Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

KONSEP DASAR OSTEOSARCOMA

1.1 PENGERTIAN
Menurut Wijaya dan Putri (2013), osteosarkoma (sarkoma osteogenik)
adalah suatu pertumbuhan yang cepat pada tumor maligna tulang (kanker
tulang yang tidak diketahui penyebabnya). Osteoarkoma merupakan tumor
ganas yang paling sering ditemukan pada anak-anak dan remaja seiring
dengan pertumbuhan tulang. Osteosarcoma cenderung tumbuh pada bagian
ujung tulang panjang, terutama lutut. Seperti tulang paha (ujung bawah),
tulang lengan atas (ujung atas), dan tulang kering (ujung atas). Ujung tulang-
tulang tersebut merupakan daerah dimana terjadi perubahan dan kecepatan
pertumbuhan yang terbesar. Kondisi ini dikarakteristikkan oleh metastase
hematogen dini ke paru (Sapto Harnowo) Meskipun demikian, osteosarcoma
juga dapat tumbuh di tulang lainnya.

1.2 ETIOLOGI
Penyebab osteosarcoma belum diketahui pasti, tetapi bukti-bukti
mendukung bahwa osteosarcoma merupakan penyakit keturunan. Untuk
kanker tulang sekunder merupakan metastase dari kanker primer di organ
lain, misalnya pada payudara paru, prostat, ginjal dan lain lain . Penyebab
kanker tulang memang belum diketahui secara pasti. Namun dari beberapa
bukti yang ada, kemungkinan besar kanker tulang disebabkan karena faktor
keturunan. Penyebab kanker merupakan gabungan faktor genetik, kimia,
virus, dan radiasi. Menciptakan lingkungan yang aman bagi anak dan gaya
hidup sehat sangat penting antara lain lingkungan bebas asap rokok, banyak
makan sayur dan buah, menjaga berat badan, serta aktif berolahraga. Stres
juga dapat memicu perkembangan sel kanker dan mengurangi efektivitas obat
kanker.

1
1.3 PATOFISIOLOGI
Sarkoma osteogenik (osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer
yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang, tempat yang
paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang,
terutama lutut.
Penyebab osteosarkoma belum jelas diketahui, adanya hubungan
kekeluargaan menjadi suatu predisposisi. Begitu pula adanya herediter.
Lokasi tumor dan usia penderita pada pertumbuhan pesat dari tulang
memunculkan perkiraan adanya pengaruh dalam patogenesis osteosarkoma.
Mulai tumbuh bisa didalam tulang atau pada permukaan tulang dan berlanjut
sampai pada jaringan lunak sekitar tulang epifisis dan tulang rawan sendi
bertindak sebagai barier pertumbuhan tumor kedalam sendi.
Osteosarkoma mengadakan matastase secara hematogen paling sering ke
paru atau pada tulang lainnya dan didapatkan 15%-20% telah mengalami
metastase pada saat diagnosis ditegakkan. Adanya tumor di tulang
menyebabkan reaksi tulang normal dengan respons osteolitik (destruksi
tulang) atau respons osteoblastik (pembentukan tulang). Beberapa tumor
tulang sering terjadi dan lainnya jarang terjadi, beberapa tidak menimbulkan
masalah, sementara lainnya ada yang sangat berbahaya dan mengancam jiwa.
Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang panjang an biasanya ditemukan
pada ujung bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibi. Secara
histolgik, tumor terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat yang
berdifferensiasi jelek dan seiring dengan elemen jaringan lunak seperti
jaringan fibrosa dan miksomatosa atau kartilaginosa yang berselang seling
dengan ruangan darah sinusoid. Sementara tumor ini memecah melalui
dinding periosteum dan menyebar ke jaringan lunak sekitar.
Garis epifisis membentuk terhadap gambarannya didalam tulang. Adanya
tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor.
Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon ostelitik yaitu proses
distruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses
pembentukkan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal. Pada proses

2
osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum
tulang yang baru dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi pertumbuhan
tulang yang abortif.

1.4 PATHWAY

Faktor predisposisi :

1. Trauma
2. Virus onkogenik
3. Herediter
4. Terpapar sinar radioaktif
5. Bahan karsinogenik

Kerusakan Gen

MK :
KERUSAKAN Terputusnya Proliferasi sel tulang secara
INTEGRITAS kontinuitas jaringan abnormal
KULIT

Operasi Neoplasma

Amputasi Tindakan medis Kerusakan struktur


OSTEOSARCOMA
tulang

Cacat permanen
Jaringan sekitar di Tulang lebih rapuh
invasi oleh tumor
MK: GANGGUAN
MK: MOBILITAS Resiko fraktur
GANGGUAN FISIK
CITRA TUBUH Peningkatan
penekanan pada MK : RISIKO
jaringan sekitar CEDERA

Suplai O2 ke Pembuluh darah Menekan syaraf


jaringan menurun tertekan dan mudah sekitar
pecah

Persepsi
MK: RISIKO
nyeri
DISFUNGSI
MK: RISIKO
NEUROVASKULER
PERDARAHAN
PERIFER
MK: NYERI KRONIS

3
1.5 TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala :
- Nyeri (ringan sampai berat) terutama pada punggung bawah, karena
adanya
penekanan pada vertebra oleh fraktur tulang patologis
- Bengkak
- Penurunan berat badan
- Terbatasnya gerakan
- Demam
- Patah tulang, karena tumor menyebabkan tulang menjadi lemah

