1.1 PENGERTIAN
Menurut Wijaya dan Putri (2013), osteosarkoma (sarkoma osteogenik)
adalah suatu pertumbuhan yang cepat pada tumor maligna tulang (kanker
tulang yang tidak diketahui penyebabnya). Osteoarkoma merupakan tumor
ganas yang paling sering ditemukan pada anak-anak dan remaja seiring
dengan pertumbuhan tulang. Osteosarcoma cenderung tumbuh pada bagian
ujung tulang panjang, terutama lutut. Seperti tulang paha (ujung bawah),
tulang lengan atas (ujung atas), dan tulang kering (ujung atas). Ujung tulang-
tulang tersebut merupakan daerah dimana terjadi perubahan dan kecepatan
pertumbuhan yang terbesar. Kondisi ini dikarakteristikkan oleh metastase
hematogen dini ke paru (Sapto Harnowo) Meskipun demikian, osteosarcoma
juga dapat tumbuh di tulang lainnya.
1.2 ETIOLOGI
Penyebab osteosarcoma belum diketahui pasti, tetapi bukti-bukti
mendukung bahwa osteosarcoma merupakan penyakit keturunan. Untuk
kanker tulang sekunder merupakan metastase dari kanker primer di organ
lain, misalnya pada payudara paru, prostat, ginjal dan lain lain . Penyebab
kanker tulang memang belum diketahui secara pasti. Namun dari beberapa
bukti yang ada, kemungkinan besar kanker tulang disebabkan karena faktor
keturunan. Penyebab kanker merupakan gabungan faktor genetik, kimia,
virus, dan radiasi. Menciptakan lingkungan yang aman bagi anak dan gaya
hidup sehat sangat penting antara lain lingkungan bebas asap rokok, banyak
makan sayur dan buah, menjaga berat badan, serta aktif berolahraga. Stres
juga dapat memicu perkembangan sel kanker dan mengurangi efektivitas obat
kanker.
1
1.3 PATOFISIOLOGI
Sarkoma osteogenik (osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer
yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang, tempat yang
paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang,
terutama lutut.
Penyebab osteosarkoma belum jelas diketahui, adanya hubungan
kekeluargaan menjadi suatu predisposisi. Begitu pula adanya herediter.
Lokasi tumor dan usia penderita pada pertumbuhan pesat dari tulang
memunculkan perkiraan adanya pengaruh dalam patogenesis osteosarkoma.
Mulai tumbuh bisa didalam tulang atau pada permukaan tulang dan berlanjut
sampai pada jaringan lunak sekitar tulang epifisis dan tulang rawan sendi
bertindak sebagai barier pertumbuhan tumor kedalam sendi.
Osteosarkoma mengadakan matastase secara hematogen paling sering ke
paru atau pada tulang lainnya dan didapatkan 15%-20% telah mengalami
metastase pada saat diagnosis ditegakkan. Adanya tumor di tulang
menyebabkan reaksi tulang normal dengan respons osteolitik (destruksi
tulang) atau respons osteoblastik (pembentukan tulang). Beberapa tumor
tulang sering terjadi dan lainnya jarang terjadi, beberapa tidak menimbulkan
masalah, sementara lainnya ada yang sangat berbahaya dan mengancam jiwa.
Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang panjang an biasanya ditemukan
pada ujung bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibi. Secara
histolgik, tumor terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat yang
berdifferensiasi jelek dan seiring dengan elemen jaringan lunak seperti
jaringan fibrosa dan miksomatosa atau kartilaginosa yang berselang seling
dengan ruangan darah sinusoid. Sementara tumor ini memecah melalui
dinding periosteum dan menyebar ke jaringan lunak sekitar.
Garis epifisis membentuk terhadap gambarannya didalam tulang. Adanya
tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor.
Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon ostelitik yaitu proses
distruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses
pembentukkan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal. Pada proses
2
osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum
tulang yang baru dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi pertumbuhan
tulang yang abortif.
