain katak,NaCl fisiologis, Kafein 1% dan digitalis 45%.

Prosedur Kerja
a. Percobaan dengan digitalis bertingkat. Katak normal diperhatikan terutama
fungsi jantungnya. Setelah itu dilakukan penyuntikan digitalis secara subkutan
dari bawah diarahkan ke kantong limfe paha dengan dosis permulaan 0,02
mg/gram BB. Katak tersebut diambil dan bila belum terlihat gejala, suntikan
kembali digitalis dengan dosis bertingkat. Penyuntikan dilakukan terus sampai
titik toksik dan akhirnya mati. Gejala- gejala lainnya selain gejala jantung
diperhatikan. Setelah katak mati dilakukan seksi dan diperhatikan terutama
bentuk, warna dan ukuran dari ventrikel.
b. Percobaan dengan kafein dan digitalis. Disediakan dua buah papan katak
diatas meja dan benang untuk memfiksasi katak. Serebrum katak dirusak dengan
jarum penusuk, setelah itu katak diterlentangkan pada papan katak. Satu jendela
segitiga pada dada katak dibuat sehingga jantungnya dapat terlihat dan diteteskan
NaCl fisiologis. Jantung katak diamati mengenai kekuatan kontraksi, frekuensi,
ritme dan warna jantung. Kemudian diteteskan digitalis ke jantung pada katak
pertama dan kafein pada katak kedua. Perubahan yang terjadi diamati, pola
koordinasi denyut antara atrium dan ventrikelnya, hasil pengamatan dicatat dan
penetesan dilakukan setiap 5 menit sekali sampai katak mati, jantung dilihat saat
kematiannya.

PEMBAHASAN
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan saat praktikum, diperoleh data
sebagai berikut :

Tabel 1 Hasil Pengamatan Digitalis Bertingkat Terhadap Jantung Katak


Katak Dosis (ml/gram) Gejala
Normal - -
penyuntikan ke-1 0,03 -
penyuntikan ke-2 0,06 -
penyuntikan ke-3 0,09 -
penyuntikan ke-4 1,2 Kejang, muntah, tonus otot tidak ada
penyuntikan ke-5 1,5 Kejang, tonus otot tidak ada, mati.
keterangan: (-) = tidak ada

Digitalis merupakan sediaan obat yang berfungsi sebagai kardiotonika, yaitu


sediaan yang berfungsi memperkuat denyut jantung tanpa mempengaruhi frekuensi
denyutnya. Digitalis juga memiliki mekanisme kerja inotropik positif (menaikkan
kekuatan kontraksi otot jantung), kronotropik negatif (memperlambat frekuensi
denyut jantung) dan mempersulit penghantaran rangsang (dromotrop negatif)
(Ganiswara dan Silistia 1995). Berdasarkan hasil praktikum, katak yang diinjeksi
digitalis bertingkat mulai menunjukkan gejala pada penyuntikan ke-4 dengan dosis
1,2 ml/gram. Hal ini dapat terjadi karena efek dari digitalis yaitu meningkatkan
kekuatan kontraksi jantung namun frekuensinya normal. Setelah penyuntikan dengan
dosis 1,5 ml/menit katak menunjukkan gejala kejang yang berkelanjutan dan akhirnya
mati. Katak mati akibat toksisitas digitalis terhadap kerja jantung dalam peranannya
menjaga sirkulasi darah ke seluruh tubuh. Prinsip kerja digitalis terhadap jantung
adalah memperkuat denyut jantung tanpa menambah frekuensi denyut jantung bila
diberiakn pada dosis terapi. Namun, ketika pemberian diberikan dengan dosis yang
bertingkat maka frekuensi denyut jantung akan meningkat hingga titik tertentu.
Setelah katak mati dilakukan seksi daerah jantung untuk dilihat atrium dan
ventrikelnya. Pada ventrikel bentuknya kuncup, ukuran mengecil, dan warnanya
putih/pucat. Hal ini menunjukkan terjadinya perpanjangan waktu sistol akibat jantung
katak kehabisan energi karena terlalu kuat memompa jantung akibat pemberian
digitalis bertingkat.

