Anda di halaman 1dari 12

A.

Definisi Sanitasi Perumahan


1. Sanitasi
Sanitasi adalah menciptakan keadaan lingkungan yang baik atau bersih untuk
kasehatan. Atau Sanitasi biasa disebut juga kebersihan lingkunga
2. Perumahan
Setiap manusia dimanapun berada membutuhkan tempatuntuk tinggal yang disebut
rumah. Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul
dan membina rasa kekeluargaan diantara anggota keluarga, tempat berlindung dan
menyimpan barang berharga, dan rumah juga merupakan status lambang sosial
(Azwar, 1996; Mukono, 2000).
Perumahan merupakan kebutuhan dasar manusia dan juga merupakan determinan
kesehatan masyarakat. Karena itu pengadaan perumahan merupakan tujuan
fundamental yang kompleks dan tersedianya standar perumahan merupakan isu
penting dari kesehatan masyarakat. Perumahan yang layak untuk tempat tinggal
harus memenuhi syarat kesehatan sehingga penghuninya tetap sehat. Perumahan
yang sehat tidak lepas dari ketersediaan prasarana dan sarana yang terkait, seperti
penyediaan air bersih, sanitasi pembuangan sampah, transportasi, dan tersedianya
pelayanan sosial (Krieger and Higgins, 2002).
Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya yang
dipakai sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga (UUD RI No. 4
Tahun 1992). Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk
tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani
serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan individu (Komisi WHO
Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001). Perumahan adalah kelompok rumah
yang berfungsi sebagailingkungan tempat tinggal yang dilengkapi denganprasarana
lingkungan yaitu kelengkapan dasar fisik lingkungan,misalnya penyediaan air minum,
pembuangan sampah, listrik,telepon, jalan, yang memungkinkan lingkungan
pemukiman berfungsi sebagaimana mestinya dan sarana lingkungan yaitu
fasilitaspenunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan serta
pengembangankehidupan ekonomi, sosial dan budaya, seperti fasilitas
tamanbermain, olah raga, pendidikan, pertok oan, sarana perhubungan,
keamanan,serta fasilitas umum lainnya. Perumahan sehat merupakan konsep dari
perumahansebagai faktor yang dapat meningkatkan standar kesehatanpenghuninya.
Konsep tersebut melibatkan pendekatan sosiologis danteknis pengelolaan faktor
risiko dan berorientasi pada lokasi,bangunan, kualifikasi, adaptasi, manajemen,
penggunaan dan pemeliharaan rumah dan lingkungan di sekitarnya. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan tempat berlindung
dan beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang menumbuhkan
kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga
dapat bekerja secaraproduktif.Oleh karena itu keberadaan perumahan yang sehat,
aman, serasi, teratur sangat diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat
terpenuhi dengan baik. Jadi sanitasi perumahan adalah menciptakan keadaan
lingkungan perumahan yang baik atau bersih untuk kasehatan.