1.4 PATHWAY
Faktor predisposisi :
1. Trauma
2. Virus onkogenik
3. Herediter
4. Terpapar sinar radioaktif
5. Bahan karsinogenik
Kerusakan Gen
MK :
KERUSAKAN Terputusnya Proliferasi sel tulang secara
INTEGRITAS kontinuitas jaringan abnormal
KULIT
Operasi Neoplasma
Cacat permanen
Jaringan sekitar di Tulang lebih rapuh
invasi oleh tumor
MK: GANGGUAN
MK: MOBILITAS Resiko fraktur
GANGGUAN FISIK
CITRA TUBUH Peningkatan
penekanan pada MK : RISIKO
jaringan sekitar CEDERA
Persepsi
MK: RISIKO
nyeri
DISFUNGSI
MK: RISIKO
NEUROVASKULER
PERDARAHAN
PERIFER
MK: NYERI KRONIS
3
1.5 TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala :
- Nyeri (ringan sampai berat) terutama pada punggung bawah, karena
adanya
penekanan pada vertebra oleh fraktur tulang patologis
- Bengkak
- Penurunan berat badan
- Terbatasnya gerakan
- Demam
- Patah tulang, karena tumor menyebabkan tulang menjadi lemah
4
Stadium 2 : T1-2N0M0 Sel kanker masih mengenai satu bagian tulang,
dan umumnya belum menyebar ke tempat yang lebih jauh. Stadium 2 kanker
tulang dibagi menjadi 2 :
1. Stadium IIA:T1 tumor ukuran ≤8 cm
2. Stadium IIB : T2 tumor berukuran ≥8 cm
Stadium III : T3N1M1 pada tahap ini sel kanker sudah mulai menyebar ke
lebih dari satu area tulang yang sama.
Stadium IV : T3-4N2-3M1 sel kanker yang menggrogoti tulang telah
menyebar ke area yang lebih luas dan tidak lagi bersarang pada jaringan
tulang saja. Melainkan ke bagian bagian tubuh lainnya, misalnya paru-paru,
hati, atau otak. Stadium 4 dibagi menjadi 2 :
1. Stadium IVA : T3N2M1 tumor telah menyebar ke paru-paru
2. Stadium IVB : T4N3M1 tumor telah menyebar ke kelenjar getah
bening, sekitar, atau organ lain selain paru-paru
5
menyebar ke organ lain, dan apabila diklasifikasikan M0 maka
menyatakan kanker belum mengalami penyebaran.
1.9 PENATALAKSANAAN
Pengobatan dalam pasien kanker meliputi :
a. Kemoterapi (siklofosfamid, vinkristin, daktinomisin, doksorubisin,
ifosfamid,etoposid). Kombinasi kemoterapi mempunyai efek yang lebih
tinggi dengan tingkat toksisitas yang rendah sambil menurunkan
kemungkinan resistensi terhadap obat
b. Terapi penyinaran tumor
Radiasi apabila tumor bersifat radio sensitive dan kemoterapi
(preoperative, pasca operatif dan ajuran untuk mencegah
mikrometastasis). Sasaran utama dapat dilakukan dengan eksisi luas
dengan teknik grafting restorative. Ketahanan dan kualitas hidup
merupakan pertimbangan penting pada prosedur yang mengupayakan
mempertahankan ekstremitas yang sakit
c. Terapi pembedahan untuk mengangkat tumor
Sasaran penatalaksanaan adalah menghancurkan atau pengangkatan
tumor. Ini dapat dilakukan dengan bedah (berkisar dari eksisi lokal
sampai amputasi dan disartikulasi). Pengangkatan tumor secara bedah
sering memerlukan amputasi ekstremitas yang sakit, dengan tinggi
amputasi diatas tumor agar dapat mengontrol lokal lesi primer. Prognosis
tergantung kepada lokasi dan penyebaran tumor.
1) Penanganan kanker tulang metastasis adalah paliatif dan sasaran
terapeutiknya adalah mengurangi nyeri dan ketidak nyamanan pasien
sebanyak mungkin. Terapi tambahan disesuaikan dengan metode yang
digunakan untuk menangani kanker asal fiksasi interna fraktur patologik
dapat mengurangi kecacatan dan nyeri yang timbul
2) Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan
pemberian Nacl intravena, diuretika, mobilisasi, dan obat-obatan seperti
fosfat, mitramisin, kalsitonin, atau kartikosteroid.
6
1.10 KOMPLIKASI
Risiko-risiko utama yang berhubungan dengan operasi termasuk infeksi,
kekambuhan dari kanker, dan luka pada jaringan-jaringan yang
mengelilinginya. Dalam rangka untuk mengangkat seluruh kanker dan
mengurangi risiko kekambuhan, beberapa jaringan normal yang
mengelilinginya harus juga diangkat. Tergantung pada lokasi dari kanker, ini
mungkin memerlukan pengangkatan dari porsi-porsi tulang, otot, syaraf-
syaraf, atau pembuluh-pembuluh darah. Ini dapat menyebabkan kelemahan,
kehilangan sensasi, dan risiko dari patah tulang atau patah tulang dari tulang
yang tersisa.
a. Efek proses kemoterapi
Kemoterapi menggunakan obat-obat yang sangat kuat untuk mencoba
membunuh sel-sel kanker. Tetapi sebagai akibatnya beberapa sel-sel normal
akan terbunuh dalam prosesnya. Obat-obat dirancang untuk membunuh sel-
sel yang membelah atau tumbuh secara cepat. Sel-sel normal yang
terpengaruh seperti akan kehilangan rambut, sel-sel pembentuk darah akan
mengalami kerusakan dan mengakibatkan anemia,infeksi, pada sel-sel
pelapis sistem pencernaan akan mengalami mual, muntah., dan kelelahan.
