Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Telah lama diketahui, penduduk di beberapa pelosok negeri ini mengalami
kesulitan dalam memenuhi kebutuhan air bersih dan sanitasi. Air bersih tidak hanya
dapat dimanfaatkan sebagai kebutuhan air minum saja, tapi juga sebagai kebutuhan
MCK (Mandi, Cuci, Kakus). Dalam hal ini air bersih dan sanitasi yang layak
merupakan hak dasar manusia. Tak hanya sebagai kehidupan dasar manusia, air
diperlukan di berbagai sektor pendukung kegiatan manusia.1
Penyediaan air bersih untuk masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting
dalam meningkatkan kesehatan lingkungan atau masyarakat, yakni mempunyai peranan
dalam menurunkan angka penderita penyakit, khususnya yang berhubungan dengan air,
dan berperan dalam meningkatkan standar atau taraf/kualitas hidup masyarakat. Sampai
saat ini, penyediaan air bersih untuk masyarakat Indonesia masih dihadapkan pada
beberapa permasalahan yang cukup kompleks dan sampai saat ini belum dapat diatasi
sepenuhnya. Permasalahan yang timbul yakni sering dijumpai bahwa kualitas air tanah
maupun air sungai yang digunakan masyarakat kurang memenuhi syarat sebagai air minum
yang sehat, bahkan di beberapa tempat tidak layak untuk diminum.1
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang optimal (UU Kesehatan Nomor 23 tahun 1992). Untuk mencapai tujuan tersebut,
berbagai program telah dan akan dilaksanakan dan dikembangkan oleh pemerintah,
swasta, maupun masyarakat. Salah satu di antaranya adalah Program Penyediaan Air
Bersih.2
Sesuai dengan penjelasan Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992, yang
dimaksud dengan penyehatan air meliputi pengamanan dan penetapan kualitas air
untuk berbagai kebutuhan dan kehidupan manusia.2 Dalam kaitan dengan hal tersebut,
maka seharusnya air bersih yang digunakan selain harus mencukupi dalam arti
kuantitas untuk kebutuhan sehari-hari, juga harus memenuhi persyaratan kualitas yang
telah ditetapkan baik kualitas fisik, bakteriologis, maupun kimia. Persyaratan kualitas
tersebut tertuang dalam Permenkes No. 416 Tahun 1990 tentang Syarat-Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air.2,3
Berdasarkan kondisi dan permasalahan di atas, program Penyediaan dan
Pengelolaan Air Bersih melalui pendekatan penyehatan air harus senantiasa
diupayakan untuk menghindari sanitasi yang buruk yang akan mengakibatkan berbagai
kerugian. Pendekatan Penyehatan Air diawali dengan kegiatan pengawasan kualitas air
yang ditindaklanjuti oleh kegiatan perbaikan kualitas air dan pembinaan pemakai air
untuk pengamanan kualitas air dengan melibatkan peran serta masyarakat.2,3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

