Anda di halaman 1dari 13

PEMERINTAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS KARYA MUKTI
Jalan Poros Batumarta XII Desa Karya Mukti Kec. Sinar Peninjauan Kabupaten OKU
Hp : 082317437457 Kode Pos 32191 Email : uptdpuskesmaskaryamukti@gmail.com

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Hendrik L. Blum (1974), derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi
oleh empat faktor utama yaitu: faktor lingkungan, perilaku manusia, pelayanan
kesehatan, dan keturunan. Keempat faktor tersebut saling terkait dengan beberapa
faktor lain, yaitu sumber daya alam, keseimbangan ekologi, kesehatan mental,
sistem budaya, dan populasi sebagai satu kesatuan. Lingkungan mempunyai
pengaruh yang besar terhadap derajat kesehatan masyarakat. Faktor lingkungan
meliputi lingkungan fisik, lingkungan biologik dan lingkungan sosio kultural. John
Gordon menggambarkan adanya interaksi antara 3 faktor yaitu faktor lingkungan
(environment), pejamu (host) dan penyebab penyakit (agent). Timbulnya penyakit
bila terjadi ketidakseimbangan di antara ketiga faktor tersebut, misalnya penyakit
terjadi karena faktor lingkungan yang jelek, atau berkembangnya kuman penyakit
atau daya tahan tubuh yang rendah untuk melawan infeksi kuman penyakit.

B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Kegiatan peningkatan kesehatan lingkungan dan pemukiman bertujuan
berubahnya, terkendalinya atau hilangnya semua unsur fisik dan lingkungan
yang terdapat di masyarakat, yang dapat memberi pengaruh jelek terhadap
kesehatan mereka.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin masyarakat
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
b. Terwujudnya kesadaran dan keikut sertaan masyarakat, dan sektor lain
yang berkaitan serta bertanggung jawab atas upaya peningkatan dan
pelestarian lingkungan hidup.
c. Terlaksananya peraturan perundang, tentang penyehatan lingkungan dan
pemukiman yang berlaku.
d. Terselenggaranya pendidikan kesehatan guna menunjang kegiatan dalam
peningkatan kesehatan lingkungan dan pemukiman.
e. Terlaksananya pengawasan secara teratur pada sarana sanitasi
pemukiman, kelompok masyarakat, tempat pembuatan/penjualan makanan,
perusahaan dan tempat-tempat umum.

C. Sasaran Pedoman
1. Target
Target sasaran pencapaian dan pemantauan kesehatan lingkungan di wilayah
kerja Puskesmas Karya Mukti.
a. Rumah : 80 %
b. TTU : 100 %
c. TPM : 100 %
d. TP3 : 100 %
2. Sasaran :
a. Seluruh masyarakat di wilayah Kerja Puskesmas Karya Mukti.
b. Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang
sejenis.
c. Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis.
d. Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis.
e. Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk
umum.
f. Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan yang
berada dlm keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk secara besar-
besaran, reaktor/tempat yang bersifat khusus.

D. Ruang Lingkup Pedoman


Menurut WHO ruang lingkup kesehatan lingkungan dibagi menjadi tujuh belas,
yaitu:
1. Penyediaan air minum.
2. Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran.
3. Pembuangan sampah padat.
4. Pengendalian vektor. (pengendalian vektor ialah segala macam usaha yang
dilakukan untuk menurunkan atau mengurangi populasi vektor dengan maksud
mencegah atau memberantas penyakit yang ditularkan vektor atau gangguan
yang diakibatkan vektor.)
5. Pencegahan atau pengendalian pencemaran tanah oleh eksreta manusia. (yang
dimaksud ekskreta adalah seluruh zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan
yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh).
6. Higiene makanan termasuk juga susu.
7. Pengendalian pencemaran udara.
8. Pengendalian radiasi.
9. Kesehatan kerja.
10. Pengendalian kebisingan.
11. Perumahan dan pemukiman.
12. Aspek kesling dan transportasi udara.
13. Perencanaan daerah dan perkotaan.
14. Pencegahan kecelakaan.
15. Rekreasi umum dean pariwisata.
16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemik atau
wabah, bencana alam dan migrasi penduduk.
17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.

E. Batasan Operasional
1. Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
dimasak. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan
dan dapat langsung diminum.
Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna.
b. Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l,
Kesadahan (maks 500 mg/l).
c. Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air).

2. Pembuangan Kotoran/Tinja
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat
sebagai berikut :
a. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi.
b. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki
mata air atau sumur.
c. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan.
d. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain.
e. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar atau bila memang benar-benar
diperlukan harus dibatasi seminimal mungkin.
f. Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang.
g. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.

3. Kesehatan Pemukiman
Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut :
a. Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan dan
ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
b. Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privacy yang cukup, komunikasi
yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah.
c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni
rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah
tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak
berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan
minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang
cukup.
d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul
karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis
sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar,
dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.

4. Pembuangan Sampah
Teknik pengelolaan sampah yang baik harus memperhatikan faktor-faktor/unsur
:
a. Penimbunan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah
adalah jumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas, pola
kehidupan / sosial ekonomi, letak geografis, iklim, musim, dan kemajuan
teknologi.
b. Penyimpanan sampah.
c. Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali.
d. Pengangkutan.
e. Pembuangan
Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat
mengetahui hubungan dan urgensinya masing-masing unsur tersebut agar
kita dapat memecahkan masalah-masalah ini secara efisien.

5. Serangga dan Binatang Pengganggu


Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit yang kemudian
disebut sebagai vektor misalnya : pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar,
Nyamuk Anopheles sp untuk penyakit Malaria, Nyamuk Aedes sp untuk Demam
Berdarah Dengue (DBD), Nyamuk Culex sp untuk Penyakit Kaki
Gajah/Filariasis. Penanggulangan/pencegahan dari penyakit tersebut
diantaranya dengan merancang rumah/tempat pengelolaan makanan
dengan rat proff (rapat tikus), Kelambu yang dicelupkan dengan pestisida untuk
mencegah gigitan Nyamuk Anopheles sp, Gerakan 3 M (menguras mengubur
dan menutup) tempat penampungan air untuk mencegah penyakit DBD,
Penggunaan kasa pada lubang angin di rumah atau dengan pestisida untuk
mencegah penyakit kaki gajah dan usaha-usaha sanitasi.
Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit misalnya anjing dapat
menularkan penyakit rabies/anjing gila. Kecoa dan lalat dapat menjadi perantara
perpindahan bibit penyakit ke makanan sehingga menimbulakan diare.Tikus
dapat menyebabkan Leptospirosis dari kencing yang dikeluarkannya yang telah
terinfeksi bakteri penyebab.

6. Makanan dan Minuman


Sasaran hygiene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran, rumah
makan, jasa boga dan makanan jajanan (diolah oleh pengrajin makanan di
tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual
bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel).
Persyaratan hygiene sanitasi makanan dan minuman tempat pengelolaan
makanan meliputi :
a. Persyaratan lokasi dan bangunan;
b. Persyaratan fasilitas sanitasi;
c. Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan;
d. Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi;
e. Persyaratan pengolahan makanan;
f. Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi;
g. Persyaratan peralatan yang digunakan.

7. Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran tanah,
pencemaran udara. Pencemaran udara dapat dibagi lagi menjadi indoor air
pollution dan out door air pollution. Indoor air pollution merupakan problem
perumahan/pemukiman serta gedung umum, bis kereta api, dll. Masalah ini
lebih berpotensi menjadi masalah kesehatan yang sesungguhnya, mengingat
manusia cenderung berada di dalam ruangan ketimbang berada di
jalanan. Diduga akibat pembakaran kayu bakar, bahan bakar rumah
tangga lainnya merupakan salah satu faktor resiko timbulnya infeksi saluran
pernafasan bagi anak balita. Mengenai masalah out door pollution atau
pencemaran udara di luar rumah, berbagai analisis data menunjukkan bahwa
ada kecenderungan peningkatan. Beberapa penelitian menunjukkan adanya
perbedaan resiko dampak pencemaran pada beberapa kelompok resiko tinggi
penduduk kota dibanding pedesaan. Besar resiko relatif tersebut adalah 12,5
kali lebih besar. Keadaan ini, bagi jenis pencemar yang akumulatif, tentu akan
lebih buruk di masa mendatang. Pembakaran hutan untuk dibuat lahan
pertanian atau sekedar diambil kayunya ternyata membawa dampak serius,
misalnya infeksi saluran pernafasan akut, iritasi pada mata, terganggunya jadual
penerbangan, terganggunya ekologi hutan.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Setiap Tenaga Kesehatan lingkungan harus memiliki Kompetensi yang
dibuktikan dengan Sertifikat Kompetensi. Setiap Tenaga Kesehatan yang
menjalankan praktik dan/atau pekerjaan keprofesiannya wajib memiliki STR. Setiap
Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik dan/atau pekerjaan keprofesiannya di
bidang pelayanan kesehatan perseorangan wajib memiliki izin.

B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadwalan Penanggung jawab UKM, UKP, dan karyawan
puskesmas dikoordinir oleh Penanggung jawab UKM, UKP Kesehatan Lingkungan
sesuai dengan kesepakatan.
N Jenis Ketenagaan Jumlah
o
1. Sanitarian Terampil 2 orang

C. Jadwal Kegiatan
Jadwal pelaksanaan kegiatan program Kesehatan Lingkungan disepakati dan
disusun bersama dengan sektor terkait dalam pertemuan lokakarya mini lintas
sektor tiap tiga bulan sekali.
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
Koordinasi pelaksanaan kegiatan program Kesehatan Lingkungan dilakukan
oleh Koordinator Kesehatan Lingkungan yang menempati ruanganKIE di gedung
Puskesmas.
GAMBAR DENAH RUANGAN PKM KARYA MUKTI

B. Standar Fasilitas
Standar fasilitas di Program Kesehatan Lingkungan di Puskesmas Karya Mukti
disesuaikan dengan ketentuan dalam Permenkes.
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
Jenis-jenis pelayanan yang menjadi kewenangan dan Tupoksi Puskesmas
Karya Mukti meliputi pelayanan administrasi dan pelayanan kesehatan lingkungan
terdiri dari :
1. Penyediaan air minum dan air bersih.
2. Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran.
3. Pembuangan sampah padat.
4. Pengendalian vektor. (pengendalian vektor ialah segala macam usaha yang
dilakukan untuk menurunkan atau mengurangi populasi vektor dengan maksud
mencegah atau memberantas penyakit yang ditularkan vektor atau gangguan
yang diakibatkan vector).
5. Pencegahan atau pengendalian pencemaran tanah oleh eksreta manusia. (yang
dimaksud ekskreta adalah seluruh zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan
yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh).
6. Higiene makanan termasuk juga susu.
7. Pengendalian pencemaran udara.
8. Pengendalian radiasi.
9. Kesehatan kerja.
10. Pengendalian kebisingan.
11. Perumahan dan pemukiman.
12. Aspek kesling dan transportasi udara.
13. Perencanaan daerah dan perkotaan.
14. Pencegahan kecelakaan.
15. Rekreasi umum dan pariwisata.
16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemik atau
wabah, bencana alam dan migrasi penduduk.
17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.

B. Metode
Upaya mencapai tujuan kesehatan lingkungan masyarakat dilakukan melalui
upaya pemberdayaan masyarakat dimana diperlukan peran fasilitator yang
bertanggungjawab dalam mengkomunikasikan inovasi di bidang kesehatan kepada
masyarakat penerima manfaat.
Tujuannya adalah agar penerima manfaat tahu, mau, dan mampu
menerapkan inovasi tersebut demi tercapainya perbaikan mutu hidupnya di bidang
kesehatan. Perlu diingat bahwa keberadaan masyarakat penerima manfaat sangat
beragam dalam hal budaya, sosial, kebutuhan, motivasi, dan tujuan yang
diinginkan.
Mengingat keberadaaan masyarakat penerima manfaat pemberdayaan yang
sangat beragamnya maka metode yang digunakan dalam pemberdayaan tersebut
tidaklah paten dengan menggunakan suatu metode tertentu saja, bahwa tidak ada
satupun metode yang selalu efektif untuk diterapkan dalam setiap kegiatan
pemberdayaan masyarakat. Bahkan dalam banyak kasus penerapan metode dalam
suatu kegiatan pemberdayaan masyarakat harus menggunakan beragam metode
sekaligus yang saling menunjang dan melengkapi. Untuk itu, seorang fasilitator
harus mampu memilih metode yang paling tepat dalam kegiatan pemberdayaan
masyarakat dan mengkontekstualisasikan inovasi yang dimiliki ke dalam budaya
masyarakat penerima manfaat untuk tercapainya tujuan pemberdayaan masyarakat
yang dilaksanakannya.
Dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat, seorang fasilitator harus
bisa memilih metode yang paling sesuai dan tepat dengan kebutuhan masyarakat
setempat, dalam pemilihan metode tersebut seorang fasilitator harus
memperhatikan beberapa prinsip berikut :
1. Pengembangan untuk berpikir kreatif dimana masyarakat harus diajak untuk
berpikir kreatif, bisa mencari solusi sendiri atas masalah yang dihadapinya.
2. Tempat yang paling baik adalah ditempat kegiatan penerima manfaat sehingga
tidak banyak menyita waktu kegiatan rutinnya, fasilitator bisa memahami betul
keadaan penerima manfaat dan penerima manfaat dapat ditunjukkan beberapa
contoh nyata tentang potensi masalah dan peluang yang dapat ditemukan di
lingkungan pekerjaannya sendiri sehingga penerima manfaat mudah memahami
dan mengingatnya.
3. Setiap individu terikat dengan lingkungan sosialnya sehingga kegiatan
pemberdayaan akan lebih efisien jika diterapkan kepada masyarakat khususnya
kepada mereka yang diakui masyarakat setempat sebagai panutan atau tokoh
masyarakat.
4. Menciptakan hubungan yang akrab antara fasilitator dengan penerima manfaat
karena suasana akrab akan memperlancar kegiatan pemberdayaan
masyarakat.
5. Memberikan suasana untuk terjadinya perubahan agar terjadi perbaikan mutu
dan kualitas hidup baik diri, keluarga dan masyarakatnya.

C. Langkah Kegiatan
1. Persiapan
2. Perencanaan
3. Pelaksanaan
4. Pelaporan, Monitoring dan Evaluasi
BAB V
LOGISTIK

Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan program Kesehatan


Lingkungan direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini sesuai dengan tahapan
kegiatan dan metoda yang akan dilaksanakan.
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan program Kesehatan


Lingkungan perlu diperhatikan keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi
risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan
kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap
kegiatan yang akan dilaksanakan.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan perlu


diperhatikan keselamatan kerja karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait dengan
melakukan identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat
pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap harus dilakukan untuk tiap-
tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
PENGENDALIAN MUTU

Kinerja pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dimonitor dan dievaluasii


dengan menggunakan indikator sebagai berikut:
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Ketepatan metoda yang digunakan
4. Tercapainya indikator Program Kesehatan Lingkungan.
Permasalahan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap tribulan.
BAB IX
PENUTUP

Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait
dalam pelaksanaan dan pembinaan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan
dengan tetap memperhatikan prinsip proses pembelajaran dan manfaat.
Keberhasilan kegiatan pemberdayaan masyarakat tergantung pada komitmen
yang kuat dari semua pihak terkait dalam upaya meningkatkan kemandirian masyarakat
dan peran serta aktif masyarakat dalam bidang kesehatan.

Ditetapkan di : Karya Mukti


Pada tanggal : 2023
Kepala UPTD Puskesmas Karya Mukti

Suharno, SKM,.M.K.M
NIP. 198305182006041002

Anda mungkin juga menyukai