B. Diabetes Mellitus Tipe 2 ( Dulu di sebut dengan Diabetes Mellitus tak bergantung
dengan insulin )
Ada dua bentuk Diabetes Melitus tipe 2 yaitu, mengalami sekali kekurangan insulin
dan yang kedua resistensi insulin. Untuk yang pertama berat badan cenderung normal
sedangkan yang kedua diabetisi memiliki berat badan besar atau gemuk. Diabetes
Melitus tipe 2 ini disebut sebagai penyakit yang lama dan tenang karena gejalanya
tidak mendadak seperti tipe 1, tipe 2 cenderung lambat dalam mengeluarkan gejala
hingga banyak orang yang baru mengetahui dirinya terdiagnosa berusia lebih dari 40
tahun. Gejala-gejala yang timbulpun terkadang tidak terlalu Nampak karena insulin
dianggap normal tetapi tidak dapat membuang glukosa ke dalam sel-sel sehingga
obat-obatan yang diberikan pun ada 2 selain obat untuk memperbaiki resistensi
insulin serta obat yang merangsang pankreas menghasilkan insulin.
Riwayat keturunan serta obesitas dianggap sebagai faktor pencetus Diabetes Melitus
tipe 2 karena terdapat lemak-lemak yang ada dalam tubuh bisa menghasilkan HDL
atau sering disebut kolesterol baik.
A. Etiologi DM tipe 1
Etiologi diabetes mellitus tipe 1 (DM 1) sebagai penyakit autoimun dengan penyebab
pasti yang belum diketahui sampai saat ini. Penyakit ini dahulu disebut sebagai
childhood-onset diabetes atau juvenile diabetes untuk membedakan dengan diabetes
mellitus tipe 2 yang dikenal sebagai adult-onset diabetes. Walau demikian,
perkembangan ilmu menunjukkan bahwa diabetes mellitus tipe 2 juga dapat terjadi
pada anak-anak sehingga saat ini istilah tersebut ridak lagi digunakan.
B. Etiologi DM tipe 2
- Faktor Genetik
- Faktor Risiko
- Usia
- Dislipidemia
- Metabolisme asam amino: konsentrasi asam amino puasa yang tinggi dalam darah
meningkatkan risiko diabetes mellitus tipe 2 hingga 4x.
- Gagal ginjal
- Kulit gatal.
- Pandangan kabur.
- Kelelahan.
- Kesemutan.
6. Patofisiologi
Pada individu yang secara genetik rentan terhadap Diabetes tipe 1, kejadian
pemicu yaitu kemungkinan infeksi virus, akan menimbulkan produksi antibody
terhadap sel beta pankreas. Destruksi sel beta yang menyebabkan penurunan sekresi
insulin dan akhirnya kekurangan hormon insulin. Defisiensi insulin mengakibatkan
keadaan
hiperglikemia, peningkatan lipolisis (penguraian lemak) dan katabolisme protein.
Karakteristik ini terjadi ketika sel-sel beta yang mengalami destruksi melebihi 90%
(Kowalak, 2014).
Pada Diabetes tipe 2 merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh kerusakan
sekresi insulin, produksi glukosa yang tidak tepat didalam hati, atau penurunan
sensitifitas reseptor insulin perifer. Faktor genetic merupakan hal yang signifikan dan
awitan diabetes dipercepat oleh obesitas serta pola hidup, dan juga stress (Kowalak,
2014).
Pada diabetes mellitus tipe 2 terdapat 2 masalah utama yang berhubungan dengan
insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan
terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel sehingga terjadi rangkaian reaksi
dalam metabolism glukosa dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe 2 disertai
dengan penurunan reaksi intrasel yang mengakibatkan insulin tidak efektif untuk
menstimulus pengambilan glukosa oleh jaringan, maka kadar glukosa akan meningkat
dan terjadi diabetes mellitus tipe 2. Sebagian besar pasien (kurang lebih 75%)
penyakit diabetes mellitus tipe 2 yang dideritanya ditemukan secara tidak sengaja
(misalnya, pada saat pasien melakukan pemeriksaan laboratorium yang rutin) salah
satu konsekuensi tidak terdeteksinya penyakit diabetes mellitus selama bertahun-
tahun adalah terdapatnya komplikasi diabetes jangka panjang (misalnya, kelainan
vaskuler perifer, kelainan mata, neuropati perifer) mungkin sudah terjadi sebelum
diagnosa ditegakkan (Smeltzer & Bare, 2013)
7. Komplikasi
8. Pencegahan
Untuk mencegah penyakit diabetes, ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu:
Menjalani pola makan sehat adalah salah satu kunci utama untuk terhindar dari
diabetes. Agar tidak terkena diabetes, Anda disarankan untuk membatasi konsumsi
makanan dan minuman tinggi gula, kalori, dan lemak, misalnya makanan olahan, kue,
es krim, dan makanan cepat saji. Untuk mengurangi risiko terkena diabetes, batasi
asupan gula harian sebesar 40 gram atau setara dengan 9 sendok teh gula.