B. Karakteristik Rumah
1. Tinjauan tentang ventilasi
Beberapa alasan rumah dikategorikan memiliki ventilasi buruk adalah karena
jumlah ventilasi yang tidak memadai serta bersatunya dapur dengan ruang tidur
atau ruang lain tempat aktivitas keluarga. Kondisi rumah seperti ini menyebabkan
terhambatnya pertukaran udara dari dalam dan luar rumah dan setidaknya
mengakibatkan 3 kemungkinan, yaitu : kekurangan oksigen dalam udara,
bertambahnya konsentrasi CO2dan adanya bahan-bahan racun organis yang
ikut terhirup. Udara dalam rumah mengalami kenaikan kelembaban yang
bersumber dari penguapan cairan tubuh melalui kulit dan pernapasan. Jika
ventilasi ruangan buruk, maka udara lembab tersebut tidak dapat bertukar
dengan udara dari luar rumah. Udara basah yang dihirup berlebihan akan
menyebabkan gangguan fungsi paru-paru atau pernafasan. Penyakit pneumonia
sering ditemukan pada bayi, balita dan ibunya yang tinggal dalam rumah dengan
ventilasi buruk. Hal ini disebabkan bayi dan anak balita lebih lama dirumah
bersama ibunya sehingga dosis pencemaran tentunya akan lebih tinggi.
2. Tinjauan tentang kepada hunian rumah
Rumah kecil, penghuninya yang banyak, kurang ventilasi, kurang pengertian
akan perilaku hidup sehatmemudahkan terjadinya penularan pneumonia pada
anak balita. Disamping itu keadaan perumahan yang padat itu dapat
meningkatkan faktor polusi dalam rumah yang telah ada. (bambang. S1993).
Status sosial dalam lingkungan berpengaruh pada pneumoni. Kemudian peneliti
lain menemukan bahwa kepadatan hunian yang banyak berperan pada kejadian
pneumonia adalah kepadatan kamar tidur (sleeping density). Dikatakan jika
kepadatan hunian dikamar tidur melebihi tiga orang dalam satu kamar, maka
besarnya resiko anak terkena pneumonia adalah 1,2 kali dibanding pada
keadaan penghuni kamar yang sesuai standar APHA yaitu setiap penghuni
pertama mendiami 150 sg. Ft (13 meter 2) diperlukan penambahan luas dan
setiap penambahan satu orang penghuni diperlukan penambahan luas lantai 100
sg. Ft (2 meter), sehingga rata-rata jumlah luas lantaiper penghuni adalah 11
meter atau minimal 10 meter. Dari segi kesehatan, kepadatan hunian sangat
bermakna pengaruhnya yang akan memudahkan terjadinya penularan penyakit
pneumonia dan penyakit lainnya yang menyebar melalui udara. Disamping itu
semakin banyak orang yang menempati suatu rumah akan banyak pula
menghasilkan karbon monoksida (CO2), yang kurang bermanfaat bagi kesehatan
manusia.

C. Faktor-Faktor Yang Perlu Diperhatikan Dalam Membangun Suatu Rumah


Faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis maupun lingkungan sosial.
Maksudnya membangun suatu rumah harus memperhatikan tempat dimanarumah
itu didirikan. Di pegunungan ataukah di tepi pantai, di desa ataukah dikota, di daerah
dingin ataukah di daerah panas, di daerah pegunungan dekatgunung berapi (daerah
gempa) atau di daerah bebas gempa dan sebagainya. Rumah didaerah pedesaan,
sudah barang tentu disesuaikan kondisi socialbudaya pedesaaan, misalnya
bahanya, bentuknya, menghadapnya, danlainsebagainya.Rumah didaerah gempa
harus dibuat dengan bahan-bahan yangringan namun harus kokoh, rumah didekat
hutan harus dibuat sedemikian rupasehingga aman terhadap serangan-serangan
binatang buas.

D. Pengadaan Perumahan
Laju pertumbuhan penduduk yang pesat dan arus urbanisasidi negara sedang
berkembang menyebabkan masalah perumahanmemerlukan pemecahan dan
penanganan yang segara. Di Afrika,Amerika Latin dan Asia penduduk kota
meningkat dua kali lipat dalam periode 10 tahun terakhir. Urbanisasi yang tidak
terkendali inimenimbulkan rangkaian masalah sosial yang sangat kompleks.
Lajupertumbuhan penduduk di Indonesia seperti di negara sedang berkembang
lainnya juga cukup tinggi, yaitu sekitar 2,3% per tahun,dan bahkan di daerah
perkotaan mencapai 5,4% per tahun yang jugaterutama disebabkan karena
derasnya arus urbanisasi. Hal inimeyebabkan peningkatan kebutuhan prasarana dan
sarana perumahan dan lingkungan pemukiman dan pengadaan perumahanuntuk
golongan masyarakat dengan tingkat ekonomi menengahkebawah menjadi problem
yang semakin sulit. United Nations Conference on Problem of The
HumanEnvironment pada tahun 1972 telah menyatakan bahwa lebih dari 1 milyar
penduduk dunia hidup dalam kondisi perumahan dibawahstandar dan kemungkinan
situasi ini akan semakin bertambah burukdimasa yang akan datang (WHO SEARO,
1986; Komisi WHOMengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001). Faktor yang
berpengaruh dalam situasi ini adalah tingkat ekonomi masyarakat yang masih
rendah, lingkungan fisik, biologi, sosial dan budayasetempat yang belum
mendukung; tingkat kemajuan teknologipembangunan perumahan masih
terbelakang; serta belum konsistennya kebijaksanaan pemerintah dalam tata guna
lahan danprogram pembangunan perumahan untuk rakyat. Demikian juga kondisi
perumahan di daerah pedesaanbanyak dijumpai perumahan yang tidak memenuhi
syarat kesehatansehingga perlu ditata kembali dan dipugar dengan melengkapi
prasarana dan sarana perumahan yang memadai.Masyarakat kecil berpenghasilan
rendah tidak mampumemenuhi persyaratan mendapatkan Kredit Pemilikan Rumah
(KPR) bahkan untuk rumah tipe Rumah Sangat Sederhana (RSS).Sebaliknya
pemerintah dan swasta pengembang perumahan tidakdapat memenuhi kebutuhan
perumahan untuk masyarakat.
Hal tersebut menimbulkan masalah sosial yang serius dan menumbuhkanlingkungan
pemukiman kumuh (slum area) dengan gambaranberhubungan erat dengan
kemiskinan, kepadatan penghuninya tinggi,sanitasi dasar perumahan yang rendah
sehingga tampak jorok dankotor yaitu tidak ada penyediaan air besih, sampah yang
menumpuk,kondisi rumah yang sangat menyedihkan, dan banyaknya vektorpenyakit,
terutama lalat, nyamuk dan tikus.Dalam pengadaan perumahan, sangat diperlukan
peran sertamasyarakat karena pemerintah dalam hal ini hanya bertindak
sebagaifasilitator yang mendorong dan memberi bantuan untuk mencapai tujuan.

