ATRIAL FIBRILASI
DISUSUN OLEH :
1. AULIA NUR HIBAH (1711009)
2. DEVI KURNIA P.R. (1712018)
3. FITRI ANDRIANA (1711024)
C. Klasifikasi
Secara klinis FA dapat dibedakan menjadi lima jenis menurut
waktu presentasi dan durasinya, yaitu:
1) FA yang pertama kali terdiagnosis. Jenis ini berlaku untuk
pasienyangpertamakalidatangdenganmanifestasiklinis FA, tanpa
memandang durasi atau berat ringannya gejala yang muncul.
2) FA paroksismal adalah FA yang mengalami terminasi
spontan dalam 48 jam, namun dapat berlanjut hingga 7 hari.
3) FA persisten adalah FA dengan episode menetap hingga
lebih dari 7 hari atau FA yang memerlukan kardioversi
dengan obat atau listrik.
4) FA persisten lama (long standing persistent) adalah FA
yang bertahan hingga ≥1 tahun, dan strategi kendali irama
masih akan diterapkan.
5) FA permanen merupakan FA yang ditetapkan sebagai
permanen oleh dokter (dan pasien) sehingga strategi kendali
irama sudah tidak digunakan lagi. Apabila strategi kendali
irama masih digunakan maka FA masuk ke kategori FA
persisten lama.
Klasifikasi FA seperti di atas tidaklah selalu eksklusif
satu sama lain (gambar 3). Artinya, seorang pasien mungkin
dapat mengalami beberapa episode FA paroksismal, dan
pada waktu lain kadang-kadang FA persisten, atau
sebaliknya. Untuk itu, secara praktis, pasien dapat
dimasukkan ke salah satu kategori di atas berdasarkan
manifestasi klinis yang paling dominan.
Paroksismal
(terminasi spontan,
umumnya <48 jam)
Persisten
(>7 hari atau perlu kardioversi)
Persisten lama
(>1 tahun)
Permanen
(disepakati)
A.
B.
C.
PATOFISIOLOGI
Adanya regangan akut dinding atrium dan fokus ektopik di lapisan dinding
atrium diantara vena pulmonalis atau vena cavajunctionsmerupakan pencetus
AF.Daerah ini dalam keadaan normal memiliki aktifitas listrik yang sinkron,
namun pada regangan akut dan aktifitas impuls yang cepat, dapat
menyebabkan timbulnya after-depolarisation lambat dan aktifitas triggered.
Triggered yang dijalarkan kedalam miokard atrium akan menyebabkan
inisiasi lingkaran-lingkaran gelombang reentry yang pendek (wavelets of
reentry) dan multiple. Lingkaran reentry yang terjadi pada AF tedapat pada
banyak tempat (multiple) dan berukuran mikro, sehingga menghasilkan
gelombang P yang banyak dalam berbagai ukuran dengan amplitudo yang
rendah (microreentrant tachycardias).Berbeda halnya dengan flutter atrium
yang merupakan suatu lingkaran reentry yang makro dan tunggal di dalam
atrium (macroreentrant tachycardias).
AF dimulai dengan adanya aktifitas listrik cepat yang berasal dari lapisan
muskular dari vena pulmonalis. Aritmia ini akan berlangsung terus dengan
adanya lingkaran sirkuit reentry yang multipel. Penurunan masa refrakter dan
terhambatnya konduksi akan memfasilitasi terjadinya reentry.
Setelah AF timbul secara kontinu, maka akan terjadi remodeling listrik
(electrical remodeling) yang selanjutnya akan membuat AF permanen.
Perubahan ini pada awalnya reversibel, namun akan menjadi permanen
seiring terjadinya perubahan struktur, bila AF berlangsung lama.
Atrium tidak adekuat memompa darah selama AF berlangsung. Walaupun
demikian, darah akan mengalir secara pasif melalui atrium ke dalam
ventrikel, dan efisiensi pompa ventrikel akan menurun hanya sebanyak 20 –
30 %. Oleh karena itu, dibanding dengan sifat yang mematikan dari fibrilasi
ventrikel, orang dapat hidup selama beberapa bulan bahkan bertahun-tahun
dengan fibrilasi atrium, walaupun timbul penurunan efisiensi dari seluruh
daya pompa jantung. Atrial fibrilasi (AF) biasanya menyebabkan ventrikel
berkontraksi lebih cepat dari biasanya. Ketika ini terjadi, ventrikel tidak
memiliki cukup waktu untuk mengisi sepenuhnya dengan darah untuk
memompa ke paru-paru dan tubuh.
Terjadi penurunan atrial flow velocities yang menyebabkan statis pada
atrium kiri dan memudahkan terbentuknya trombus. trombus ini
meningkatkan resiko terjadinya stroke emboli dan gangguan hemostasis.
Kelainan tersebut mungkin akibat dari statis atrial tetapi mungkin juga
sebagai kofaktor terjadinya tromboemboli pada AF. Kelainan-kelainan
tersebut adalah peningkatan faktor von Willebrand ( faktor VII ), fibrinogen,
D-dimer, dan fragmen protrombin 1,2. AF akan meningkatkan agregasi
trombosit, koagulasi dan hal ini dipengaruhi oleh lamanya AF.
Pemeriksaan fisis
Tanda Vital
Paru
Jantung
Abdomen
Ekstremitas bawah
Neurologis
Pemeriksaan Laboratorium
Elektrokardiogram (EKG)
Ekokardiografi
Studi Elektrofisiologi
2. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan
kontraktilitas.
Tujuan : Klien akan menunjukkan tanda vital dalam batas yang
dapat diterima (disritmia terkontrol atau hilang) dan bebas gejala
gagal jantung, melaporkan penurunan episode dispnea, angina,
ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung.
No. Intervensi Rasional
Auskultasi nadi apical ; Kaji Biasanya terjadi takikardi
1. frekuensi, irama jantung. (meskipun pada saat istirahat) untuk
mengkompensasi penurunan
kontraktilitas ventrikel.
5. Discharge Planning
a. Anjurkan pada pasien untuk hindari aktivitas yang bisa
memperburuk keadaan selama di rawat.
b. Anjurkan kepada pasien hindari makanan dan minuman yang
dapat memperlambat proses penyembuhan selama dirawat.
c. Anjurkan kepada pasien tidak melakukan aktivitas berlebih di
rumah.
d. Anjurkan pada pasien untuk memperhatikan pola makan dan
minum di rumah.
e. Anjurkan pada pasien untuk berhenti merokok atau minum
beralkohol kalau pasien seorang perokok atau peminum.
f. Anjurkan pada pasien untuk mengkonsumsi obat yang diberikan
sesuai dosis.
Bab 3
Studi kasus
A. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Ny. Suwariyati
Umur : 54 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Ds. Geger II 02/03 Girirejo - Tegalrejo
Pekerjaan : Petani / Perkebun
No. RM : 083840
Tanggal Masuk : 23 Maret 2017
Tanggal Keluar : 26 Mare 2017
DATA DASAR
1. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada hari Jumat, 24 maret
2017 di bangsal seruni RST TK II dr. Soedjono Magelang
berkebun.
Kesansosialekonomi : cukup
i) Riwayat Gizi
Status Gizi menurut Indeks Massa Tubuh
Berat badan : 55 Kg
Tinggi Badan : 160 cm
IMT = 60/(1.6 x1.6) = 21,4
Abdomen
- Inspeksi : datar
- Auskultasi : bising usus (+) normal
- Perkusi : timpani di seluruh kuadran, pekak
alih (-) normal, pekak sisih (-) normal, tes undulasi (-)
normal.
- Palpasi : supel, nyeri tekan epigastrium (+).
alat kelamin : Perempuan, dalam batas normal
anorektal : dalam batas normal
ekstremitas :
Superior Inferior
Akral dingin -/- -/-
Akral sianosis -/- -/-
Edema -/- -/-
Kulit : turgor kembali cepat
3. PemeriksaanPenunjang
a. Hematologi :
23 Maret 2017
Leukosit : 15,5 ribu/uL
Eritrosit : 4,74 x 103/uL
Hb : 12,9 g/dl
HCT : 38,4 %
MCV : 81,1 fL
MCHC : 33,6 g/dL
MCH : 25,7 pG
Trombosit : 262 x 103 /uL
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan X foto Thorak AP Lateral kesan :
- Corakan bronkovaskuler dalam batas normal
- Kedua sinus costophrenicus lancip
- Kedua diafargma licin
- CTR > 0,5
- Mediastinum dan trachea di tengah
- Sistem tulang dan soft tissue normal
Kesan : tampak cardiomegali, tak tampak lymphadenopathy hilus /
mediastinum, pulmo normal
C. PROGNOSA
Quo ad vitam : dubia
Quo ad sanam : dubia
Quo ad fungsionam : dubia
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
kapiler-alveolus.
2. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan
INTERVENSI
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
kapiler-alveolus.
Tujuan : Klien akan mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenisasi
adekuat pada jaringan ditunjukkan oleh oksimetri dalam rentang
normal dan bebas gejala distress pernapasan, berpartisipasi dalam
program pengobatan dalam batas kemampuan/situasi.
No. Intervensi Rasional
1. Pantau bunyi nafas, catat Menyatakan adanya kongesti
krekles. paru/pengumpulan secret
menunjukkan kebutuhan untuk
intervensi lanjut.
EVALUASI
1.1
No Hari, Diagnosa Evaluasi TTD
tanggal, jam keperawatan
1 23 Maret S : Px mengatakan sesak
2017 nafas sudah berkurang
O : Px tampak cemas,
1
gelisah TD : 120/70
2
mmHg, N : 90 x/m, S :
36,5oC, RR : 22 x/m
A :Tujuan teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
EGC
Kardiovaskular Indonesia.
Pedoman Tata Laksana Fibrilasi Atrium 27