Anda di halaman 1dari 12

A.

Konsep Diabetes Mellitus

1. Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus (DM) merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai


dengan peningkatan kadar glukosa darah (Hiperglikemia) akibat kerusakan pada
sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. 60% penderita diabetes mengalami
gangguan syaraf (neuropati), 60 % pula penderita Diabetes Melitus memiliki resiko
luka. Luka diabetik adalah jenis luka yang ditemukan pada penderita Diabetes
Melitus. luka mula-mula tergolong biasa dan seperti pada umumnya tetapi luka yang
ada pada penderita Diabetes Melitus ini jika salah penanganan dan perawatan akan
menjadi terinfeksi. Luka kronis dapat menjadi luka gangren dan berakibat fatal serta
berujung pada amputasi (Tholib, 2016).

Diabetes Melitus merupakan penyebab Hiperglikemi. Hiperglikemi disebabkan


oleh berbagai hal, namun Hiperglikemi paling sering disebabkan oleh Diabetes
Melitus. Pada Diabetes Melitus gula menumpuk dalam darah sehingga gagal masuk
ke dalam sel. Kegagalan tersebut terjadi akibat hormon insulin jumlahnya kurang atau
cacat fungsi. Hormon insulin merupakan hormon yang membantu masuknya gula
darah (WHO, 2016).

2. Anatomi dan Fisiologi

Anatomi fisiologi menurut Anonim ( 2015 ) :

Gambar 2.3 Pankreas


A. Pengertian

Pankreas adalah kelenjar dengan panjang 12 – 15 cm dan lebar 4 cm yang terletak


pada perut dan memiliki 2 fungsi utama, yaitu menghasilkan enzim pencernaan
(fungsi eksokrin) dan menghasilkan hormon (fungsi endokrin). Pankreas terletak
pada perut atas memanjang ke arah kiri, dan bagian kepalanya tampak menempel
pada duodenum (usus 12 jari) apabila digambarkan.

B. Bagian bagian pankreas


Pankreas dibagi menjadi 4 bagian utama, yaitu kepala, leher, badan, dan ekor.
Kepala Pankreas adalah bagian yang terlihat menempel pada usus halus. Kepala
merupakan bagian terluas dari pancreas.
Leher Pankreas merupakan bagian pankreas yang panjangnya sekitar 2,5 cm dan
terletak diantara kepala dan badan.
Badan Pankeras, yaitu bagian pankreas yang terletak diantara leher dan ekor, disebut
juga bagian yang paling penting dari pankreas.
Ekor Pankreas merupakan bagian meruncing yang terletak pada perut kiri, ekor
merupakan bagian terakhir dari tubuh pankreas.
Saluran Pankreas (Duktus Pankreatikus), merupakan saluran dari pankreas yang akan
menyatu dengan duktus koledukus (saluran empedu) dan akan bermuara di
duodenum (Usus 12 jari). Saluran pankreas akan mengeluarkan berbagai enzim dari
pankreas untuk membantu sistem pencernaan.
C. Fungsi pankreas
Pankreas merupakan organ eksokrin dan organ endokrin sehingga memiliki 2 fungsi
utama, yaitu:
1.) Pankreas Sebagai Organ Eksokrin
Ketika makanan mulai keluar dari lambung menuju ke usus halus pertama
atau duodenum, duodenum akan menghasilkan hormon kolesistokinin yang
akan merangsang pankreas untuk mengeluarkan enzim–enzimnya (getah
pankreas) melalui duktus pankreatikus. Getah pankreas atau enzim-enzim
pencernaan tadi dihasilkan oleh asini yang merupakan kumpulan sel
pankreas.
2.) Pankreas Sebagai Organ Endokrin

Gambar 2. Sel-sel Pankreas


Pada pankreas manusia terdapat pulau langerhans yang menjalankan fungsi
endokrin dari pankreas. Pulau langerhans ini merupakan kelompok sel-sel
kecil yang tersebar di seluruh pankreas, kaya akan pembuluh darah dan
menyusun 1-2% dari seluruh massa pankreas. Pulau langerhans terdiri atas 4
macam sel, dan setiap sel menghasilkan hormon yang berbeda, dan setiap
hormon ini memiliki fungsi yang berbeda pula.
3. Klasifikasi Diabetes Mellitus

Klasifikasi Diabetes Mellitus menurut Novitasari (2012) ialah:

A. Diabetes Mellitus Tipe 1 ( Dulu disebut dengan Diabetes Melitus tergantung


Insulin)

Banyak orang menyebutnya dengan baby Diabetes Mellitus karena menjangkit


diabetis di masa anak-anak serta usia kurang dari 35 tahun. Dalam Diabetes Melitus
tipe 1 ini pankreas benar-benar tidak dapat menghasilkan insulin karena rusaknya sel-
sel beta yang ada dalam pankreas oleh virus atau autoimunitas. Jadi, antibodi yang
ada dalam tubuh manusia membunuh siapa saja yang tidak dikenalinya termasuk zat-
zat yang dihasilkan oleh tubuh dia anggap benda asing termasuk zat-zat penghasil
insulin maka dari itu DM tipe 1 disebut dengan IDDM (Insulin Dependet Diabetes
Mellitus).

