Anda di halaman 1dari 28

TUGAS KEPERAWATAN JIWA

“PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK DAN


SATUAN ACARA PENYULUHAN PADA PERILAKU
KEKERASAN”

OLEH : KELOMPOK 6
Al Irda Cahya Prastiwi (1711003)
Cintya Febri Prasetyowati (1712015)
Fitri Andriana (1711024)
Mega Fitrianingsih (1711032)
Putri Agustin (1711040)
Riska Putri Suprijanto (1711043)
Seli Jihan Marselina (1711045)
Septi Putri Kamelia (1711046)
Vania Martin Isyrofi (1711050)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN ADI HUSADA SURABAYA
2018
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

PENDAHULUAN
Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu
dengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (Stuart
& Laraia, 2001). Kelompok berfungsi sebagai tempat berbagi pengalaman dan
saling membantu satu sama lain, untuk menemukan cara menyelesaikan
masalah.
Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu terapi modalitas yang
dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mengalami masalah
keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok
digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika
interaksi saling bergantung, saling membutuhkan, dan menjadi laboratorium
tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku
lama yang maladaptif.
Tujuan umum:
Klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang
diakibatkan oleh paparan stimulasi kepadanya.
Tujuan khusus:
1. Klien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
2. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan secara fisik.
3. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara interaksi social
asertif ( cara verbal )
4. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara spiritual.
5. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan patuh mengonsumsi
obat.

Sesi 1: Mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.


TUJUAN
1. Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahannya.
2. Klien dapat menyebutkan respons yang dirasakan saat marah (tanda dan
gejala).
3. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (perilaku
kekerasan).
4. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan.
SETTING
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
ALAT
1. Papan tulis/flipchart/whiteboard
2. Kapur/spidol
3. Buku catatan dan pulpen
4. Jadwal kegiatan klien
METODE
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan Tanya jawab
3. Bermain peran/stimulasi
LANGKAH KEGIATAN
1. Persiapan
a. Memilih klien yang memiliki perilaku kekerasan yang sudah
kooperatif.
b. Membut kontrak dengan klien.
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
- Salam dari terapis kepada klien.
- Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai nama papan)
- Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
b. Evaluasi/validasi
- Menanyakan perasaan klien saat ini.
- Menanyakan masalah yang dirasakan.
c. Kontrak
- Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan.
- Menjelaskan aturan main berikut.
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
minta izin kepada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan penyebab marah.
- Tanyakan pengalaman tiap klien
- Tulis di papan tulis/flipchart/whiteboard.
b. Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar
oleh penyebab marah sebelum perilaku kekerasan terjadi.
- Tanyakan persaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab (tanda dan
gejala).
- Tulis di papan tulis/flipchart/whiteboard.
c. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien
(verbal, merusak lingkungan, mencederai/memukul orang lain dan
memukul diri sendiri).
- Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah.
- Tulis di papan tulis/flipchart/whiteboard.
d. Membantu klien memilih salah satu perilaku kekerasan yang paling
sering dilakukan untuk diperagakan.
e. Melakukan bermain peran/stimulasi untuk perilaku kekerasan yang
tidak berbahaya (terapis sebagai sumber penyebab dan klien yang
melakukan perilaku kekerasan).
f. Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain peran/stimulasi.
g. Mendiskusikan dampak/akibat perilaku kekerasan.
- Tanyakan akibat perilaku kekerasan.
- Tulis di papan tulis/flipchart/whiteboard.
h. Memberikan reinforcement pada peran serta klien.
i. Dalam menjalankan a sampai h, upayakan semua klien terlibat.
j. Beri kesimpulan penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan dan
akibat perilaku kekerasan.
k. Menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari cara baru yang sehat
untuk menhadapi kemarahan.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
- Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
- Memberikan reinforcement positif terhadap perilku klien yang
positif.
b. Tindak lanjut
- Menganjurkan klien menilai dan mengevaluasi jika terjadi
penyabab marah, yaitu tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang
terjadi, serta akibat perilaku kekerasan.
- Menganjurkan klien mengingat penyebab, tanda dan gejala,
perilaku kekerasan dan akibatnya yang belum diceritakan.
c. Kontrak yang akan datang
- Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku
kekerasan.
- Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
EVALUASI DAN DOKUMENTASI
A. Evaluasi
Evaluasi dilakuakn saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan
tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 1,
kemampuan yang diharapkan adalah mengetahui penyebab perilaku, tanda
dan gejala, perialku kekerasan yang dilakukan dan akibat perilaku
kekerasan. Formulir evaluasi sebagai berikut.