Gambar 1 Jantung katak pada ventrikelnya yang pucat

Tabel 2 Hasil Pengamatan Digitalis Terhadap Jantung Katak


Kontraksi jantung
Menit ke-
Frekuensi (kali/menit) Ritme
0 80 Teratur
5 40 Tidak teratur
10 36 Tidak teratur
15 32 Tidak teratur
20 32 Tidak teratur
25 28 Tidak teratur
30 24 Tidak teratur

Sediaan digitalis ini diberikan secara langsung yaitu dengan cara


meneteskannya ke jantung tanpa melalui injeksi, sehingga mekanisme kerjanya
menjadi lebih cepat jika dibandingkan dengan pemberian secara injeksi (subkutan).
Pada kondisi normal (tanpa pemberian digitalis) frekuensi jantungnya adalah 80
kali/menit dengan ritme yang teratur. Pada menit ke-5 dan ke-10 kekuatan kontraksi
meningkat dan tidak normal, hal ini dikarenakan efek digitalis dalam meningkatkan
kekuatan denyut jantung. Jeda waktu antara pengisian atrium dan pengosongan
ventrikel semakin lambat. Hal ini disebabkan adanya efek digitalis yang menghambat
periode refraktori dan durasi dari aksi potensial.
Efek lain dari digitalis adalah meningkatkan aktivitas nervus vagus, sehingga
secara tidak langsung memperlambat frekuensi denyut jantung. Hal ini terlihat dari
frekuensi jantung yang terus menurun hingga katak mati. Penurunan frekuensi
jantung dapat pula disebabkan oleh perpanjangan waktu sistol akibat pengaruh
digitalis. Sesuai dengan aktivitas sistol dan diastol, jantung berwarna merah saat
sistol dan berwarna pucat saat diastole. Sebab pada saat sistol jantung terisi darah dan
saat diastol darah dipompa keluar dari jantung (Bishop 2005).

Tabel 3 Hasil Pengamatan Kafein Terhadap Jantung Katak


Kontraksi jantung
Menit ke
Frekuensi (x/menit) Ritme
0 80 Teratur
5 52 Tidak teratur
10 36 Tidak teratur
15 28 Tidak teratur
20 32 Tidak teratur
25 32 Tidak teratur
30 20 Tidak teratur

Kafein bekerja pada sistem syaraf pusat, otot jantung dan ginjal. Pada sel
syaraf, senyawa kafein memacu produksi hormon adrenalin yang menyebabkan detak
jantung lebih cepat, tekanan darah meningkat, sekresi asam lambung meningkat, hati
dirangsang melepaskan senyawa gula pada aliran darah untuk menghasilkan ekstra
energi dan kontraksi otot (Rogers and Smit 2000). Frekuensi normal jantung katak
sebelum diteteskan kafein yaitu 80 kali/menit dengan ritme teratur. Pada menit ke-5
frekuensi menurun menjadi 52 kali/menit dan terus menurun sampai menit ke-15.
Setelah itu frekuensi kembali meningkat pada menit ke-20 dan turun kembali pada
menit ke-30 hingga katak mengalami kematian. Kekuatan kontraksi semakin
menurun dan warna jantung menjadi merah tua karena darah tidak terpompa keluar
seluruhnya. Hasil praktikum menunjukkan bahwa semakin bertambahnya waktu
maka frekuensi denyut semakin mengalami penurunan, seharusnya kafein yang
merupakan kardioanaleptika, akan meningkatkan kekuatan dan frekuensi denyut
jantung. Meningkatnya frekuensi denyut jantung diakibatkan karena jantung yang
diteteskan kafein terus-menerus sehingga dalam waktu 5 menit kafein bekerja
kembali sebagai kardioanaleptika dengan meningkatkan kekuatan jantung. Kemudian,
frekuensi menurun kembali setelah adanya peningkatan frekuensi jantung. Penurunan
kekuatan dan frekuensi jantung ini kemungkinan disebabkan jantung lelah akibat
stimulan dari kafein hingga akhirnya mati.

SIMPULAN
Kerja jantung dapat dipengaruhi oleh kinerja obat jantung yang diberikan.
Digitalis dapat memperkuat denyut jantung karena berfungsi sebagai kardiotonika.
Sedangkan kafein dapat meningkatkan kekuatan dan frekuensi denyut jantung karena
berfungsi sebagai kardioanaleptika. Pemberian digitalis dan kafein yang berlebihan
dapat mengakibatkan overdosis dan berakhir pada kematian.

DAFTAR PUSTAKA
Bishop Y. 2005. The Veterinary Formulary 6th Edition. London : The British
Veterinary Association.
Ganiswara, Silistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi (Basic Therapy Pharmacology).
Alih Bahasa: Bagian Farmakologi FK UI. Jakarta.
Rogers PJ, Smit HJ. 2000. Effects of low doses of caffeine on cognitive performance,
mood and thirst in low and higher caffeine consumers. Psychopharmacology.
152:167-173.

Anda mungkin juga menyukai