B. Diabetes Mellitus Tipe 2 ( Dulu di sebut dengan Diabetes Mellitus tak bergantung
dengan insulin )

Ada dua bentuk Diabetes Melitus tipe 2 yaitu, mengalami sekali kekurangan insulin
dan yang kedua resistensi insulin. Untuk yang pertama berat badan cenderung normal
sedangkan yang kedua diabetisi memiliki berat badan besar atau gemuk. Diabetes
Melitus tipe 2 ini disebut sebagai penyakit yang lama dan tenang karena gejalanya
tidak mendadak seperti tipe 1, tipe 2 cenderung lambat dalam mengeluarkan gejala
hingga banyak orang yang baru mengetahui dirinya terdiagnosa berusia lebih dari 40
tahun. Gejala-gejala yang timbulpun terkadang tidak terlalu Nampak karena insulin
dianggap normal tetapi tidak dapat membuang glukosa ke dalam sel-sel sehingga
obat-obatan yang diberikan pun ada 2 selain obat untuk memperbaiki resistensi
insulin serta obat yang merangsang pankreas menghasilkan insulin.

Riwayat keturunan serta obesitas dianggap sebagai faktor pencetus Diabetes Melitus
tipe 2 karena terdapat lemak-lemak yang ada dalam tubuh bisa menghasilkan HDL
atau sering disebut kolesterol baik.

C. Diabetes Melitus Gestasional


Diabetes Melitus tipe ini menjangkit wanita yang sedang hamil. lebih sering
menjangkit di bulan ke enam masa kehamilan. Resiko neonatal yang terjadi keanehan
sejak lahir berhubungan dengan jantung, system nervus yang pusat, dan menjadi
sebab bentuk cacat otot atau jika GDM tidak bisa dikendalikan bayi yang lahir tidak
normal yakni besar atau disebutnya makrosomia yaitu berat badan bayi diatas 4 Kg.
untuk mengendalikannya diabetisi harus mendapatkan pengawasan semasa hamil,
sekitar 20-25% dari wanita penderita GDM dapat bertahan hidup.

4. Etiologi dan Faktor Resiko

A. Etiologi DM tipe 1

Etiologi diabetes mellitus tipe 1 (DM 1) sebagai penyakit autoimun dengan penyebab
pasti yang belum diketahui sampai saat ini. Penyakit ini dahulu disebut sebagai
childhood-onset diabetes atau juvenile diabetes untuk membedakan dengan diabetes
mellitus tipe 2 yang dikenal sebagai adult-onset diabetes. Walau demikian,
perkembangan ilmu menunjukkan bahwa diabetes mellitus tipe 2 juga dapat terjadi
pada anak-anak sehingga saat ini istilah tersebut ridak lagi digunakan.

B. Etiologi DM tipe 2

Etiologi diabetes mellitus tipe 2 meliputi:

- Faktor Genetik

Faktor genetik diabetes mellitus tipe 2 kompleks dan belum sepenuhnya


dimengerti. Terdapat beberapa varian genetik yang diasosiasikan dengan terjadinya
disfungsi sel-sel β pankreas dan resistensi insulin. Sekitar 10% varian timbulnya
DM 2 berhubungan dengan faktor herediter ini. Sekitar 2-5% orang dengan
diabetes mellitus tipe 2 memililki defek gen yang bersifat autosom dominan. Orang
yang memiliki defek gen ini akan mengalami diabetes mellitus tipe 2 pada usia
muda, dikenal sebagai maturity onset diabetes of the youth.

- Faktor Lingkungan dan Gaya Hidup


Faktor lingkungan dan gaya hidup sedentari merupakan salah satu penyebab
semakin meningkatnya insidensi diabetes mellitus tipe 2. Gaya hidup dengan
asupan karbohidrat yang tinggi serta aktivitas fisik yang inadekuat ketika
digabungkan dengan faktor genetik akan menyebabkan terjadinya diabetes mellitus
tipe 2.

- Faktor Risiko

Faktor-faktor yang berperan dalam meningkatnya risiko mendapatkan diabetes


mellitus tipe 2

- Obesitas: >80% orang-orang dengan obesitas adalah juga penderita diabetes


mellitus tipe 2

- Riwayat berat badan lahir rendah

- Riwayat diabetes mellitus tipe 2 pada keluarga

- Usia

- Sindrom ovarium polikistik

- Gaya hidup sedentari

- Tanda klinis resistensi insulin, seperti pada acanthosis nigricans

- Penyakit kardiovaskular seperti hipertensi dan gagal jantung

- Dislipidemia

- Impaired glucose regulation

- Diabetes mellitus gestasional

- Metabolisme asam amino: konsentrasi asam amino puasa yang tinggi dalam darah
meningkatkan risiko diabetes mellitus tipe 2 hingga 4x.