PROGRAM
A. Kegiatan Pokok
Kegiatan pokok penyehatan air dalam pelaksanaan program Penyediaan dan
Pengelolaan Air Bersih yaitu pengawasan kualitas air, perbaikan kualitas air, dan
pembinaan pemakai air.4 Untuk dapat melaksanakan kegiatan pokok tersebut
diperlukan kegiatan pendukung yakni Pengembangan Sarana dan Prasarana
pendukung yang terdiri atas pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia,
penyediaan dan pengembangan peralatan teknis, pengembangan metode dan
pengembangan dan pemantapan informasi penyehatan air.4,5,6
Penyehatan air diawali dengan kegiatan pengawasan kualitas air yang
ditindaklanjuti oleh kegiatan perbaikan kualitas air dan pembinaan pemakai air
untuk pengamanan kualitas air dengan melibatkan peran serta masyarakat.4,6
1. Pengawasan Kualitas Air7
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai keadaan
sanitasi sarana dan kualitas air sebagai data dasar untuk memberikan informasi
bagi pengamanan kualitas air. Setelah kualitas air diketahui, maka akan tersedia
rekomendasi untuk tindak lanjut terhadap upaya perlindungan pencemaran dan
perbaikan kualitas air terhadap pihak terkait.
Sasaran pengawasan kualitas air mencakup sumber air yang dipakai untuk
keperluan rumah tangga (minum, masak, dan air untuk mencuci alat rumah
tangga), sarana air bersih yang dipergukana untuk umum, dan daerah sumber air
yang mempunyai faktor resiko tinggi terhadap buruknya kualitas air, seperti
daerah yang rawan terjangkit pencemaran sumber air, daerah dengan angka
penyakit diare tinggi, daerah berpenghasilan rendah, daerah penduduk padat dan
kumuh, daerah pariwisata, daerah masyarakat terasing, dan rawan bencana.
2. Perbaikan Kualitas Air6,7
Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh kualitas air yang memenuhi
syarat kesehatan dan dapat diterima masyarakat serta diperolehnya sarana air
bersih yang terlindung dari pencemaran. Perbaikan kualitas air dilakukan dengan
penambahan desinfeksi pada sarana air yang tercemar karena bakteri. Desinfeksi
adalah upaya untuk membunuh bakteri yang terdiri dari tiga cara yaitu secara
kimia (desinfeksi dengan penambahan zat kimia, misalnya kaporit/chlorine),
secara fisik (pemanasan, sinar ultra violet), dan secara mekanis (dengan
pengendapan bakteri, saringan pasir lambat).
3. Pembinaan Pemakai Air5,6
Kegiatan dari pembinaan pemakai air terdiri dari:7
a. Penyuluhan penyehatan air
Kegiatan ini bertujuan terutama untuk meningkatkan kesadaran
penduduk akan pentingnya penggunaan dan penanganan air bersih secara
higienis dalam kehidupan sehari-hari yang pada akhirnya masyarakat dapat
menolong dirinya sendiri dalam penyediaan dan penyehatan air pada
khususnya dan kesehatan pada umumnya.
b. Peningkatan kegiatan POKMAIR
Kelompok Pemakai Air (POKMAIR) adalah sekumpulan keluarga atau
masyarakat pemakai air bersih dari sarana air bersih yang dikelola bersama
secara gotong royong. Bentuk kegiatan meliputi pembentukan kelompok
pemakai air pada sarana air bersih yang sudah ada maupun yang akan
dibangun, pembinaan kelompok pemakai air dalam hal cara-cara
menghimpun dana, penentuan lokasi sarana air bersih yang akan dibangun,
dan peningkatan kemampuan dengan pelatihan.
c. Penerapan upaya penyehatan air melaui pendekatan Desa Percontohan
Kesehatan Lingkungan (DPKL)
Upaya ini merupakan pendekatan pengembangan kelembagaan
swadaya masyarakat dalam rangka melaksanakan penyehatan air sehingga
dapat menjadi contoh dan tempat orientasi bagi desa lainnya.
B. Kegiatan Pendukung
Kegiatan pendukung diperlukan untuk memperbesar keberhasilan kegiatan
pokok. Kegiatan pendukung upaya penyehatan air meliputi:6,7
1. Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Peningkatan kemampuan petugas kesehatan lingkungan merupakan
kebutuhan yang tidak dapat dielakkan sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat.
Pengembangan sumber daya manusia di setiap jenjang administrasi antara lain
dilakukan melalui pendidikan formal dan pelatihan berjenjang dan berlanjut.
Pelatihan yang dilaksanakan antara lain yaitu pelatihan penyehatan air,
pelatihan manajemen perbaikan kualitas air, pelatihan pemeriksa kualitas air
(penggunaan water test kit), dan pelatihan perbaikan kualitas air. Pembinaan
sumber daya manusia dilakukan melalui bimbingan teknis, konsultasi, dan studi
banding ke daerah lain.
2. Peralatan Teknis
Peralatan teknis yang disediakan di Puskesmas meliputi peralatan yang
digunakan untuk kegiatan pengawasan kualitas air, perbaikan kualitas air, dan
pembinaan pemakai air.
Peralatan untuk pengawasan kualitas air meliputi:
a. Peralatan pengambil sampel air (sampling kit)
b. Water test kit dengan membrane filter untuk pemeriksaan bakteriologi
c. Water test kit untuk pemeriksaan kimia.
Peralatan untuk perbaikan kualitas air meliputi:
a. Alat cetak cincin sumur dan jamban
b. Tool kit
Peralatan untuk pembinaan pemakai air meliputi:
a. Partisipatory tool kit
b. Wireless
c. Berbagai media cetak (leaflet, booklet, poster, flip chart) dan media
elektronik (film).
3. Sistem Informasi
4. Kerja Sama Lintas Program dan Lintas Sektor

