Anda di halaman 1dari 16

MODUL

TEKNIK PENGUKURAN TANAH


SMK KELAS X

KESELAMATAN DAN KESEHATAN


KERJA SERTA LINGKUNGAN HIDUP
(K3LH)

Feryan Firdaus
5101417024

1
Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH)
pada Pekerjaan Pengukuran Tanah

Kompetensi Dasar

3.2 Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup K3LH pada pekerjaan
pengukuran tanah.
4.2 Melaksanakan K3LH pada pekerjaan pengukuran tanah.

Tujuan Pembelajaran
1. Menerapkan prosedur keselamatan kerja pada pekerjaan pengukuran tanah.
2. Menerapkan prosedur kesehatan kerja pada pekerjaan pengukuran tanah
3. Melaksanakan keselamatan kerja pada pekerjaan pengukuran tanah.
4. Melaksanakan kesehatan kerja pada pekerjaan pengukuran tanah

Peta Konsep

Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pekerjaan


Pengukuran Tanah

Perlengkapan K3 (Alat Pelindung Diri) Keselamatan dan


Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Kesehatan Kerja
Lingkungan Hidup
(K3LH) pada Pekerjaan
Pengukuran Tanah Prosedur Menjaga Lingkungan Hidup pada Pekerjaan
Pengukuran Tanah

Pelaksanakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pekerjaan


Pengukuran Tanah

2
Materi Pembelajaran
Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pekerjaan Pengukuran Tanah

Dinas Pendidikan melalui Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan suatu lembaga
pendidikan yang menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) supaya memiliki skill atau
keterampilan yang sesuai dengan bidang keahlian tertentu. Sementara itu tujuan khusus
pendidikan menengah kejuruan menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, adalah
sebagai berikut:
1) Menyiapkan siswa agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi
lowongan pekerjaan yang ada sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan
kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya.
2) Menyiapkan siswa agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetensi,
beradaptasi di lingkungan kerja, dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang
keahlian yang diminatinya.
3) Membekali siswa dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni agar mampu
mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
4) Membekali siswa dengan kompetensi-kompetensi yang sesuai dengan program keahlian
yang dipilih. Dari tujuan umum dan khusus di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan
menengah kejuruan bertujuan untuk membentuk lulusan yang memiliki pengetahuan,
keterampilan, sikap yang baik, serta kesiapan masuk dalam dunia kerja.
Maka mengacu pada hal tersebut di atas, pembelajaran di sekolah menengah kejuruan,
khususnya kegiatan praktik di bengkel mempunyai peranan dan arti yang sangat penting
dalam mengembangkan keterampilan siswa karena menjadi bekal untuk bekerja di dunia
industri dan dunia usaha. Kecerobohan dan kurangnya pengetahuan, serta tidak mengikuti
aturan yang dilakukan saat praktik dapat menimbulkan efek yang sangat fatal, yaitu kecelakaan
kerja. Kecelakaan kerja dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung, dan kecelakaan
kerja memiliki dampak lain yang tidak hanya merugikan siswa, tetapi juga bagi sekolah
sebagai penyelenggara pendidikan. Oleh sebab itu Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
merupakan hal yang penting bagi siswa maupun sekolah sebagai penyelenggara pendidikan.

Gambar 1.1 K3LH


Beberapa cara atau kegiatan saat praktik di sekolah yang dapat dilakukan untuk mencegah
atau mengurangi hal-hal yang tidak diinginkan, yang dapat dilakukan salah satu caranya
yaitu dengan mengadakan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).
Berdasarkan (PERMENAKER PER.05/MEN/1996), yang dimaksud dengan SMK3 adalah bagian
dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan,

3
tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
pengembang, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan
dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja
guna terciptanya tempat kerja yang aman, ei sien, dan produktif. SMK3 tersebut meliputi
penetapan kebijakan K3, perencanaan K3, pelaksanaan K3, pemantauan serta evaluasi K3,
dan peninjauan serta peningkatan K3.