Rutin berolahraga memiliki banyak manfaat, salah satunya mencegah tubuh terkena
diabetes. Olahraga rutin dapat membantu tubuh menggunakan hormon insulin
dengan lebih efektif, sehingga kadar gula dalam darah dapat lebih terkontrol.
Berat badan ideal dapat ditentukan menggunakan kalkulator BMI (body mass index).
Jika nilai BMI tubuh Anda tinggi hingga melebihi batas normal, maka bisa saja Anda
mengalami obesitas. Kondisi ini merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan
risiko seseorang terkena diabetes.
4. Mengelola stres dengan baik
Stres yang tidak dikelola dengan baik dapat meningkatkan risiko untuk terkena
diabetes. Hal ini karena saat mengalami stres, tubuh akan melepaskan hormon stres
(kortisol) yang dapat meningkatkan kadar gula dalam darah.
Untuk menilai kadar gula darah, Anda perlu melakukan pemeriksaan gula darah secara
berkala ke dokter. Tes gula darah ini mungkin perlu didahului dengan berpuasa
setidaknya 10 jam sebelum pemeriksaan dilakukan. Tes gula darah penting dilakukan
untuk memonitor kadar gula darah dan mendeteksi dini penyakit diabetes.
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Metode yang digunakan dalam pengkajian yaitu wawancara, observasi, pemeriksaaan fisik
dan studi dokumentasi. Pada saat pengkajian penulis memperoleh beberapa data.
Biasanya data tersebut muncul berdasarkan kondisi pasien dan mempunyai kesamaan
dengan data dan teori.
B. Diagnosa keperawatan
- Risiko gangguan ketidakseimbangan kadar glukosa dalam darah dengan factor risiko
ketidakpatuhandalam pengobatan
C. Perencanaan keperawatan
Perencanaan sesuai teori dengan memperhatikan situasi dan kondisi pasien serta sarana dan
prasarana di rumah sakit. Prioritas masalah berdasarkan teori Hierarki Maslow, sedangkan
penentuan tujuan meliputi sasaran, kriteria waktu dan hsil dan rencana tindakan
keperawatan kasus ini berpedoman pada NANDA, NOC dan NIC. Dengan menyesuaikan pada
kondisi pasien. Dalam penyusunan perencanaan keperawatan melibatkan pasien, keluarga
dan tim kesehatan lain yang mencakup 4 elemen yaitu observasi, tindakan keperawatan
mandiri, pendidikan kesehatan dan tindakan kolaborasi.
D. Pelaksananaan keperawatan
- Risiko ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah dengan factor risiko ketidakpatuhandalam
pengobatan
Ke 3 diagnosa tersebut dapat dilaksanakan sesuai rencana yang telah disusun dengan adanya
kerjasama yang baik dengan pasien, keluarga pasien, perawat ruangan dan tim kesehatan
lainnya.
E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi dari hasil asuhan keperawatan yang dilaksankan selam 3 x 24 jam, dari ke 3 diagnosa
keperawatan, meliputi
- Risiko infeksi dengan factor risiko procedure invasive, ketiga diagnosa tersebut dapat
teratasi.
F. Pendokumentasian
Pendokumentasian telah dilaksanakan sesuai dengan kronologis waktu dan kriteria dalam
format asuhan keperawatan yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan pada tahap
evaluasi penulis menggunakan metode SOAP: S : Subyektif, O : Obyek data, A : Analisa, P :
Planning. Pendokumentasian dengan metode SOAP dilakukan setelah melakukan tindakan
keperawatan dengan mencantumkan tanggal, jam, nama dan tanda tangan. Dalam
pembuatan asuhan keperawatan penulis mendapatkan adanya faktor pendukung maupun
faktor penghambat. Faktor pendukung ialah adanya kerjasama yang baik antara perawat
dengan tim kesehatan lain terhadap penulis dan kerjasama pasien dengan keluarga.
Sedangkan faktor penghambat dalam pendokumentasian ialah pendokumentasian perawat
ruangan masih bersifat rutinitas dan belum memperhatikan perkembangan status kesehatan
pasien.