E. Syarat-Syarat Rumah Yang Sehat


Persyaratan kesehatan perumahan adalah ketentuan teknis kesehatan yang wajib
dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni dan masyarakat yang bermukim di
perumahan dan masyarakat sekitar dari bahaya atau gangguan kesehatan.
Persyaratan kesehatan perumahan yang meliputi persyaratan lingkungan
perumahan dan pemukiman serta persyaratan rumah itu sendiri, sangat diperlukan
karena pembangunan perumahan berpengaruh sangat besar terhadap peningkatan
derajat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat. Persyaratan kesehatan
perumahan dan lingkungan pemukiman menurut Keputusan Menteri Kesehatan
(Kepmenkes) No. 829/Menkes/SK/VII/1999 meliputi parameter sebagai be rikut :
1. Lokasi
a) Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai,
aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan
sebagainya
b) Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah
atau bekas tambang
c) Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerahkebakaran seperti
jalur pendaratan penerbangan.

2. Kualitas udara
Kualitas udara di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas
beracun dan memenuhi syarat baik mutu lingkungan sebagai berikut :
a) Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi
b) Debu dengan diameter kurang dari 10 g maksimum 150 g/m3
c) Gas SO2 maksimum 0,10 ppm
d) Debu maksimum 350 mm3/m2 per hari.
e) Kebisingan dan getaran
f) Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A
g) Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik .
h) Kualitas tanah di daerah perumahan dan pemukiman
i) Kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg
j) Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg
k) Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg
l) Kandungan Benzo(a)pyrene maksimum 1 mg/kg
3. Prasarana dan sarana lingkungan
a) Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluargadengan
konstruksi yang aman dari kecelakaan
b) Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor
penyakit
c) Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksijalan tidak
mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidakmembahayakan pejalan kaki
dan penyandang cacat,jembatan harus memiliki pagar pengaman, lampu
penerangan jalan tidak menyilaukan mata
d) Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitasair yang
memenuhi persyaratan kesehatan
e) Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tanggaharus memenuhi
persyaratan kesehatan
f) Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat
kesehatan
g) Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan,komunikasi, tempat
kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian, dan lain sebagainya
h) Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya
i) Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidakterjadi
kontaminasi makanan yang dapat menimbulkankeracunan.