Efek samping ini dapat hilang setelah kemoterapi selesai. Nutrisi yang baik
adalah penting untuk tubuh sebagai melawan kanker. Jika mengalami mual
dan muntah akan dirujuk oleh ahli nutrisi. Terapi radiasi sebelumnya dapat
juga meningkatkan resiko persoalan-persoalan luka dari operasi pada area
yang sama.
b. Kecacatan
Apabila dilakukan proses pengangkatan kanker melalui penghilangan
organ, maka kecacatan pasien tidak dapat dihindari. Kanker tulang akan
mengakibatkan patah tulang pada area yang sama.
c. Kematian
Penyebab kematian akibat kanker :
7
1) Kesulitan diagnosis oleh dokter patologi tulang, minimnya peralatan
diagnosis yang tersedia, sulitnya mendeteksi sel-sel kanker yang diderita
pasien apakah tergolong jinak atau ganas.
2) Umumnya pasien datang ketika penyakit sudah berada pada stadium
akhir. Ini mengakibatkan pengobatan akan menjadi lebih sulit, dan angka
harapan hidup semakin kecil.
3) Masalah sosial ekonomi. Penyakit kanker memang tergolong masih
sulit diobati, ditambah dengan persoalan biaya yang sangat mahal, sehingga
biaya seringkali menjadi alasan pasien untuk tidak berobat. Bahkan banyak
pasien yang menolak dioperasi karena tidak memiliki biaya
4) Pengobatan dengan kemoterapi memiliki efek samping yang
menyakitkan, sehingga membuat pasien menyerah dan menghentikan terapi
5) Kurangnya pengetahuan tentang kanker dan pengobatannya, membuat
banyak orang memutuskan untuk memilih pengobatan alternatif yang
biayanya relatif lebih murah, meskipun pada kenyataannya semakin
membahayakan kehidupan pasien.
8
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
b. RIWAYAT KESEHATAN
1. KELUHAN UTAMA
Biasanya pasien datang ke RS dengan keluhan nyeri di daerah kaki atau
tangan yang mengalami pembengkakan, terjadi pembengkakan
biasanya di daerah tulang panjang
2. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Adanya massa atau pembengkakan pada tulang, demam, nyeri
progresif, kelemahan, parestesia, paraplegia, retensi urine, anemia.
Tumor ditungkai menyebabkan penderita berjalan timpang, sedangkan
tumor dilengan menimbulkan nyeri ketika lengan dipakai untuk
mengangkat sesuatu benda, patah tulang (fraktur patologis),
Leukositosis, Malaise, Anoreksia, Vomiting, Menderita penyakit
infeksi tertentu (seperti flu, streptococcus aureus)
3. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Untuk tumor metastatik yang berupa menderita tumor primer diorgan
lain sebelumnya misalnya payudara, prostate, paru, dan ginjal
4. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Adanya keluarga (keturunan sebelumnya) yang menderita kanker
tulang atau tumor lainnya
9
c. PEMERIKSAAN FISIK
1. Breathing (B1)
Frekuensi pernafasan meningkat
2. Blood (B2)
Nadi meningkat, disritmia jantung, peningkatan tekanan darah,
palpitasi dan nyeri dada, perubahan pada tekanan darah, peningkatan
suhu tubuh, anemis, pucat
3. Brain (B3)
Nyeri pada tulang tibia, fibula, femur, humerus, ulna, radialis
4. Bladder (B4)
Pasien mengalami bedrest sehingga tidak melakukan BAK spontan
melainkan dengan bantuan pispot/bedpen
5. Bowel (B5)
Berat badan menurun drastis, kebiasaan diet buruk, distensi abdomen,
perubahan bising usus, mual, muntah, anoreksia
6. Bone (B6)
Terabanya benjolan pada sekitar tulang, rentang gerak terbatas karena
adanya nyeri atau fraktur patologis, keletihan, kelemahan otot
10
2.3 PERENCANAAN KEPERAWATAN (TUJUAN,KRITERIA HASIL,
INTERVENSI-RASIONAL)
1. Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor
11
rentang normal vena yang selanjutnya akan
(90/60-130/90) meningkatkan TIK
2. Tidak ada 3. Edukasi keluarga untuk Untuk menentukan
tanda-tanda melaporkan apabila ada laserasi intervensi
peningkatan pada kulit
tekanan 4. Kolaborasi pemberian Untuk mengurangi rasa
intrakranial analgesik nyeri
(tidak lebih 5. Monitor adanya tromboplebitis Untuk mengetahui adanya
dari 15 mmHg) suatu infeksi
6. Diskusikan mengenai Agar pasien mengenal
penyebab perubahan sensasi perubahan sensasi yang
dirasakan
12
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/bentuk
tubuh (amputasi)
Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
hasil
Dalam asuhan 1. Observasi secara verbal dan Isyarat verbal/non verbal
keperawatan 3x24 non verbal respon klien terhadap dapat mempengaruhi
jam diharapkan perubahan tubuhnya bagaimana klien
gangguan harga diri memandang dirinya sendiri
dapat teratasi.
