Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemampuan dan
kemauan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. Dengan kata lain masyarakat diharapkan mampu berperan sebagai pelaku
pembangunan kesehatan dalam menjaga, memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatannya sendiri, serta mampu berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakatnya.
Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor utama, yakni: lingkungan,
perilaku, pelayanan masyarakat, dan keturunan (herediter). Karena itu upaya untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat harus ditujukan pada keempat
factor utama tersebut secara bersama-sama.
Kesehatan lingkungan adalah upaya kesehatan meliputi kegiatan analisis dan
pengendalian risiko-risiko kesehatan sebagai akibat kurang terpenuhinya kebutuhan
kesehatan dasar seperti air bersih. Fasilitas sanitasi yang memadai dan tempat tinggal yang
layak serta penurunan tingkat risiko kesehatan yang disebabkan oleh pencemaran dan
bahaya-bahaya lingkungan. Upaya peningkatan kualitas lingkungan diantaranya adalah
pemeriksaan rumah sehat, pemantauan kualitas air bersih dan air minum, pengawasan
TTU/TPM/TP2, penyakit berbasis lingkungan, klinik sanitasi, sanitasi jamban, dan STBM
(Sanitasi Total Berbasis Masyarakat).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui cakupan pencapaian program kesehatan lingkungan guna dapat dapat
meningkatkan derajat kesehatan di Desa Sungai Kerawang.

1
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pendataan dan untuk mengetahui jumlah keadaan rumah dan sanitasi
secara berkala dalam usaha meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan di
masyarakat.
b. Mengetahui kualitas fisik dan faktor resiko sarana air bersih yang digunakan
masyarakat untuk memenui kebutuhan sehari-hari.
c. Meningkatkan kesadaran, kesadaran, kemauan kemauan dan kemampuan masyarakat
dalam mengamankan kualitas air agar layak konsumsi.
d. Melakukan pendataan dan mengetahui jumlah tempat pengelolaan makanan yang
memenuhi syarat kesehatan.
e. Melakukan pendataan dan mengetahui jumlah tempat-tempat umum yang memenuhi
syarat kesehatan.
f. Melakukan pendataan dan untuk mengetahui jumlah sarana sanitasi dasar di
lingkungan rumah tangga.

2
BAB II
GAMBARAN UMUM

A. Geografi
Desa Sungai Kerawang terletak di Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Kubu Raya,
Provinsi Kalimantan Barat. Desa Sungai Kerawang berbatasan langsung dengan:
Sebelah Utara : Desa Sumber Agung
SebelahTimur : Sungai Durian Sebatang Kec. Seponti
Sebelah Selatan : Sungai Simpang Lidah
Sebelah Barat : Desa Batu Ampar

Gambar 2.1 Peta Wilayah Desa Sungai Kerawang

Desa Sungai Kerawang masuk dalam desa pesisir yang sebagian wilayahnya
merupakan dataran rendah dengan rawa-rawa dan kawasan mangrove dengan kelas lereng
0% - 2%. Wilayah Desa Sungai Kerawang berada pada ketinggian 1 – 8 mdpl. Desa Sungai
Kerawang memiliki luas wilayah keseluruhan 29.000 Ha dengan pemukian seluas 4.800 Ha
3
yang terdiri dari tiga dusun yaitu dusun Suka Maju, Sido Mulyo dan Suka Bakti dengan 4
RW dan 14 RT.

B. Demografi
Jumlah penduduk di Desa Sungai Kerawang pada tahun 2019 adalah 1.584 jiwa
dengan jumlah KK sebanyak 439 KK. Berikut adalah jumlah penduduk Desa Sungai
Kerawang berdasarkan jenis kelamin:

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Desa Sungai Kerawang Tahun 2019


NO DESA DUSUN JML JIWA TOTAL
L P
1 Sungai Kerawang 3 860 724 1.584
Sumber : Profil Desa Tahun 2015

C. Program Kesehatan Lingkungan


1. Rumah Sehat
Dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman, perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
lingkungan. Rumah adalah sebuah tempat tujuan akhir dari manusia. Rumah
menjadi tempat berlindung dari cuaca dan kondisi lingkungan sekitar, menyatukan
sebuah keluarga, meningkatkan tumbuh kembang kehidupan setiap manusia, dan
menjadi bagian dari gaya hidup manusia Sedangkan pengertian Sehat menurut WHO
adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial budaya, bukan
hanya keadaan yang bebas penyakit dan kelemahan (kecacatan).
Rumah yang tidak sehat merupakan penyebab dari rendahnya taraf kesehatan
jasmani dan rohani yang memudahkan terjangkitnya penyakit dan mengurangi
daya kerja atau daya produktif seseorang. Rumah tidak sehat ini dapat menjadi
reservoir penyakit bagi seluruh lingkungan, jika kondisi tidak sehat bukan hanya
pada satu rumah tetapi pada kumpulan rumah (lingkungan pemukiman).
4
Timbulnya permasalahan kesehatan dilingkungan pemukiman pada dasarnya
disebabkan karena tingkat kemampuan ekonomi masyarakat yang rendah, karena
rumah dibangun berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya (Notoatmodjo,
2003).
Standar rumah sehat Kemenkes diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
829/MENKES/SK/VII/1999. Peraturan ini mengatur bangunan rumah serta lingkungan
tempat rumah tersebut berada. Kriteria-kriteria ini dipenuhi oleh pengembang (yang
membangun rumah) dan penghuni (yang menempati rumah).
Berikut kriteria rumah sehat sesuai lingkungan dan bangunannya:
a. Standar kesehatan lingkungan
Ada 7 kriteria lingkungan bagi rumah sehat sesuai standar Kemenkes. Banyak dari
kriteria ini harus diukur secara profesional, artinya pengembang yang punya
kewajiban agar rumah ini sehat sesuai standar. 7 kriteria tersebut yaitu:
1) Lokasi. Rumah tidak terletak di daerah rawan bencana alam (misalnya di
bantaran sungai, rawan tsunami, longsor, aliran lahar), bekas pembuangan
sampah, bekas tambang, rawan kecelakaan, dan jalur pendaratan penerbangan.
2) Kualitas udara, kebisingan, dan getaran. Lingkungan harus bebas dari gas
beracun alam maupun buatan. Selain itu, udara harus memenuhi parameter
berikut:
 Tingkat kebisingan maksimal 45-55 dbA.
 Tidak mengandung gas H2S dan NH3.
 Kandungan partikel debu 10 μg tidak melebihi 150 μg/m3.
 Kandungan gas SO2 tidak melebihi 0.10 ppm.
 Debu terendap tidak melebihi 350 mm3/m2 per hari.
 Tingkat getaran maksimal 10 mm/detik.
3) Kualitas tanah. Harus memenuhi syarat di peraturan yang berlaku. Peraturan air
yang terbaru diatur dalam Peraturan Menkes Nomor 492 Tahun 2010.
Kriterianya berupa:

5
 Syarat fisik, yaitu air harus bening, jernih, tidak meninggalkan endapan, tidak
berbau, tidak berasa, dan bersuhu 10-20 derajat Celcius.
 Syarat kimiawi, yaitu mengandung mineral penting sesuai kadar (seng, besi,
tembaga, mangan, dan klorida), tidak mengandung bahan beracun (merkuri,
timbal, arsen, kadmium, kromium), dan keasamannya netral (pH 7).
 Syarat mikrobiologi, yaitu bebas dari kuman dan bakteri
(umumnya Escherichia coli dan Salmonella sp).
4) Sarana & Prasarana Lingkungan
Di lingkungan rumah harus terdapat:
 Taman bermain anak & sarana rekreasi yang aman.
 Sarana drainase yang bersih dan tidak malah menjadi sarang penyakit.
 Sarana jalan yang aman, trotoar yang ramah pejalan kaki dan penyandang
disabilitas, jembatan penyeberangan berpagar, dan lampu penerangan yang
pas.
 Sumber air bersih yang cukup sepanjang waktu.
 Fasilitas pengelolaan limbah rumah tangga dan pengelolaan pembuangan
sampah.
 Akses terhadap sarana pelayanan umum dan sosial seperti tempat kerja,
tempat hiburan, sarana pendidikan, sarana kesenina, dan lain-lain.
 Instalasi listrik yang aman.
5) Binatang Penular Penyakit. Lingkungan harus bebas dari jentik nyamuk dan
lalat.
6) Penghijauan. Di lingkungan harus terdapat penghijauan yang berfungsi sebagai
pelindung, pemberi kesejukan, keindahan, dan pelestarian alam.

b. Standar Bangunan Rumah


Selain lingkungan, Kemenkes juga mengatur kriteria bagaimana bangunan rumah
yang sehat. Kriteria ini selain dipenuhi oleh pengembang, dapat pula dipenuhi oleh
Anda sebagai pemilik / penghuni rumah. Kriterianya berupa:

6
1) Bahan Bangunan. Tidak terbuat dari bahan yang dapat jadi tempat tumbuh mikro
organisme patogen & tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat-zat
dan debu dengan kriteria:
 Debu total tidak lebih dari 150 μg/m3.
 Asbes bebas tidak lebih dari 0.5 fiber/m3/4 jam.
 Timah hitam tidak lebih dari 300 mg/kg.
2) Komponen & Penataan Ruang. Harus memenuhi kriteria fisik dan biologis,
berupa:
 Lantai kedap air, mudah dibersihkan.
 Dinding ruang tidur dan ruang keluarga dilengkapi ventilasi untuk sirkulasi
udara, sementara dinding kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air &
mudah dibersihkan.
 Langit-langit mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan (ambrol).
 Bumbungan rumah dengan tinggi di atas 10 metir harus dilengkapi penangkal
petir.
 Komposisi ruangan harus terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga, ruang
makan, ruang idur, ruang dapur, ruang mandi, dan ruang bermain anak.
 Ruang dapur harus dilengkapi saranan pembuangan asap.
3) Pencahayaan. Rumah harus dilengkapi pencahayaan alam atau buatan dengan
intensitas minimal 60 lux dan tidak menyilaukan.
4) Kualitas udara. Kualitas udara dalam rumah harus memenuhi ketentuan berikut:
 Suhu udara di kisaran 18-30 derajat Celcius.
 Kelembapan udara di kisaran 40-70%.
 Konsentrasi gas SO2 tidak lebih dari 0.10 ppm/24 jam.
 Konsentrasi gas CO (monoksida) tidak lebih dari 100 ppm/8 jam
5) Ventilasi. Harus lega, terdapat ventilasi alami permanen minimal 10% dari luas
lantai.
6) Binatang Penular Penyakit. Tidak ada tikus yang bersarang di rumah.

7
7) Air. Air bersih harus tersedia minimal 60 liter/hari/orang (untuk kebutuhan
minum, makan, mandi, bersih-bersih). Standar air harus sesuai dengan peraturan
di atas.
8) Penyimpanan Makanan. Rumah harus dilengkapi penyimpanan makanan yang
aman, misalnya lemari makanan atau lemari pendingin.
9) Limbah. Limbah yang berasal dari rumah tidak boleh mencemari air, mencemari
tanah, dan menimbulkan bau.
10) Kepadatan Penghuni Rumah. Ruang tidur di rumah minimal seluas 8 meter
persegi, dan maksimal 2 orang tidur dalam satu ruang tidur (kecuali anak di
bawah 5 tahun).

2. Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih


Inspeksi sanitasi merupakan salah satu elemen pokok dalam program pengawasan dan
surveilans kualitas air yang efektif. Pengertian inspeksi sanitasi adalah penelitian pada
semua faktor yang berkaitan dengan pengadaan air, yaitu; kondisi sumur, kondisi sarana
fisik konstruksi berdasarkan syarat kesehatan dan keadaan sanitasi lingkungan.
a. Syarat Air Bersih
Persyaratan air bersih untuk kesehatan di Indonesia diatur dalam peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990, diantaranya sebagai berikut :
1) Syarat Fisik; Dalam hal ini air harus bebas dari pencemaran dalam arti warna,
rasa dan bau. Jadi air harus jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak
berbau.
2) Syarat Kimia; Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam sifat-sifat kimia air
minum adalah :
 Dalam air minum tidak diperbolehkan mengandung zat-zat atau unsur kimia
yang bersifat racun.
 Dalam air minum tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan.
 Tidak mengandung zat mineral yang kadarnya melebihi batas-batas tertentu.

