Anda di halaman 1dari 16

PEMERINTAH KOTA BANJARMASIN

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS KELAYAN TIMUR
Jalan Kelayan B Timur Komp. 10 RT.13 Banjarmasin
Kode Pos 70247 Telepon ( 0511 ) 3271472
E-mail : pkmbjm_puskesmaskelayantimur@yahoo.co.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Hendrik L. Blum (1974), derajat kesehatan masyarakat
dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu: faktor lingkungan, perilaku
manusia, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Keempat faktor tersebut
saling terkait dengan beberapa faktor lain, yaitu sumber daya alam,
keseimbangan ekologi, kesehatan mental, sistem budaya, dan populasi
sebagai satu kesatuan. Lingkungan mempunyai pengaruh yang besar
terhadap derajat kesehatan masyarakat. Faktor lingkungan meliputi
lingkungan fisik, lingkungan biologik dan lingkungan sosio kultural. John
Gordon menggambarkan adanya interaksi antara 3 faktor yaitu faktor
lingkungan (environment), pejamu (host) dan penyebab penyakit (agent).
Timbulnya penyakit bila terjadi ketidakseimbangan di antara ketiga faktor
tersebut, misalnya penyakit terjadi karena faktor lingkungan yang jelek,
atau berkembangnya kuman penyakit atau daya tahan tubuh yang rendah
untuk melawan infeksi kuman penyakit.

B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Kegiatan peningkatan kesehatan lingkungan dan pemukiman
bertujuan berubahnya, terkendalinya atau hilangnya semua unsur fisik
dan lingkungan yang terdapat di masyarakat, yang dapat memberi
pengaruh jelek terhadap kesehatan mereka.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin
masyarakat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
b. Terwujudnya kesadaran dan keikut sertaan masyarakat, dan sektor
lain yang berkaitan serta bertanggung jawab atas upaya
peningkatan dan pelestarian lingkungan hidup.
c. Terlaksananya peraturan perundang, tentang penyehatan
lingkungan dan pemukiman yang berlaku.
d. Terselenggaranya pendidikan kesehatan guna menunjang kegiatan
dalam peningkatan kesehatan lingkungan dan pemukiman.
e. Terlaksananya pengawasan secara teratur pada sarana sanitasi
pemukiman, kelompok masyarakat, tempat pembuatan/penjualan
makanan, perusahaan dan tempat-tempat umum.

C. Sasaran Pedoman
1. Target
Target sasaran pencapaian dan pemantauan kesehatan lingkungan di
wilayah kerja Puskesmas Kelayan Timur.
a. Rumah : 80 %
b. TTU : 100 %
c. TPM : 100 %
d. TP3 : 100 %
2. Sasaran :
a. Seluruh masyarakat di wilayah Kerja Puskesmas Kelayan Timur.
b. Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha
yang sejenis.
c. Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis.
d. Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis.
e. Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan
untuk umum.
f. Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti
lingkungan yang berada dlm keadaan darurat, bencana
perpindahan penduduk secara besar-besaran, reaktor/tempat yang
bersifat khusus.

D. Ruang Lingkup Pedoman


Menurut WHO ruang lingkup kesehatan lingkungan dibagi menjadi tujuh
belas, yaitu:
1. Penyediaan air minum.
2. Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran.
3. Pembuangan sampah padat.
4. Pengendalian vektor. (pengendalian vektor ialah segala macam usaha
yang dilakukan untuk menurunkan atau mengurangi populasi vektor
dengan maksud mencegah atau memberantas penyakit yang ditularkan
vektor atau gangguan yang diakibatkan vektor.)
5. Pencegahan atau pengendalian pencemaran tanah oleh eksreta
manusia. (yang dimaksud ekskreta adalah seluruh zat yang tidak
dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh).
6. Higiene makanan termasuk juga susu.
7. Pengendalian pencemaran udara.
8. Pengendalian radiasi.
9. Kesehatan kerja.
10. Pengendalian kebisingan.
11. Perumahan dan pemukiman.
12. Aspek kesling dan transportasi udara.
13. Perencanaan daerah dan perkotaan.
14. Pencegahan kecelakaan.
15. Rekreasi umum dean pariwisata.
16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan
epidemik atau wabah, bencana alam dan migrasi penduduk.
17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.