Dengan kriteria hasil 2. Monitor frekuensi mengkritik Dapat menunjukkan
: dirinya emosional/ metode koping
1. Mendeskripsikan maladatif, membutuhkan
secara faktual intervensi lebih lanjut/
perubahan fungsi dukungan psikologis
tubuh
2. Mampu 3. Jelaskan tentang pengobatan, Dengan diberi penjelasan
mengidentifikasi perawatan, kemajuan, dan tersebut, klien dapat
kekuatan prognosis penyakit menerima perubahan pada
personal dirinya
3. Mempertahankan
4. Bantu klien mengungkapkan Memberikan kesempatan
interaksi sosial
perasaannya untuk mengidentifikasi rasa
takut/ kesalahan konsep dan
mampu menghadapi
masalah secara langsung
13
teratasi. Dengan yang berarti/ menjaga
kriteria hasil : kekurangan tersebut
1. Klien meningkat dalam keseimbangan,
dalam aktivitas fisik koordinasi, dan kekuatan
2. Mengerti tujuan dari 3. Bantu klien untuk Menilai batasan
peningkatan mobilitas menggunakan alat bantu jalan kemampuan aktivitas
3. Memperagakan optimal
dalam penggunaan alat 4. Ajarkan pasien bagaimana Mempertahankan
bantu (walker) merubah posisi dan berikan mobilisasi dan fungsi
bantuan jika diperlukan sendi/ posisi normal
ekstremitas dan mencegah
terjadinya vena yang
statis
5. Observasi kemampuan pasien Mengetahui tingkat
dalam mobilisasi ketergantungan klien
6. Ajarkan pasien atau tenaga Untuk mempercepat
kesehatan lain tentang teknik proses penyembuhan dan
ambulasi melatih rentan gerak klien
14
7. Risiko perdarahan berhubungan dengan trauma, proses
keganasan,tindakan pembedahan
Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
hasil
Dalam pemberian 1. Monitor ketat tanda- Tanda-tanda vital dalam
asuhan keperawatan tanda perdarahan, TTV, batas normal menandakan
selama 3x24 jam nilai lab, dan ortostatik keadaan klien baik
diharapkan resiko
terhadap perdarahan 2. Pertahankan bed rest Aktivitas pasien yang tidak
dapat selama perdarahan aktif terkontrol dapat
berkurang/teratasi. menyebabkan terjadinya
Dengan kriteria hasil perdarahan
:
1. 1. Tidak ada 3. Kolaborasi dalam Memenuhi kebutuhan darah
hematuria dan pemberian produk dalam tubuh
hematemesis darah, pemberian terapi
2. Tekanan darah 4. Anjurkan pasien untuk Mempercepat proses
dalam batas normal meningkatkan intake penyembuhan
3. Plasma, PT, PPT makanan yang banyak
dalam batas normal mengandung vitamin K
2. Hemoglobin dan 5. Lindungi pasien dari Menghindari terjadi
hematrokrit dalam trauma yang pendarahan lebih lanjut
batas normal menyebabkan
perdarahan
6. Instruksikan pasien Untuk menghindari
untuk membatasi terjadinya perdarahan
aktivitas
7. Jelaskan pada keluarga Membantu pasien untuk
untuk melapor jika ada mendapatkan penanganan
tanda perdarahan segera
15
BAB 3
STUDI KASUS
KASUS
3.1 PENGKAJIAN
a. IDENTITAS
Nama : An. BO
Umur : 17 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Tanggal MRS : 10 Mei 2018
Jam masuk : 08.00 WIB
Tanggal pengkajian : 10 Mei 2018
Jam pengkajian : 09.00 WIB
Nomer Registrasi : 27-55-84
Diagnosa Medis : Osteosarcoma
16
b. RIWAYAT KESEHATAN
1. KELUHAN UTAMA
Nyeri pada tungkai kanan
2. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Kurang lebih 3 bulan lalu klien mengeluh ada benjolan di tungkai
kanannya, terasa panas dan nyeri dengan skala 9 pada rentan 0-10. Nyeri
bertambah apabila disentuh dan bergesekan dengan kain saja
3. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Tidak ada riwayat penyakit dahulu
4. RIWAYAT PSIKOLOGIS
Pasien tampak cemas
17
6. Bone (B6)
2 5
18
3.5 INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor
Tujuan & Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
Dalam waktu 3x24 1. Lakukan pengkajian nyeri Mendapatkan data akurat
jam nyeri kronis secara komperhensif (lokasi, tentang nyeri klien untuk
pada pasien dapat karakteristik, durasi, frekuensi, menentukan intervensi
berkurang. Dengan kualitas)
kriteria hasil :
1. Mampu 2. Gunakan teknik komunikasi Memungkinkan pasien untuk
mengontrol terapeutik untuk mengetahui berpartisipasi secara aktif dan
nyeri, mampu pengalaman nyeri pasien mengingatkan rasa control
menggunakan
teknik non
farmakologi
untuk
mengurangi 3. Observasi reaksi non verbal Mampu mengetahui tingkat
nyeri dari ketidaknyamanan ketidaknyamanan pasien
19
1. Klien meningkat dalam keseimbangan,
dalam aktivitas fisik koordinasi, dan kekuatan
2. Mengerti tujuan dari 3. Bantu klien untuk Menilai batasan
peningkatan mobilitas menggunakan alat bantu jalan kemampuan aktivitas
3. Memperagakan optimal
dalam penggunaan alat 4. Ajarkan pasien bagaimana Mempertahankan
bantu (walker) merubah posisi dan berikan mobilisasi dan fungsi
bantuan jika diperlukan sendi/ posisi normal
ekstremitas dan mencegah
terjadinya vena yang
statis
5. Observasi kemampuan pasien Mengetahui tingkat
dalam mobilisasi ketergantungan klien
6. Ajarkan pasien atau tenaga Untuk mempercepat
kesehatan lain tentang teknik proses penyembuhan dan
ambulasi melatih rentan gerak klien
20
3.6 IMPLEMENTASI
10 Mei 2018
Tgl/jam Dx Implementasi Respon TTD
21
11 Mei 2018
tgl/jam Dx Implementasi Respon TTD
22
Tgl/jam Dx Implementasi Respon TTD
berkomunikasi
dengan baik
18.00 1,3 Berkolaborasi dengan dokter Pasien kooperatif, obat Perawat
dalam pemberian obat analgesic masuk, mual (-), muntah
dan anti cemas (-)
3.7 EVALUASI
Dx Tgl/jam Evaluasi TTD
1 21.00 S : Pasien mengatakan skala nyeri 5, nyeri hilang timbul, Perawat
semakin nyeri saat luka operasi terkena kain
O : Pasien tampak meringik kesakitan, berfokus pada diri
sendiri, pola tidur berubah
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
2 21.00 S :Pasien mengatakan belum mampu untuk berjalan Perawat
sendiri, takut untuk bergerak tanpa bantuan
O : masih dengan bantuan, bedrest, menggunakan
alat bantu jalan, skala kekuatan otot 5 5
A : Masalah teratasi sebagian 2 5
P : Intervensi dilanjutkan
3 21.00 S : Pasien mengatakan masih sedikit cemas, Perawat
khawatir diejek teman karena kondisi yang sekarang
O : Pasien tampak sulit tidur, suara bergetar,
menangis, kontak mata buruk
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dihentikan
23
DAFTAR PUSTAKA
Ningsih, L. &. (2009). ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
MUSKULOSKELETAL. Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). NANDA (NORTH AMERICAN NURSING DIAGNOSIS
ASSOCIATION) NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction Jogja.
Osteosarkoma, paling sering menyerang lutut. (2009, januari 1). Retrieved from
Kompas.com :
http://nasional.kompas.com/read/2009/01/01/07095387/osteosarkoma.paling.
sering.menyerang.lutut
Setiaji, B. R. (2018, oktober 2). Setiap Tahapan Stadium Kanker dan Artinya Bagi Pasien.
24