SANITASI
A. Penyediaan Air Bersih
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat
penting bagi perikehidupan manusia serta untuk memajukan kesejahteraan umum,
sehingga air merupakan modal dasar dan faktor utama pembangunan. Kebutuhan
manusia akan air sangat kompleks, antara lain untuk minum, masak, mandi,
mencuci dan sebagainya.8 Rata-rata kebutuhan air di Indonesia adalah 60 liter
perkapita perhari, yang meliputi untuk kebutuhan mandi sebesar 30 liter, mencuci
15 liter, masak 5 liter dan lain-lain 5 liter.9
Permasalahan kesehatan lingkungan seringkali terjadi disebabkan oleh
kurangnya sumber air bersih serta sanitasi yang layak. Sanitasi yang baik dan
sumber air yang bersih akan mengurangi prevalensi penyakit, meningkatkan
produktivitas, serta mengurangi polusi dari sumber air.
Agar air yang digunakan tidak menyebabkan penyakit, maka air tersebut
hendaknya diusahakan memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan sebagaimana
disyaratkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 407 Tahun 2002 tentang
Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air, yaitu:6
1. Syarat fisik, artinya air minum yang sehat adalah bening (tak berwarna), tidak
berasa dan tidak berbau.
2. Syarat bakteriologis, artinya air yang sehat harus bebas dari bakteri, terutama
bakteri pathogen.
3. Syarat kimia, artinya air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu
seperti sulfat, fluoride dan zat organik.
Untuk daerah kawasan pemukiman pedesaan, masyarakat umumnya menggunakan
sumber air yang berasal dari mata air dan sumur. Sumber air tersebut dapat diterima
sebagai air yang sehat asalkan memenuhi ketiga persyaratan di atas. Oleh karena
itu, sumber air yang ada di pedesaan harus mendapatkan pengawasan dan
perlindungan agar tidak tercemar dan dapat digunakan oleh penduduk.5,6

B. Pembuangan Kotoran Manusia


Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh
tubuh dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari
dalam tubuh ini berbentuk tinja (faeces), air seni (urine) dan CO sebagai hasil dari
proses pernafasan.2,4
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran
manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa
atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan
kotoran dan air untuk membersihkan.10 Jamban atau sarana pembuangan kotoran
yang memenuhi syarat adalah salah satu upaya untuk penyehatan lingkungan. Ada
tujuh syarat-syarat jamban sehat, yaitu:11
1. Tidak mencemari air
a. Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahkan agar dasar lubang kotoran
tidak mencapai permukaan air tanah maksimum. Dinding dan dasar lubang
kotoran harus dipadatkan dengan tanah liat atau diplester.
b. Jarak lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter.
c. Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor dari
lubang kotoran tidak merembes dan mencemari sumur.
2. Tidak mencemari tanah permukaan
Jamban yang sudah penuh, segera disedot untuk dikuras kotorannya, kemudian
kotoran ditimbun di lubang galian.
3. Bebas dari serangga
a. Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap
minggu. Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk demam
berdarah.
b. Ruangan jamban harus terang karena bangunan yang gelap dapat menjadi
sarang nyamuk.
c. Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang bisa
menjadi sarang kecoa atau serangga lainnya.
d. Lantai jamban harus selalu bersih dan kering
e. Lubang jamban harus tertutup khususnya jamban cemplung
4. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan
a. Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap
selesai digunakan.
b. Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus tertutup
rapat oleh air.
c. Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi untuk
membuang bau dari dalam lubang kotoran.
d. Lantai jamban harus kedap air permukaan bowl licin. Pembersihan harus
dilakukan secara periodik.
5. Aman digunakan oleh pemakainya
Untuk tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang
kotoran seperti: batu bata, selongsong anyaman bambu atau bahan penguat lain.
6. Mudah dibersihkan dan tidak menimbulkan gangguan bagi pemakainya.
a. Lantai jamban seharusnya rata dan miring kearah saluran lubang kotoran.
b. Jangan membuang plastik, puntung rokok atau benda lain ke saluran kotoran
karena menyumbat saluran.
c. Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena jamban
akan cepat penuh.
7. Terlindung dari penglihatan orang lain
a. Jamban harus berdinding dan berpintu
b. Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainnya terhindar
dari hujan dan panas.

