Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Gagal jantung kongestif adalah suatu keadaan dimana jantung tidak dapat
memompa darah yang mencukupi untuk kebutuhan tubuh yang dapat disebabkan
oleh gangguan kemampuaan otot jantung berkontraksi atau meningkatnya beban
kerja dari jantung (Mycek et al, 2001). Tujuan utama dari pengobatan gagal
jantung adalah mengurangi gejala akibat bendungan sirkulasi, memperbaiki
kapasitas kerja dan kualitas hidup, serta memperpanjang harapan hidup
(Ganiswarna, 1995). Langkah pengobatan pada pengelolaan pasien dengan gagal
jantung kronis yang dibahas di makalah ini adalah dengan menggunakan obat
digitalis.
Digitalis berasal dari tanaman Digitalis Purpurea. Preparat digitalis
mempunyai khasiat pada otot jantung, yaitu kerja inotropik positif (meningkatkan
kontraksi miokard), kerja kronotropik negatif (mengurangi hantaran sel-sel
jantung). Digitalis memiliki banyak efek kardiovaskuler baik secara langsung dan
tidak langsung, dengan konsekuensi efek terapeutik dan toksik (aritmogenik).
Sebagai tambahan, terdapat efek yang tidak diinginkan pada sistem saraf pusat
dan usus. Telah dibuktikan terdapat suatu efek kecil secara langsung pada ginjal
(diuretik). Efek digitalis pada fungsi mekanis dan listrik dibahas secara terpisah,
tetapi sebaiknya disadari bahwa perubahan tersebut terjadi secara bersamaan.
Ada dua macam digitalis yang sering digunakan yaitu digoksin dan
digitoksin. Digoksin lebih sering digunakan karena masa kerjanya lebih pendek
dan dosis lebih mudah diatur serta ikatannya dengan protein lebih kecil. Sehingga
secara umum digoksin lebih aman dibanding dengan digitoksin, mengingat kedua
obat tersebut mempunyai indeks terapi yang sempit. Beberapa golongan obat
gagal jantung menunjukkan efektivitas klinis dalam mengurangi gejala-gejala dan
memperpanjang kehidupan.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Obat Digitalis ?
2. Bagaimana patofisiologi Obat Digitalis ?
3. Apa saja indikasi dan kontraindikasi Obat Digitalis
(Lanoxin) ?
4. Bagaimana farmakokinetik Obat Digitalis ?
5. Bagaimana farmakodinamik Obat Digitalis ?
6. Apa saja efek samping dari Obat Digitalis ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Obat Digitalis.
2. Untuk mengetahui patofisiologi Obat Digitalis.
3. Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi Obat Digitalis
(Lanoxin).
4. Untuk mengetahui farmakokinetik Obat Digitalis.
5. Untuk mengetahui farmakodinamik Obat Digitalis.
6. Untuk mengetahui efek samping dari Obat Digitalis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. OBAT DIGITALIS
Obat-obat golongan digitalis ini memiliki berbagai mekanisme kerja
diantaranya pengaturan konsentrasi kalsium sitosol. Hal ini menyebabkan
terjadinya hambatan pada aktivasi pompa proton yang dapat menimbulkan
peningkatan konsentrasi natrium intrasel, sehingga menyebabkan terjadinya
transport kalsium kedalam sel melalui mekanisme pertukaran kalsium-natrium.
Kadar kalsium intrasel yang meningkat itu menyebabkan peningkatan kekuatan
kontraksi sistolik. Mekanisme lainnya yaitu peningkatan kontraktilitas otot
jantung, Pemberian glikosida digitalis meningkatkan kekuatan kontraksi otot
jantung menyebabkan penurunan volume distribusi aksi, jadi meningkatkan
efisiensi kontraksi (Mycek etal., 2001).
Terapi digoxin merupakan indikasi pada pasien dengan disfungsi sistolik
ventrikel kiri yang hebat setelah terapi diuretik dan vasodilator. Obat yang
termasuk dalam golongan glikosida jantung adalah digoxin dan digitoxin.
Glikosida jantung mempengaruhi semua jaringan yang dapat dirangsang,
termasuk otot polos dan susunan saraf pusat. Mekanisme efek ini belum diselidiki
secara menyeluruh tetapi mungkin melibatkan hambatan Na+ K+ ATPase didalam
jaringan ini (Katzung, 2001). Hipokalemia dapat menyebabkan aritmia hebat.
Penurunan kadar kalium dalam serum sering ditemukan pada pasien-pasien yang
mendapatkan thiazid atau loop diuretik dan biasanya dapat dicegah dengan
diuretik hemat kalium atau suplemen kalium karbonat.
Hiperkalsemia dan hipomagnesemia juga menjadi predisposisi terhadap
toksisitas digitalis (Mycek et al., 2001). Tanda dan gejala toksisitas glikosida
jantung yaitu anoreksia, mual, muntah, sakit abdomen, penglihatan kabur,
mengigau, kelelahan, bingung, pusing, meningkatnya respons ventilasi terhadap
hipoksia, aritmia ektopik atrium dan ventrikel, dan gangguan konduksi nodus
sinoatrial dan atrioventrikel (Gilman, 2003).