Gambar 1.2 Alat Pelindung Diri


1. Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja merupakan pengelompokkan dalam bidang ilmu kesehatan maupun
ilmu kedokteran beserta dengan praktiknya yang mempunyai tujuan, agar pekerja di sini
disebut siswa atau pelajar supaya memperoleh pengakuan kesehatan setinggi-tingginya
sesuai dengan kebutuhan, yaitu kesehatan i sik, mental, maupun kesehatan sosial,
dengan usaha-usaha kuratif dan preventif, yang dimaksud yaitu terhadap gangguan-
gangguan atau penyakit-penyakit kesehatan yang timbul setelah pekerjaan selesai
dilakukan dan dapat diakibatkan oleh faktor-faktor pekerjaan dan terhadap lingkungan
kerja di sekolah, serta terhadap penyakit-penyakit umum lainnya.
Dalam hal pendidikan kesehatan kerja merupakan suatu ilmu yang dalam penerapannya
berguna untuk meningkatkan kualitas hidup tenaga kerja (siswa/murid/pelajar) melalui
peningkatan kesehatan, serta pencegahan penyakit akibat pekerjaan yang diwujudkan
melalui pemeriksaan kesehatan, pengobatan saat sakit, dan asupan makanan yang
bergizi bagi para pekerja/siswa. Produktivitas optimal dalam dunia pekerjaan merupakan
dambaan setiap manajer, di sini yang dimaksud adalah guru/pengajar atau sekolah
sebagai penyelenggara pendidikan, karena dengan demikian sasaran pendidikan akan
dapat dicapai sesuai program pendidikan. Kesehatan berarti tingkat keadaan i sik dan
psikologi individu dapat terjamin dengan baik (siswa/pelajar).
2. Keselamatan Kerja
Berikut ini adalah beberapa pengertian dan dei nisi dari keselamatan kerja, khususnya
keselamatan kerja pada umumnya, yang diselenggarakan oleh penyelenggara
pendidikan atau sekolah:
a. Keselamatan kerja merupakan suatu kondisi atau keadaan dalam sebuah pekerjaan
yang diharuskan sehat serta aman baik itu bagi pekerjanya, sekolahnya, maupun
bagi siswa dan guru sebagai pekerja di dalamnya. Selain itu juga bagi lingkungan
sekitar sekolah atau tempat kerja dan bengkel kerja praktik tersebut.
b. Keselamatan kerja merupakan keselamatan yang berhubungan dengan mesin,
alat kerja, bahan, material, serta proses pengolahan material dan bahannya,
landasan atau dasar tempat kerja serta lingkungan dan cara-cara melakukan
praktik pekerjaannya.
4
c. Keselamatan kerja merupakan tugas dan tanggung jawab semua orang yang
bekerja, baik siswa maupun guru dan tool man sebagai pendamping praktik.
d. Keselamatan kerja di sini juga menyangkut tentang segenap proses produksi dan
proses pendistribusian, baik tentang barang maupun jasa yang dihasilkan selama
praktik di sekolah.
Keselamatan kerja merupakan keadaan di mana seorang pekerja (siswa/guru) terhindar
dari bahaya saat melakukan kerja praktik di sekolah. Keselamatan kerja adalah berfungsi
dari, oleh, dan untuk setiap tenaga kerja atau pekerja yaitu siswa dan guru maupun
masyarakat pada umumnya. Keselamatan dan kesehatan kerja pada praktik di sekolah
menyangkut semua unsur yang terkait di dalam aktivitas kerja di sekolah. Di antaranya
menyangkut tentang subjek di sini adalah siswa yang melakukan praktik pekerjaan,
kemudian objek (bahan/material) yaitu benda-benda atau barang-barang yang
dikerjakan pada saat praktik, serta alat-alat kerja yang dipergunakan dalam bekerja
praktik yang dapat berupa mesin-mesin dan peralatan lainnya dalam praktik, serta
menyangkut lingkungan kerjanya di bengkel praktik, di antaranya baik siswa atau guru
maupun benda-benda atau barang peralatan kerja bengkel.