8
3) Syarat Biologis; Air yang digunakan sebagai air minum ataupun untuk masak
harus bebas dari kuman-kuman penyakit. Dimana termasuk didalamnya
bakteri, protozoa, virus, cacing dan jamur. Beberapa organisme yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia berasal dari kotoran manusia yang
menderita penyakit. Jadi perlu adanya pengawasan terhadap pencemaran air
atau tempat-tempat pengolahan air. Cara yang mudah untuk mengetahui tingkat
pencemaran dari air tersebut adalah dengan menghitung jumlah bakteri dari
golongan Coli atau lebih specific lagi adalah Escherichia coli. Escherichia coli
dijadikan standar karena bakteri ini selalu terdapat pada tinja manusia karena
hidup pada saluran pencemaran manusia, tinja merupakan media penyebaran
beberapa jenis bakteri pathogen terutama bila tinja berasal carier penyakit
tertentu dan E.coli paling tahan terhadap pemanasan biasa.
b. Sarana Air Bersih
Sarana air yang dapat dimanfaatkan manusia adalah antara lain :
1) Air Hujan ; Air hujan merupakan penyublinan awan uap air menjadi air murni
yang ketika turun dan melalui udara akan melarutkan benda-benda yang
terdapat diudara diantaranya gas (O2, CO2, H2 dan lain-lain), jasad-jasad renik
dan debu. Jadi setelah sampai dipermukaan bumi air hujan itu bukan lagi
merupakan air murni dan apabila akan digunakan untuk air minum harus
direbus terlebih dahulu.
2) Air Permukaan; Yang dimaksud dalam kelompok air permukaan adalah air
yang berasal dari sungai, selokan, rawa, parit, danau, laut dan bendungan. Air
permukaan merupakan salah satu sumber yang dapat dipakai sebagai sumber
bahan baku air bersih. Tetapi permukaan merupakan badan air yang mudah
sekali dicemari oleh kegiatan manusia, keadaan ini terutama bagi tempat-
tempat yang dekat dengan tempat tinggal penduduk.
3) Air Tanah; Air tanah dapat berupa lapisan (layer water) yaitu air terdapat
didalam ruang antara butir-butir tanah dan air celah (fissure water) yang
terdapat diretakan-retakan batuan didalam tanah. Jenis ini dapat dimanfaatkan
manusia untuk keperluan sehari-hari sebagai air bersih dengan cara membuat
9
sumur (baik sumur dangkal maupun sumur dalam) atau diambil dengan pompa
air.
c. Sarana Penyediaan Air Bersih
Sarana penyedian air bersih adalah bangunan beserta peralatan dan
perlengkapannya yang menghasilkan, menyediakan dan mendistribusikan air
tersebut kepada masyarakat. Ada berbagai jenis sarana penyediaan air bersih yang
digunakan masyarakat untuk menampung atau untuk mendapatkan air bagi
kebutuhan sehari-hari. Air yang diperoleh melalui sarana-sarana tersebut
sebenarnya berasal dari tiga sumber air yang ada di alam, yaitu air permukaan, air
tanah, dan air hujan Sarana air bersih yang sering digunakan untuk keperluan hidup
seharihari antara lain :
1) Sumur Gali (SGL) Sumur gali adalah merupakan sarana penyediaan air bersih
yang mudah dijumpai di masyarakat karena merupakan sarana air bersih yang
mudah sekali dalam pembuatannya, walaupun demikian sumur gali harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Jaraknya paling sedikit 10 meter
dari sumber pencemaran (TPS, tempat penampungan tinja, tempat
tergenangnya air kotoran) b. Dinding sumur sedalam 3 meter dari permukaan
tanah harus di tembok atau kedap air. c. Harus ada saluran pembuangan air
limbah. d. Lantai harus kedap air dengan radius 1 meter dari dinding sumur e.
Mempunyai dinding sumur setinggi ± 80 cm f. Tali dan timba tidak terletak di
lantai.
2) Penampungan Air Hujan (PAH) Penampungan air hujan (PAH) adalah sarana
penyediaan air bersih yang digunakan untuk menampung air hujan sebagai
persediaan air bersih dan pengadaan air bersih.
3) Sumur Pompa Sumur pompa adalah sarana penyediaan air bersih yang
digunakan untuk menaikkan air dari sumur dengan menggunakan pompa air,
baik itu pompa tangan maupun pompa listrik.
4) PDAM PDAM adalah sarana penyediaan air bersih yang menggunakan
jaringan pipa.

