Anda di halaman 1dari 44

DASAR KESEHATAN

LINGKUNGAN

Hengky Oktarizal, SKM, MKM

Konsep dan Batasan Kesehatan


Lingkungan

Menurut WHO sehat adalah : Keadaan yg meliputi kesehatan


fisik, mental, dan sosial yg tidak hanya berarti suatu keadaan yg
bebas dari penyakit dan kecacatan.
Pengertian lingkungan
Menurut Encyclopaedia of science & technology (1960)
Sejumlah kondisi di luar dan mempengaruhi kehidupan dan
perkembangan organisme.
Pengertian Kesehatan lingkungan
Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia)
Suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang
keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan
lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup
manusia yang sehat dan bahagia.

Sejarah perkembangan kesehatan


lingkungan
1) Sebelum Orba
Th 1882 : UU ttg hygiene dlm Bahasa Belanda.
Th 1924 Atas Prakarsa Rochefeller foundation didirikan Rival Hygiene Work
di Banyuwangi dan Kebumen.
Th 1956 : Integrasi usaha pengobatan dan usaha kesehatan lingkungan di
Bekasi hingga didirikan Bekasi Training Centre
Prof. Muchtar mempelopori tindakan kesehatan lingkungan di Pasar Minggu.
Th 1959 : Dicanangkan program pemberantasan Malaria sebagai program
kesehatan lingkungan di tanah air (12 Nopember = Hari Kesehatan Nasional)
2) Setelah Orba
Th 1968 : Program kesehatan lingkungan masuk dalam upaya pelayanan
Puskesmas
Th 1974 : Inpres Samijaga (Sarana Air Minum dan Jamban Keluarga)
Adanya Program Perumnas, Proyek Husni Thamrin, Kampanye Keselamatan
dan kesehatan kerja, dll.

Ruang lingkup kesehatan lingkungan


Menurut Pasal 22 ayat (3) UU No 23 tahun
1992 ruang lingkup kesling ada 8 :
1) Penyehatan Air dan Udara
2) Pengamanan Limbah padat/sampah
3) Pengamanan Limbah cair
4) Pengamanan limbah gas
5) Pengamanan radiasi
6) Pengamanan kebisingan
7) Pengamanan vektor penyakit
8) Penyehatan dan pengamanan lainnya : Misal Pasca
bencana.

Menurut WHO ada 17 ruang lingkup


kesehatan lingkungan :
1) Penyediaan Air Minum
2) Pengelolaan air Buangan dan pengendalian
pencemaran
3) Pembuangan Sampah Padat
4) Pengendalian Vektor
5) Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh
ekskreta manusia
6) Higiene makanan, termasuk higiene susu
7) Pengendalian pencemaran udara
8) Pengendalian radiasi
9) Kesehatan kerja

10) Pengendalian kebisingan


11) Perumahan dan pemukiman
12) Aspek kesling dan transportasi udara
13) Perencanaan daerah dan perkotaan
14) Pencegahan kecelakaan
15) Rekreasi umum dan pariwisata
16) Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan
dengan keadaan epidemi/wabah, bencana alam
dan perpindahan penduduk.
17) Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk
menjamin lingkungan.

Sasaran kesehatan lingkungan


(Pasal 22 ayat (2) UU 23/1992

Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan


usaha-usaha yang sejenis
Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang
sejenis
Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan
industri/yang sejenis.
Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara
yang digunakan untuk umum.
Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus
seperti lingkungan yang berada dlm keadaan darurat,
bencana perpindahan penduduk secara besar2an,
reaktor/tempat yang bersifat khusus.

Konsep hubungan interaksi antara


Host Agent Environmental
1. Tiga komponen/faktor yang berperan
dalam menimbulkan penyakit Model
Ecology (JHON GORDON).
Agent (Agen/penyebab) : adalah penyebab
penyakit pada manusia
Host (tuan Rumah/Induk
semang/penjamu/pejamu) adalah manusia yang
ditumpangi penyakit.
Lingkungan/environmental : Segala sesuatu
yang berada di luar kehidupan organisme Cth :
Lingkungan Fisik, Kimia, Biologi.

Karakteristik 3 komponen/
faktor yang berperan dalam
menimbulkan penyakit
1) Karakteristik Lingkungan
Fisik : Air, Udara, Tanah, Iklim, Geografis,
Perumahan, Pangan, Panas, radiasi.
Sosial : Status sosial, agama, adat
istiadat, organisasi sosial politik, dll.
Biologis : Mikroorganisme, serangga,
binatang, tumbuh-tumbuhan.

2) Karakteristik
Agent/penyebab penyakit

Agent penyakit dapat berupa agent hidup atau agent


tidak hidup. Agent penyakit dapat dikualifikasikan
menjadi 5 kelompok, yaitu :
Agent biologis : bakteri, virus, fungi, protozoa, metazoa
Agent nutrien : protein, lemak, karbohidrat, vitamin,
mineral, dan air.
Agent fisik : suhu, kelembaban, kebisingan, radiasi,
tekanan, panas.
Agent chemis/kimia : eksogen contoh ; alergen,gas,
debu, endogen contoh ; metabolit, hormon.
Agent mekanis : gesekan, pukulan, tumbukan, yang
dapat menimbulkan kerusakan jaringan.

3) Karakteristik Host/pejamu

Faktor manusia sangat kompleks dalam proses terjadinya penyakit dan


tergantung dari karakteristik yang dimiliki oleh masing masing
individu, yakni :
Umur : penyakit arterosklerosis pada usia lanjut, penyakit kanker pada
usia pertengahan
Seks : resiko kehamilan pada wanita, kanker prostat pada laki-laki
Ras : sickle cell anemia pada ras negro
Genetik : buta warna, hemofilia, diabetes, thalassemia
Pekerjaan : asbestosis.
Nutrisi : gizi kurang menyebabkan TBC, obesitas, diabetes
Status kekebalan : kekebalan terhadap penyakit virus yang tahan lama
dan seumur hidup.
Adat istiadat : kebiasaan makan ikan mentah menyebabkan cacing hati.
Gaya hidup : merokok, minum alkohol
Psikis : stress menyebabkan hypertensi, ulkus peptikum, insomnia.

Games

JIKA dan MAKA.

Sambung KATA
Bagaimana tanggapan anda sebagai
tenaga kesling menghadapi permasalahn
kesling pada saat ini !!!

Masalah-masalah Kesehatan
Lingkungan di Indonesia
1. Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan seharihari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah air yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum.
Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai
berikut :
a. Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
b. Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan
0,3 mg/l, Kesadahan (maks 500 mg/l)
c. Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0
per 100 ml air)

2. Pembuangan Kotoran/Tinja
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban
dengan syarat sebagai berikut :
a. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
b. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin
memasuki mata air atau sumur
c. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
d. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain
e. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar ; atau, bila memang
benarbenar diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin.
f. Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap
dipandang.
g. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan
tidak mahal.

3. Kesehatan Pemukiman
Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria
sebagai berikut :
a. Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan dan
ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
b. Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privacy yang cukup, komunikasi
yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah
c.
Memenuhi
persyaratan
pencegahan
penularan
penyakit
antarpenghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja
dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan
hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya
makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan
penghawaan yang cukup.
d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang
timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan
garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah
terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.

4. Pembuangan Sampah
Teknik pengelolaan sampah yang baik harus memperhatikan
faktor-faktor/unsur :
a. Penimbulan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi sampah adalah jumlah penduduk dan kepadatanya,
tingkat aktivitas, pola kehidupan/tk sosial ekonomi, letak
geografis, iklim, musim, dan kemajuan teknologi.
b. Penyimpanan sampah.
c. Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali.
d. Pengangkutan
e. Pembuangan
Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita
dapat mengetahui hubungan dan urgensinya masing-masing
unsur tersebut agar kita dapat memecahkan masalah-masalah
ini secara efisien.

5. Serangga dan Binatang


Pengganggu

Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit yang


kemudian disebut sebagai vektor misalnya : pinjal tikus untuk penyakit
pes/sampar, Nyamuk Anopheles sp untuk penyakit Malaria, Nyamuk Aedes
sp untuk Demam Berdarah Dengue (DBD), Nyamuk Culex sp untuk
Penyakit Kaki Gajah/Filariasis.
Penanggulangan/pencegahan dari penyakit tersebut diantaranya dengan
merancang rumah/tempat pengelolaan makanan dengan rat prof (rapat
tikus), Kelambu yang dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah
gigitan Nyamuk Anopheles sp, Gerakan 3 M (menguras mengubur dan
menutup) tempat penampungan air untuk mencegah penyakit DBD,
Penggunaan kasa pada lubang angin di rumah atau dengan pestisida
untuk mencegah penyakit kaki gajah dan usaha-usaha sanitasi.
Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit misalnya anjing
dapat menularkan penyakit rabies/anjing gila. Kecoa dan lalat dapat
menjadi perantara perpindahan bibit penyakit ke makanan sehingga
menimbulakan diare. Tikus dapat menyebabkan Leptospirosis dari kencing
yang dikeluarkannya yang telah terinfeksi bakteri penyebab.

6. Makanan dan Minuman


Sasaran higene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran,
rumah makan, jasa boga dan makanan jajanan (diolah oleh
pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan
sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang
disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel).
Persyaratan hygiene sanitasi makanan dan minuman tempat
pengelolaan makanan meliputi :
a. Persyaratan lokasi dan bangunan;
b. Persyaratan fasilitas sanitasi;
c. Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan;
d. Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi;
e. Persyaratan pengolahan makanan;
f. Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi;
g. Persyaratan peralatan yang digunakan.

Penyebab masalah kesehatan


lingkungan di Indonesia
1. Pertambahan dan kepadatan penduduk.
2. Keanekaragaman sosial budaya dan
adat istiadat dari sebagian besar
penduduk.
3. Belum memadainya pelaksanaan fungsi
manajemen.

Hubungan dan pengaruh kondisi lingkungan


terhadap kesehatan masyarakat di perkotaan
dan pemukiman
Contoh hubungan dan pengaruh kondisi lingkungan
terhadap kesehatan masyarakat di perkotaan dan
pemukiman diantaranya sebagai berikut :
1. Urbanisasi >>>kepadatan kota >>> keterbatasan
lahan >>>daerah slum/kumuh>>>sanitasi kesehatan
lingkungan buruk
2. Kegiatan di kota (industrialisasi) >>> menghasilkan
limbah cair >>>dibuang tanpa pengolahan (ke sungai)
>>>sungai dimanfaatkan untuk mandi, cuci,
kakus>>>penyakit menular.
3. Kegiatan di kota (lalu lintas alat transportasi)>>>emisi
gas buang (asap) >>>mencemari udara kota>>>udara
tidak layak dihirup>>>penyakit ISPA.

K3

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3)


adalah
bidang
yang
terkait
dengan
kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan
manusia yang bekerja di sebuah institusi
maupun lokasi proyek. Tujuan K3 adalah
untuk
memelihara
kesehatan
dan
keselamatan lingkungan kerja.[1] K3 juga
melindungi rekan kerja, keluarga pekerja,
konsumen, dan orang lain yang juga mungkin
terpengaruh kondisi lingkungan kerja.

Kesehatan dan keselamatan kerja cukp penting bagi


moral, legalitas, dan finansial. Semua organisasi yang
memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja
dan orang lain yang terlibat tetap berada dalam
kondisi aman sepanjang waktu.[2] Praktek K3 meliptui
pencegahan, pemberian sanksi, dan kompensasi,
juga penyembuhan luka dan perawatan untuk
pekerja dan menyediakan perawatan kesehatan dan
cuti sakit. K3 terkait dengan ilmu kesehatan kerja,
teknik keselamatan, teknik industri, kimia, fisika
kesehatan,
psikologi organisasi dan industri,
ergonomika, dan psikologi kesehatan kerja.

Bahaya di tempat kerja

Bahaya fisik dan mekanik


Pekerja yang bekerja dengan penuh risiko
tanpa peralatan keselamatan yang memadai.
Bahaya fisik adalah sumber utama dari
kecelakaan di banyak industri. Bahaya tersebut
mungkin tidak bisa dihindari dalam banyak
industri seperti konstruksi dan pertambangan,
namun seiring berjalannya waktu, manusia
mengembangkan
metode
dan
prosedur
keamanan untuk mengatur risiko tersebut.

Chemical hazards
Asam
Basa
Logam berat

Bahaya biologis

Bakteri
Virus
Fungi

Pelarut

Petroleum

Partikulat

Asbestos
Silika

Asap
Bahan kimia reaktif
Api, bahan yang mudah terbakar

Ledakan

Masalah psikologis dan sosial


Stres akibat jam kerja terlalu tinggi atau
tidak sesuai waktunya
Kekerasan di dalam organisasi
Bullying
Pelecehan seksual
Keberadaan bahan candu yang tidak
menyenangkan dalam lingkungan kerja,
seperti rokok dan alkohol

K3 berdasarkan industri

K3 yang spesifik dapat bervariasi pada


sector dan industri tertentu. Pekerja
kontruksi akan membutuhkan pencegahan
bahaya
jatuh,
sedangkan
nelayan
menghadapi risik tenggelam. Biro Statistik
Buruh
Amerika
Serikat
menyebutkan
bahwa perikanan, penerbangan, industri
kayu,
pertanian,
pertambangan,
pengerjaan logam, dan transportasi adalah
sektor industri yang paling berbahaya.

