Anda di halaman 1dari 5

Inspeksi Sanitasi Kolam Renang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kolam Renang dan


Pemandian Umum

Dasar pelaksanaan penyehatan klam renang dan pemandian umum ini terpat pada Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air. Sedangkan Komponen umum inpeksi sanitasi kolam renang dan
pemandian umum meliputi :

1. Tata Bangunan
2. Konstruksi bangunan
3. Kelengkapan
4. Persyaratan bangunan dan fasilitas sanitasi (seperti bak cuci kaki untuk kolam renang,
dll), serta
5. Area kolam renang dan kolam pemandian umum.

Beberapa persyaratan sanitasi kolam renang berdasarkan aspek bangunan, antara lain :

 Dinding kolam renang harus rata dan vertikal, bila diperlukan fasilitas injakan,
pegangan dan tangga, tidak diperbolehkan adanya penonjolan.
 Dilengkapi dengan saluran peluap di kedua belah sisinya.
 Tangga kolam renang harus vertikal dan terbuat dari bahan berbentuk bulat dan tahan
karat.
 Lantai di tepi kolam renang yang kedap air memiliki lebar minimal 1 meter, tidak
licin dan permukaannya miring ke luar kolam.
 Harus ada tanda-tanda yang jelas untuk menunjukkan kedalaman kolam renang dan
tanda pemisah untuk orang yang dapat berenang dan tidak dapat berenang.
 Apabila dilengkapi dengan papan loncat, papan luncur, harus sesuai dengan ketentuan
teknis untuk dapat mencegah terjadinya kecelakaan.

Sedangkan menyangkut standar sanitasi Bak Cuci Kaki Untuk Kolam Renang, antara lain
disebutkan bahwa harus tersedia dengan ukuran minimal panjang 1.5 meter lebar 1.5 meter
dlam 20 cm dan harus terisi air yang penuh. Standar kadar sisa chlor pada air bak cuci kaki
adalah 2 ppm.
Inspeksi Sanitasi Lingkungan Kerja Industri

Standar Sanitasi Lingkungan Kerja Industri

Format Inspeksi Sanitasi Lingkungan Kerja Industi disusun berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor : 1405/Menkes/SK/XI/2002 Tanggal 19 Nopember 2002 tentang
Kesehatan Lingkungan Kerja Industri. Parameter yang dinilai antara lain Sarana sanitasi,
Udara ruangan, Pencahayaan, Kebisingan, Tingkat Radiasi, dan lain -lain.

Beberapa persyaratan lingkungan kerja industri, antara lain :

Syarat Air Bersih

 Tersedia air bersih untuk kebutuhan karyawan dengan kapasitas minimal 60


lt/org/hari
 Kualitas air bersih memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan fisika,
kimia, mikrobiologi dan radio aktif sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
 Distribusi air bersih menggunakan sistem perpipaan
 Sumber air bersih dan sarana distribusinya bebas dari pencemaran fisik, kimia, dan
bakteriologis
 Dilakukan pengambilan sampel air bersih pada sumber, bak penampungan dan pada
kran terjauh untuk diperiksa di laboratorium minimal 2x setahun yaitu pada musim
kemarau danmusim hujan

Syarat Limbah dan Sampah

 Limbah padat yang dapat dimanfaatkan kembali dengan pengolahan daur ulang dan
pemanfaatan sebagian (re-use, recycling, recovery) agar dipisahkan dengan limbah
padat yang non B3 Limbah B3 dikelola ke tempat pengolahan limbah B3 sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku
 Limbah radio aktif dikelola sesuai dengan ketentuan yang berlaku
 Limbah Cair : a. Saluran limbah cair harus kedap air, tertutup, limbah cair dapat
mengalir dengan lancar dan tidak menimbulkan bau. b. Semua limbah cair harus
dilakukan pengolahan fisik, kimia, atau biologis sesuai kebutuhan

Syarat Toilet

 Toilet karyawan wanita terpisah dengan toilet untuk karyawan pria


 Memiliki toilet dengan jumlah wastafel, jamban dan peturasan dengan jumlah sesuai
standard
 Toilet harus dibersihkan minimal 2 kali sehari
 Tidak menjadi tempat berkembang biaknya serangga dan tikus
Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih

Form Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih


Menurut laporan MDGs tahun 2007 terdapat beberapa kendala yang menyebabkan masih tingginya
jumlah orang yang belum terlayani fasilitas air bersih dan sanitasi dasar. Di antaranya adalah cakupan
pembangunan yang sangat besar, sebaran penduduk yang tidak merata dan beragamnya wilayah
Indonesia, keterbatasan sumber pendanaan. Pemerintah selama ini belum menempatkan perbaikan
fasilitas sanitasi sebagai prioritas dalam pembangunan. Faktor lain yang juga menjadi kendala adalah
kualitas dan kuantitas sumber air baku sendiri terus menurun akibat perubahan tata guna lahan
(termasuk hutan) yang mengganggu sistem siklus air. Selain itu, meningkatnya kepadatan dan jumlah
penduduk di perkotaan akibat urbanisasi.