10
3. Pengawasan Tempat Pengolahan Makanan
Pengawasan tempat pengolahan makanan adalah kegiatan penilaian terhadap tempat-
tempat yang memproduksi makanan. Objek pengawasan antara lain rumah makan,
warung nasi, catering, industri rumah tangga pangan, pedagang kaki lima , warung kopi
dan makanan, depot air minum.
Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) terdiri dari rumah makan /  restoran, jasa boga /
catering, penjaja makanan, depot air minum dan kantin. Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia  Nomor : 1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang Hygiene
Sanitasi Jasa Boga, maka perlu dilakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Tempat
Pengelolaan Makanan tersebut.
Tujuan dilakukannya kegiatan ini adalah untuk memberikan pengarahan dan pembinaan
kepada para pemilik / pedagang makanan / minuman agar tetap menjaga keamanan dan
kesehatan pangan, demi meningkatnya derajat kesehatan masyarakat.
Berdasarkan KEPMENKES tentang Persyaratan Higiene Sanitasi, tempat pengelolaan
makanan (TPM) haruslah memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Lokasi Lokasi TPM harus jauh dan terhindar dari pencemaran yang diakibatkan
antara lain oleh bahan pencemar banjir, udara (debu, asap, serbuk, bau) bahan padat
(sampah, serangga, tikus).
b. Kontruksi Secara umum kontruksi dan rancangan bangunan harus aman dan
memenuhi peraturan perundang-undangan tentang Keselamatan dan Keamanan
yang berlaku, seperti memenuhi undang-undang dan sesuai dengan peruntukan
wilayahnya.
c. Halaman Halaman TPM diberi papan nama perusahaan yang mencantumkan nomor
pendaftaran/laik higiene sanitasi makanan di tempat yang mudah dilihat.
d. Tata ruang Pembagian ruang untuk jasaboga, restoran dan rumah makan minimal
terdiri dari dapur, gudang, ruang makan, toilet, ruang karyawan, dan ruang
administrasi. Setiap ruangan mempunyai batas dinding untuk memisahkan ruangan
yang satu dengan lainnya dan dihubungkan dengan pintu.
e. Lantai Lantai dibuat sedemikian rupa sehingga selalu bersih, kering, tidak mudah
rusak, tidak mudah lembab, tidak ada retakan atau celah tidak licin dan tahan
11
terhadap pembersihan yang berulang-ulang. Dibuat miring kea rah tertentu dengan
kelandaian yang cukup (1-2%) sehingga tidak terjadi genangan air, serta mudah
untuk dibersihkan. Untuk itu bahannya harus kuat, rata, kedap air ada dipasang
dengan rapi.
f. Dinding Permukaan dinding harus rata dan halus, bewarna terang dan tidak lembab
dan mudah dibersihkan. Untuk itu dibuat dari bahan yang kuat, kering, tidak
menyerap air, dipasang rata tanpa celah/retak.
g. Atap dan Langit-langit Atap dan langit-langit berfungsi sebagai penahan jatuhnya
debu dan kotoran lain, sehingga tidak mengotori makanan yang sedang diolah. Atap
tidak boleh bocor, cukup landai dan tidak menjadi sarang serangga dan tikus.
h. Pintu dan Jendela Pintu di ruangan memasak harus dapat ditutup sendiri dan
membuka ke arah luar. Jendela, pintu dan lubang ventilasi dimana makanan diolah
harus dilengkapi dengan kawat yang dapat dibuka dan dipasang.
i. Pencahayaan Intensitas pencahayaan disetiap ruang kerja harus cukup terang untuk
melakukan pekerjaan.
j. Ventilasi/Penghawaan Bangunan atau ruangan tempat pengolahan makanan harus
dilengkapi dengan ventilasi yang dapat menjaga keadaan nyaman. Suhu nyaman
berkisar antara 28oC-32oC. sejauh mungkin ventilasi harus cukup untuk mencegah
udara ruangan tidak terlalu panas, mencegah terjadinya kondensasi (perubahan uap
air atau benda gas menjadi benda cair pada suhu udara di bawah titik embun) uap
air atau lemak pada lantai, dinding atau langit-langit, dan membuang bau, asap dan
pencemaran lain dari ruangan.
k. Ruangan Pengolahan Makanan Luas ruangan dapur pengolahan makanan harus
cukup untuk orang bekerja dengan mudah dan efisien, mencegah kemungkinan
kontaminasi makanan dan memudahkan pembersihan. Ruang pengolahan makanan
tidak boleh berhubungan langsung dengan jamban, tempat buang air kecil dan
kamar mandi harus dibatasi dengan dinding atau ruangan antara.
l. Fasilitas Pencucian dan Peralatan Bahan Makanan Terbuat dari bahan yang kuat,
tidak berkarat dan mudah dibersihkan. Pencucian peralatan harus menggunakan

12
bahan pembersih/deterjen. Bak pencucian peralatan sedikitnya terdiri dari 2 (dua)
bak pencuci yaitu untuk merendam, dan membilas
m. Tempat Cuci Tangan Tersedia tempat cuci tangan yang terpisah dengan tempat cuci
peralatan maupun antara bahan makanan yang dilengkapi dengan air kran, saluran
pembuangan tertutup, bak penampungan, sabun dan pengering.
n. Air Bersih Air bersih harus tersedia dengan cukup untuk seluruh kegiatan
pengelolaan makanan. Kualitas air bersih harus memenuhi syarat Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor : 416/Menkes/Per/IX/1990. Air bersih secara fisik adalah jernih,
tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan bebas kuman penyakit. Untuk air
biasanya harus direbus terlebih dahulu.
o. Jamban dan Peturasan TPM harus mempunyai jamban dan peturasan yang
memenuhi syarat kesehatan serta memenuhi pedoman plumbing Indonesia.
Plumbing adalah teknologi pemipaan dan peralatan yang menyediakan penyediaan
air bersih dan membuang air bekas (kotor).

4. Sanitasi Tempat-tempat Umum


Definisi Tempat-Tempat Umum (TTU) adalah suatu tempat dimana umum (semua
orang) dapat masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul mengadakan kegiatan baik
secara insidentil maupun terus menerus.
Tujuan di lakukan nya sanitasi di tempat-tempat umum adalah sangat berguna untuk:
a. Memantau sanitasi tempat-tempat umum secara berkala.
b. Membina dan meningkatkan peran aktif masyarakat dalam menciptakan
lingkungan yang bersih dan sehat di tempat – tempat umum.
Dasar pelaksanaan kegiatan pendataan dan pengawasan sanitasi tempat-tempat umum
adalah Kepmenkes 288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan
Bangunan Umum. Menurut Kepmenkes tersebut, batasan pengertian penyehatan sarana
dan bangunan umum, adalah upaya kesehatan lingkungan, dalam pengendalian faktor
risiko penyakit pada sarana dan bangunan umum. Faktor resiko penyakit adalah hal-hal
yang memiliki potensi terhadap timbulnya penyakit. Tujuan diadakannya penyehatan
sarana dan bangunan umum adalah  sebagai upaya untuk meningkatkan pengendalian
13
faktor risiko penyakit dan kecelakaan pada sarana dan bangunan umum. Adapun sasaran
dari kegiatan ini adalah :
a. Lingkungan Pemukiman antara lain perumahan, asrama, pondok pesantren,
condominium / apartemen, rumah susun dan sejenisnya.
b. Tempat umum antara lain hotel, penginapan, pasar, bioskop, tempat rekreasi,
kolam renang, terminal, Bandar udara, pelabuhan laut, pusat perbelanjaan dan
usaha-usaha yang sejenis.
c. Lingkungan kerja antara lain kawasan perkantoran, kawasan industri, atau yang
sejenisnya.
d. Angkutan umum antara lain bus umum, pesawat udara komersial, kapal
penumpang, kapal  ferry penumpang, kereta api dan sejenis.
e. Lingkungan lainnya antara lain tempat pengungsian, daerah transmigrasi, lembaga
permasyarakatan, sekolah dan sejenis.
f. Sarana Pelayanan Umum antara lain samsat, bank, kantor pos dan tempat ibadah
yang sejenis.
g. Sarana Kesehatan antara lain rumah sakit, puskesmas, laboratorium, pabrik obat,
apotik dan yang sejenis.