5. Manifestasi Klinis Diabetes Melitus

A. Manifestasi klinis DM tipe 1


Berikut ini ada gejala yang menjadi peringatan untuk segera memperoleh
pertolongan dokter.

- Cepat haus dan sering buang air kecil

- Cepat lapar namun berat badan turun drastis

- Luka susah sembuh dan mudah infeksi

- Tubuh cepat lelah

- Rabun atau kebutaan

- Mati rasa pada tangan atau kaki

- Gagal ginjal

B. Manifestasi klinis DM tipe 2

Beberapa gejala dari diabetes tipe 2, antara lain:

- Sering buang air kecil, terutama saat malam hari.

- Sering merasa haus.

- Sering merasa lapar.

- Berat badan turun.

- Luka yang sulit sembuh.

- Mudah terserang infeksi.

- Kulit gatal.

- Pandangan kabur.

- Kelelahan.

- Nyeri atau mati rasa pada kaki dan tangan.

- Kesemutan.

- Gatal di kemaluan pada wanita.


- Gangguan ereksi pada pria.

6. Patofisiologi

Pada individu yang secara genetik rentan terhadap Diabetes tipe 1, kejadian
pemicu yaitu kemungkinan infeksi virus, akan menimbulkan produksi antibody
terhadap sel beta pankreas. Destruksi sel beta yang menyebabkan penurunan sekresi
insulin dan akhirnya kekurangan hormon insulin. Defisiensi insulin mengakibatkan
keadaan
hiperglikemia, peningkatan lipolisis (penguraian lemak) dan katabolisme protein.
Karakteristik ini terjadi ketika sel-sel beta yang mengalami destruksi melebihi 90%
(Kowalak, 2014).

Pada Diabetes tipe 2 merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh kerusakan
sekresi insulin, produksi glukosa yang tidak tepat didalam hati, atau penurunan
sensitifitas reseptor insulin perifer. Faktor genetic merupakan hal yang signifikan dan
awitan diabetes dipercepat oleh obesitas serta pola hidup, dan juga stress (Kowalak,
2014).

Pada diabetes mellitus tipe 2 terdapat 2 masalah utama yang berhubungan dengan
insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan
terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel sehingga terjadi rangkaian reaksi
dalam metabolism glukosa dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe 2 disertai
dengan penurunan reaksi intrasel yang mengakibatkan insulin tidak efektif untuk
menstimulus pengambilan glukosa oleh jaringan, maka kadar glukosa akan meningkat
dan terjadi diabetes mellitus tipe 2. Sebagian besar pasien (kurang lebih 75%)
penyakit diabetes mellitus tipe 2 yang dideritanya ditemukan secara tidak sengaja
(misalnya, pada saat pasien melakukan pemeriksaan laboratorium yang rutin) salah
satu konsekuensi tidak terdeteksinya penyakit diabetes mellitus selama bertahun-
tahun adalah terdapatnya komplikasi diabetes jangka panjang (misalnya, kelainan
vaskuler perifer, kelainan mata, neuropati perifer) mungkin sudah terjadi sebelum
diagnosa ditegakkan (Smeltzer & Bare, 2013)
7. Komplikasi

Komplikasi penyakit Diabetes Mellitus menurut Novitasari (2012) dibagi menjadi


2, yaitu akut dan kronis. Komplikasi akut terjadi jika kadar glukosa darah seseorang
meningkat atau menurun tajam dalam waktu relatif singkat. Kadar glukosa darah bisa
menurun drastis jika penderita menjalani diet yang terlalu ketat. Perubahan yang
besar dan mendadak dapat merugikan. Komplikasi kronis berupa kelainan pembuluh
darah yang akhirnya bisa menyebabkan serangan jantung, gagal ginjal, saraf, dan
penyakit berat lain.

8. Pencegahan

Untuk mencegah penyakit diabetes, ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu:

1. Menerapkan pola makan sehat

Menjalani pola makan sehat adalah salah satu kunci utama untuk terhindar dari
diabetes. Agar tidak terkena diabetes, Anda disarankan untuk membatasi konsumsi
makanan dan minuman tinggi gula, kalori, dan lemak, misalnya makanan olahan, kue,
es krim, dan makanan cepat saji. Untuk mengurangi risiko terkena diabetes, batasi
asupan gula harian sebesar 40 gram atau setara dengan 9 sendok teh gula.