1.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


Pemeriksaan yang biasa dilakukan :
a) Rontgen tulang yang terkena
b) Pemeriksaan radiogram
c) Ct scan
d) Ct scan dada untuk melihat adanya penyebaran kanker ke paru-paru
e) Biopsi
f) Scanning tulang untuk melihat penyebaran tumor
g) Laboratorium
Pemeriksaan darah (termasuk kimia serum)

1.7 STADIUM KANKER OSTEOSARCOMA


 Stadium I : T1-2N0M0 sel kanker baru mengenai satu bagian tulang dan
belum menyebar kebagian lainnya. Stadium ini merupakan tahapan yang
paling rendah dan dalam kasus sel kanker belum terlalu agresif. Stadium I
kanker tulang dibagi menjadi 2 :
1. Stadium IA : T1 Tumor berukuran≤8cm, belum menyebar ke
kelenjar getah bening, metastaseterdekat atau ke tempat yang lebih jauh
2. Stadium IB: T2 Tumor berukuran ≥8 cm, atau bila terdapat lebih dari
1 tumor pada satu tulang yang sama

4
 Stadium 2 : T1-2N0M0 Sel kanker masih mengenai satu bagian tulang,
dan umumnya belum menyebar ke tempat yang lebih jauh. Stadium 2 kanker
tulang dibagi menjadi 2 :
1. Stadium IIA:T1 tumor ukuran ≤8 cm
2. Stadium IIB : T2 tumor berukuran ≥8 cm
 Stadium III : T3N1M1 pada tahap ini sel kanker sudah mulai menyebar ke
lebih dari satu area tulang yang sama.
 Stadium IV : T3-4N2-3M1 sel kanker yang menggrogoti tulang telah
menyebar ke area yang lebih luas dan tidak lagi bersarang pada jaringan
tulang saja. Melainkan ke bagian bagian tubuh lainnya, misalnya paru-paru,
hati, atau otak. Stadium 4 dibagi menjadi 2 :
1. Stadium IVA : T3N2M1 tumor telah menyebar ke paru-paru
2. Stadium IVB : T4N3M1 tumor telah menyebar ke kelenjar getah
bening, sekitar, atau organ lain selain paru-paru

1.8 SISTEM TNM


Sistem TNM merupakan kepanjangan dari tumor,nodus, metastasis.
 Tumor (T) : Menyatakan seberapa besar tumor yang terjadi
dalam tubuh. T akan diikuti oleh angka 1-4. Semakin tinggi
angkanya, semakin besar tumor tersebut. Contoh : “T0” menyatakan
tidak ada bukti tumor, T1 tumor ≤8cm, T2 tumor ≥8cm, T3 tumor
telah berpindah ke tempat lain atau pada tulang yang sama
 Nodus (N) : Menyatakan apabila kanker telah menyebar ke
kelenjar getah bening. Kelenjar getah bening merupakan kelenjar
yang melawan virus dan bakteri sebelum menginfeksi tubuh. N akan
diikuti oleh angka 0-3. Semakin tinggi angkanya, maka semakin
banyak penyebaran sel kanker di kelenjar getah bening. Contoh : N0
menyatakan tidak ada penyebaran regional ke (dekat) kelenjar getah
bening, N1 tumor telah menyebar ke kelenjar getah bening terdekat
 Metastasis (M) : Menyatakan jika kanker telah menyebar ke
organ dan jaringan di bagian tubuh lainnya. M akan diikuti oleh 0
atau 1, jika diklasifikasikan M1 maka menyatakan kanker telah

5
menyebar ke organ lain, dan apabila diklasifikasikan M0 maka
menyatakan kanker belum mengalami penyebaran.

1.9 PENATALAKSANAAN
Pengobatan dalam pasien kanker meliputi :
a. Kemoterapi (siklofosfamid, vinkristin, daktinomisin, doksorubisin,
ifosfamid,etoposid). Kombinasi kemoterapi mempunyai efek yang lebih
tinggi dengan tingkat toksisitas yang rendah sambil menurunkan
kemungkinan resistensi terhadap obat
b. Terapi penyinaran tumor
Radiasi apabila tumor bersifat radio sensitive dan kemoterapi
(preoperative, pasca operatif dan ajuran untuk mencegah
mikrometastasis). Sasaran utama dapat dilakukan dengan eksisi luas
dengan teknik grafting restorative. Ketahanan dan kualitas hidup
merupakan pertimbangan penting pada prosedur yang mengupayakan
mempertahankan ekstremitas yang sakit
c. Terapi pembedahan untuk mengangkat tumor
Sasaran penatalaksanaan adalah menghancurkan atau pengangkatan
tumor. Ini dapat dilakukan dengan bedah (berkisar dari eksisi lokal
sampai amputasi dan disartikulasi). Pengangkatan tumor secara bedah
sering memerlukan amputasi ekstremitas yang sakit, dengan tinggi
amputasi diatas tumor agar dapat mengontrol lokal lesi primer. Prognosis
tergantung kepada lokasi dan penyebaran tumor.
1) Penanganan kanker tulang metastasis adalah paliatif dan sasaran
terapeutiknya adalah mengurangi nyeri dan ketidak nyamanan pasien
sebanyak mungkin. Terapi tambahan disesuaikan dengan metode yang
digunakan untuk menangani kanker asal fiksasi interna fraktur patologik
dapat mengurangi kecacatan dan nyeri yang timbul
2) Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan
pemberian Nacl intravena, diuretika, mobilisasi, dan obat-obatan seperti
fosfat, mitramisin, kalsitonin, atau kartikosteroid.