Usaha-usaha yang dilakukan dalam sanitasi tempat-tempat umum dapat berupa :


a. Pengawasan dan pemeriksaan terhadap factor lingkungan dan factor manusia yang
melakukan kegiatan pada tempat-tempat umum.
b. Penyuluhan terhadap masyarakat terutama yang menyangkut pengertian dan
kesadaran masyarakat terhadap bahaya-bahaya yang timbul dari tempat-tempat
umum.

Secara spesifik ruang lingkup sanitasi tempat – tempat umum di antara nya adalah:
a. Penyedian air minum (water supply)
b. Pengelolaan sampah padat, air kotor, dan kotoran manusia (wastes disposal
meliputi sawage, refuse,excreta)
c. Hyigiene dan sanitasi makanan (food hygiene and sanitation)
14
d. Perumahan dan kontruksi bangunan (housing and contruction)
e. Pengawasan fektor (vector control)
f. Pengawasan pencemaran fisik (physical pollution)
g. Hygiene dan sanitasi industry (industrial hygiene and sanitation).

Adapun kegiatan yang mendasari sanitasi tempat – tempat umum yaitu:


a. Pemetaan (monitoring)
Pemetaan (monitoring) adalah meninjau atau memantau letak, jenis dan jumlah
tempat-tempat umum yang ada kemudian di salin kembali atau di gambarkan
dalam bentuk peta sehingga mempermudah dalam menginspeksi tempat-tempat
umum tersebut.
b. Inspeksi sanitasi
Inspeksi sanitasi adalah penilaian serta pengawasan terhadap tempat-tempat
umum dengan mencari informasi kepada pemilik, penanggug jawab dengan
mewawancarai dan melihat langsung kondisi tempat-tempat umum untuk
kemudian diberikan masukan jika perlu apabila dalam pemantauan masih terdapat
hal-hal yang perlu mendapat pembenahan.
c. Penyuluhan
Penyuluhan terhadap masayarakat (edukasi) terutama untuk menyangkut
pengertian dan kesadaran masyarakat terhadap bahaya – bahaya yang timbul datu
TTU.

5. Jamban Keluarga
a. Pengertian Jamban
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran
manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa
atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan
kotoran dan air untuk membersihkannya.

15
b. Jenis jamban
1) Jamban cemplung adalah jamban yang penampungannya berupa lupang yang
ebrfungsi menyimpan dan meresapkan cairan kotoran/tinja ke dalam tanah dan
mengendapkan kotoran ke dasar lubang. Untuk jamban cemplung diharuskan
ada penutup agar tidak berbau.
2) Jamban tangki septik/leher angsa: adalah jamban berbentuk leher angsa yang
penampungannya berupa tangki septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah
proses penguraian/dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi dengan
resapannya. Pilihan leher angsa yang terbuat dari keramik, porselin atau kaca
serat (fiber glass). Tempat air perapat harus terbuat dari kaca serat atau keramik
karena permukaanya licin dan cukup kuat sehingga mudah dibersihkan. Juga
tidak berbau dan tidak mengundang serangga.

c. Cara Memilih Jamban


1) Jamban cemplung digunakan untuk daerah yang sulit air
2) Jamban tangki septik/leher angsa digunakan untuk daerah yang cukup air dan
daerah padat penduduk, karena dapat menggunakan multiple latrine yaitu satu
lubang penampungan tinja/tangki septik digunakan oleh beberapa jamban (satu
lubang dapat menampung kotoran/tinja dari 3-5 jamban)
3) Daerah pasang surut, tempat penampungan kotoran/tinja hendaknya
ditinggikan kurang lebih 60 cm dari permukaan air pasang.

d. Syarat jamban sehat


1) Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan
lubang penampungan minimal 10 meter.
2) Tidak berbau
3) Kotorarr tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus
4) Tidak mencemari tanah di sekitanya
5) Mudah dibersihkan dan aman digunakan
6) Dilengkapi dinding dan atap pelindung
16
7) Penerangan dan ventilasi cukup
8) Lantai kedap air dan luas ruangan memadai
9) Tersedia air, sabun, dan alat pembersih

e. Pengetahuan dan Tindakan Masyarakat Dalam Pemanfaatan Jamban Keluarga


Masalah penyehatan lingkungan pemukiman khususnya pada pembuangan tinja
merupakan salah satu dari berbagai masalah kesehatan yang perlu mendapatkan
prioritas. Penyediaan sarana pembuangan tinja masyarakat terutama dalam
pelaksanaannya tidaklah mudah, karena menyangkut peran serta masyarakat yang
biasanya sangat erat kaitannya dengan prilaku, tingkat ekonomi, kebudayaan dan
pendidikan. Tempat jamban dapat dipilih yang baik, sehingga bau dari jamban tidak
tercium.  Secara tersendiri dan ditempatkan di luar atau di dalam rumah dan
berfungsi untuk melayani 1 sampai dengan 5 keluarga, atau untuk melayani orang-
orang di tempat-tempat umum (terminal, bioskop, dan sebagainya).
Pembuangan tinja perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan  satu bahan
buangan yang banyak mendatangkan masalah dalam bidang kesehatan dan sebagai
media bibit penyakit, seperti diare, typhus, muntaber, disentri, cacingan dan gatal-
gatal. Selain itu dapat menimbulkan pencemaran lingkungan pada sumber air dan
bau busuk serta estetika.

6. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat


Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan pendekatan untuk merubah
perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode
pemicuan. Penyelenggaraan STBM bertujuan untuk mewujudkan perilaku masyarakat
yang higienis dan saniter secara mandiri dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Pelaksanaan STBM dalam jangka panjang
dipercaya dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian yang diakibatkan oleh
sanitasi yang kurang baik, dan dapat mendorong tewujudnya masyarakat sehat yang
mandiri dan berkeadilan.