C. Sumur Gali
Sumur gali adalah salah satu jenis sarana air bersih yang paling sederhana yang
dibuat dengan menggali tanah sampai pada kedalaman lapisan air tanah yang
pertama.12 Di Indonesia sumur gali banyak dipergunakan terutama di daerah
pedesaan, hal ini disebabkan karena mudah pembuatannya dan juga terjangkau di
masyarakat. Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relatif
dekat dari permukaan tanah, oleh karena itu dengan mudah terkena kontaminasi
melalui rembesan. Umumnya rembesan berasal dari tempat pembuangan kotoran
manusia/jamban dan hewan, juga dari limbah sumur itu sendiri, baik karena lantainya
maupun saluran air limbahnya yang tidak kedap air . Keadaan konstruksi dan cara
pengambilan air sumur pun dapat merupakan sumber kontaminasi, misalnya sumur
dengan konstruksi terbuka dan pengambilan air dengan timba. Sumur dianggap
mempunyai tingkat perlindungan sanitasi yang baik, bila tidak terdapat kontak
langsung antara manusia dengan air di dalam sumur.13
Dari segi kesehatan penggunaan sumur gali ini kurang baik bila cara pembuatannya
tidak benar-benar diperhatikan, tetapi untuk memperkecil kemungkinan terjadinya
pencemaran dapat diupayakan pencegahannya. Pencegahan-pencegahan ini dapat
dipenuhi dengan memperhatikan syarat-syarat fisik dari sumur tersebut yang
didasarkan atas kesimpulan dari pendapat beberapa pakar di bidang ini, diantaranya:
lokasi sumur tidak kurang dari 10 meter dari sumber pencemar, lantai sumur sekurang-
kurang berdiameter 1 meter jaraknya dari dinding sumur dan kedap air, saluran
pembuangan air limbah minimal 10 meter dan permanen, tinggi bibir sumur 0,8 meter,
memililki cincin (dinding) sumur minimal 3 meter dan memiliki tutup sumur yang kuat
dan rapat.14