3
B. PATOFISIOLOGI
Glikosida Jantung Kelompok obat ini (digoxin dan digitoxin) menghambat
kerja pompa Natrium Kalium meningkatnya kalsium intraseluler akan
menimbulkan kontraksi serabut otot jantung efisien. Preparat digitalis mempunyai
3 fungsi pada otot jantung :
1. Kerja inotropik positif (meningkatkan kontraksi miokardium) sehingga
meningkatkan kerja jantung perifer dan ginjal, curah jantung meningkat,
mengurangi preload, memperbaiki aliran darah ke perifer dan ginjal,
mengurangi edema dan ekskresi cairan sehingga terjadi retensi cairan
pada paru-paru dan ekstremitas berkurang.
2. Kerja kronotropik negatif (memperlambat denyut jantung)
3. Kerja dromotropik negatif (mengurangi hantaran sel-sel jantung).

C. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI


Lanoxin mengandung zat aktif digoxin 125 mcg atau 250 mcg yang
termasuk obat kelompok glikosid jantung yang memiliki efek spesifik pada
jaringan otot jantung (otot miokardial) sebagai digitalis. Cara kerja Lanoxin
adalah dengan berikatan pada sisi ekstraselular dari subunit pompa Na+/K+ ATPase
pada membrane sel otot jantung (miosit) dan menurunkan fungsinya, sehingga
akan meningkatkan kadar ion natrium pada miosit, yang berdampak pada
peningkatan ion kalsium intraselular. Hal ini terjadi karena penukar
natrium/kalsium pada membran bergantung pada gradient natrium yang masuk
untuk memompa kalsium keluar. Lanoxin akan menurunkan gradient konsentrasi
natrium dan outflow yang kemudian meningkatkan konsentrasi kalsium di dalam
miokardiosit dan sel pacu jantung.
Penggunaan Lanoxin diindikasikan terutama pada penanganan fibrilasi atrial
dan atrial flutter dengan reaksi ventrikular cepat, pasien dengan gagal jantung
dengan cara meregulasi laju respon ventrikel. Tingginya laju ventrikular
menyebabkan insufisiensi pada waktu pengisian diastolik, Lanoxin akan
menurunkan laju konduksi pada nodus atrium ventrikel (AV) dan meningkatkan
periode refraktori yang selanjutnya akan menurunkan laju ventrikular. Dengan

4
cara seperti ini fungsi pompa jantung akan membaik dikarenakan adanya
perbaikan pada pengisian jantung.
Kontraindikasi Lanoxin adalah pada pasien dengan riwayat hipersensitivitas
terhadap Lanoxin, pasien dengan ventrikular takikardia, pasien dengan gagal
ginjal berat. Penggunaan pada ibu hamil hanya dalam keadaan sangat diperlukan
dan Lanoxin dapat juga terlarut dalam air susu ibu yang menyusui.

D. FARMAKOKINETIK
Sebanyak 65 80% diabsobrsi setelah pemberian oral di Saluran
gastrointestinal/usus halus. Makanan dapat menghambat tapi tidak merubah
jumlah yang diabsorbsi. Puncak jumlah dalam serum umumnya muncul dalam 45-
60 menit setelah pemberiaan oral sediaan eliksir dan dalam 90 menit setelah
pemberian tablet oral. Pada pasien yang menerima dosis oral pertama, efek
puncak akan muncul 6-8 jam setelah pemberian dosis.
Obat ini didistribusikan secara umum keseluruh tubuh dengan jumlah
tertinggi didapatkan di ginjal, jantung, usus, lambung, hati dan otot rangka.
Sedangkan konsentrasi terendah ditemukan di otak dan plasma. Dalam jumlah
terapeutik, kira kira 20-30% dari obat terikat pada protein plasma. Karena hanya
sejumlah kecil saja yang ditemukan di lemak, pasien dengan obesitas bisa
mendapatkan dosis lebih tinggi dari yang dibutuhkan jika perhitungan dosis
dilakukan bedasarkan total berat badan dibandingkan dengan massa tubuh kering.
Sekali berada di darah, kardiak glikosida akan terdistribusi secara meluas di
jaringan, termasuk di sistem saraf pusat. Digoxin tidak banyak dimetabolisme
pada manusia, hampir 2/3 nya diekskresikan dari tubuh tanpa mengalami
perubahan bentuk di eliminasi di Ginjal, Oleh karena itu, penyesuaian dosis harus
dilakukan pada pasien dengan penyakit ginjal.
Digoxin merupakan obat yang sangat poten, namun memiliki margin of
safety yang sempit serta waktu paruh yang panjang sekitar 36 jam. Dieliminasi
melalui ginjal dan penyesuaian dosis dapat dilakukan berdasarkan kreatinin
clearance. Digoxin memiliki volume distribusi yang luas karena terakumulasi di
otot.