17
Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan lima pilar akan
mempermudah upaya meningkatkan akses sanitasi masyarakat yang lebih baik serta
mengubah dan mempertahankan keberlanjutan budaya hidup bersih dan sehat.
Pelaksanaan STBM dalam jangka panjang dapat menurunkan angka kesakitan dan
kematian yang diakibatkan oleh sanitasi yang kurang baik, dan dapat mendorong
tewujudnya masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan.
Lima Pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) tersebut; adalah :
a. Stop Buang Air Besar Sembarangan; adalah kondisi ketika setiap individu dalam
suatu komunitas tidak lagi melakukan perilaku buang air besar sembarangan yang
berpotensi menyebarkan penyakit.
b. Cuci Tangan Pakai Sabun; adalah perilaku cuci tangan dengan menggunakan air
bersih yang mengalir dan sabun.
c. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga; adalah melakukan kegiatan
mengelola air minum dan makanan di rumah tangga untuk memperbaiki dan
menjaga kualitas air dari sumber air yang akan digunakan untuk air minum, serta
untuk menerapkan prinsip higiene sanitasi pangan dalam proses pengelolaan
makanan di rumah tangga.
d. Pengamanan Sampah Rumah Tangga; adalah melakukan kegiatan pengolahan
sampah di rumah tangga dengan mengedepankan prinsip mengurangi, memakai
ulang, dan mendaur ulang.
e. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga; adalah melakukan kegiatan pengolahan
limbah cair di rumah tangga yang berasal dari sisa kegiatan mencuci, kamar mandi
dan dapur yang memenuhi standarbaku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan
kesehatan yang mampu memutus mata rantai penularan penyakit.

7. Sanitasi Dasar
Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan lingkungan
sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitikberatkan pada pengawasan
berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia.
(Azwar,1995). Sanitasi dasar merupakan upaya dasar dalam meningkatkan kesehatan
18
manusia dengan cara menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan.
Upaya sanitasi dasar meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia
(jamban), pengelolaan sampah dan saluran pembuangan air limbah.
a. Air Bersih
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MenKes/Per/IX/1990, yang
di maksud air bersih adalah air bersih yang digunakan untuk keperluan seharihari
yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah di
masak. Air bersih merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk memenuhi
standar kehidupan manusia secara sehat. ketersediaan air yang terjangkau dan
berkelanjutan Universitas Sumatera Utara menjadi bagian terpenting bagi setiap
individu baik yang tinggal di perkotaan maupun di perdesaan.
b. Jamban
Penyediaan sarana jamban merupakan bagian dari usaha sanitasi yang cukup
penting peranannya. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan pembuangan kotoran
yang tidak saniter akan dapat mencemari lingkungan terutama tanah dan sumber
air. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara lain ;
thypus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang dan
pita), schistosomiasis dan sebagainya.
Untuk mencegah kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran
manusia harus dikelola dengan baik. Pembuangan kotoran harus di suatu tempat
tertentu atau jamban yang sehat. Suatu jamban tersebut sehat jika memenuhi
persyaratan-persyaratan sebagai berikut (DepKes RI, 1998):
1) Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban Universitas Sumatera
Utara
2) Tidak mengotori air permukaan disekitarnya
3) Tidak mengotori air tanah disekitarnya
4) Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa dan binatang
lainnya
5) Tidak menimbulkan bau
6) Mudah digunakan dan dipelihara
19
7) Desainnya sederhana
8) Murah
c. Pengeloaan sampah
Pengelolaan sampah adalah meliputi penyimpanan, pengumpulan dan pemusnahan
sampah yang dilakukan sedemikian rupa sehingga sampah tidak mengganggu
kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup (Notoatmodjo, 2003).
1) Penyimpanan sampah
2) Penyimpanan sampah adalah tempat sampah sementara sebelum sampah
tersebut dikumpulkan, untuk kemudian diangkut serta dibuang (dimusnakan)
dan untuk itu perlu disediakan tempat yang berbeda untuk macam dan jenis
sampah tertentu.maksud dari pemisahan dan penyimpanan disini ialah untuk
memudahkan pemusnahannya. Syarat-syarat tempat sampah antara lain:
 Konstruksinya kuat agar tidak mudah bocor, untuk mencegah berseraknya
sampah.
 Mempunyai tutup,mudah dibuka, dikosongkan isinya serta dibersihkan,
sangat dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa
mengotori tangan.
 Ukuran tempat sampah sedemikian rupa, sehingga mudah diangkut oleh satu
orang.
3) Pengumpulan Sampah Pengumpulan sampah menjadi tanggung jawab dari
masing-masing rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. oleh
sebab itu setiap rumah tangga atau institusi harus mengadakan tempat khusus
untuk mengumpulkan sampah, kemudian dari masing-masing tempat
pengumpulan sampah tersebut harus diangkut ke Tempat Penampungan
Sementara (TPS) dan selanjutnya ke Tempat Penampungan Akhir (TPA).
4) Pemusnahan Sampah Pemusnahan atau pengelolaan sampah dapat dilakukan
melalui berbagai cara, antara lain:
 Ditanam (landfill) yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang diatas
tanah kemudian sampah dimasukan dan ditimbun dengan sampah.