SAMPEL
A. Penentuan Titik Pengambilan Sampel
Sampel air yang akan diambil hanya dari sarana air dengan tingkat risiko
pencemaran rendah dan sedang. Sedangkan sarana air bersih dengan tingkat risiko
pencemaran tinggi dan sangat tinggi tidak perlu diambil sampel airnya untuk
pemeriksaan di laboratorium tetapi langsung dilakukan tindak lanjut.7,15
Pengambilan sampel harus memenuhi syarat sebagai berikut:7,15
1. Pengambilan sampel harus direncanakan dan dilaksanakan dengan cermat
dengan frekuensi yang cukup sehingga detiap ada perubahan kualitas air
sewaktu-waktu dapat diketahui.
2. Sampel harus diambil, disimpan, dan dikirim dalam botol yang bersih dan
steril.
3. Jumlah air yang diambil harus cukup banyak untuk analisis air yang tepat.
4. Sampel harus dari titik-titik dari sistem penyediaan air yang sedapat
mungkin mewakili semuanya.
5. Saat pengambilan sampel harus dilakukan dengan hati-hati agar mencegah
kontaminasi terhadap sampel yang telah diambil.
6. Untuk mencegah adanya perubahan komposisi sampel yang akan
mempengaruhi hasil analisis, sangat penting menjamin bahwa sampel
diambil dengan tepat dan selanjutnya dikirim secepatnya.
7. Penjelasan detail sampel harus diuraikan dengan baik dan botol sampel
harus diberi label untuk mencegah kesalahan.
Sebelum pelaksanaan pengambilan sampel air, perlu dilakukan kegiatan penentuan
titik sampel. Dalam memilih titik-titik pengambilan sampel, ada semacam kriteria
umum tertentu yang harus diikuti, meliputi:15
1. Titik-titik pengambilan sampel harus mewakili berbagai sumber air yang
mungkin masuk ke dalam sistem.
2. Suatu kondisi dari sistem yang paling tidak baik serta tempat yang kemungkinan
memperoleh kontaminasi (reservoir, belokan, daerah bertekanan rendah, dan
ujung dari sistem)
3. Titik sampel harus secara seragam menyebar ke seluruh sistem.
4. Titik-titik sampel harus terletak di dalam kedua tipe sistem distribusi (tertutup
dan terbuka) sebanding dengan jumlah sambungan atau cabang.
B. Teknik Pengambilan Sampel
Walaupun pengambilan sampel air tampak mudah, tetapi kesalahan dapat terjadi,
sehingga diperlukan perhatian khusus dalam pelaksanaannya. Pada pengambilan
sampel air untuk pemeriksaan mikrobiologi semua alat yang digunakan harus steril.
Botol plastik tipe tertentu dapat dipergunakan untuk pengambilan sampel, tetapi
paling baik mempergunakan botol gelas yang mempunyai sumbat atau penutup
yang pas dan kuat, serta botol dan penutup harus steril. Botol harus dapat
menampung paling sedikit 200 ml.7,15

Pengambilan sampel air di kran pancuran:15


1. Membersihkan kran
Bersihkan kran dari setiap benda yang menempel dengan menggunakan kain
bersih. Bersihkan ujung kran dari setiap kotoran atau debu.
2. Membuka kran
Putar sampai kran terbuka sehingga air mengalir secara maksimal. Biarkan air
mengalir selama 1-2 menit.
3. Mensterilkan kran
Sterilkan kran selama satu menit dengan api dari kapas yang telah dicelupkan
ke dalam alkhohol.
4. Membuka kran terlebih dahulu untuk mengambil sampel
Dengan hati-hati buka kran dengan memutar dan biarkan air mengalir selama
1-2 menit dengan aliran sedang
5. Membuka botol
a) Teknik standar
Tali pengikat kertas pelindung warna coklat dilepas dan penutup diangkat
atau diputar.
b) Teknik penutup dengan alat
Tali pengikat kertas pelindung warna coklat dilepas kemudian diangkat,
sementara petugas lain membuka bungkus kecil isi penutup botol steril.
6. Mengisi botol
Sambil memegang penutup dan pelindung yang permukaannya menghadap ke
bawah (untuk menghindari masuknya debu yang mungkin mengandung
mikroorganisme), botol dengan segera diletakkan dibawah air yang mengalir
dan diisi. Beriksan sedikit ruang udara bagi botol agar dapat dikocok sebelum
analisa sampel.
7. Menutup botol
a) Teknik standar
Botol disumbat/ditutup dengan kapas yang dilapisi kertas coklat dengan
gerakan memutar kemudian diikat.
b) Teknik menutup dengan alat
Penutup diletakkan ditempatnya dan kemudian ditekan dengan alat
penutup. Lapisi penutup dengan kertas coklat kemudian diikat.