2. Menjalani olahraga secara rutin

Rutin berolahraga memiliki banyak manfaat, salah satunya mencegah tubuh terkena
diabetes. Olahraga rutin dapat membantu tubuh menggunakan hormon insulin
dengan lebih efektif, sehingga kadar gula dalam darah dapat lebih terkontrol.

3. Menjaga berat badan ideal

Berat badan ideal dapat ditentukan menggunakan kalkulator BMI (body mass index).
Jika nilai BMI tubuh Anda tinggi hingga melebihi batas normal, maka bisa saja Anda
mengalami obesitas. Kondisi ini merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan
risiko seseorang terkena diabetes.
4. Mengelola stres dengan baik

Stres yang tidak dikelola dengan baik dapat meningkatkan risiko untuk terkena
diabetes. Hal ini karena saat mengalami stres, tubuh akan melepaskan hormon stres
(kortisol) yang dapat meningkatkan kadar gula dalam darah.

5. Melakukan pengecekan gula darah secara rutin

Untuk menilai kadar gula darah, Anda perlu melakukan pemeriksaan gula darah secara
berkala ke dokter. Tes gula darah ini mungkin perlu didahului dengan berpuasa
setidaknya 10 jam sebelum pemeriksaan dilakukan. Tes gula darah penting dilakukan
untuk memonitor kadar gula darah dan mendeteksi dini penyakit diabetes.

Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

Metode yang digunakan dalam pengkajian yaitu wawancara, observasi, pemeriksaaan fisik
dan studi dokumentasi. Pada saat pengkajian penulis memperoleh beberapa data.
Biasanya data tersebut muncul berdasarkan kondisi pasien dan mempunyai kesamaan
dengan data dan teori.
B. Diagnosa keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis tentang pengalaman/tanggapan individu,


keluarga, atau masyarakat terhadap masalah kesehatan aktual/potensial/proses kehidupan.
Diagnosa didapat dari hasil penilaian yang dilakukan saat melakukan pengkajian. Diagnosa yang
muncul pada DM yaitu :

- Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik

- Risiko gangguan ketidakseimbangan kadar glukosa dalam darah dengan factor risiko
ketidakpatuhandalam pengobatan

- Risiko infeksi dengan factor risiko procedure invasive.

C. Perencanaan keperawatan

Perencanaan sesuai teori dengan memperhatikan situasi dan kondisi pasien serta sarana dan
prasarana di rumah sakit. Prioritas masalah berdasarkan teori Hierarki Maslow, sedangkan
penentuan tujuan meliputi sasaran, kriteria waktu dan hsil dan rencana tindakan
keperawatan kasus ini berpedoman pada NANDA, NOC dan NIC. Dengan menyesuaikan pada
kondisi pasien. Dalam penyusunan perencanaan keperawatan melibatkan pasien, keluarga
dan tim kesehatan lain yang mencakup 4 elemen yaitu observasi, tindakan keperawatan
mandiri, pendidikan kesehatan dan tindakan kolaborasi.

D. Pelaksananaan keperawatan

Pelaksanaan dari 3 diagnosa keperawatan antara lain adalah :

- Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.

- Risiko ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah dengan factor risiko ketidakpatuhandalam
pengobatan

- Risiko infeksi dengan factor risiko procedure invasive

Ke 3 diagnosa tersebut dapat dilaksanakan sesuai rencana yang telah disusun dengan adanya
kerjasama yang baik dengan pasien, keluarga pasien, perawat ruangan dan tim kesehatan
lainnya.

E. Evaluasi keperawatan

Evaluasi dari hasil asuhan keperawatan yang dilaksankan selam 3 x 24 jam, dari ke 3 diagnosa
keperawatan, meliputi

- Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik


- Risiko ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah dengan factor risiko
ketidakpatuhandalam pengobatan

- Risiko infeksi dengan factor risiko procedure invasive, ketiga diagnosa tersebut dapat
teratasi.

F. Pendokumentasian

Pendokumentasian telah dilaksanakan sesuai dengan kronologis waktu dan kriteria dalam
format asuhan keperawatan yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan pada tahap
evaluasi penulis menggunakan metode SOAP: S : Subyektif, O : Obyek data, A : Analisa, P :
Planning. Pendokumentasian dengan metode SOAP dilakukan setelah melakukan tindakan
keperawatan dengan mencantumkan tanggal, jam, nama dan tanda tangan. Dalam
pembuatan asuhan keperawatan penulis mendapatkan adanya faktor pendukung maupun
faktor penghambat. Faktor pendukung ialah adanya kerjasama yang baik antara perawat
dengan tim kesehatan lain terhadap penulis dan kerjasama pasien dengan keluarga.
Sedangkan faktor penghambat dalam pendokumentasian ialah pendokumentasian perawat
ruangan masih bersifat rutinitas dan belum memperhatikan perkembangan status kesehatan
pasien.

Anda mungkin juga menyukai