Sesi 1: TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan

Kemampuan mengenal perilaku kekerasan


Memberi tanggapan tentang
No. Nama klien Penyebab Tanda & Perilaku Akibat PK
gejala PK kekerasan
PK
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui penyebab
perilaku kekerasaan, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan
yang dilakukan dan akibat perilaku kekerasan. Beri tanda (√) jika klien
mampu dan tanda (-) jika klien tidak mampu.
B. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 1, TAK
stimulasi persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu menyebutkan
penyebab perilaku kekerasannya (disalahkan dan tidak diberi uang),
mengenal tanda dan gejala yang dirasakan (“geregetan” dan “deg-degan”),
perilaku kekerasan yang dilakukan (memukul meja), akibat yang dirasakan
(tangan sakit dan dibawa kerumah sakit jiwa). Anjurkan klien mengingat
dan menyampaikan jika semau dirasakan selama di rumah sakit.

Sesi 2: Mencegah perilaku kekerasan fisik


TUJUAN
1. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien.
2. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku
kekerasan.
3. Klien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah
perilaku kekerasan.
SETTING
1. Terapis dank lien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang.
ALAT
1. Kasur/kantong tinju/gendang
2. Papan tulis/flipchart/whiteboard
3. Buku catatan dan pulpen
4. Jadwal kegiatan klien
METODE
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan Tanya jawab
3. Bermain peran/stimulasi
LANGKAH KEGIATAN
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 1.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
- Salam dari terapis kepada klien.
- Klien dan terapis memakai papan nama.
b. Evaluasi/validasi
- Menanyakan perasaan klien saat ini.
- Menanyakan apakah ada kejadian erilaku kekerasan: penyebab,
tanda dan gejala, perlaku kekerasan serta akibatnya.

c. Kontrak
- Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara fisik untuk mencegah
perilaku kekerasan.
- Menjelaskan aturan main berikut:
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
minta izin kepada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan oleh klien.
- Tanyakan kegiatan: rumah tangga, harian, dan olahraga yang biasa
dilakukan klien.
- Tulis di papan tulis/flipchart/whiteboard.
b. Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk menyalurkan
kemarahan secara sehat: napas dalam, menjemur/ memukul
kasur/bantal, menyikat kamar mandi, main bola, senam, memukul
bantal pasir tinju, dan memukul gendang.
c. Membantu klien memilih dua kegiatan yang dapat dilakukan.
d. Bersama klien mempraktikkan dua kegiatan yang dipilih.
- Terapis mempraktikkan (mendemonstrasikan).
- Klien mendemonstrasikan ulang.
e. Menanyakan perasaan klien setelah mempraktikkan cara penyaluran
kemarahan.
f. Memberikan pujian pada peran serta klien.
g. Upayakan semua klien berperan aktif.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
- Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
- Menanyakan ulang cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku
kekerasan.

b. Tindak lanjut
- Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari jika
menghadapi (lagi) stimulus penyebab perilaku kekerasan.
- Menganjurkan klien melatih secara teratur cara yang telah
dipelajari.
- Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
- Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu interaksi
social yang asertif.
- Menyapakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
EVALUASI DAN DOKUMENTASI
A. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan
tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 2,
kemampuan yang diaharapkan adalah 2 kemampuan mencegah perilaku
kekerasan secara fisik. Fomulir evaluasi sebagai berikut.
Sesi 2: TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan

Kemampuan mencegah perilaku kekerasan secara fisik


No. Nama klien Mempraktikkan cara Mempraktikkan cara fisik
fisik yang pertama yang kedua
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui penyebab
perilaku kekerasaan, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan
yang dilakukan dan akibat perilaku kekerasan. Beri tanda (√) jika klien
mampu dan tanda (-) jika klien tidak mampu.
B. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 2 TAK
stimulasi persepsi perilaku kekerasan, klien mampu mempraktikkan Tarik
napas dalam, tetapi belum mampu mempraktikkan pukul kasur dan bantal.
Anjurkan dan bantu klien mempraktikkan di ruang rawat (buat jadwal).
Sesi 3: Mencegah perilaku kekerasan denga cara interkasi social asertif (cara
verbal)
TUJUAN
1. Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa memaksa.
2. Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa
kemarahan.
SETTING
1. Terapis dank lien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang.
ALAT
1. Papan tulis/flipchart/whiteboard
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
METODE
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan Tanya jawab
3. Bermain peran/stimulasi
LANGKAH KEGIATAN
1. Persiapan
a. Mengigatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 2.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
- Salam dari terapis kepada klien.
- Klien dan terapis memakai papan nama.
b. Evaluasi/validasi
- Menanyakan perasaan klien saat ini.
- Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah,
serta perilaku kekerasan yang dilakukan klien sebelum TAK saat
ini.
- Tanyakan apakah kegiatan fisik untuk mencegah perilaku
kekerasan sudah dilakukan.
c. Kontrak
- Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara verbal untuk mencegah
perilaku kekerasan.
- Menjelaskan aturan main berikut:
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
minta izin kepada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan dengan klien cara bicara jika ingin meminta sesuatu
dari orang lain.
b. Menuliskan cara-cara yang disampaikan klien.
c. Terapis mendemonstrasikan cara meminta sesuatu tanpa paksaan, yaitu
“saya perlu/ingin/minta …, yang akan saya gunakan untuk …”.
d. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemostrasikan ulang cara
pada poin c.
e. Ulangi poin d sampai semua klien mencoba.
f. Memberikan pujian pada peran serta klien.
g. Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan menyampaikan rasa
sakit hati pada orang lain, yaitu “saya tidak dapat melakukan …” atau
“saya tidak dapat menerima jika dikatakan …” atau “saya kesal
dikatakan seperti …”.
h. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara
pada poin d.
i. Ulangi h sampai semua klien mencoba.
j. Memberikan pujian terkait peran serta klien.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
- Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
- Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang
telah dipelajari.
- Memberikan pujian dan penghargaan untukjawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
- Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik dan interaksi
sosial yang asertif (cara verbal), jika stimulus penyebab perilaku
kekerasan terjadi.
- Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik dan interaksi social
yang asertif (cara verbal) secara teratur.
- Memasukkan interkasi social yang asertif (cara verbal) pada jadwal
kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
- Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu kegiatan
ibadah.
- Menyapakati waktu dan tempat TAK berikutnya
EVALUASI DAN DOKUMENTASI
A. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan
tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 3,
kemampuan klien yang diharapkan adalah mencegah perilaku kekerasan
secara sosial (cara verbal). Fomulir evaluasi sebagai berikut.
Sesi 3: TAK
Stimulus persepsi perilaku kekerasan

Kemampuan mencegah perilaku kekerasan cara interkasi sosial asertif (cara


verbal)
No. Nama klien Memperagakan Memperagakan Memperagakan
cara meminta cara menolak cara
yang baik mengungkapkan
marah yang baik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui penyebab
perilaku kekerasaan, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan
yang dilakukan dan akibat perilaku kekerasan. Beri tanda (√) jika klien
mampu dan tanda (-) jika klien tidak mampu.
B. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 3, TAK
stimulasi persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu memperagakan cara
meminta tanpa paksa, menolak dengan baik dan mengungkapkan
kekerasan. Anjurkan klien mempraktikkan di ruang rawat (buat jadwal).

Sesi 4: Mencegah perilaku kekeraasan dengan cara spiritual


TUJUAN
Klien dapat melakukan mencegah perilaku kekerasan dengan cara spritual.
SETTING
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang.
ALAT
1. Papan tulis/flipchart/whiteboard
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
METODE
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan Tanya jawab
3. Bermain peran/stimulasi
LANGKAH KEGIATAN
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi sebelumnya.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
- Salam dari terapis kepada klien.
- Klien dan terapis memakai papan nama.
b. Evaluasi/validasi
- Menanyakan perasaan klien saat ini.
- Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah,
serta perilaku kekerasan.
- Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi social yang asertif
untuk mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan.
c. Kontrak
- Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu kegiatan ibadah untuk
mencegah perilaku kekerasan.
- Menjelaskan aturan main berikut:
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
minta izin kepada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Menanyakan agama dan kepercayaan masing-masing klien.
b. Mendiskusikan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan masing-masing
klien.
c. Menuliskan kegiatan ibadah masing-masing klien.
d. Meminta klien untuk memilih satu kegiatan ibadah untuk meredakan
marah.
e. Meminta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah untuk meredakan
kemarahan yang dipilih.
f. Memberikan pujian pada penampilan klien.
- Kegiatan ibadah untuk meredakan marah antara lain:
a. Islam : istighfar, berwudhu, sholat.
b. Kristen : doa bapa kami
c. Katolik : doa bapa kami, doa novena
d. Hindu dan Buddha: meditasi, yoga
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
- Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
- Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang
telah dipelajari.
- Memberikan pujian dan penghargaan untuk jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
- Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial
yang asertif dan kegiatan ibadah jika stimulus penyebab perilaku
kekerasan terjadi.
- Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik, interaksi social yang
asertif dan kegiatan ibadah secara teratur.
- Memasukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
- Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu minum obat
teratur.
- Menyapakati waktu dan tempat pertemuan berikutnya