Masalah kemiskinan juga ikut menjadi penyebab rendahnya kemampuan penduduk mengakses air
minum yang layak. Terakhir adalah buruknya kemampuan manajerial operator air minum itu sendiri.
Sedangkan dari sisi sanitasi, selain masih rendahnya kesadaran penduduk tentang lingkungan, kendala
lain untuk terjadinya perbaikan adalah karena belum adanya kebijakan komprehensif yang sifatnya
lintas sektoral, rendahnya kualitas bangunan septic tank, dan masih buruknya sistem pembuangan
limbah. (Harian Kompas, Rabu, 19 Maret 2008)

Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat dapat menjadi faktor
resiko terhadap penyakit diare dan kecacingan. Diare merupakan penyebab kematian nomor 4
sedangkan kecacingan dapat mengakibatkan produktifitas kerja dan dapat menurunkan kecerdasan
anak sekolah, disamping itu masih tingginya penyakit yang dibawa vektor seperti DBD, malaria, pes,
dan filariasis (Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat, Depkes RI, 2007)

Menurut data Bank Pembangunan Asia tahun 2005 hanya terdapat 69 persen penduduk perkotaan dan
46 persen penduduk pedesaan (atau rata-rata 55,43) terlayani fasilitas sanitasi yang layak. Hal ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan dengan Singapura (100 persen), Thailand (96 persen), Filipina
(83,06 persen), Malaysia 74,70 persen) dan Myanmar (64,48 persen).

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah air yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :


a. Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
b. Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, Kesadahan (maks 500 mg/l)
c. Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air)

Standar Bakteriologi Air Bersih


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/ PER/IX/1990, yang
dimaksud air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Kriteria bakteriologi
untuk air bersih yaitu:

1. Jumlah total koliform (MPN) dalam 100 ml air yang diperiksa maksimal adalah 50
untuk air yang berasal dari bukan perpipaan.
2. Jumlah total koliform (MPN) dalam 100 ml air yang diperiksa maksimal adalah 10
untuk air yang berasal dari perpipaan.

Checklist Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih ini mencakup berbagai jenis sarana, antara lain Sumur
Gali, Sumur Pompa Tangan, Perpipaan, Hidran Umum, Perlindungan Mata Air, Kran Umum, serta
Perlindungan Air Hujan.
Instrumen Rumah Sehat

Form Penilaian Rumah Sehat


Rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan terkait erat dengan penyakit
berbasis lingkungan, dimana kecenderungannya semakin meningkat akhir-akhir ini
Penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih merupakan penyebab utama kematian
di Indonesia. Bahkan pada kelompok bayi dan balita, penyakit-penyakit berbasis
lingkungan menyumbangkan lebih 80% dari penyakit yang diderita oleh bayi dan
balita. Keadaan tersebut mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan kualitas
intervensi kesehatan lingkungan (Data Susenas 2001)

Rumah sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimum. Untuk memperoleh rumah yang sehat ditentukan oleh tersedianya sarana
sanitasi perumahan. Sanitasi rumah adalah usaha kesehatan masyarakat yang
menitikberatkan pada pengawasan terhadap struktur fisik dimana orang
menggunakannya untuk tempat tinggal berlindung yang mempengaruhi derajat
kesehatan manusia. Rumah juga merupakan salah satu bangunan tempat tinggal
yang harus memenuhi kriteria kenyamanan, keamanan dan kesehatan guna
mendukung penghuninya agar dapat bekerja dengan produktif.

Salah satu Instrument Penilaian Rumah Sehat mengacu pada Pedoman Teknis
Penilaian Rumah Sehat Depkes RI Tahun 2007, dengan pembagian bobot penilaian
meliputi bobot komponen rumah, bobot sarana sanitasi, serta bobot pada perilaku
penghuni. Sesuai dengan pedoman ini, secara umum rumah dikatakan sehat apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup, komunikasi yang
sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah, adanya ruangan khusus untuk
istirahat (ruang tidur), bagi masing-maing penghuni;
2. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan
penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor
penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari
pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan
dan penghawaan yang cukup;
3. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena
pengaruh luar dan dalam rumah, antara lain persyaratan garis sempadan jalan,
konstruksi bangunan rumah, bahaya kebakaran dan kecelakaan di dalam rumah;

Pada Modul ini akan diuraikan pula beberapa topik pembahasan antara lain :
A. Aspek yang berkaitan dengan rumah sehat, seperti ventilasi, pencahayaan,
penghawaan, suhu dan kelembaban,
B. Indikator dan Parameter Penilaian Rumah, seperti :
1. Komponen Rumah
2. Sarana Sanitasi
3. Perilaku Penghuni

Anda mungkin juga menyukai