4. Vektor penyakit
a) Indeks lalat harus memenuhi syarat
b) Indeks jentik nyamuk dibawah 5%.
5. Penghijauan
Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukimanmerupakan pelindung dan
juga berfungsi untuk kesejukan,keindahan dan kelestarian alam
6. Bahan bangunan
a) Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yangdapat
membahayakan kesehatan, an tara lain : debu totalkurang dari 150 g/m2,
asbestos kurang dari 0,5 serat/m 3 per24 jam, plumbum (Pb) kurang dari 300
mg/kg bahan.
b) Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh danberkembangnya
mikroorganisme patogen.
c) Komponen dan penataan ruangan
d) Lantai kedap air dan mudah dibersihkan.
e) Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamarcuci kedap air
dan mudah dibersihkan.
f) Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan.
g) Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir.
h) Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya.
i) Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap.
7. Pencahayaan
Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat
menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 dan tidak
menyilaukan mata.
8. Kualitas udara
a) Suhu udara nyaman antara 18 30 oC;
b) Kelembaban udara 40 70 %;
c) Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam;
d) Pertukaran udara 5 kaki3/menit/penghuni;
e) Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam;
f) Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m3.

9. Ventilasi
Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luaslantai.
Ada 2 macam ventilasi, yakni :
a) Fungsi kedua dari pada ventaliasi adalah untuk membebaskan udara ruangan
dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena disituselalu terjadi aliran
udara dan sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah ini tidak
menguntungkan, karena merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangga
lainya ke dalam rumah. Untuk itu harus ada usaha-usaha lain untuk melindung
kita dari gigitan-gigitan nyamuk tersebut.
b) Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk
mengalirkan udara tersebut, misalnya kipas angin, dan mesinpenghisap
udara. Tetapi jelas alat ini tidak cocok dengan kondisi rumah di pedesaan.
Perlu diperhatika disinni bahwa sistem pembuatan ventilasi harus dijaga agar
udara tidak berhenti atau membalik lagi, harus mengalir.Artinya di dalam
ruangan rumah harus ada jalan masuk dan keluarnyaudara.
10. Vektor penyakit
Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah.
11. Penyediaan air
Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasita minimal 60 liter/
orang/hari. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan air
minum menurut Permenkes 416 tahun 1990 danKepmenkes 907 tahun 2002.
12. Sarana penyimpanan makanan
Tersedia sarana penyimpanan makanan yang aman .
13. Pembuangan Limbah
a) Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemarisumber air, tidak
menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah.
b) Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak
mencemari permukaan tanah dan airtanah.
14. Kepadatan hunian
Luas kamar tidur minimal 8 m2 dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang tidur.

Persyaratan tersebut diatas berlaku juga terhadap kondominium, rumah susun


(rusun), rumah toko (ruko), rumah kantor (rukan) pada zona pemukiman.
Pelaksanaan ketentuan mengenaipersyaratan kesehatan perumahan dan
lingkungan pemukiman menjadi tanggung jawab pengembang atau penyelenggara
pembangunan perumahan, dan pemilik atau penghuni rumah tinggal untuk rumah.

Penyelenggaran pembangunan perumahan (pengembang)yang tidak memenuhi


ketentuan tentang persyaratan kesehatanperumahan dan lingkungan pemukiman
dapat dikenai sanksi pidanadan sanksi administrasi sesuai dengan UU No. 4 /1992
tentangPerumahan dan Pemukiman, dan UU No. 23 /1992 tentangKesehatan, serta
peraturan pelaksanaannya. Bagi pemilik rumah yang belum memenuhi ketentuan
tersebutdiatas tidak dapat dikenai sanksi, tetapi dibina agar segera dapatmemenuhi
persyaratan kesehatan rumah.

F. Fasilitas-Fasilitas Didalam Rumah Sehat


Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas sebagai berikut:
a) Penyediaan air bersih yang cukup
b) Pembuangan Tinja
c) Pembuangan air limbah (air bekas)
d) Pembuangan sampah
e) Fasilitas dapur ruang berkumpul keluarga
f)
G. Penilaian Rumah Sehat

Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusiadisamping sandang dan


papan, sehingga rumah harus sehat agarpenghuninya dapat bekerja secara
produktif. Konstruksi rumah danlingkungannya yang tidak memenuhi syarat
kesehatan merupakanfaktor risiko sebagai sumber penularan berbagai penyakit,
khususnyapenyakit yang berbasis lingkungan. Berdasar Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) yangdilaksanakan tahun 1995 (Ditjen PPM dan PL, 2002) penyakit
InfeksiSaluran Pernafasan Akut (ISPA) yang merupakan penyebab
kematianterbanyak kedua dan tuberkulosis yang merupakan penyebab kematian
terbanyak ketiga erat kaitannya dengan kondisi sanitasiperumahan yang tidak sehat.
Penyediaan air bersih dan dan sanitasilingkungan yang tidak memenuhi syarat
menjadi faktor risiko terhadappenyakit diare (penyebab kematian urutan nomor
empat) disampingpenyakit kecacingan yang menyebabkan produktivitas kerja
menurun.