5
E. FARMAKODINAMIK
Sifat farmakodinamik utama inotropik positif, yaitu meningkatkan kontraksi
miokardium. Per Oral mula : 1 5 jam, Sifat farmakodinamik utama inotropik
positif, yaitu meningkatkan kontraksi miokardium. Pada penderita yang
mengalami gangguan fungsi sistolik, efek ini akan menyebabkan peningkatan
curah jantung sehingga tekanan darah vena berkurang, ukuran jantung mengecil,
dan refleks takikardi yang merupakan kompensasi jantung diperlambat. Pada
penderita yang mengalami gangguan fungsi sistolik, efek ini akan menyebabkan
peningkatan curah jantung sehingga tekanan darah vena berkurang, ukuran
jantung mengecil, dan refleks takikardi yang merupakan kompensasi jantung
diperlambat.

1. Efek Mekanik
Meningkatkan kontraksi pada sarkomer jantung dengan meningkatkan
konsentrasi kalsium bebas pada saat periode sistol. Proses untuk
meningkatkan konsentrasi kalsium terjadi dengan dua cara:
a. peningkatan konsentrasi sodium intraseluler dengan penghambatan
Na+/K+ ATPase.
b. pengurangan pengeluaran kalsium oleh sodium-calcium exchanger
(NCX) karena konsentrasi sodium intraseluler tinggi.
Peningkatan kontraksi mikokardial mengarah kepada penurunan end-
diastolic volume, oleh karena itu meningkatkan efisiensi kontraksi
(peningkatan fraksi pengeluaran). Hal ini dapat mengurangi aktivitas
simpatis, yang nantinya mengarah pada penurunan resistensi perifer.
Kedua efek tersebut, menyebabkan reduksi pada denyut jantung. Tonus
vagus juga meningkat, sehingga denyut jantung berkurang dan
kebututuhan oksigen jantung menjadi berkurang.

2. Efek Elektrik
Efek elektrik dari digoxin pada jantung merupakan kombinasi dari aksi
langsung dan autonom. Aksi langsung pada membran sel jantung yaitu

6
awalnya terjadi prolongasi singkat pada potensial aksi, diikuti dengan
terjadinya pemendekkan (terutama pada fase plateu). Pengurangan durasi
potensial aksi merupakan akibat dari peningkatan konduksi dari potassium
yang disebabkan karena peningkatan kalsium intraseluler. Pada kondisi ini,
digoxin juga dapat menurunkan potensial istirahat karena inhibisi pada
pompa sodium dan pengurangan kalium intraseluler. Dengan
penurunan potensial istirahat maka potensial aksi akan dapat terjadi
dengan lebih mudah dan pada akhirnya dapat mengarah kepada takikardia.
Efek autonom dari kardiak glikosida mencakup sistem simpatis dan
parasimpastis. Pada dosis rendah, efek parasimpatis lebih dominan.
Prosesnya berkaitan dengan kolinergik yang banyak terdapat pada atrium.
Sedangkan pada dosis toksik, efek simpatis lah yang akan menjadi
dominan. Prosesnya tidak hanya meningkatkan sensitisasi akibat digitalis,
tetapi juga mensensitisasi miokardium dan meningkatkan efek toksik dari
semua obat.

F. EFEK SAMPING
1. Efek kardiak: aritmia, dicirikan dengan penurunan konduksi
atrioventricular yang berasosiasi dengan aritmia atrial. Pengurangan
potassium intraseluler merupakan faktor predisposisi utama pada kondisi
ini.
2. Efek gastrointestinal: anorexia, mual, muntah.
3. Efek sistem saraf pusat: pusing, kelelahan, kebingungan, penglihatan
kabur, pengaruh pada persepsi warna, dan bayangan pada objek yang
gelap.

7
DAFTAR PUSTAKA

All About Medical Science. http://www.drmeu.com/2016/02/mengatasi-gagal-


jantung-dengan-terapi.html Medical Science. Di akses tanggal 20 Maret 2016.

http://slideplayer.info/slide/3793660/. Di akses tanggal 20 Maret 2016.

Prapanca Nugraha. 2013. Farmakokinetik Lanoxin.


http://www.kerjanya.net/faq/7721-lanoxin.html. Di Akses Tanggal 20 Maret
2016.

Yekti Adi Prasetyaningsih (Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah


Surakarta). 2009. Skripsi Yekti Adi Prasetyaningsih.
eprints.ums.ac.id/5130/1/K100050062.pdf. Di akses tanggal 20 Maret
2016.

Anda mungkin juga menyukai