20
 Dibakar (incenarator) yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar
di dalam tungku pembakaran.
 Dijadikan pupuk (composting) yaitu pengelolaan sampah menjadikan
pupuk, khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan dan
sampah lain yang dapat membusuk.
Pengelolaan sampah yang kurang baik akan memberikan pengaruh negatif terhadap
masyarakat dan lingkungan. Adapun pengaruh-pengaruh tersebut antara lain
(Kusnoputranto, 2000):
1) Terhadap Kesehatan Pengelolaan sampah yang tidak baik akan menyediakan
tempat yang baik bagi vektor-vektor penyakit yaitu serangga dan binatang-
binatang pengerat untuk mencari makan dan berkembang biak dengan cepat
sehingga dapat menimbulkan penyakit.
2) Terhadap Lingkungan a) Dapat menggangu estetika serta kesegaran udara
lingkungan masyarakat akibat gas-gas tertentu yang dihasilkan dari proses
pembusukan sampah oleh mikroorganisme. b) Debu-debu yang berterbangan
dapat menggangu mata serta pernafasan. c) Bila terjadi proses pembakaran dari
sampah maka asapnya dapat menggangu pernafasan, penglihatan dan
penurunan kualitas udara karena ada asap di udara. d) Pembuangan sampah ke
saluran-saluran air akan menyebabkan estetika yang terganggu, memyebabkan
pendangkalan saluran serta mengurangi kemampuan daya aliran saluran. e)
Dapat menyebabkan banjir apabila sampah dibuang ke saluran yang daya serap
alirannya sudah menurun. f) Pembuangan sampah ke selokan atau badan air
akan menyebabkan terjadinya pengotoran badan air.
d. Sistem pengolahan air limbah
Dalam kehidupan sehari-hari pengelolaan air limbah dilakukan dengan cara
menyalurkan air limbah tersebut jauh dari tempat tinggal tanpa diolah sebelumnya.
Air buangan yang dibuang tidak saniter dapat menjadi media perkembangbiakan
mikroorganisme pathogen, larva nyamuk ataupun serangga yang dapat menjadi
media transmisi penyakit.

21
Sarana pembuangan limbah Sarana pembuangan air limbah yang sehat harus
memenuhi persyaratan teknis sebagai berikut (DepKes RI, 1993):
1) Tidak mencemari sumber air bersih.
2) Tidak menimbulkan genangan air yang menjadi sarang serangga/nyamuk
3) Tidak menimbulkan bau
4) Tidak menimbulkan becek, kelembaban dan pandangan yang tidak
menyenangkan
Dampak dari Pencemaran Limbah Pengelolaan air buangan yang tidak baik akan
berakibat buruk terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Beberapa
akibatnya yaitu (Kusnoputranto, 2000):
1) Akibat Terhadap Lingkungan; Air buangan limbah dapat menjadi sumber
pengotoran, sehingga bila tidak dikelola dengan baik akan dapat menimbulkan
pencemaran terhadap air permukaan, tanah atau lingkungan hidup dan
terkadang dapat dapat menimbulkan bau serta pemandangan yang tidak
menyenangkan.
2) Akibat Terhadap Kesehatan Masyarakat; Lingkungan yang tidak sehat akibat
tercemar air buangan dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan
masyarakat. Air buangan dapat menjadi media tempat berkembangbiaknya
mikroorganisme pathogen, larva nyamuk ataupun serangga lainnya dan juga
dapat menjadi media transmisi penyakit seperti cholera, thypus dan lainnya.

22
BAB III
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

A. Rumah Sehat
Kegiatan ini bertujuan pembinaan rumah dan sanitasi secara berkala dalam usaha
meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan di masyarakat. Kegiatan yang dilakukan yaitu
pendataan rumah sehat oleh kader kesehatan lingkungan dengan cara mengisi form rumah
sehat.
Berikut adalah grafik rumah sehat di Desa Sungai Kerawang tahun 2019:

360 360

0.75 0.25

Jmh Rumah Jmh Rumah yg Rumah Sehat Rumah Tidak


Diperiksa Sehat

Gambar 3.1 Grafik rumah sehat di Desa Sungai Kerawang tahun 2019

Pemeriksaan rumah sehat dilakukan pada 360rumah. Dari jumlah rumah yang
diperiksa sebanyak 75% rumah memenuhi syarat. Persentase tersebut merupakan akumulasi
data rumah sehat Semester 1 dan semester 2.

23
B. Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih
Inspeksi sanitasi air besih dan air minum bertujuan mengetahui kualitas fisik dan
faktor resiko sarana air bersih yang digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
Berikut adalah grafik sarana air bersih di Desa Sungai Kerawang tahun 2019.

360

141
122

0 7
Yg Diperiksa PDAM Sungai Sumur PAH

Gambar 3.2 Grafik sarana air bersih di Desa Sungai Kerawang tahun 2019

Dilakukan pemantauan akses air bersih pada 360 rumah tangga yang terdiri dari sumur
gali, sungai dan PAH. Akses air bersih di Desa Sungai Kerawang sebanyak 75%.
Penggunaan air bersih di Desa Sungai Kerawang dipengaruhi oleh faktor geografis dimana
terletak di daerah terpencil, sumber air bersih yang belum memadai dan belum adanya
pengolahan air bersih. Di Desa Sungai Kerawang masih mengandalkan air hujan untuk
dikonsumsi sebagai air minum.

C. Tempat Pengelolaan Makanan


Sanitasi makanan bertujuan untuk menjamin keamanan dan kemurnian makanan,
mencegah konsumen dari penyakit, mencegah penjualan makanan yang akan merugikan
pembeli mengurangi kerusakan/pemborosan makanan.
24
Berikut adalah grafik tempat pengolahan makanan di Desa Sungai Kerawang sebagai
berikut:
39.130434782
6087

23

0
Jmh TPM Jmh Diperiksa MS TMS

Gambar 3.3 Grafik tempat pengolahan makanan di Desa Sungai Kerawang


tahun 2018
Tempat pengolahan makanan di desa Sungai Kerawang sebanyak 23 TPM. Dari
jumlah TPM yang diperiksa yaitu sebanyak 9 TPM, sebanyak 39,13% tidak memenuhi
syarat. Masih tingginya persentase TPM yang belum memenuhi syarat dikarenakan
rendahnya pengetahuan pemilik TPM tentang sanitasi TPM. Oleh karena itu perlu dilakukan
sosialisasi tentang sanitasi tempat pengolahan makanan.