Disamping itu, angka kejadian penyakit yang ditularkan oleh vektorpenular penyakit
demam berdarah, malaria, pes dan filariasis yangmasih tinggi. Upaya pengendalian
faktor ris iko yang mempengaruhitimbulnya ancaman kesehatan telah diatur dalam
Kepmenkes RINo.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan
kesehatan perumahan.Dalam penilaian rumah sehat menurut Kepmenkes
tersebutdiatas, parameter rumah yang dinilai meliputi lingkup 3 (tiga) kelompok
komponen penilaian, yaitu :

a) kelompok komponen rumah,meliputi langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar


tidur, jendelakamar keluarga, dan ruang tamu, ventilasi, sarana pembuangan
asapdapur, pencahayaan;
b) kelompok sarana sanitasi, meliputi saranaair bersih, sarana pembuangan
kotoran, sarana pembuangan airlimbah, dan sarana pembuangan sampah; dan
c) kelompok perilakupenghuni, meliputi perilaku membuka jendela kamar tidur,
membukaJendela ruang keluarga dan tamu, membersi hkan halaman
rumah,membuang tinja bayi/anak ke kakus, dan membuang sampah
padatempatnya. Formulir penilaian rumah sehat terdiri komponen yangdinilai,
kriteria penilaian, nilai dan bobot serta hasil penilaian secaraterinci dapat dilihat
pada lampiran dari Kepmenkes RI No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang
persyaratan kesehatan perumahan.
H. Sanitasi Lingkungan Perumahan/Pemukiman

Di dalam program kesehatan lingkungan,suatu pemukiman/perumahan sangat


berhubungan dengan kondisi ekonomi, sosial, pendidikan, tradisi/kebiasaan, suku,
geografi, dan kondisi local. Selain itu, lingkungan perumahan/pemukiman
dipengaruhi oleh beberapa factor yang dapat menentukan kualitas lingkungan
perumahan tersebut, antara lain fasilitas pelayanan, perlengkapan, peralatan yang
dapat menunjang terselenggaranya kesehatan fisik, kesehatan mental,
kesejahteraan sosial bagi individu dan keluarganya.

Pengertian perumahan merupakan kelompok rumah yang berfungsi sebagai


lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan sarana pembinaan keluarga
yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan . sedangkan pemukiman
merupakan bagian dari lingkungan hidup baik kawasan perkotaan maupun
pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian
yang mendukung peri-kehidupan. Untuk menciptakan suatu lingkungan pemukiman
diperlukan kawasan perumahan dalam berbagai bentuk dan ukuran dengan
penataan tanah dan ruang, prasarana dan sarana lingkungan yang memenuhi
kesehatan.

I. Aspek Kesehatan Dari Perumahan

Perumahan harus menjamin kesehatan penghuninya dalam arti luas. Oleh sebab itu
diperlukan syarat perumahan sebagai berikut:

a) Memenuhi Kebutuhan Fisiologis


1) Secara fisik kebutuhan fisiologis meliputi kebutuhan suhu dalam rumah yang
optimal, pencahayaan yang optimal, perlindungan terhadap kebisingan,
ventilasi memenuhi persyaratan., dan tersedianya ruang yang optimal untuk
bermain anak.
2) Suhu ruangan dalam rumah yang ideal adalah berkisar 18-20 oC, dan suhu
tersebut dipengaruhi oleh : suhu udara luar, pergerakan udara, dan
kelembaban udara ruangan.
3) Pencahayaan harus cukup baik waktu siang maupun malam hari. Pada
malam hari pencahayaan yang ideal adalah penerangan listrik. Pada waktu
pagi hari diharapkan semua ruangan mendapatkan sinar matahari.
Intensitas cahaya pada suatu ruangan pada jarak 85 cm di atas lantai maka
intensitas penerangan minimal tidak boleh kurang dari 5 foot-candle.
4) Pertukaran hawa (ventilasi) yaitu proses penyediaan udara segar dan
pengeluaran udara kotor secara alamiah atau mekanis harus cukup.
Berdasarkan peraturan bangunan Nasional, lubang hawa suatu bangunan
harus memenuhi aturan sebagai berikut:
a. Luas bersih dari lantai dan jendela/ lubang hawa sekurang-kurangnya
1/10 dari luas lantai ruangan.
b. Jendela/ lubang hawa harus meluas ke arah atas sampai setinggi
minimal 1,95m dari permukaan lantai.
c. Adanya lubang hawa yang berlokasi di bawah langit-langit sekurang-
kurangnya 0,35% luas lantai ruang yang bersangkutan.