E. Batasan Operasional
1. Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila
telah dimasak. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi
syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna.
b. Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3
mg/l, Kesadahan (maks 500 mg/l).
c. Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100
ml air).
2. Pembuangan Kotoran/Tinja
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan
syarat sebagai berikut :
a. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi.
b. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin
memasuki mata air atau sumur.
c. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan.
d. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain.
e. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar ; atau, bila memang
benar-benar diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin.
f. Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap
dipandang.
g. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak
mahal.
3. Kesehatan Pemukiman
Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria
sebagai berikut :
a. Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan
dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang
mengganggu.
b. Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privacy yang cukup,
komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni
rumah.
c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan
penyakit antarpenghuni rumah dengan penyediaan air bersih,
pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit
dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar
matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari
pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup.
d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik
yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain
persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah
roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat
penghuninya jatuh tergelincir.
4. Pembuangan Sampah
Teknik pengelolaan sampah yang baik harus memperhatikan faktor-
faktor/unsur :
a. Penimbunan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
sampah adalah jumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat
aktivitas, pola kehidupan/tk sosial ekonomi, letak geografis, iklim,
musim, dan kemajuan teknologi.
b. Penyimpanan sampah.
c. Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali.
d. Pengangkutan.
e. Pembuangan
Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat
mengetahui hubungan dan urgensinya masing-masing unsur
tersebut agar kita dapat memecahkan masalah-masalah ini secara
efisien.
5. Serangga dan Binatang Pengganggu
Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit yang
kemudian disebut sebagai vektor misalnya : pinjal tikus untuk penyakit
pes/sampar, Nyamuk Anopheles sp untuk penyakit Malaria, Nyamuk
Aedes sp untuk Demam Berdarah Dengue (DBD), Nyamuk Culex sp
untuk Penyakit Kaki Gajah/Filariasis. Penanggulangan/pencegahan
dari penyakit tersebut diantaranya dengan merancang rumah/tempat
pengelolaan makanan dengan rat proff (rapat tikus), Kelambu yang
dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah gigitan Nyamuk
Anopheles sp, Gerakan 3 M (menguras mengubur dan menutup) tempat
penampungan air untuk mencegah penyakit DBD, Penggunaan kasa
pada lubang angin di rumah atau dengan pestisida untuk mencegah
penyakit kaki gajah dan usaha-usaha sanitasi.
Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit misalnya anjing
dapat menularkan penyakit rabies/anjing gila. Kecoa dan lalat dapat
menjadi perantara perpindahan bibit penyakit ke makanan sehingga
menimbulakan diare. Tikus dapat menyebabkan Leptospirosis dari
kencing yang dikeluarkannya yang telah terinfeksi bakteri penyebab.
6. Makanan dan Minuman
Sasaran higene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran,
rumah makan, jasa boga dan makanan jajanan (diolah oleh pengrajin
makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan
siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga,
rumah makan/restoran, dan hotel).
Persyaratan hygiene sanitasi makanan dan minuman tempat
pengelolaan makanan meliputi :
a. Persyaratan lokasi dan bangunan;
b. Persyaratan fasilitas sanitasi;
c. Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan;
d. Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi;
e. Persyaratan pengolahan makanan;
f. Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi;
g. Persyaratan peralatan yang digunakan.
7. Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran
tanah, pencemaran udara. Pencemaran udara dapat dibagi lagi menjadi
indoor air pollution dan out door air pollution. Indoor air pollution
merupakan problem perumahan/pemukiman serta gedung umum, bis
kereta api, dll. Masalah ini lebih berpotensi menjadi masalah kesehatan
yang sesungguhnya, mengingat manusia cenderung berada di dalam
ruangan ketimbang berada di jalanan. Diduga akibat pembakaran kayu
bakar, bahan bakar rumah tangga lainnya merupakan salah satu
faktor resiko timbulnya infeksi saluran pernafasan bagi anak balita.
Mengenai masalah out door pollution atau pencemaran udara di luar
rumah, berbagai analisis data menunjukkan bahwa ada kecenderungan
peningkatan. Beberapa penelitian menunjukkan adanya perbedaan
resiko dampak pencemaran pada beberapa kelompok resiko tinggi
penduduk kota dibanding pedesaan. Besar resiko relatif tersebut
adalah 12,5 kali lebih besar. Keadaan ini, bagi jenis pencemar yang
akumulatif, tentu akan lebih buruk di masa mendatang. Pembakaran
hutan untuk dibuat lahan pertanian atau sekedar diambil kayunya
ternyata membawa dampak serius, misalnya infeksi saluran pernafasan
akut, iritasi pada mata, terganggunya jadual penerbangan,
terganggunya ekologi hutan.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Setiap Tenaga Kesehatan lingkungan harus memiliki Kompetensi
yang dibuktikan dengan Sertifikat Kompetensi. Setiap Tenaga Kesehatan
yang menjalankan praktik dan/atau pekerjaan keprofesiannya wajib
memiliki STR. Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik
dan/atau pekerjaan keprofesiannya di bidang pelayanan kesehatan
perseorangan wajib memiliki izin.