EVALUASI DAN DOKUMENTASI


A. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan
tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 4,
kemampuan klien yang diharapkan adalah perilaku 2 kegiatan ibadah
untuk mencegah kekerasan. Fomulir evaluasi sebagai berikut.
Sesi 4: TAK
Stimulus persepsi perilaku kekerasan

Kemampuan mencegah perilaku kekerasan dengan cara spiritual


No. Nama klien Mempraktikkan Mempraktikkan
kegiatan ibadah pertama kegiatan ibadah kedua
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui
penyebab perilaku kekerasaan, tanda dan gejala yang dirasakan,
perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat perilaku kekerasan. Beri
tanda (√) jika klien mampu dan tanda (-) jika klien tidak mampu.
C. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 4 TAK
stimulasi persepsi perilaku kekerasan, klien mampu memperagakan dua
cara ibadah. Anjurkan klien melakukannya secara teratur di ruangan (buat
jadwal).

Sesi 5: Mencegah perilaku kekeraasan dengan patuh mengonsumsi obat


TUJUAN
1. Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat.
2. Klien dapat menyebutkan akibat/kerugian tidak patuh minum obat.
3. Klien dapat menyebutkan lima benar cara benar minum obat.
SETTING
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang.
ALAT
1. Papan tulis/flipchart/whiteboard
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
4. Beberapa contoh obat
METODE
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan Tanya jawab
LANGKAH KEGIATAN
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 4.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
- Salam dari terapis kepada klien.
- Klien dan terapis memakai papan nama.

b. Evaluasi/validasi
- Menanyakan perasaan klien saat ini.
- Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah,
serta perilaku kekerasan.
- Tanyakan apakah kegiatan fisik, interaksi social yang asertif, dan
kegiatan ibadah untuk mencegah perilaku kekerasan sudah
dilakukan.
c. Kontrak
- Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu patuh minum obat untuk
mencegah perilaku kekerasan.
- Menjelaskan aturan main berikut:
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
minta izin kepada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan macam obat yang diminum klien: nama dan warna
(upayakan tiap klien menyampaikan).
b. Mediskusikan waktu minum obat yang biasa dilakukan klien.
c. Tuliskan di whiteboard hasil a dan b
d. Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu
minum obat, benar orang yang minum obar, benar cara minum obat,
benar dosis obat.
e. Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat, secara
bergantian.
f. Berikan pujian pada klien yang benar.
g. Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat (catat di
whiteboard).
h. Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (catat di
whiteboard).
i. Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara
mencegah perilaku kekerasan/kambuh.
j. Menjelaskan akibat/kerugian jika tidak patuh minum obat, yaitu
kejadian perilaku kekerasan/kambuh.
k. Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat dan
kerugian tidak patuh minum obat.
l. Memberi pujian setiap kali klien dapat menyebutkan secara benar.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
- Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
- Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang
telah dipelajari.
- Memberikan pujian dan penghargaan untuk jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
- Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik dan, interaksi
sosial yang asertif kegiatan ibadah dan patuh minum obat untuk
mencegah perilaku kekerasan.
- Memasukkan minum obat pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
Mengakhiri pertemuan untuk TAK perilaku kekerasan, dan
disepakati jika klien perlu TAK yang lain.
EVALUASI DAN DOKUMENTASI
A. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan
tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 5,
kemampuan yang diharapkan adalah mengetahui lima benar cara minum
obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat.
Fomulir evaluasi sebagai berikut.