Pengambilan sampel air dari sumur:15


1. Persiapan pendahuluan
Ambil tali bersih yang digulung pada kayu, kemudian ikatkan tali pada leher
botol sampel. Ikatkan pula batu dengan ukuran cukup pada botol sampel
2. Meembuka botol
3. Menurunkan botol
Turunkan botol ke dalam sumur secara hati-hati dengan pemberatan batu. Lepas
gulungan tali secara perlahan. Botol sampel tidak boleh menyentuh tepi sumur
dan bagian lain dari sumur.
4. Mengisi botol
Tenggelamkan botol sepenuhnya ke dalam air sampai ke dasar sumur.
5. Mengangkat botol
Setelah botol terisi, angkat botol sampel. Buang sebagian air bila botol terlalu
penuh agar tersisa ruang udara.
6. Menutup botol
C. Pengiriman Sampel
Banyak parameter kualitas air berubah dengan cepat pada saat pengiriman sampel
ke laboratorium sehingga perlu perhatian khusus ketika melakukan pengiriman
sampel. Bilamana sampel tidak bisa diperiksa di tempat, maka ia harus ditempatkan
di dalam kotak yang kuat dan dikirim ke laboratorium secepat mungkin.15
Pemeriksaan Bakteriologis15
Jika waktu pengiriman lebih lama dari 3 jam, maka diperlukan media khusus
(holding media). Temperatur ideal untuk penyimpanan sampel 4-10 C di daerah
beriklim panas. Kantong berisi cairan pendingin harus diletakkan di sekitar sampel.
Pemeriksaan Kimia15
Jika jarak pengambilan sampel dan laboratorium jauh (membutuhkan waktu lebih
dari 3 jam untuk pengiriman) maka sampel air perlu diawetkan. Pengawetan dapat
dilakukan dengan 2 cara, yakni:
1. Cara pendinginan
Pendinginan dilakukan dengan mengepak botol sampel air dengan es dalam
wadah yang terisolasi (temperatur ideal 4-10 C).
2. Penambahan bahan pengawet
Pada pengambilan sampel air yang memerlukan penambahan bahan pengawet
maka sampel air dibagi beberapa tempat.
a. 1 tempat di tambah asam pekat (H2SO4, HCl) untuk mengawetkan logam-
logam, minyak dan lemak, zat-zat fenol dan menghambat aktivitas biologis.
b. 1 tempat ditambah basa NaOH untuk mengawetkan sianida.
c. 1 tempat ditambah toluol untuk mencegah penguapan dari senyawa-
senyawa nitrogen.
d. 1 tempat ditambah zink acetat 2 N untuk pemeriksaan sulfida.
e. 1 tempat untuk sampel air tanpa pengawet.
BAB III
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

Program pengawasan kualitas air merupakan salah satu kegiatan pokok dalam
pelaksanaan upaya penyehatan air.
Topik Kegiatan Pengambilan sampel air sumur gali sebagai kegiatan dari
pengawasan kualitas air
Pelaksana 1. Tim Kesehatan Lingkungan
2. dr. Amalia Salim Widyani (Dokter Internsip)
Maksud dan Tujuan 1. Meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
masyarakat dalam pengawasan kualitas air untuk
berbagai kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Mengetahui kualitas air sumur gali secara
mikrobiologi dan kimia di Dusun Kalilondo
Kelurahan Sidorejo Kidul.
Sasaran Sarana air sumur gali milik warga dengan dengan faktor
resiko
Waktu Rabu, 11 Oktober 2017 pukul 08.30-11.00
Tempat Dusun Kalilondo, Kelurahan Sidorejo Kidul
Metode Pengambilan sampel air untuk pemeriksaan
mikrobiologi dan kimia
BAB IV
PELAKSANAAN DAN EVALUASI