6
1.10 KOMPLIKASI
Risiko-risiko utama yang berhubungan dengan operasi termasuk infeksi,
kekambuhan dari kanker, dan luka pada jaringan-jaringan yang
mengelilinginya. Dalam rangka untuk mengangkat seluruh kanker dan
mengurangi risiko kekambuhan, beberapa jaringan normal yang
mengelilinginya harus juga diangkat. Tergantung pada lokasi dari kanker, ini
mungkin memerlukan pengangkatan dari porsi-porsi tulang, otot, syaraf-
syaraf, atau pembuluh-pembuluh darah. Ini dapat menyebabkan kelemahan,
kehilangan sensasi, dan risiko dari patah tulang atau patah tulang dari tulang
yang tersisa.
a. Efek proses kemoterapi
Kemoterapi menggunakan obat-obat yang sangat kuat untuk mencoba
membunuh sel-sel kanker. Tetapi sebagai akibatnya beberapa sel-sel normal
akan terbunuh dalam prosesnya. Obat-obat dirancang untuk membunuh sel-
sel yang membelah atau tumbuh secara cepat. Sel-sel normal yang
terpengaruh seperti akan kehilangan rambut, sel-sel pembentuk darah akan
mengalami kerusakan dan mengakibatkan anemia,infeksi, pada sel-sel
pelapis sistem pencernaan akan mengalami mual, muntah., dan kelelahan.
Efek samping ini dapat hilang setelah kemoterapi selesai. Nutrisi yang baik
adalah penting untuk tubuh sebagai melawan kanker. Jika mengalami mual
dan muntah akan dirujuk oleh ahli nutrisi. Terapi radiasi sebelumnya dapat
juga meningkatkan resiko persoalan-persoalan luka dari operasi pada area
yang sama.
b. Kecacatan
Apabila dilakukan proses pengangkatan kanker melalui penghilangan
organ, maka kecacatan pasien tidak dapat dihindari. Kanker tulang akan
mengakibatkan patah tulang pada area yang sama.
c. Kematian
Penyebab kematian akibat kanker :

7
1) Kesulitan diagnosis oleh dokter patologi tulang, minimnya peralatan
diagnosis yang tersedia, sulitnya mendeteksi sel-sel kanker yang diderita
pasien apakah tergolong jinak atau ganas.
2) Umumnya pasien datang ketika penyakit sudah berada pada stadium
akhir. Ini mengakibatkan pengobatan akan menjadi lebih sulit, dan angka
harapan hidup semakin kecil.
3) Masalah sosial ekonomi. Penyakit kanker memang tergolong masih
sulit diobati, ditambah dengan persoalan biaya yang sangat mahal, sehingga
biaya seringkali menjadi alasan pasien untuk tidak berobat. Bahkan banyak
pasien yang menolak dioperasi karena tidak memiliki biaya
4) Pengobatan dengan kemoterapi memiliki efek samping yang
menyakitkan, sehingga membuat pasien menyerah dan menghentikan terapi
5) Kurangnya pengetahuan tentang kanker dan pengobatannya, membuat
banyak orang memutuskan untuk memilih pengobatan alternatif yang
biayanya relatif lebih murah, meskipun pada kenyataannya semakin
membahayakan kehidupan pasien.

8
BAB 2

ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN


a. IDENTITAS
Osteosarkoma lebih menyerang laki laki daripada perempuan, serta lebih
banyak terjadi pada usia anak-anak dan remaja, yaitu rata-rata 10-18 tahun

b. RIWAYAT KESEHATAN
1. KELUHAN UTAMA
Biasanya pasien datang ke RS dengan keluhan nyeri di daerah kaki atau
tangan yang mengalami pembengkakan, terjadi pembengkakan
biasanya di daerah tulang panjang
2. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Adanya massa atau pembengkakan pada tulang, demam, nyeri
progresif, kelemahan, parestesia, paraplegia, retensi urine, anemia.
Tumor ditungkai menyebabkan penderita berjalan timpang, sedangkan
tumor dilengan menimbulkan nyeri ketika lengan dipakai untuk
mengangkat sesuatu benda, patah tulang (fraktur patologis),
Leukositosis, Malaise, Anoreksia, Vomiting, Menderita penyakit
infeksi tertentu (seperti flu, streptococcus aureus)
3. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Untuk tumor metastatik yang berupa menderita tumor primer diorgan
lain sebelumnya misalnya payudara, prostate, paru, dan ginjal
4. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Adanya keluarga (keturunan sebelumnya) yang menderita kanker
tulang atau tumor lainnya