Sesi 5: TAK
Stimulus persepsi perilaku kekerasan

Kemampuan mencegah perilaku kekerasan dengan patuh minum obat


No. Nama klien Menyebutkan Menyebutkan Menyebutkan
lima benar keuntungan akibat tidak
minum obat minum obat patuh minum
obat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui
penyebab perilaku kekerasaan, tanda dan gejala yang dirasakan,
perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat perilaku kekerasan. Beri
tanda (√) jika klien mampu dan tanda (-) jika klien tidak mampu.
B. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 5 TAK
stimulasi persepsi perilaku kekerasan, klien mampu menyebutkan lima
benar cara benar minum obat, belum dapat menyebutkan keuntungan
minum obat dan akibat tidak minum obat. Anjurkan klien mempraktikkan
lima benar cara minum obat, bantu klien merasakan keuntungan minum
obat, dan akibat tidak minum obat. (Keliat, Keperawatan Jiwa: Terapi
Aktivitas Kelompok Edisi 2, 2016)

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Bidang studi : Keperawatan Jiwa


Topik : Peran keluarga dalam merawat penderita gangguan jiwa dengan
masalah perilaku kekerasan
Sasaran : Pasien dan keluarga di Akademi Keperawatan Adi Husada
Surabaya
Tempat : Ruang Laboratorium Akademi Keperawatan Adi Husada
Surabaya
Hari/Tanggal : Selasa, 8 Oktober 2018
Waktu : 08.00-08.30

1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan pasien dan dan keluarga di Akademi
Keperawatan Adi Husada Surabaya dapat mengetahui tindakan yang dilakukan
dalam merawat penderita dengan masalah perilaku kekerasan.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan diharapakan pasien dan keluarga dapat:
a. Menyebutkan kembali pengertian perilaku kekerasan
b. Menyebutkan kembali penyebab perilaku kekerasan
c. Menyebutkan kembali rentang respons marah
d. Menyebutkan kembali tanda dan gejala perilaku kekerasan
e. Menyebutkan kembali peran keluarga dalam merawat penderita
dengan masalah perilaku kekerasan
3. Materi
Materi penyuluhan terlampir:
a. Definisi pengertian perilaku kekerasan
b. Penyebab pengertian perilaku kekerasan
c. Rentang respons marah pengertian perilaku kekerasan
d. Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan pengertian perilaku kekerasan
e. Peran keluarga dalam merawat penderita dengan masalah perilaku
kekerasan
4. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
5. Media
a. Papan tulis
b. Leaflet
6. Kegiatan penyuluhan
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN PESERTA

1 5 Menit Pembukaan:
1. Memberi salam dan 1. Menyambut
memperkenalkan diri salam dan
2. Menjelaskan tujuan dari mendengarkan
penyuluhan. 2. Mendengarkan
3. Melakukan kontrak waktu. 3. Mendengarkan
4. Menyebutkan materi 4. Mendengarkan
penyuluhan yang akan
diberikan
2 10 Menit Pelaksanaan :
1. Menggali 1. Menyampaikan
informasi yang telah informasi yang
diketahui peserta tentang telah diketahui
perilaku kekerasan. 2. Mendengarkan
2. Memberikan dan
penjelasan tentang: memperhatikan
a. Definisi perilaku
kekerasan
b. Penyebab perilaku
kekerasan
c. Rentang respons marah
pengertian perilaku
kekerasan
d. Tanda dan Gejala Perilaku
Kekerasan.
e. Peran keluarga merawat
penderita dengan perilaku
kekerasan
3 10 Menit Tanya Jawab
1. Memberi kesempatan 1. Memberikan
bertanya kepada peserta pertanyaan
2. Menjawab pertanyaan dari 2. Menjawab
peserta pertanyaan
4 5 Menit Penutup :
1. Feedback materi 1. Menyebutkan
2. Menyimpulkan materi yang sesuai materi
telah diberikan yang diberikan
3. Membagi leaflet 2. Mendengarkan
4. Mengucapkan terima kasih dan membalas
dan salam penutup salam
3. Menerima leaflet

7. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi struktur
1) Peserta hadir ditempat yang sudah ditentukan untuk
penyuluhan kesehatan minimal 15 orang.
2) Penyuluhan kesehatan dilaksanakan di ruang Laboratorium
Akademi Keperawatan Suarabaya
3) Sarana dan prasarana memadai.
b. Evaluasi proses
1) Moderator memberi salam dan memperkenalkan diri.
2) Moderator menjelaskan tujuan dari penyuluhan.
3) Moderator melakukan kontrak waktu dan menjelaskan
mekanisme penyuluhan.
4) Moderator menyebutkan materi penyuluhan yang akan
diberikan.
5) Penyaji menggali informasi dan pengalaman yang telah
diketahui peserta tentang penanganan pada luka fraktur.
6) Penyaji menjelaskan tentang hal yang dapat dilakukan untuk
proses penyembuhan luka fraktur di rumah.
7) Peserta memperhatikan terhadap materi penyuluhan kesehatan.
8) Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
sampai selesai.
9) Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan
dengan benar.
c. Evaluasi Hasil
1) Peserta memahami tentang cara membatu sosialisasi (interaksi
sosial) pasien gangguan jiwa setelah perawatan di rumah sakit.
2) Jumlah peserta yang hadir dalam penyuluhan kesehatan sesuai
yang diharapkan.
3) Kegiatan berjalan sesuai dengan tujuan yang dicapai
5. Pengorganisasian :
Moderator :
Pembicara :
Fasilitator :
5. Job Description :
a. Moderator
Membantu penyaji dalam mengorganisasikan anggota penyuluhan,
membuka dan menutup penyuluhan, memimpin jalannya proses diskusi
b. Penyaji
Menyampaikan materi dan menjawab pertanyaan
c. Observer
Mencatat dan mengevaluasi proses berlangsungnya penyuluhan, meliputi
penilaian kerja masing-masing personil, mencatat pertanyaan dan feedback
dari peserta
d. Fasilitator
1) Memfasilitasi dan memotivasi anggota penyuluhan untuk berperan
aktif
2) Memfokuskan kegiatan
3) Membantu mengkoordinasikan anggota kelompok
10. Setting

Papan tulis Penyaji


Moderat
or

Peserta Peserta Peserta Peserta

Peserta Fasilitator Peserta Peserta

Peserta Peserta Peserta Peserta

Peserta Peserta Peserta Peserta

Observe
Lampiran Materi r

I. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi tersebut maka
perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri
sendiri,orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua
bentuk, yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan terdahulu. (Yosep,
2010).

II. Etiologi atau faktor yang berhubungan dengan perilaku kekerasan


Menurut Sujuono Riyadi (2009), faktor-faktor yang dapat mencetuskan
perilaku kekerasan yaitu:
1. Faktor predisposisi

a. Faktor biologis

1) Instinctual drive theory (teori dorongan naluri)

Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh


suatu dorongan kebutuhan dasar yang kuat.
2) Psycomatic theory (teori psikomatik)

Pengalaman marah adalah akibat dari respons psikologis terhadap


stimulus eksternal, internal maaupun lingkungan. Dalaam hal ini
sistem limbik berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan
maupun menghambat rasa marah.
b. Faktor psikologis

1) Frustasion aggression theory (teori agresif frustasi)

Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil akumulasi


frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu
gagal atau terhambat. Keadaan tersebut dapat mendorong individu
berperilaku agresif karena perasaan frustasi akan berkurang melalui
perilaku kekerasan.
2) Behaviororal theory (teori perilaku).

Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila


tersedia fasilitas atau situasi yang mendukung. Reinforcement yang
diterima pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi
kekerasan dirumah atau luar rumah. Semua aspek ini menstimulasi
individu mengadopsi perilaku kekerasan.
3) Existentinal theory (teori eksistensi)

Bertindak sesuai perilaku adalah kebutuhan dasar manusia apabila


kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui perilaku konstruktif
maka individu akan memenuhi kebutuhannya melalui perilaku
destruktif.
c. Faktor sosial kultural

1) Social environment theory (teori lingkungan)

Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam


menekspresikan marah. Budaya tertutup dan membalas secara diam
(pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku
kekerasan akan menciptaakan seolah-olah perilaku kekerasan
diterima.
2) Social learning theory (teori belajar sosial)

Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun melalui


proses sosialisasi.
2. Faktor prespitasi

Menurut Yosep (2010), faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku


kekerasan seringkali berkaitan dengan:

a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan ekstensi diri atau simbolis


solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng
sekolah, perkelahian massal dan sebagainya.

b. Ekspesi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial


ekonomi.

c. Kesulitan dalam dialog untuk memecahkan masalah cenderung


melakukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.

d. Adanya riwayat perilaku anti social meliputi penyalahgunaan obat


dan alcoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat
menghadapi rasa frustasi.
III. Rentang respons marah