Program penyediaan air bersih merupakan salah satu program pemerintah yang
telah dilaksanakan sejak tahun 1986 untuk meningkatkan kesehatan lingkungan melalui
pendekatan penyehatan air. Pendekatan penyehatan air terdiri dari kegiatan pengawasan
kualitas air, perbaikan kualitas air dan pembinaan pemakai air untuk pengamanan kualitas
air dengan melibatkan peran serta masyarakat.
Pengawasan kualitas air dilakukan dengan inspeksi sanitasi terlabih dahulu. Hasil
inspeksi sanitasi akan manjadi dasar penentuan titik pengambilan sampel. Hasil inspeksi
sanitasi dikategorikan menjadi sarana air bersih dengan tingkat risiko pencemaran rendah,
sedang, tinggi dan amat tinggi. Sampel air diambil dari sarana air bersih dengan tingkat
risiko pencemaran rendah dan sedang, kemudian sarana air bersih dengan tingkat risiko
pencemaran tinggi dan amat tinggi tidak perlu diambil sampel air untuk pemeriksaan
laboratorium, namun langsung dilakukan tindak lanjut. Setelah sampel air diperoleh
kemudian dilakukan pengiriman sampel untuk dilakukan pemeriksaan mikrobiologi dan
kimia. Setelah hasil pemeriksaan air keluar, maka akan ditindaklanjuti dengan kegiatan
perbaikan kualitas air dan pembinaan pemakai air.
Dinas Kesehatan Kota (DKK) Salatiga melalui semua Puskesmas yang ada pada
wilayah tersebut rutin melakukan pendekatan penyehatan air setiap bulan dan
tahunnya. Dinas Kesehatan Kota Salatiga melakukan pemeriksaan langsung pada
sarana air bersih perpipaan yaitu PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) yang
dilakukan setiap bulan, sedangkan Puskesmas melakukan pengambilan sampel air di
lapangan (di rumah warga) setiap tahun yang selanjutnya dikirim ke DKK. Hasil
pemeriksaan sampel air umumnya akan keluar sekitar 1-2 bulan setelah dikirim. DKK
selanjutnya melakukan pelaporan kepada Pemerintah Kota.
Pada tahun 2017, Puskesmas Sidorejo Kidul melakukan pengambilan sampel air
sebanyak 30 buah. Penentuan jumlah sampel dilakukan oleh DKK sedangkan lokasi
titik-titik pengambilan sampel dilakukan oleh pihak Puskesmas. Puskesmas Sidorejo
kidul mengampu 7 kelurahan, sehingga pengambilan sampel ini dilakukan secara
bertahap. Pada tahun ini pengambilan sampel air dilakukan di 3 kelurahan yaitu
Kelurahan Sidorejo Kidul dengan lokasi pengambilan di Dusun Druju dan Kalilondo,
Kelurahan Kutowingangun Kidul dengan lokasi pengambilan di Dusun Kalioso, dan
Kelurahan Kutowinangun Lor. Pengambilan sampel air dilakukan pada sumur gali
milik warga dengan mempertimbangkan faktor risiko seperti lokasi septic tank yang
terlalu dekat dengan sumber air, septic tank yang digunakan untuk > 5 rumah, tidak
ada bibir sumur sehingga air permukaan berisiko untuk masuk ke dalam sumur, dan
peralatan untuk pengambilan air (ember, tali) berisiko tersentuh oleh pemakai ataupun
hewan lain (ayam, burung, serangga).
Penulis mengikuti kegiatan pengambilan dan pengiriman sampel di Dusun
Kalilondo Kelurahan Sidorejo Kidul. Sebelum dilakukan pengambilan sampel, petugas
tim kesehatan lingkungan melakukan izin kepada warga kemudian air diambil dengan
cara-cara yang telah paparkan di atas. Pengambilan sampel air untuk pemeriksaan
mikrobiologi menggunakn botol yang dapat menampung volume 200 ml dan
dilengkapi dengan label. Sedangkan untuk pemeriksaan kimia, dilakukan pengambilan
sampel air sebanyak 5 L dengan jerigen yang juga dilengkapi dengan label.
Sampel air yang sudah diambil dan dikirim ke DKK sejauh ini sebanyak 20 dari
30 sampel air, yaitu pengambilan di Dusun Kalilondo sebanyak 4 buah , di Dusun Druju
sebanyak 6 buah, Dusun Kalioso sebanyak 3 buah, Kelurahan Kutowinangun Lor
sebanyak 6 buah, dan sarana air di Puskesmas Sidorejo Kidul sendiri sebanyak 1 buah.
Dalam pelaksanaan kegiatan pengambilan sampel air kendala yang dialami
petugas adalah tidak adanya sarana kendaraan yang disediakan dari pihak DKK untuk
mendukung berjalannya program, sehingga petugas menggunakan kendaraan bermotor
saat melakukan pengambilan sampel air.
BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
Kegiatan pengambilan sampel air untuk pengawasan kualitas air sumur gali secara
mikrobiologi dan kimia telah dilakukan di Dusun Kalilondo Kelurahan Sidorejo Kidul
sebagai wujud pelaksanaan Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih melalui
pendekatan penyehatan air.