Kepadatan penghuni merupakan luas lantai rumah dibagi dengan jumlah


anggota keluarga penghuni tersebut. Berdasarkan Dir. Higiene dan Sanitasi
Depkes RI, 1993, maka kepadatan penghuni dikategorikan menjadi
memenuhi standar (2 orang per 8m2) dan kepadatan tinggi (lebih 2 orang per
8m2 dengan ketentuan anak <1 tahun tidak diperhitungkan dan umur 1-10
tahun dihitung setengah).

b) Memenuhi Kebutuhan Psikologis


Kebutuhan psikologis berfungsi untuk menjamin privacy bagi penghuni
perumahan. Perlu adanya kebebasan untuk kehidupan keluarga yang tinggal di
rumah tersebut secara normal. Keadaan rumah dan sekitarnya diatur agar
memenuhi rasa keindahan sehingga rumah tersebut menjadi pusat kesenangan
rumah tangga dan memungkinkan hubungan yang serasi antara orang tua dan
anak. Adanya ruangan tersendiri bagi remaja dan ruangan untuk berkumpulnya
anggota keluarga serta ruang tamu. Selain itu dibutuhkan kondisi untuk
terpenuhinya sopan santun dalam pergaulan di lingkungan perumahan.
c) Perlindungan Terhadap Penularan Penyakit
Untuk mencegah penularan penyakit diperlukan sarana air bersih, fasilitas
pembuangan air kotor, fasilitas penyimpanan makanan, menghindari adanya
intervensi dari serangga dan hama atau hewan lain yang dapat menularkan
penyakit. Agar dalam keadaan tidur tetap sehat diperlukan luas kamar tidur
sekitar 5 m2 per kapita per luas lahan.

d) Perlindungan/Pencegahab Terhadap Bahaya Kecelakaan Dalam Rumah


Agar terhindar dari kecelakaan maka konstruksi rumah harus kuat dan
memenuhi syarat bangunan, desain pencegahan terjadinya kebakaran dan
tersedianya alat pemadam kebakaran, pencegahan kecelakaan jatuh, dan
kecelakaan mekanis lainnya.
e) Beberapa Faktor Dari Rumah Yang Berpengaruh Terhadap Kesehatan
Faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan manusia adalah:
a. Kualitas bangunan rumah meliputi kualitas bahan dan konstruksinya serta
denah rumah.
b. Pemanfaatan bangunan rumah yang secara teknis memenuhi syarat
kesehatan, tetapi apabila peruntukannya tidak sesuai maka akan
mengganggu kesehatan.
c. Pemeliharaan bangunan akan mempengaruhi terjadinya penyakit.

Sumber:

Mukono H.J .2006. Prinsip Dasar Kesehatan Masyarakat Edisi Kedua. Airlangga University
Press. Surabaya

Jakarta;
EGCSumber Lain :http://webcache.googleusercontent.comhttp://library.unair.ac.id/download/
fkm/fkm-soedjajadikeman.ppt. environmentalsanitation.wordpress.co
mhttp://library.unair.ac.id/download/fkm/fkm-soedjajadikeman.ppt. http://webcache.googleus
ercontent.com/search?
q=cache:fpmnY2XAudsJ:ardhikesehatanlingkungan.blogspot.com/2011/11/makalah-rumah-
sehat.html+kriteria+rumah+sehat+menurut+depkes&cd=10&hl=id&ct=clnk&gl=id

Mulia, Ricki M. 2005. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Graha Ilmu

http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2010/03/07/ faktor yang diperhatikan


padaperumahan

http://id.wikipedia.org/wiki/sanitasi_perumahan

Anda mungkin juga menyukai