Respons Adaptif Respons Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

Keterangan:
Asertif : individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain
dan memberikan ketenangan.
Frustasi : individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat
menemukan alternatife.
Pasif : individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya, tidak berdaya dan
menyerah.
Agresif : perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut
tetapi masih terkontrol, mendorong orang lain dengan ancaman.
Kekerasan: perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya kontrol,
disertai amuk, merusak lingkungan. (Damaiyanti, 2012)

IV. Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan


Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan
adalah sebagai berikut:
a. Fisik
1) Muka merah dan tegang
2) Mata melotot/ pandangan tajam
3) Tangan mengepal
4) Rahang mengatup
5) Postur tubuh kaku
6) Jalan mondar-mandir
b. Verbal
1) Bicara kasar
2) Suara tinggi, membentak atau berteriak
3) Mengancam secara verbal atau fisik
4) Mengumpat dengan kata-kata kotor
5) Suara keras
6) Ketus
c. Perilaku
1) Melempar atau memukul benda/orang lain
2) Menyerang orang lain
3) Melukai diri sendiri/orang lain
4) Merusak lingkungan
5) Amuk/agresif
d. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan dan menuntut.
e. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
a. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain,
menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.
a. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
a. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.

V. Akibat Dari Perilaku Kekerasan


Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan
berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang
orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah dll.

VI. Hal - hal yang dapat dilakukan keluarga yang mempunyai keluarga
yang mempunyai perilaku kekerasan
a. Mengadakan kegiatan bermanfaat yang dapat menampung potensi dan
minat bakat anggota keluarga yang mengalami risiko perilaku kekerasan
sehingga diharapkan dapat meminimalisir kejadian perilaku kekerasan.
b. Bekerja sama dengan pihak yang berhubungan dekat dengan pihak-pihak
terkait contohnya badan konseling, RT, atau RW dalam membantu
menyelesaiakan konflik sebelum terjadi tindakan kekerasan.
c. Mengadakan kontrol khusus dengan perawat / dokter yang dapat
membahas dan melaporkan perkembangan anggota keluarga yang
mengalami risiko pelaku kekerasan terutama dari segi kejiwaan antara
pengajar dengan pihak keluarga terutama orangtua.

VII. Peran keluarga Dalam Penanganan Perilaku Kekerasan


a. Mencegah terjadinya perilaku amuk :
1) Menjalin komunikasi yang harmonis dan efektif antar anggota keluarga
2) Saling memberi dukungan secara moril apabila ada anggota keluarga
yang berada dalam kesulitan
3) Saling menghargai pendapat dan pola pikir
4) Menjalin keterbukaan
5) Saling memaafkan apabila melakukan kesalahan
6) Menyadari setiap kekurangan diri dan orang lain dan berusaha
memperbaiki kekurangan tersebut
7) Apabila terjadi konflik sebaiknya keluarga memberi kesempatan pada
anggota keluarga untuk mengugkapkan perasaannya untuk membantu
kien dalam menyelesaikan masalah yang konstruktif.
8) Keluarga dapat mengevaluasi sejauh mana keteraturan minum obat
anggota dengan risiko pelaku kekerasan dan mendiskusikan tentang
pentingnya minum obat dalam mempercepat penyembuhan.
9) Keluarga dapat mengevaluasi jadwal kegiatan harian atas kegiatan
yang telah dilatih di rumah sakit.
10) Keluarga memberi pujian atas keberhasilan klien untu mengendalikan
marah.
11) Keluarga memberikan dukungan selama masa pengobatan anggota
keluarga risiko pelaku kekerasan.
12) keluarga menyiapkan lingkungan di rumah agar meminimalisir
kesempatan melakukan perilaku kekerasan
b. Mengontrol Perilaku Kekerasaan dengan mengajarkan klien :
1) Menarik nafas dalam
2) Memukul-mukul bantal
3) Bila ada sesuatu yang tidak disukai anjurkan klien mengucapkan apa
yang tidak disukai klien
4) Melakukan kegiatan keagamaan
5) Mendampingi klien dalam minum obat secara teratur.
b. Bila Klien dalam perilaku kekerasan
Meminta bantuan petugas terkait dan terdekat untuk membantu membawa
klien ke rumah sakit jiwa terdekat. Sebelum dibawa usahan utamakan
keselamatan diri klien dan penolong.

DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, M. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika


Aditama.

Direja, A. H. (2011). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Fitria, N. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laopran Pendahuluan


dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( LP dan SP). Jakarta:
Salemba Medika.
Keliat, B. A. (2014). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.

Keliat, B. A. (2016). Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok Edisi 2.


Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai