Disusun oleh :
ISHLAH INSANI P07133118036
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air bersih merupakan kebutuhan yang tidak dapat dilepaskan dari
kegiatan di rumah sakit. Namun mengingat bahwa rumah sakit merupakan
tempat tindakan dan perawatan orang sakit, maka kualitas dan
kuantitasnya perlu dipertahankan setiap saat agar tidak mengakibatkan
sumber infeksi baru bagi penderita.
Rumah sakit memerlukan mutu air lebih dari mutu untuk keperluan
sehari-hari. Air sumur atau PAM mungkin cukup untuk kebutuhan air
pada umumnya tetapi untuk keperluan khusus perlu diperlakukan
pengolahan tambahan. Unit-unit pelayanan yang memerlukan mutu air
secara khusus antara lain: laboratorium, farmasi, CSSD, unit perawatan,
bedah, laundry dan peralatan mekanis tertentu (misalnya: unti pembuatan
larutan intravenous, cairan irigasi, pencucian gelas dan perlengkapan
laboratorium, irigasi selama prosedur bedah, melembabkan incubator
perawatan bayi), dan lain-lain.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana upaya peningkatan Sanitasi Air Bersih di Rumah Sakit?
2. Bagaimana Penyediaan Air di Rumah Sakit
C. Tujuan
1. Sebagai pedoman dalam upaya peningkatan Sanitasi Air Bersih di
Rumah Sakit
2. Terselenggaranya peningkatan Sanitasi di Rumah Sakit terutama pada
penyedian Air Bersih.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Aktifitas domestik maupun non domestik pada rumah sakit sangat
membutuhkan adanya air bersih sebagai penunjang. Terdapat beberapa
sarana penydiaan air bersih untuk keperluan umum seperti sumur dangkal,
sumur dalam, terminal air, PDAM, dan pengolahan air lainnya yang
memenuhi persyaratan kesehatan untuk air bersih pada Permenkes 416
tahun 1990 tentang syarat – syarat dan pengawasan kualitas air bersih.
Persyaratan kualitas air bersih meliputi Parameter fisika yang diujikan
seperti suhu, bau, TSS, kekeruhan, rasa, warna, DHL. Sedangkan
parameter kimia dibagi menjadi kimia anorganik dan organik, parameter
yang diujikan seperti pH, fluoride, besi, mangan, cadmium, kromium,
timbal, seng, kesaedahan, khlorida, nitrat, nitrit, sulfat, zat organic, dan
deterjen. Kemudian parameter biologi yang diujikan adalah Total
Coliform dan E.Coli.
1. Sumber Air
Sumber – sumber air yang ada di bumi terdapat pada :
a. Air permukaan
Air permukaan yang mengalir dipermukaan bumi akan
membentuk air permukaan yang meliputi semua sumber air yang
terdapat di permukaan tanah seperti air sungai, kolam, danau,
ataupun air hujan. Karena letaknya relatif terbuka cenderung
lebih mudah terkontaminasi atau tercemar baik secara fisik,
kimiawi, mikrobiologi, maupun radiasi ( Lud Waluyo, 2005).
b. Air Tanah
Air tanah adalah semua jenis yang terletak dibawah tanah,
biasanya perlu cara tertentu untuk menaikan kepermukaan.
Misalnya dengan membuat sumur menggunakan pompa. Air
tanah pada umumnya lebih bersih daripada air permukaan,
namun tidak dapat dijamin semua jenis air tanah aman untuk
dikonsumsi ( Lud Waluyo, 2005).
c. Mata air
Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke
permukaan tanah. Mata air yang berasal dari air tanah dalam
hampir tidak terpengaruh oleh musim dan memiliki kualitas yang
sama dengan air tanah dalam ( Lud Waluyo, 2005).
2. Jenis Sarana Air Bersih
a. Sumur Gali
Sumur gali adalah satu konstruksi sumur yang paling umum
dan meluas dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi
masyarakat kecil dan rumah- rumah perorangan sebagai air
minum dengan kedalaman 7-10 meter dari permukaan tanah.
Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang
relatif dekat dari permukaan tanah, oleh karena itu dengan
mudah terkena kontaminasi melalui rembesan. Umumnya
rembesan berasal dari tempat buangan kotoran manusia
kakus/jamban dan hewan, juga dari limbah sumur itu sendiri,
baik karena lantainya maupun saluran air limbahnya yang tidak
kedap air. Keadaan konstruksi dan cara pengambilan air sumur
pun dapat merupakan sumber kontaminasi, misalnya sumur
dengan konstruksi terbuka dan pengambilan air dengan timba.
Sumur dianggap mempunyai tingkat perlindungan sanitasi yang
baik, bila tidak terdapat kontak langsung antara manusia dengan
air di dalam sumur (Depkes RI, 2005).
b. Sumur Bor
Dengan cara pengeboran, lapisan air tanah yang lebih
dalam ataupun lapisan tanah yang jauh dari tanah permukaan
dapat dicapai sehingga sedikit dipengaruhi kontaminasi.