Gambar 1.3 rambu-rambu K3LH

Perlengkapan APD (Alat Pelindung Diri) Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Peralatan pelindung badan mempunyai fungsi yaitu untuk melindungi diri para
pekerjanya agar tidak mengalami cedera maupun kecelakaan akibat pekerjaan yang dilakukan.
Di sini Alat Pelindung Diri (APD) atau Personal Protective Equipment merupakan sebuah
alat ataupun perlengkapan yang wajib dipergunakan untuk melindungi serta menjaga
keselamatan bagi para pekerja pada saat melakukan sebuah pekerjaan yang mempunyai
potensi bahaya maupun sebuah risiko kecelakaan kerja di lapangan. Peralatan Pelindung
Diri atau biasa disebut APD yang biasa digunakan harus sesuai dengan potensi bahaya dan
risiko pekerjaan yang dilakukan sehingga dapat lebih efektif melindungi para pekerja di sini
sebagai penggunanya. Adapun persyaratan-persyaratan yang harus disiapkan untuk
Alat Pelindung Diri tersebut, yaitu:
1) Peralatan keselamatan kerja harus sesuai dengan jenis atau macam pekerjaan yang
dikerjakan serta jenis alat kerja atau mesin yang digunakan untuk beroperasi, sehingga
untuk efektivitas pemakaian peralatan keselamatan kerja benar-benar dapat terpenuhi
sesuai standar operasionalnya.
2) Peralatan keselamatan kerja tersebut juga harus dipakai atau digunakan selama
pekerja, di sini adalah siswa dan guru yang berada di dalam bengkel kerja, baik mereka
5
sedang praktik kerja maupun pada saat di bengkel tersebut tidak praktik kerja dan alat
keselamatan kerja tersebut harus selalu dirawat dengan baik sesuai dengan standar
operasionalnya.
3) Penilaian tingkat perlindungan peralatan keselamatan kerja itu sendiri buat para
siswa dan guru yang memakainya, yang dimaksud dengan menggunakan peralatan
keselamatan kerja tersebut maka baik siswa maupun guru akan merasa aman serta
terlindungi keselamatannya dalam bekerja di lapangan.
4) Peralatan keselamatan kerja yang digunakan tersebut seharusnya dapat dirasa nyaman
dan dapat dipakai oleh para siswa saat praktik kerja, sehingga menimbulkan rasa aman
dan nyaman bagi mereka pada waktu bekerja di lapangan maupun di bengkel.
Konsep dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan Alat Pelindung Diri pada Pekerjaan
Survei dan Pemetaan, yaitu setiap pekerjaan apaun pekerjaannya memiliki sebuah risiko,
baik risiko yang besar maupun risiko sekecil apapun. Dari situlah penerapan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) dalam sebuah pekerjaan sangat diperlukan dalam setiap profesi dan
pekerjaan, tidak terkecuali untuk mereka yang berkecimpung di bidang Survei Pemetaan.
Walaupun sekilas tidak berbahaya, namun kenyataannya profesi Survei Pemetaan tidak
sesederhana kelihatannya. Banyak kondisi yang berpotensi menyebabkan luka, penyakit,
cacat, bahkan kematian pada pekerja dalam pelaksanaan tugasnya di lapangan.
Pekerjaan survei dan pemetaan yang menggunakan peralatan dan perlengkapan kerja
harus mampu mengoperasikan dengan benar alat dan perlengkapan yang dibutuhkan, serta
memperhatikan keselamatan kesehatan kerja dan melengkapi diri dengan alat pelindung
diri. Dimulai dari pekerjaan kantor dan pekerjaan lapangan.
1. Tim pengukuran/personel
Unt uk melaksanakan kegiat an ini diperlukan tenaga-tenaga survei yang
berpengalaman. Personel yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan ini adalah:
1) Ketua Tim (Team Leader/Geodetic Engineer)
2) Survei (Chief Surveyor)
3) Pelaksana Survei (Surveyor)
4) Asisten Pelaksana Survei (Asisten Surveyor)
5) Pengelola Data (Data Processing)
6) Tim Survei (Crew Survey)
2. Peralat an survei
Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai harus ditentukan terlebih dahulu peralatan
yang akan digunakan. Peralatan yang digunakan harus memenuhi spesii kasi teknis
yang ada sehingga data pengukuran memenuhi kriteria yang diinginkan (telah
dikalibrasi).
Peralatan yang harus dipersiapkan antara lain:
1) Alat ukur tanah seperti waterpass instrumen, theodolite, total station yang
mempunyai ketelitian pembacaan sudut terkecilnya hingga 1 (satu) detik dan
akurasi pengukuran terhadap jaraknya adalah 5+3 ppm serta perlengkapannya,
tergantung dari pekerjaan yang dilakukan. Beserta dengan kelengkapan lainnya,
seperti statif dan lainnya.
2) Komputer (hardware dan software), printer ukuran A3 (di kantor).
3) Kamera
4) Kompas (Shunto), GPS Handheld
5) Perlengkapan lapangan
6) Persiapan lapangan