9
c. PEMERIKSAAN FISIK
1. Breathing (B1)
Frekuensi pernafasan meningkat
2. Blood (B2)
Nadi meningkat, disritmia jantung, peningkatan tekanan darah,
palpitasi dan nyeri dada, perubahan pada tekanan darah, peningkatan
suhu tubuh, anemis, pucat
3. Brain (B3)
Nyeri pada tulang tibia, fibula, femur, humerus, ulna, radialis
4. Bladder (B4)
Pasien mengalami bedrest sehingga tidak melakukan BAK spontan
melainkan dengan bantuan pispot/bedpen
5. Bowel (B5)
Berat badan menurun drastis, kebiasaan diet buruk, distensi abdomen,
perubahan bising usus, mual, muntah, anoreksia
6. Bone (B6)
Terabanya benjolan pada sekitar tulang, rentang gerak terbatas karena
adanya nyeri atau fraktur patologis, keletihan, kelemahan otot

2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor
2. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan fraktur,
pembedahan orthopedi
3. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan mobilitas
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/bentuk
tubuh (amputasi)
5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas
struktur tulang
6. Risiko cedera dengan faktor risiko kegagalan mekanisme pertahanan
tubuh, perubahan fungsi psikomotor
7. Risiko perdarahan dengan faktor risiko proses keganasan,trauma, tindakan
pembedahan

10
2.3 PERENCANAAN KEPERAWATAN (TUJUAN,KRITERIA HASIL,
INTERVENSI-RASIONAL)
1. Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor

Tujuan & Intervensi Rasional


Kriteria Hasil
Dalam waktu 3x24 1. Lakukan pengkajian nyeri Mendapatkan data akurat
jam nyeri kronis secara komperhensif (lokasi, tentang nyeri klien untuk
pada pasien dapat karakteristik, durasi, menentukan intervensi
berkurang. Dengan frekuensi,kualitas)
kriteria hasil :
1. Mampu 2. Kontrol lingkungan yang dapat Lingkungan yang nyaman
mengontrol mempengaruhi nyeri seperti dapat membantu pasien
nyeri, mampu suhu ruangan, pencahayaan, untuk beristirahat
menggunakan dan kebisingan
teknik
nonfarmakolog 3. Observasi reaksi non verbal Mampu mengetahui tingkat
i untuk dari ketidaknyamanan ketidaknyamanan pasien
mengurangi
nyeri 4. Melatih tarik nafas dalam atau Meningkatkan relaksasi dan
relaksasi membantu memfokuskan
2. Mampu kembali perhatian
melaporkan 5. Evaluasi keefektifan kontrol Mengetahui kemampuan
bahwa nyeri nyeri pasien dalam mengontrol
berkurang nyeri
dengan
menggunakan 6. Kolaborasi dengan dokter Dalam pemberian obat tepat
manajemen dalam pemberian obat waktu, dapat mencegah
nyeri analgesik dan tidakan fluktuasi pada intesitas nyeri,
nonfarmakologis tidak dan dapat mengurangi skala
berhasil nyeri

2. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan fraktur,


pembedahan orthopedi
Tujuan & Intervensi Rasional
Kriteria hasil
Dalam waktu 3x24 1. Monitor adanya daerah tertentu Memantau adanya
jam perfusi yang hanya peka terhadap perubahan pada tingkat
jaringan perifer panas/dingin/tajam/ tumpul kesadaran/ respon pasien
meningkat. Dengan terhadap rangsangan
kriteria hasil : 2. Batasi gerakan pada kepala, Kepala yang miring pada
1. Tekanan sitole leher, dan, punggung salah satu sisi menekan
diastole dalam vena jugularis dan
menghambat aliran darah

11
rentang normal vena yang selanjutnya akan
(90/60-130/90) meningkatkan TIK
2. Tidak ada 3. Edukasi keluarga untuk Untuk menentukan
tanda-tanda melaporkan apabila ada laserasi intervensi
peningkatan pada kulit
tekanan 4. Kolaborasi pemberian Untuk mengurangi rasa
intrakranial analgesik nyeri
(tidak lebih 5. Monitor adanya tromboplebitis Untuk mengetahui adanya
dari 15 mmHg) suatu infeksi
6. Diskusikan mengenai Agar pasien mengenal
penyebab perubahan sensasi perubahan sensasi yang
dirasakan

3. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan


mobilitas
Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
hasil
Dalam waktu 3x24 1. Jaga kulit agar tetap Lembab, area
jam, diharapkan. bersih dan kering terkontaminasi
Dengan kriteria hasil : memberikan media yang
1. Integritas kulit baik untuk pertumbuhan
yang baik dapat organisme patogen
dipertahankan
(sensasi, elastisitas, 2. Monitor kulit akan Melihat adanya tanda-
temperatur, hidrasi, adanya kemerahan dan tanda kerusakan integritas
pigmentasi) status nutrisi pasien kulit
2. Perfusi jaringan
baik 3. Lakukan teknik Untuk menghindari
3. Tidak ada lesi pada perawatan luka dengan kontaminasi
kulit steril
4. Observasi luka : lokasi, Untuk mengidentifikasi dan
dimensi, kedalaman luka, untuk melakukan intervensi
jaringan nekrotik, tanda yang tepat
infeksi
5. Ajarkan keluarga tentang Untuk mempermudah
luka dan perawatan luka intervensi dan membantu
meningkatkan penerimaan
diri dan sosialisasi

6. Mobilisasi pasien 2 jam Mencegah komplikasi


sekali dekubitus

7. Kolaborasi dengan ahli Untuk memenuhi


gizi dalam pemberian kebutuhan protein dan
TKTP kalori pasien

12
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/bentuk
tubuh (amputasi)
Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
hasil
Dalam asuhan 1. Observasi secara verbal dan Isyarat verbal/non verbal
keperawatan 3x24 non verbal respon klien terhadap dapat mempengaruhi
jam diharapkan perubahan tubuhnya bagaimana klien
gangguan harga diri memandang dirinya sendiri
dapat teratasi.
Dengan kriteria hasil 2. Monitor frekuensi mengkritik Dapat menunjukkan
: dirinya emosional/ metode koping
1. Mendeskripsikan maladatif, membutuhkan
secara faktual intervensi lebih lanjut/
perubahan fungsi dukungan psikologis
tubuh
2. Mampu 3. Jelaskan tentang pengobatan, Dengan diberi penjelasan
mengidentifikasi perawatan, kemajuan, dan tersebut, klien dapat
kekuatan prognosis penyakit menerima perubahan pada
personal dirinya
3. Mempertahankan
4. Bantu klien mengungkapkan Memberikan kesempatan
interaksi sosial
perasaannya untuk mengidentifikasi rasa
takut/ kesalahan konsep dan
mampu menghadapi
masalah secara langsung

5. Identifikasi arti pengurangan Untuk meningkatkan


melalui pemakaian alat bantu percaya diri

6. Berikan obat-obatan sesuai Mungkin dibutuhkan pada


petunjuk. Misal ansietas saat munculnya depresi
hebat sampai klien mampu
mengembangkan
kemampuan koping lebih
efektif

5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas


struktur tulang

Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional


hasil
Dalam pemberian 1. Monitor vital sign sebelum/ Mengetahui tingkat
asuhan keperawatan sesudah latihan dan lihat respon kemampuan klien dalam
dalam 3x24 jam pasien saat latihan melakukan aktivitas
diharapkan. Hambatan 2. Konsultasikan dengan terapi Program khusus dapat
mobilisasi dapat fisik tentang rencana ambulasi dikembangkan untuk
sesuai kebutuhan menemukan kebutuhan

13
teratasi. Dengan yang berarti/ menjaga
kriteria hasil : kekurangan tersebut
1. Klien meningkat dalam keseimbangan,
dalam aktivitas fisik koordinasi, dan kekuatan
2. Mengerti tujuan dari 3. Bantu klien untuk Menilai batasan
peningkatan mobilitas menggunakan alat bantu jalan kemampuan aktivitas
3. Memperagakan optimal
dalam penggunaan alat 4. Ajarkan pasien bagaimana Mempertahankan
bantu (walker) merubah posisi dan berikan mobilisasi dan fungsi
bantuan jika diperlukan sendi/ posisi normal
ekstremitas dan mencegah
terjadinya vena yang
statis
5. Observasi kemampuan pasien Mengetahui tingkat
dalam mobilisasi ketergantungan klien
6. Ajarkan pasien atau tenaga Untuk mempercepat
kesehatan lain tentang teknik proses penyembuhan dan
ambulasi melatih rentan gerak klien

6. Risiko cedera berhubungan dengan kegagalan mekanisme pertahanan


tubuh, perubahan fungsi psikomotor
Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
hasil
Dalam pemberian 1. Sediakan lingkungan yang Untuk mengamankan
asuhan keperawatan aman untuk pasien klien dari rsiko cedera
selama 3x24 jam yang disebabkan oleh
diharapkan resiko agen pencedera fisik
terhadap cidera dapat
berkurang/teratasi. 2. Identifikasi kebutuhan Dengan lingkungan yang
Dengan kriteria hasil : keamanan pasien, sesuai dengan aman pasien terhindar dari
1. Klien terbebas dari kondisi fisik dan fungsi kognitif cedera
cidera pasien
2. Mampu mengenali 3. Memasang side rail tempat Menghindar resiko jatuh
perubahan status tidur
kesehatan pasien 4. Menghindarkan dari Meningkatkan keamanan
lingkungan dan barang yang klien
berbahaya
5. Menganjurkan keluarga Membantu agar kondisi
untuk menemani pasien lebih terjaga

6. Berikan penjelasan pada Untuk mengetahui


pasien dan keluarga adanya perubahan yang terjadi
perubahan status kesehatan dan pada pasien
penyebab penyakit

14
7. Risiko perdarahan berhubungan dengan trauma, proses
keganasan,tindakan pembedahan
Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
hasil
Dalam pemberian 1. Monitor ketat tanda- Tanda-tanda vital dalam
asuhan keperawatan tanda perdarahan, TTV, batas normal menandakan
selama 3x24 jam nilai lab, dan ortostatik keadaan klien baik
diharapkan resiko
terhadap perdarahan 2. Pertahankan bed rest Aktivitas pasien yang tidak
dapat selama perdarahan aktif terkontrol dapat
berkurang/teratasi. menyebabkan terjadinya
Dengan kriteria hasil perdarahan
:
1. 1. Tidak ada 3. Kolaborasi dalam Memenuhi kebutuhan darah
hematuria dan pemberian produk dalam tubuh
hematemesis darah, pemberian terapi
2. Tekanan darah 4. Anjurkan pasien untuk Mempercepat proses
dalam batas normal meningkatkan intake penyembuhan
3. Plasma, PT, PPT makanan yang banyak
dalam batas normal mengandung vitamin K
2. Hemoglobin dan 5. Lindungi pasien dari Menghindari terjadi
hematrokrit dalam trauma yang pendarahan lebih lanjut
batas normal menyebabkan
perdarahan
6. Instruksikan pasien Untuk menghindari
untuk membatasi terjadinya perdarahan
aktivitas
7. Jelaskan pada keluarga Membantu pasien untuk
untuk melapor jika ada mendapatkan penanganan
tanda perdarahan segera

8. Hindari pemberian Koagulasi memanjang,


aspirin, anticoagulant, berpotensi untuk resiko
ibuprofen perdarahan

9. Dokumentasikan warna, Untuk mengetahui


jumlah, karakteristik perkembangan klien
feses
10. Monitor jumlah Dengan jumlah trombosit
trombosit, HCt,Hb tiap yang dipantau tiap hari
hari dapat diketahui tingkat
kebocoran pembuluh darah
dan kemungkinan
perdarahan yang dapat
dialami pasien

15
BAB 3

STUDI KASUS

KASUS

An. BO usia 17 tahun merupakan anak yang aktif mengikuti ekstrakulikuler


di sekolahnya, kurang lebih 3 bulan yang lalu klien mengeluh ada benjolan di
tungkai kanannya, terasa panas dan nyeri. Kemudian klien ke RS dan kemudian
dilakukan biopsi pada benjolan di kaki kanan, dengan hasil T3N3M1. Sekarang
klien dirawat di ruang orthopedi dengan keluhan tungkai bawah kanan yang
mengalami pembengkakan. Klien mengatakan nyeri pada kakinya dirasakan terus-
menerus, pada skala 9 (0-10). Klien tampak menggigit sarung bantal dan sesekali
menangis. Tampak massa sebesar bola tenis ditungkai kanan, kemerahan,
mengkilap. Sekitar benjolan tampak merah, dibagian puncak benjolan tampak luka
terbuka berukuran 2x3 cm yang mengeluarkan pus berwarna hijau dan bau. Klien
mengatakan disentuh dan bergesekan kain saja akan menyebabkan nyeri
bertambah. Klien saat ini dipersiapkan untuk dilakukan tindakan amputasi.

3.1 PENGKAJIAN
a. IDENTITAS
Nama : An. BO
Umur : 17 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Tanggal MRS : 10 Mei 2018
Jam masuk : 08.00 WIB
Tanggal pengkajian : 10 Mei 2018
Jam pengkajian : 09.00 WIB
Nomer Registrasi : 27-55-84
Diagnosa Medis : Osteosarcoma

16
b. RIWAYAT KESEHATAN
1. KELUHAN UTAMA
Nyeri pada tungkai kanan
2. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Kurang lebih 3 bulan lalu klien mengeluh ada benjolan di tungkai
kanannya, terasa panas dan nyeri dengan skala 9 pada rentan 0-10. Nyeri
bertambah apabila disentuh dan bergesekan dengan kain saja
3. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Tidak ada riwayat penyakit dahulu
4. RIWAYAT PSIKOLOGIS
Pasien tampak cemas

3.2 PEMERIKSAAN FISIK


1. KEADAAN UMUM
Tingkat kesadaran : Composmentis
Berat badan : 52 kg
Tinggi badan : 165 cm
1. Breathing (B1)
Frekuensi pernafasan meningkat
2. Blood (B2)
Nadi meningkat, disritmia jantung, peningkatan tekanan darah, palpitasi
dan nyeri dada, perubahan pada tekanan darah, benjolan terasa panas,
wajah pucat karena anemis, terjadi peningkatan suhu tubuh,
3. Brain (B3)
Nyeri pada tungkai kaki kanan
4. Bladder (B4)
Mengalami bedrest dan tidak akan melakukan BAK spontan melainkan
dengan bantuan pispot atau bedpen
5. Bowel (B5)
Berat badan menurun drastis, kebiasaan diet buruk, anoreksia, mual
muntah, edema, perubahan bising usus, distensi abdomen

17
6. Bone (B6)

Terabanya benjolan pada tulang tungkai kanan sebesar bola tenis,


Rentang gerak pada ekstremitas pasien 5 5

2 5

karena adanya nyeri atau fraktur patologis, Pasien terlihat cemas,


terjadi kelemahan otot pada pasien, kemerahan, mengkilap. Kulit
sekitar benjolan tampak merah, dibagian puncak benjolan tampak luka
terbuka berukuran 2x3cm yang mengeluarkan pus berwarna hijau dan
bau.

3.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Hasil biopsi : T3N3M1 = stadium IV (tumor telah menyebar ke kelenjar getah
bening, sekitar, atau organ lain selain paru-paru)
Ket:
T3 : Ukuran tumor ≥8cm
N3 : Tumor telah menyebar melalui kelenjar getah bening
M1 : Tumor telah bermetastase ke organ lain

3.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas
struktur tulang
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman konsep diri, ancaman terhadap
kematian

18
3.5 INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor
Tujuan & Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
Dalam waktu 3x24 1. Lakukan pengkajian nyeri Mendapatkan data akurat
jam nyeri kronis secara komperhensif (lokasi, tentang nyeri klien untuk
pada pasien dapat karakteristik, durasi, frekuensi, menentukan intervensi
berkurang. Dengan kualitas)
kriteria hasil :
1. Mampu 2. Gunakan teknik komunikasi Memungkinkan pasien untuk
mengontrol terapeutik untuk mengetahui berpartisipasi secara aktif dan
nyeri, mampu pengalaman nyeri pasien mengingatkan rasa control
menggunakan
teknik non
farmakologi
untuk
mengurangi 3. Observasi reaksi non verbal Mampu mengetahui tingkat
nyeri dari ketidaknyamanan ketidaknyamanan pasien

2. Mampu 4. Melatih tarik nafas dalam atau Meningkatkan relaksasi dan


melaporkan relaksasi membantu memfokuskan
bahwa nyeri kembali perhatian
berkurang
5. Ajarkan tentang teknik non Meningkatkan relaksasi dan
dengan
farmakologi membantu memfokuskan
menggunakan
kembali perhatian
manajemen
nyeri 6. Kolaborasi dengan dokter Dalam pemberian obat tepat
dalam pemberian obat analgesic waktu, dapat mencegah
dan tidakan nonfarmakologis fluktuasi pada intesitas nyeri,
tidak berhasil dan dapat mengurangi skala
nyeri

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas


struktur tulang
Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
hasil
Dalam pemberian 1. Monitor vital sign sebelum/ Mengetahui tingkat
asuhan keperawatan sesudah latihan dan lihat respon kemampuan klien dalam
dalam 3x24 jam pasien saat latihan melakukan aktivitas
diharapkan. Hambatan 2.Konsultasikan dengan terapi Program khusus dapat
mobilisasi dapat fisik tentang rencana ambulasi dikembangkan untuk
teratasi. Dengan sesuai kebutuhan menemukan kebutuhan
kriteria hasil : yang berarti/ menjaga
kekurangan tersebut

19
1. Klien meningkat dalam keseimbangan,
dalam aktivitas fisik koordinasi, dan kekuatan
2. Mengerti tujuan dari 3. Bantu klien untuk Menilai batasan
peningkatan mobilitas menggunakan alat bantu jalan kemampuan aktivitas
3. Memperagakan optimal
dalam penggunaan alat 4. Ajarkan pasien bagaimana Mempertahankan
bantu (walker) merubah posisi dan berikan mobilisasi dan fungsi
bantuan jika diperlukan sendi/ posisi normal
ekstremitas dan mencegah
terjadinya vena yang
statis
5. Observasi kemampuan pasien Mengetahui tingkat
dalam mobilisasi ketergantungan klien
6. Ajarkan pasien atau tenaga Untuk mempercepat
kesehatan lain tentang teknik proses penyembuhan dan
ambulasi melatih rentan gerak klien

3. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri


Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
hasil
Dalam pemberian 1. Gunakan pendekatan yang Mengurangi rasa cemas
asuhan keperawatan menenangkan pada pasien
dalam 1x24 jam 2. Jelaskan semua prosedur dan Pasien dapat mengetahui
diharapkan. Ansietas apa yang dirasakan selama prosedur dan dampat dari
dapat teratasi. Dengan prosedur tindakan
kriteria hasil : 3. Edukasi pasien untuk Mengurangi rasa cemas
1. Klien mampu melakukan relaksasi pada pasien
mengidentifikasi dan 4. Edukasi keluarga untuk Dengan kehadiran
mengungkapkan gejala menemani pasien untuk memberi keluarga dapat
cemas keamanan dan mengurangi mengurangi kecemasan
2. Mengungkapkan ketakutan
dan menunjukkan 5. Ajari pasien untuk Mengetahui tingkat
teknik untuk mengungkapkan perasaan kecemasan klien
mengontrol cemas ketakutan
3. Postur tubuh, 6. Berikan obat untuk Untuk mengurangi
ekspresi tubuh, bahasa mengurangi kecemasan kecemasan apabila
tubuh, dan tingkat dengan tindakan
aktivitas menunjukkan nonfarmakologis tidak
berkurangnya dapat teratasi
kecemasan

20
3.6 IMPLEMENTASI
10 Mei 2018
Tgl/jam Dx Implementasi Respon TTD

09.00 1 1. Melakukan pengkajian nyeri Pasien mengatakan nyeri perawat


secara komperhensif (lokasi, pada tungkai kanan
karakteristik, durasi, frekuensi, seperti tertusuk, skala
kualitas) nyeri 9, nyeri terus
menerus
09.00 1,3 2. Menggunakan teknik Pasien menangis perawat
komunikasi terapeutik untuk kesakitan
mengetahui pengalaman nyeri
pasien dan melakukan pendekatan
yang menenangkan

09.05 1,3 3. Mengobservasi reaksi non Pasien tampak menangis Perawat


verbal dari ketidaknyamanan dan kesakitan, pasien
menjelaskan semua prosedur dan memahami penjelasan
apa yang dirasakan selama yang diberikan
prosedur
09.05 1 4. Melatih tarik nafas dalam atau Pasien kooperatif Perawat
relaksasi mengikuti anjuran yang
diberikan oleh perawat

09.08 1 5. Mengajarkan tentang teknik Pasien kooperatif Perawat


non farmakologi. mengikuti anjuran yang
diberikan oleh perawat

09.35 1,3 6. Berkolaborasi dengan dokter Pasien kooperatif, obat Perawat


dalam pemberian obat analgesic masuk, mual (-),
dan memberikan obat untuk muntah (-)
mengurangi kecemasan

09.45 1 7. Mengedukasi pasien untuk Pasien memahami Perawat


melakukan relaksasi anjuran yang diberikan
dan melakukan relaksasi
nafas dalam
11.50 3 8. Mengedukasi keluarga untuk Keluarga memahami Perawat
menemani pasien untuk memberi arahan yang diberikan
keamanan dan mengurangi oleh perawat
ketakutan
12.00 3 9. Mengajarkan pasien untuk Pasien mengungkapkan Perawat
mengungkapkan perasaan perasaan ketakutan
ketakutan

21
11 Mei 2018
tgl/jam Dx Implementasi Respon TTD

07.00 1 1. Melakukan pengkajian nyeri Pasien mengatakan nyeri Perawat


secara komperhensif (lokasi, pada tungkai kanan
karakteristik, durasi, frekuensi,
seperti tertusuk, skala
kualitas) nyeri 9, nyeri terus
menerus
07.05 3 2. Gunakan pendekatan yang Kecemasan sedikit Perawat
menenangkan berkurang
07.10 3 3. Jelaskan semua prosedur dan pasien memahami Perawat
apa yang dirasakan selama penjelasan yang
prosedur diberikan
07.20 1 4. Mengajarkan tentang teknik Pasien kooperatif Perawat
non farmakologi. mengikuti anjuran yang
diberikan oleh perawat
07.30 3 5. Mengedukasi keluarga untuk Keluarga memahami Perawat
menemani pasien untuk memberi arahan yang diberikan
keamanan dan mengurangi oleh perawat
ketakutan
12 Mei 2018
Tgl/jam Dx Implementasi Respon TTD
14.00 2 Memonitor vital sign sebelum/ TD: 110/73 mmHg Perawat
sesudah latihan dan lihat respon N: 83x/mnt
pasien saat latihan RR:17x/mnt
14.05 1 Melakukan pengkajian nyeri Pasien mengatakan Perawat
secara komperhensif (lokasi, cekot-cekot pada
karakteristik, durasi, frekuensi, tungkai kanan seperti
kualitas) skala nyeri 7, nyeri
hilang timbul
14.20 2 Mengajarkan pasien bagaimana Pasien kooperatif, Perawat
merubah posisi dan berikan dengan melakukan
bantuan jika diperlukan mika/miki
14.40 2 Mengajarkan pasien atau tenaga Pasien kooperatif, Perawat
kesehatan lain tentang teknik dengan melakukan
ambulasi turun dari tempat tidur
14.40 2 Mengobservasi kemampuan Pasien kooperatif, Perawat
pasien dalam mobilisasi
masih dengan bantuan
15.50 2 Membantu klien untuk Pasien kooperatif, Perawat
menggunakan alat bantu jalan mobilisasi dengan alat
bantu jalan
16.00 1,2, Menggunakan teknik komunikasi Pasien merasa sedikit Perawat
terapeutik untuk mengetahui
3 pengalaman nyeri pasien dan tenang, dapat
melakukan pendekatan yang
menenangkan

22
Tgl/jam Dx Implementasi Respon TTD
berkomunikasi
dengan baik
18.00 1,3 Berkolaborasi dengan dokter Pasien kooperatif, obat Perawat
dalam pemberian obat analgesic masuk, mual (-), muntah
dan anti cemas (-)

19.00 1 Mengedukasi pasien untuk Pasien melakukan tarik Perawat


melakukan relaksasi nafas dalam sebanyak
3x

3.7 EVALUASI
Dx Tgl/jam Evaluasi TTD
1 21.00 S : Pasien mengatakan skala nyeri 5, nyeri hilang timbul, Perawat
semakin nyeri saat luka operasi terkena kain
O : Pasien tampak meringik kesakitan, berfokus pada diri
sendiri, pola tidur berubah
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
2 21.00 S :Pasien mengatakan belum mampu untuk berjalan Perawat
sendiri, takut untuk bergerak tanpa bantuan
O : masih dengan bantuan, bedrest, menggunakan
alat bantu jalan, skala kekuatan otot 5 5
A : Masalah teratasi sebagian 2 5
P : Intervensi dilanjutkan
3 21.00 S : Pasien mengatakan masih sedikit cemas, Perawat
khawatir diejek teman karena kondisi yang sekarang
O : Pasien tampak sulit tidur, suara bergetar,
menangis, kontak mata buruk
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dihentikan

23
DAFTAR PUSTAKA

Marianti. (2015, November 27). Osteosarcoma. Retrieved from ALODOKTER:


https://www.alodokter.com/osteosarcoma

Ningsih, L. &. (2009). ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
MUSKULOSKELETAL. Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). NANDA (NORTH AMERICAN NURSING DIAGNOSIS
ASSOCIATION) NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction Jogja.

Osteosarkoma, paling sering menyerang lutut. (2009, januari 1). Retrieved from
Kompas.com :
http://nasional.kompas.com/read/2009/01/01/07095387/osteosarkoma.paling.
sering.menyerang.lutut

PPNI, T. P. (2016). Standard Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan.

Putri, A. S. (2013). KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa). Jakarta.

Putri, W. (2013). KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa). Jakarta:


EGC.

Putri, W. (2018). KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa). Jakarta:


EGC.

Setiaji, B. R. (2018, oktober 2). Setiap Tahapan Stadium Kanker dan Artinya Bagi Pasien.

Suratun, H. d. (2008). Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal.


Jakarta: EGC.

24

Anda mungkin juga menyukai