D. Tempat – Tempat Umum (TTU)


Pengawasan tempat-tempat umum bertujuan untuk mengetahui tempat-tempat umum
yang memenuhi syarat kesehatan. Adapun tempat-tempat umum yang dilakukan
pengawasan diantaranya adalah tempat ibadah, sarana sekolah, perkantoran, dan
gedung/fasilitas umum lainnya.
Berikut adalah grafik pengawasan tempat-tempat umum desa Sungai Kerawang tahyn
2019:

25
54.55

45.45

11
5

JUMLAH TTU JMH DIPERIKSA MS TMS

Gambar 3.4 Grafik Tempat – Tempat Umum (TTU) di wilayah kerja Puskesmas
Sungai Kerawang tahun 2018

Tempat-tempat umum yang ada di desa Sungai Kerawang adalah SD, SMP, SMA,
Puskesmas, Polindes, perkantoran dan masjid/surau . Dari jumlah TTU yang diperiksa,
sebanyak 54,55% tidak memenuhi syarat kesehatan dan 45,45% TTU memenuhi syarat.
Rendahnya sanitasi TTU dipengaruhi karena air bersih yang tidak mencukupi dan belum
maksimalnya pengolahan sampah padat.

E. Jamban Keluarga
Jenis sarana jamban di wilayah kerja Puskesmas Sungai Kerawang dapat dilihat pada
grafik berikut ini.

68.6

14.51

3.16
0
Leher Angsa Plengsengan Cemplung Komunal

Gambar 3.5 Grafik Jamban Keluarga di Desa Sungai Kerawang tahun 2019
26
Pendataan jamban keluarga dengan jumlah sarana yang diperiksa sebanyak 379 KK
diperoleh plengsengan 68,6%, cemplung sebanyak 14,51% dan komunal sebanyak 3,16%.
Rendahnya akses sanitasi yang layak dipengaruhi oleh rendahnya kesadaran dan
pengetahuan warga tentang kepemilikan jamban keluarga. Oleh karena itu diperlukan
penyuluhan tentang jamban keluarga di masing-masing desa.

F. STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)


Berikut adalah data pilar 1 STBM Desa Sungai Kerawang:

180 167
160
140 131
120 87.4251497005
100 988
82.4427480916
75.3086419753 031
81 087
80
60
27.4809160305
40 11.1111111111 344
4.19161676646 5.98802395209
20 3.05343511450
1.23456790123
707 111
0 0 0 457 382 581
0
Jmh KK JSP JSSP SHARING OD

Sido Mulyo Suka Maju Suka Bakti

Gambar 3.6 Grafik Desa STBM di Desa Sungai Kerawang tahun 2019

Pemeriksaan jamban dilakukan pada 379 KK dengan persentase KK yang tidak


memiliki jamban (OD) yaitu sebanyak 14,51%, Sharing sebanyak 3,16%, JSSP sebanyak
83,11% dan JSP sebanyak 0. Masih adanya KK yang belum memiliki jamban dipengaruhi
oleh kesadaran warga yang masih rendah. Oleh karena itu, peran lintas sektor dan lintas
program sangat mempengaruhi dalam kepemilikan jamban.

27
G. Sanitasi Dasar
Sanitasi dasar meliputi penyediaan air bersih, sarana jamban, pengelolaan limbah cair dan
pengelolaan sampah rumah tangga. Berikut adalah data sanitasi dasar Desa Sungai
Kerawang tahun 2019:

327

270 270 270

Air Bersih Jamban SPAL Tempat Sampah

Gambar 3.7 Grafik Sanitasi Dasar Desa Sungai Kerawang tahun 2019

Pendataan dilakukan pada 360 rumah tangga dengan hasil yaitu air bersih sebanyak 75%, jamban
sebanyak 86%, Pengolahan air limbah sebanyak 75% dan pembuangan sampah sebanyak 75%.

28
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Hasil pemeriksaan rumah sehat di Desa Sungai Kerawang adalah 75% rumah memenuhi
syarat dari jumlah rumah yang diperiksa sebanyak 360 rumah.
2. Penggunaan air bersih di Desa Sungai Kerawang dipengaruhi oleh faktor geografis
dimana terletak di daerah terpencil, sumber air bersih yang belum memadai dan belum
adanya pengolahan air bersih.
3. Masih tingginya persentase TPM yang belum memenuhi syarat (39,13%) dikarenakan
rendahnya pengetahuan pemilik TPM tentang sanitasi TPM.
4. TTU memenuhi syarat sebesar 45,45% dan TTU yang tidak memenuhi syarat sebesar
54,55%. Rendahnya sanitasi TTU dipengaruhi karena air bersih yang tidak mencukupi
dan belum maksimalnya pengolahan sampah padat.
5. Dari jumlah TTU yang diperiksa, sebanyak 54,55% tidak memenuhi syarat kesehatan
dan 45,45% TTU memenuhi syarat. Rendahnya sanitasi TTU dipengaruhi karena air
bersih yang tidak mencukupi dan belum maksimalnya pengolahan sampah padat.
6. Dari 379 KK diperoleh plengsengan 68,6%, cemplung sebanyak 14,51% dan komunal
sebanyak 3,16%. Rendahnya akses sanitasi yang layak dipengaruhi oleh rendahnya
kesadaran dan pengetahuan warga tentang kepemilikan jamban keluarga.
7. Persentase KK yang tidak memiliki jamban (OD) yaitu sebanyak 14,51%, Sharing
sebanyak 3,16%, JSSP sebanyak 83,11% dan JSP sebanyak 0. Masih adanya rumah
tangga yang belum memiliki jamban yaitu sebanyak 14,51%.
8. Hasil pendataan sanitasi dasar yaitu air bersih sebanyak 75%, jamban sebanyak 86%,
Pengolahan air limbah sebanyak 75% dan pembuangan sampah sebanyak 75%.

B. Saran
Beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam pencapain Program kesehatan
lingkungan di Desa Sungai Kerawang adalah:

29
1. Program kesehatan lingkungan belum mencapai pada tingkat yang diharapkan,
disamping itu ancaman sakit terhadap masyarakat pada umumnya masih cukup tinggi
dengan seperti penyakit yang berbasis pada lingkungan seperti ispa non pnemoni, Diare,
penyakit kulit alergi dan lain lain sehingga perlunya peningkatan pengetahuan dan
kesadaran masyarakat.
2. Perlunya peningkatan sanitasi dasar yang memenuhi syarat kesehatan seperti jamban
sehat dan air bersih yang ada.
3. Meningkatkan koordinasi, informasi, sinkronisasi dan sosialisasi baik di puskesmas, di
lintas sektoral maupun di masyarakat akan pentingnya kesehatan lingkungan.

30

Anda mungkin juga menyukai