6
Pekerjaan yang berkaitan dengan persiapan lapangan terdiri dari beberapa
kegiatan antara lain:
a. Memperhatikan keadaan lapangan.
b. Melaksanakan pengukuran sesuai syarat ketentuan yang ditetapkan, mengikuti SOP.
c. Mempersiapkan diri untuk bekerja sesuai langkah-langkah melakukan pengukuran.
d Mobilisasi Tim Pengukuran.
e. Persiapan base camp.
f. Persiapan material yang dibutuhkan.
g. Koordinasi dengan instansi terkait.
h. Pengenalan medan secara umum (orientasi lapangan).
i. Menentukan lokasi pemasangan titik-titik kontrol pemetaan.
j. Menentukan batas-batas areal pengukuran.
Semua persiapan yang ditetapkan dikerjakan dengan sebaik-baiknya agar tidak terjadi
kecelakaan kerja dan alat dapat dipergunakan dengan baik dan benar sehingga tidak
terjadi kerusakan.
3. Manfaat APD
Salah satu usaha yang dilakukan dalam melindungi pekerja baik siswa maupun guru
di sebuah bengkel kerja, maupun laboran atau praktikan di laboratorium mempunyai
penilaian penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), sehingga dapat mencapai
produktivitas yang optimal. Salah satu wujud dari penerapan K3 adalah dengan
menggunakan APD secara disiplin.
Pengunaan APD merupakan suatu kewajiban. Pemanfaatan APD oleh tenaga kerja/
praktikan sampai saat ini masih merupakan masalah rumit dan sulit dipecahkan. Hal ini
karena faktor disiplin tenaga kerja/praktikan yang masih rendah. Tujuan penggunaan
Alat Pelindung Diri (APD) adalah untuk melindungi tubuh dari bahaya pekerjaan yang
dapat mengakibatkan penyakit atau kecelakaan kerja, sehingga penggunaan alat
pelindung diri memegang peranan penting. Hal ini penting dan bermanfaat bukan
saja untuk tenaga kerja tetapi untuk perusahaan.
Manfaat APD bagi tenaga kerja/laboran/praktikan seperti:
1) Tenaga kerja/praktikan dapat bekerja dengan perasaan lebih aman untuk terhindar
dari bahaya-bahaya kerja.
2) Dapat mencegah kecelakaan akibat tenaga kerja/laboran/praktikan dapat
memperoleh derajat kesehatan yang sesuai hak dan martabatnya sehingga tenaga
kerja/laboran/praktikan akan mampu bekerja secara aktif dan produktif.
3) Tenaga kerja/laboran/praktikan bekerja dengan produktif sehingga meningkatkan
hasil produksi/praktiknya. Khusus bagi tenaga kerja, hal ini akan menambah
keuntungan bagi tenaga kerja yaitu berupa kenaikan gaji atau jaminan sosial
sehingga kesejahteraan akan terjamin.

7
4. Tujuan kesehatan dan keselamat an kerja
Dari pemahaman di atas sasaran keselamatan kerja adalah:
1) Mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
2) Mencegah timbulnya penyakit akibat suatu pekerjaan.
3) Mencegah/mengurangi kematian.
4) Mencegah/mengurangi cacat tetap.

8
5) Mengamankan material, konstruksi, pemakaian, pemeliharaan bangunan, alat-alat
kerja, mesin-mesin, instalasi, dan sebagainya.
6) Meningkatkan produktivitas kerja tanpa memeras tenaga kerja dan menjamin
kehidupan produktifnya.
7) Mencegah pemborosan tenaga kerja, modal, alat, dan sumber-sumber produksi
lainnya.
8) Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman, dan aman sehingga dapat
menimbulkan kegembiraan semangat kerja.
9) Memperlancar, meningkatkan, dan mengamankan produksi industri serta
pembangunan dari sasaran tersebut maka keselamatan kerja yang ditujukan bagi:
a. Manusia (pekerja dan masyarakat), benda (alat, mesin, bangunan, dan lain-lain).
b. Lingkungan (air, udara, cahaya, tanah, hewan dan tumbuh-tumbuhan).
Perlengkapan badan yang harus digunakan pada pekerjaan konstruksi adalah sebagai
berikut:

Gambar 1.4 APD Pekerjaan Pengukuran Tanah

1) Safety Helmet (Topi Keselamatan)


Topi keras (helm) sangat berguna untuk melindungi kepala dari benturan benda-
benda yang mungkin jatuh, untuk itu topi keras (helm) harus dipilih yang baik
mutunya. Topi pengaman harus cukup keras dan kokoh, tetapi ringan. Bahan plastik
dengan lapisan kain terbukti sangat cocok untuk keperluan ini. Topi pengaman
dengan bahan elastis seperti karet atau plastik pada umumnya dipakai oleh
wanita. Rambut wanita yang panjang memiliki potensi risiko ditarik oleh mesin.
Oleh karena itu, penutup kepala harus dipakai agar rambut tidak terbawa putaran
mesin dengan cara rambut diikat dan ditutup oleh penutup kepala.

Gambar 1.5 Safety Helmet (Topi Keselamatan)


9
2) Alat Pelindung Pernafasan
Alat perlindungan bagian pernapasan yang dimaksud adalah sebagai perlindungan
dari pencemaran oleh partikel-partikel (debu, kabut, asap, dan uap logam).

Gambar 1.6 Masker dan Respirator


3) Safety Shoes (Sepatu keselamatan)
Safety shoes berperan untuk menghindar kecelakaan fatal yang menerpa kaki
karena benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dan sebagainya. Sepatu
pengaman harus dapat melindungi tenaga kerja terhadap kecelakaan-kecelakaan
yang disebabkan oleh beban berat yang menimpa kaki, paku-paku, atau benda tajam
lain yang mungkin terinjak, logam pijar, larutan asam, dan sebagainya. Biasanya
sepatu kulit yang buatannya kuat dan baik cukup memberikan perlindungan,
tetapi terhadap kemungkinan tertimpa benda-benda berat masih perlu sepatu
dengan ujung bertutup baja dan lapisan baja di dalam solnya. Lapisan baja dalam
sol sepatu perlu untuk melindungi pekerja dari tusukan benda runcing khususnya
pada pekerjaan bangunan.

Gambar 1.7 Safety Shoes (Sepatu keselamatan)

10
4) Jas Hujan (Rain Coat)
Berperan melindungi dari percikan air saat bekerja (contoh bekerja pada saat
hujan atau tengah membersihkan alat). Jas hujan juga bisa dimanfaatkan sebagai
pelindung diri dari hujan, juga dapat digunakan untuk pelindung alat, agar
seluruh alat terselimuti oleh jas hujan. Demi menghindari air hujan yang bisa
merusak atau menggangu sistem kerja alat survei yang digunakan.

Gambar 1.8 Jas Hujan (Rain Coat)

5) Rompi Pelampung
Pelampung berfungsi melindungi pengguna yang bekerja di atas air atau
di permukaan air agar terhindar dari bahaya tenggelam dan atau mengatur
keterapungan (buoyancy) pengguna agar dapat berada pada posisi tenggelam
(negative buoyant) atau melayang (neutral buoyant) di dalam air.

Gambar 1.9 Rompi Pelampung


6) Alat Pelindung khusus
Masih banyak terdapat alat-alat pelindung diri lainnya seperti “tali pengaman” bagi
tenaga kerja yang mungkin terjatuh. Selain itu, mungkin pula diadakan tempat kerja
khusus bagi tenaga kerja dengan segala alat proteksinya. Juga ‘’pakaian khusus’ bagi
saat terjadinya kecelakaan atau untuk proses penyelamatan.