B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadualan Penanggung jawab UKM, UKP, dan
karyawan puskesmas dikoordinir oleh Penanggung jawab UKM, UKP
Kesehatan Lingkungan sesuai dengan kesepakatan.
No Jenis Ketenagaan Jumlah
1. Sanitarian Mahir 2 orang

C. Jadwal Kegiatan
Jadwal pelaksanaan kegiatan program Kesehatan Lingkungan
disepakati dan disusun bersama dengan sektor terkait dalam pertemuan
lokakarya mini lintas sektor tiap tiga bulan sekali.
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
Koordinasi pelaksanaan kegiatan program Kesehatan Lingkungan
dilakukan oleh Koordinator Kesehatan Lingkungan yang menempati
ruangan KIE di gedung Puskesmas.

B. Standar Fasilitas
Standar fasilitas di Program Kesehatan Lingkungan di Puskesmas Kelayan
Timur disesuaikan dengan ketentuan dalam Permenkes.
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
Jenis-jenis pelayanan yang menjadi kewenangan dan Tupoksi
Puskesmas Kelayan Timur meliputi pelayanan administrasi dan pelayanan
kesehatan lingkungan terdiri dari :
1. Penyediaan air minum dan air bersih.
2. Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran.
3. Pembuangan sampah padat.
4. Pengendalian vektor. (pengendalian vektor ialah segala macam usaha
yang dilakukan untuk menurunkan atau mengurangi populasi vektor
dengan maksud mencegah atau memberantas penyakit yang ditularkan
vektor atau gangguan yang diakibatkan vector).
5. Pencegahan atau pengendalian pencemaran tanah oleh eksreta
manusia. (yang dimaksud ekskreta adalah seluruh zat yang tidak
dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh).
6. Higiene makanan termasuk juga susu.
7. Pengendalian pencemaran udara.
8. Pengendalian radiasi.
9. Kesehatan kerja.
10. Pengendalian kebisingan.
11. Perumahan dan pemukiman.
12. Aspek kesling dan transportasi udara.
13. Perencanaan daerah dan perkotaan.
14. Pencegahan kecelakaan.
15. Rekreasi umum dan pariwisata.
16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan
epidemik atau wabah, bencana alam dan migrasi penduduk.
17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.

B. Metode
Upaya mencapai tujuan kesehatan lingkungan masyarakat
dilakukan melalui upaya pemberdayaan masyarakat dimana diperlukan
peran fasilitator yang bertanggung jawab dalam mengkomunikasikan
inovasi di bidang kesehatan kepada masyarakat penerima manfaat.
Tujuannya adalah agar penerima manfaat tahu, mau, dan mampu
menerapkan inovasi tersebut demi tercapainya perbaikan mutu hidupnya
di bidang kesehatan. Perlu diingat bahwa keberadaan masyarakat
penerima manfaat sangat beragam dalam hal budaya, sosial, kebutuhan,
motivasi, dan tujuan yang diinginkan.
Mengingat keberadaaan masyarakat penerima manfaat
pemberdayaan yang sangat beragamnya maka metode yang digunakan
dalam pemberdayaan tersebut tidaklah paten dengan menggunakan suatu
metode tertentu saja, bahwa tidak ada satupun metode yang selalu efektif
untuk diterapkan dalam setiap kegiatan pemberdayaan masyarakat.
Bahkan dalam banyak kasus penerapan metode dalam suatu kegiatan
pemberdayaan masyarakat harus menggunakan beragam metode sekaligus
yang saling menunjang dan melengkapi. Untuk itu, seorang fasilitator
harus mampu memilih metode yang paling tepat dalam kegiatan
pemberdayaan masyarakat dan mengkontekstualisasikan inovasi yang
dimiliki ke dalam budaya masyarakat penerima manfaat untuk tercapainya
tujuan pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakannya.
Dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat, seorang fasilitator
harus bisa memilih metode yang paling sesuai dan tepat dengan
kebutuhan masyarakat setempat, dalam pemilihan metode tersebut
seorang fasilitator harus memperhatikan beberapa prinsip berikut :
1. Pengembangan untuk berpikir kreatif dimana masyarakat harus diajak
untuk berpikir kreatif, bisa mencari solusi sendiri atas masalah yang
dihadapinya.
2. Tempat yang paling baik adalah ditempat kegiatan penerima manfaat
sehingga tidak banyak menyita waktu kegiatan rutinnya, fasilitator bisa
memahami betul keadaan penerima manfaat dan penerima manfaat
dapat ditunjukkan beberapa contoh nyata tentang potensi masalah dan
peluang yang dapat ditemukan di lingkungan pekerjaannya sendiri
sehingga penerima manfaat mudah memahami dan mengingatnya.
3. Setiap individu terikat dengan lingkungan sosialnya sehingga kegiatan
pemberdayaan akan lebih efisien jika diterapkan kepada masyarakat
khususnya kepada mereka yang diakui masyarakat setempat sebagai
panutan atau tokoh masyarakat.
4. Menciptakan hubungan yang akrab antara fasilitator dengan penerima
manfaat karena suasana akrab akan memperlancar kegiatan
pemberdayaan masyarakat.
5. Memberikan suasana untuk terjadinya perubahan agar terjadi
perbaikan mutu dan kualitas hidup baik diri, keluarga dan
masyarakatnya.
C. LANGKAH KEGIATAN
1. Persiapan
2. Perencanaan
3. Pelaksanaan
4. Pelaporan, Monitoring dan Evaluasi
BAB V
LOGISTIK

Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan program


Kesehatan Lingkungan direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini sesuai
dengan tahapan kegiatan dan metoda yang akan dilaksanakan.
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan program


Kesehatan Lingkungan perlu diperhatikan keselamatan sasaran dengan
melakukan identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi
pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap sasaran
harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan


pemberdayaan perlu diperhatikan keselamatan kerja karyawan puskesmas
dan lintas sektor terkait dengan melakukan identifikasi risiko terhadap segala
kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya
pencegahan risiko terhadap harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang
akan dilaksanakan.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Kinerja pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dimonitor dan


dievaluasi dengan menggunakan indikator sebagai berikut:
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadual
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Ketepatan metoda yang digunakan
4. Tercapainya indikator Program Kesehatan Lingkungan.
Permasalahan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap tribulan.
BAB IX
PENUTUP

Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dan lintas sektor
terkait dalam pelaksanaan dan pembinaan pemberdayaan masyarakat
bidang kesehatan dengan tetap memperhatikan prinsip proses
pembelajaran dan manfaat.
Keberhasilan kegiatan pemberdayaan masyarakat tergantung pada
komitmen yang kuat dari semua pihak terkait dalam upaya meningkatkan
kemandirian masyarakat dan peran serta aktif masyarakat dalam bidang
kesehatan.

Kepala Puskesmas Kelayan Timur,

dr. Hj. Sri Pramudian K.


Pembina
NIP. 19780607 200701 2 016

Anda mungkin juga menyukai