Saran
1. Penyediaan dukungan kendaraan dari pihak DKK Salatiga untuk pelaksanaan kegiatan
pengambilan sampel air.
2. Pengadaan peralatan pada masing-masing Puskesmas meliputi peralatan yang
digunakan untuk kegiatan pengawasan kualitas air, perbaikan kualitas air, dan
pembinaan pemakai air.
LAMPIRAN

Pengambilan Sampel Air untuk Pemeriksaan Mikrobiologi

Pengambilan Sampel Air untuk Pemeriksaan Kimia


DAFTAR PUSTAKA

1. Said IN, Yudo S. Masalah dan Strategi Penyediaan Air Bersih di Indonesia. Indonesia Water Forum.
Diakses 22 November 2017:
http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuAirMinum/BAB3MASALAH.pdf.
2. Ministry of Health: Laporan Nasional: Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, Jakarta: Ministry
of Health, National Institute of Health Research and Development.
3. Bakker, K. and Kooy, M. Citizens without a City: The Techno-Politics of Urban Water Governance,
Chapter 5 in Beyond Privatization: Governance failure and the worlds urban water crisis, K.
Bakker. Ithaca: Cornell University Press. 2010.
4. Ministry of Health: Laporan Nasional: Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, Jakarta: Ministry
of Health, National Institute of Health Research and Development.
5. Bakker, K. and Kooy, M. Citizens without a City: The Techno-Politics of Urban Water Governance,
Chapter 5 in Beyond Privatization: Governance failure and the worlds urban water crisis, K.
Bakker. Ithaca: Cornell University Press. 2010.
6. Adair, T. Child Mortality in Indonesias Mega-Urban Regions: Measurement, Analysis of
Differentials, and Policy Implications. 12th Biennial Conference of the Australian Population
Association, 15-17 September 2004, Canberra.
7. Black, R.E., Morris, S.S. and Bryce, J. Where and why are 10 million children dying every year?
Lancet. 2003. 361: 2226-34.
8. Soemirat, J. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: UGM Press. 2002.
9. Junaedi. Pertumbuhan Bakteri pada Air Minum dalam Kemasan Galon Isi Ulang Merk Zammin
pada Tingkat Konsumen dengan Praktik Higiene yang Berbeda di Kelurahan Tembalang Kota
Semarang Tahun 2004. Semarang: Undip Press. 2004.
10. Soeparman, S. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair. Jakarta: EGC. 2003.
11. Abdullah. Tujuh Syarat Membuat Jamban Sehat. 2010. http://sanitasi.or.id/index.pt?option.com.
12. Sanropie, D, Sumini, Margono, Sugiarto,S, Purwanto, B.Ristanto. Pedoman Studi Penyedian Air
Bersih Akademi Penilik Kesehatan Teknologi Sanitasi. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
1984.
13. Depkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.180/Mekes/Per/IV/1985. Jakarta: Depkes RI. 1985.
14. Indan, E. Ilmu Kesehatan Lingkungan. Bandung: PT Citra Aditya Bakti. 2000.
15. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Upaya Penyehatan Air Bagi Petugas Sanitasi Puskesmas.
Direktorat Penyehatan Air DITJEN PPM & PLP. 1998.

Anda mungkin juga menyukai