Anda di halaman 1dari 2

Digitalis merupakan sediaan obat yang berfungsi sebagai kardiotonika, yaitu sediaan yang

berfungsi memperkuat denyut jantung tanpa mempengaruhi frekuensi denyutnya. Digitalis juga memiliki
mekanisme kerja inotropik positif (menaikkan kekuatan kontraksi otot jantung), kronotropik negatif
(memperlambat frekuensi denyut jantung) dan mempersulit penghantaran rangsang (dromotrop negatif).
Sediaan digitalis ini diberikan secara langsung yaitu dengan cara meneteskannya ke jantung tanpa
melalui injeksi, sehingga mekanisme kerjanya menjadi lebih cepat jika dibandingkan dengan pemberian
secara injeksi (subkutan). Pada kondisi normal (tanpa pemberian digitalis) frekuensi jantungnya adalah
80 kali/menit dengan kekuatan jantungnya cukup kuat (+++). Pada menit ke-5 dan ke-10 kekuatan
kontraksi meningkat (++++), hal ini dikarenakan efek digitallis dalam meningkatkan kekuatan denyut
jantung. Digitalis dapat menyebabkan peningkatan kekuatan denyut dengan cara meningkatkan aktivitas
sistolik, sehingga pengosongan ventrikel (diastol) lebih kuat dan sempurna.
Efek lain dari digitalis adalah meningkatkan aktivitas nervus vagus, sehingga secara tidak
langsung memperlambat frekuensi denyut jantung. Hal ini terlihat dari frekuensi jantung yang terus
menurun hingga katak mati. Penurunan frekuensi jantung juga disebabkan oleh perpanjangan waktu
sistol akibat pengaruh digitalis. Sesuai dengan aktivitas sistol dan diastol, jantung berwarna merah saat
sistol dan berwarna pucat saat diatole. Sebab pada saat sistol jantung terisi darah dan saat diastol darah
dipompa keluar dari jantung.
Pada percobaan pemberian digitalis dengan dosis bertingkat hingga katak mati menunjukkan
toksisitas digitalis terhadap kerja jantung dalam peranannya menjaga sirkulasi darah ke seluruh tubuh.
Prinsip kerja digitalis terhadap jantung adalah memperkuat denyut jantung tanpa menambah frekuensi
denyut jantung bila diberiakn pada dosis terapi. Namun, ketika pemberian diberikan dengan dosis yang
bertingkat maka frekuensi denyut jantung akan meningkat hingga titik tertentu. Hal ini terjadi pada saat
pemberian digitalis yang ketiga sebanyak 0,8 ml pada percobaan, yaitu frekuensi denyut jantung menjadi
132 kali/menit. Takikardia merupakan konsekuensi dari peningkatan aktivitas simpatis yang mendorong
terjadinya penurunan cardiac output. Berbeda dengan penetesan digitalis pada jantung secara langsung
dengan volume yang tidak ditentukan sebanyak dua tetes dengan menghitung denyut jantung secara
berulang setiap lima menit sekali. Frekuensi denyut jantung semakin menurun walaupun membutuhkan
waktu yang lebih lama. Terlihat pada data yang diperoleh.
Keracunan digitalis umumnya terjadi pada kasus klinik dalam dosis tertentu. Beberapa efek yang
terlihat lebih dulu pada kasus keracunan digitalis adalah gangguan dalam penglihatan dan pencernaan.
Hal ini ditunjukkan dalam hasil percobaan berupa berkurangnya refleks pada penyuntikan digitalis yang
ketiga. Perubahan denyut jantung dan iramanya juga terjadi pada beberapa kasus overdosis. Efek paling
dominan adalah makin menurunnya frekuensi denyut jantung dan dianjurkan dalam terapi untuk
melakukan perhitungan frekuensi denyut jantung selama 1 menit sebelum melanjutkan pemberian obat
digitalis dalam dosis tertentu. Jika frekuensi denyut jantung yang diperoleh berada di bawah 60 atau
terdapat perubahan yang besar pada frekuensi denyut jantung, maka sebaiknya pemberian digitalis
ditunda. Toksisitas digitalis juga ditandai dengan adanya kelemahan kontraksi otot dan mudah lelahnya
hewan. Berkurangnya kontraksi otot juga terjadi pada saat penyuntikan digitalis yang ketiga kalinya.
Denyut jantung makin menurun frekuensinya pada penyuntikan digitalis ketiga sebanyak 0.06 ml
yaitu sebanyak 132 kali/menit, sedangkan pada penetesan digitalis kemampuan jantung dalam
memompa darah terlihat semakin menurun. Jeda waktu antara pengisian atrium dan pengosongan
ventrikel semakin lambat. Hal ini disebabkan adanya efek digitalis yang menghambat periode refraktori
dan durasi dari aksi potensial. Seperti telah dijelaskan di atas, takikardia akan menyebabkan terjadinya
penurunan kardiak output. Saat digitalis meningkatkan cardiac output, sistem simpatis mendorong
penurunan nodus sinoatrial. Digitalis tidak berguna dalam perawatan sinus takikardia yang disebabkan
oleh demam dan kondisi lainnya karena digitalis tidak memiliki efek dalam S-A node. Hal lain yang
mungkin menyebabkan penurunan denyut jantung antara lain perpanjangan periode refraktori AV node
ketika denyut atrium cepat, konduksi A-V node melambat, dan memperkuat stimulasi refleks vagal yang
menyebabkan frekuensi jantung menurun.

KESIMPULAN
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa aktivitas jantung dapat dipengaruhi oleh kinerja
obat-obatan yang diberikan. Dari percobaan yang dilakukan pada jantung katak didapatkan bahwa
digitalis berfungsi sebagai kardiotonika karena dapat memperkuat denyut jantung. Sedangkan kafein
berfungsi sebagai kardioanaleptika yang dapat meningkatkan kekuatan dan frekuensi denyut jantung.

Pemberian digitalis dan cafein yang berlebihan dapat mengakibatkan overdosisdan berakhir pada
kematian

Anda mungkin juga menyukai