Umumnya air ini bebas dari pengotoran mikrobiologi dan secara
langsung dapat dipergunakan sebagai air minum. Air tanah ini
dapat diambil dengan pompa tangan maupun pompa mesin.
Keberadaan sumber air ini harus dilindungi dari aktivitas
manusia ataupun hal lain yang dapat mencemari air. Sumber air
ini harus memiliki tempat (lokasi) dan konstruksi yang
terlindungi dari drainase permukaan dan banjir. Bila sarana air
bersih ini dibuat dengan memenuhi persyaratan kesehatan, maka
diharapkan pencemaran dapat dikurangi, sehingga kualitas air
yang diperoleh menjadi lebih baik (Waluyo, 2009).
3. Air Bersih
Menurut Permenkes RI No 32 tahun 2017 tentang Standar Baku
Mutu Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk
Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, Dan
Pemandian Umum, air dengan kualitas tertentu yang digunakan
untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya berbeda dengan
kualitas air minum. Setiap penyelenggara air bersih harus menjamin
kualitas air yang disediakan, dengan menjaga kualitas air tersebut
melalui pengawasan internal maupun eksternal. Pengawasan internal
merupakan pengawasan yang dilakukan oleh Penyelenggara melalui
penilaian mandiri, pengambilan, dan pengujian sampel air paling
tidak dilakukan dengan kurun waktu sekali dalam setahun.
Sedangkan Pengawasan eksternal dilakukan oleh tenaga kesehatan
lingkungan yang terlatih pada dinas kesehatan kabupaten/kota, atau
kantor kesehatan pelabuhan untuk lingkungan wilayah kerjanya,
pengawasan eksternal paling sedikit dilakukan pengawasan satu kali
dalam setahun.
4. Parameter Air Bersih
Parameter air bersih menurut Permenkes RI No 32 tahun 2017
tentang syarat – syarat dan pengawasan kualitas air bersih dan
terdapat beberapa parameter yaitu fisik, biologi, dan kimia.
5. Rumah Sakit
Menurut UU RI No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
mengatakan bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang
dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan,
kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang
harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan
terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. Rumah sakit sendiri mempunyai tugas dan
fungsi, tugas rumah sakit sendiri adalah memberikan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna dan Untuk menjalankan
tugasnya Rumah Sakit mempunyai fungsi:
a. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan
kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit;
b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga
sesuai kebutuhan medis;
c. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya
manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam
pemberian pelayanan kesehatan
d. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta
penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka
peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan
etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
6. Klasifikasi Rumah Sakit
Menurut PERMENKES RI No 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi
dan Perizinan Rumah Sakit, rumah sakit umum terdapat empat
klasifikasi yaitu :
a. Rumah Sakit Umum Kelas A
b. Rumah Sakit Umum Kelas B
c. Rumah Sakit Umum Kelas C
d. Rumah Sakit Umum Kelas D
Sedangkan Rumah Sakit Umum Kelas D diklasifikasikan lagi
menjadi :
a. Rumah Sakit Umum Kelas D
b. Rumah Sakit Umum Kelas D Pratama
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Sanitasi, menurut kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai
'pemelihara kesehatan'. Menurut WHO, sanitasi lingkungan
(environmental sanitation) adalah upaya pengendalian semua faktor
lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan atau dapat
menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkem- bangan fisik,
kesehatan dan daya tahan hidup manusia.
Rumah sakit (RS) adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan,
tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat
menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya
pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan (Depkes RI, 2004).
Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang di dalamnya
terdapat bangunan, peralatan, manusia (petugas, pasien dan pengunjung)
dan kegiatan pelayanan kesehatan, selain dapat menghasilkan dampak
positif berupa produk pelayanan kesehatan yang baik terhadap pasien dan
memberikan keuntungan retribusi bagi pemerintah dan lembaga
pelayanan itu sendiri, rumah sakit juga dapat menimbulkan dampak
negatif berupa pengaruh buruk kepada manusia, seperti sampah dan
limbah rumah sakit yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan,
sumber penularan penyakit dan menghambat proses penyembuhan serta
pemulihan penderita.
Dalam lingkup Rumah Sakit (RS), sanitasi berarti upaya
pengawasan berbagai faktor lingkungan fisik, kimiawi dan biologik di
RS yang menimbulkan atau mungkin dapat mengakibatkan pengaruh
buruk terhadap kesehatan petugas, penderita, pengunjung maupun bagi
masyarakat di sekitar RS.
Dari pengertian di atas maka sanitasi RS merupakan upaya dan
bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan di RS
dalam memberikan layanan dan asuhan pasien yang sebaik-baiknya.