Gambar 1.10 Alat Pelindung khusus

11
5. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan APD
APD akan berfungsi dengan sempurna apabila telah sesuai dengan standar yang
ditentukan dan dipakai secara baik dan benar. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1) Sediakanlah APD yang telah teruji dan telah memiliki SNI atau standar internasional
lainnya yang diakui.
2) Pakailah APD yang sesuai dengan jenis pekerjaan walaupun pekerjaan tersebut
hanya memerlukan waktu yang singkat.
3) APD harus dipakai dengan tepat dan benar.
4) Jadikanlah kebiasaan memakai APD menjadi budaya. Ketidaknyamanan dalam
memakai APD jangan dijadikan alasan untuk menolak memakainya.
5) APD tidak boleh diubah-ubah pemakaiannya, kalau memang terasa tidak nyaman
dipakai harus dilaporkan kepada atasan atau pemberi kewajiban pemakaian alat
tersebut.
6) APD dijaga agar tetap berfungsi dengan baik.
7) Semua pekerja, pengunjung, dan mitra kerja yang ada dilokasi proyek konstruksi
harus memakai APD yang diwajibkan, seperti topi keselamatan.
6. Standar yang dipakai
Apabila akan membeli APD kita harus berpedoman kepada standar industri yang
berlaku. Belilah hanya barang yang telah mencantumkan kode SNI (Standar Nasional
Indonesia) atau JIS untuk barang buatan Jepang, ANSI, BP, dan sebagainya. Tergantung dari
negara asal berang kebutuhan proyek dan dinyatakan layak untuk pekerjaan dimaksud.
Di bawah ini beberapa contoh standar APD dengan SNI dan standar internasional
lainnya.
1) Helmet (topi pengaman): ANZI Z 89,1997 standar.
2) Sepatu pengaman (safety boot): SII-0645-82, DIN 4843.
3) Australian standard AS/NZS 2210.3.2000.ANZI Z 41PT 99, SS 105,1997
4) Sabuk pengaman: EN 795 Class C ANZI OSHA
Banyak lagi standar-standar yang diberlakukan di negara maju, tetapi yang lebih penting
kalau kita memakai produk dalam negeri ujilah ketahanannya terhadap suatu beban
yang akan diberikan kepadanya dengan toleransi minimal 50%. Hal ini penting karena
mungkin bagi kontraktor kecil dan menengah apabila harus menyediakan produk impor
akan menjadi beban yang berat bagi keuangan perusahaan. Perlu juga dipertimbangkan
daya tahan dan kualitas barang yang ada untuk pemakaian beberapa proyek pekerjaan
atau beberapa periode pekerjaan sehingga akan menghemat pengeluaran.

12
7. Kekurangan dan kelebihan pada APD
APD atau Alat Pelindung Diri ini harus diperhatikan kondisinya. Jika APD rusak atau
rusak atau tidak dapat berfungsi dengan baik harus segera dimusnahkan. Beberapa
APD juga memiliki masa pakai, sehingga perawatannya harus lebih diperhatikan dan
dicatat waktu pembelian serta masa pemakaiannya. Dalam Peraturan Menakertrans ini
juga disebutkan bahwa pengadaan APD dilakukan oleh perusahaan dan pekerja berhak
untuk menyatakan keberatan untuk melakukan pekerjaan jika alat keselamatan kerja
yang disediakan tidak memenuhi ketentuan dan persyaratan.
Berikut merupakan contoh bentuk kekurangan-kekurangan yang ada pada alat
perlindungan diri, seperti:
1) Kemampuan perlindungan yang tidak sempurna, karena memakai alat pelindung
diri yang kurang tepat.
2) Fungsi dari alat pelindung diri ini hanya untuk mengurangi akibat dari kondisi yang
berpotensi menimbulkan bahaya.
3) Tidak menjamin pemakainya bebas kecelakaan.
4) Cara pemakaian alat pelindung diri yang salah.
5) Alat pelindung diri tidak memenuhi persyaratan standar.
6) Alat pelindung diri yang sangat sensitif terhadap perubahan tertentu.
7) Alat pelindung diri yang mempunyai masa kerja tertentu seperti kanister, filter,
dan penyerap (cartridge).
8) Alat Pelindung Diri dapat menularkan penyakit bila dipakai berganti-ganti.

Adapun kelebihan dari alat perlindungan diri meliputi:


1) Mengurangi risiko akibat kecelakaan.
2) Melindungi seluruh/sebagian tubuh dari kecelakaan.
3) Sebagai usaha terakhir apabila sistem pengendalian teknik dan administrasi tidak
berfungsi dengan baik.
4) Memberikan perlindungan bagi tenaga kerja di tempat kerja.

Menjaga Lingkungan Hidup pada Pekerjaan Pengukuran Tanah

Geomatika merupakan sebuah istilah ilmiah yang lahir pada era modern kini. Geomatika
yang berarti pendekatan yang terpadu dalam mengukur, menganalisis, dan mengelola
deskripsi dan lokasi data-data kebumian, yang pada umumnya disebut sebagai data spasial.
Geomatika mempunyai aplikasi dalam disiplin ilmu yang berhubungan dengan data spasial,
misalnya studi lingkungan, perencanaan wilayah dan kota, kerekayasaan, navigasi, geologi,
geoi sika, dan pengelolaan pertanahan. Oleh karena itu, geomatika sangat fundamental
terhadap semua disiplin ilmu kebumian yang menggunakan data spasial, salah satunya
ilmu ukur tanah (pemetaan).
Ilmu ukur tanah (pemetaan) adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara
pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan posisi relatif atau
absolut titik-titik pada permukaan tanah, di atasnya atau di bawahnya, dalam memenuhi
kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif suatu daerah. Aplikasi pemetaan
dalam dunia teknik sipil sangat berkaitan erat terutama dalam kerja lapangan teknik sipil.
Aplikasi tersebut misalnya dalam membantu suatu pekerjaan untuk konstruksi jalan, navigasi,
13
perencanaan, analisis data spasial (salah satunya perhitungan volume), sebagai data informasi,
serta membantu dalam pembuatan suatu desain bangunan.
Disiplin ilmu geomatika khususnya dalam pendekatan ilmu ukur tanah di bidang teknik
sipil menggunakan alat khusus guna untuk mendapatkan suatu data spasial. Data tersebut
berasal dari berbagai sumber, dari satelit-satelit yang mengorbit bumi, sensor-sensor laut
dan udara, dan peralatan ukur di daratan. Alat yang digunakan tersebut antara lain kompas
yang digunakan untuk mengukur azimut atau besaran sudut berdasarkan magnetis utara
bumi. Klinometer untuk menghitung bidang datar pada area permukaan bumi yang tidak
datar. GPS (Global Positioning System) untuk menghitung atau menentukan lokasi dari daerah
yang diaktifkan GPS tersebut. Receiver GPS Garmin 12XL alat penerima GPS yang gunakan
untuk pemetaan partisipasif. Peralatan teknologi informasi yang mutakhir menggunakan
perangkat keras dan perangkat lunak komputer. Teodolit adalah salah satu alat ukur tanah
yang digunakan untuk menentukan tinggi tanah dengan sudut vertikal dan sudut horizontal.

Gambar 1.11 Faktur K3LH

14
Pelaksanakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pekerjaan
Pengukuran Tanah
Saat ini pemerintah tengah melakukan revitalisasi pengawasan ketenagakerjaan. Upaya-
upaya yang sedang dilakukan di antaranya menitikberatkan pada peningkatan kualitas dan
kuantitas pengawas, penegakan hukum di bidang ketenagakerjaan, serta merumuskan
dan melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pembinaan pengawasan
ketenagakerjaan. Revitalisasi meliputi penurunan angka kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja, menurunkan pelanggaran norma ketenagakerjaan, mengurangi pekerja anak,
peningkatan efektivitas pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan, peningkatan kepesertaan
dan kualitas jaminan sosial tenaga kerja, serta peningkatan kualitas kondisi lingkungan kerja.
Kegiatan profesi survei pemetaan harus memenuhi standar SMK3, mengingat lingkungan dan
peralatan kerja yang digunakan dapat menyebabkan risiko kecelakaan kerja. Baik perusahaan
maupun surveyor pemetaan memenuhi hak dan kewajiban sesuai standar keselamatan
kerja. Lingkungan kerja survei pemetaan cukup beragam, di antaranya: surveyor tambang
(termasuk tambang bawah tanah), land surveying, bathimetry, dan sebagainya.
Lingkungan kerja tambang memiliki risiko kecelakaan kerja yang cukup tinggi. Untuk
contoh pekerjaan di tambang dapat disimpulkan risiko keselamatan kerja sebagai berikut:
a. Keterbatasan ruang gerak, menyebabkan bahaya tertabrak kendaraan bergerak (loader,
truk bawah tanah), yang menjadi salah satu penyebab kecelakaan cukup tinggi.
b. Keterbatasan cahaya penerangan.
c. Tertimpa runtuhan bebatuan.
Adanya gas-gas yang berbahaya, misalnya metan. Di tambang batu bara bawah tanah,
udara yang mengandung 5—15% metan dan sekurangnya 12.1% oksigen akan meledak
jika terkena percikan api.

15
LATIHAN SOAL

1. Jelaskan alat untuk mengukur jarak langsung di lapangan yang Anda anggap teliti dan akurat
2. Coba perhatikan perbedaan dari Alat Pelindung Diri (APD) K3LH tentang APD Pekerjaan
Konstruksi Bangunan, dan APD pada Pekerjaan Pengukuran Tanah (Buatlah seperti tabel
berikut):

Nama Alat Pelindung Pekerjaan Konstruksi Pekerjaan Pengukuran


Diri Bangunan Tanah

3. Sebutkan kekurangan dan kelebihan dari Alat Pelindung Diri (APD)!

16

Anda mungkin juga menyukai