HSE

HSE (Health, Safety, Environment,) atau di beberapa perusahaan


juga disebut EHS, HES, SHE, K3LL (Keselamatan & Kesehatan Kerja
dan Lindung Lingkungan) dan SSHE (Security, Safety, Health,
Environment). Semua itu adalah suatu Departemen atau bagian
dari Struktur Organisasi Perusahaan yang mempunyai fungsi pokok
terhadap implementasi Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) mulai dari Perencanaan, Pengorganisasian,
Penerapan dan Pengawasan serta Pelaporannya. Sementara, di
Perusahaan yang mengeksploitasi Sumber Daya Alam ditambah
dengan peran terhadap Lingkungan (Lindungan Lingkungan).
Membicarakan HSE bukan sekedar mengetengahkan Issue seputar
Hak dan Kewajiban, tetapi juga berdasarkan Output, yaitu
korelasinya terhadap Produktivitas Keryawan. Belum lagi antisipasi
kecelakaan kerja apabila terjadi Kasus karena kesalahan prosedur
ataupun kesalahan pekerja itu sendiri (naas).

Apa di Indonesia, ada Undang-Undang yang mengatur


mengenai K3?

Undang-Undang yang mengatur K3


adalah sebagai berikut :
Undang-undang No. 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja
Undang-Undang ini mengatur dengan
jelas tentang kewajiban pimpinan
tempat kerja dan pekerja dalam
melaksanakan keselamatan kerja.

Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.

Undang- Undang ini menyatakan bahwa secara khusus


perusahaan berkewajiban memeriksakan kesehatan badan,
kondisi mental dan kemampuan fisik pekerja yang baru maupun
yang akan dipindahkan ke tempat kerja baru, sesuai dengan
sifat-sifat pekerjaan yang diberikan kepada pekerja, serta
pemeriksaan kesehatan secara berkala. Sebaliknya para pekerja
juga berkewajiban memakai alat pelindung diri (APD) dengan
tepat dan benar serta mematuhi semua syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan. Undang-undang nomor 23
tahun 1992, pasal 23 Tentang Kesehatan Kerja juga menekankan
pentingnya kesehatan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja
secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat
sekelilingnya hingga diperoleh produktifitas kerja yang optimal.
Karena itu, kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja,
pencegahan penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan kerja.

Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Undang-Undang ini mengatur mengenai segala hal yang berhubungan


dengan ketenagakerjaan mulai dari upah kerja, jam kerja, hak maternal,
cuti sampi dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
Sebagai penjabaran dan kelengkapan Undang-undang tersebut,
Pemerintah juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) dan
Keputusan Presiden terkait penyelenggaraan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3), diantaranya adalah :
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 11 Tahun 1979 tentang
Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas
Bumi
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas
Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan
Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan
Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang
Timbul Akibat Hubungan Kerja

Apakah K3 ada kaitannya dengan JAMSOSTEK?

Tentu saja ada, karena K3 itu sendiri adalah


komponen yang menjadi bagian dariJAMSOSTEK
. Dalam hal ini, K3 yang bisa disediakan
perusahaan misalnya alat keselamatan kerja
seperti helm, rompi, sepatu, dsb. Sedangkan
JAMSOSTEK merupakan program yang ditujukan
untuk mendukung pelaksanaan sistem K3 dalam
setiap perusahaan, yang tidak bisa langsung
disediakan
perusahaan.
Seperti
Jaminan
Kecelakaan Kerja (JKK), Tabungan Hari Tua, dan
Jaminan Kematian (JK).

PROMOSI KESEHATAN

Promosi kesehatan
Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni membantu masyarakat
menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal
didefinisikan sebagai keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial,
spiritual, dan intelektual. Ini bukan sekedar pengubahan gaya hidup saja,
namun berkairan dengan pengubahan lingkungan yang diharapkan
dapat lebih mendukung dalam membuat keputusan yang sehat.
Pengubahan gaya hidup dapat difasilitasi melalui penggabunngan:
menciptakan lingkungan yang mendukung,
mengubah perilaku, dan
meningkatkan kesadaran.

Dalam Konferensi Internasional Promosi Kesehatan I yang diadakan di


Ottawa, Kanada, menghasilkan sebuah kesepakatan yang dikenal
sebagai Piagam Ottawa. Dalam piagam ini tertera strategi dalam
meningkatkan kontrol masyarakat terhadap kesehatan diri mereka
sendiri.

Promosi kesehatan bukanlah hanya


proses penyadaran masyarakat atau
pemberian
dan
peningkatan
pengetahuan
masyarakat
tentang
kesehatan semata, akan tetapi di
dalamnya terdapat usaha untuk dapat
memfasilitasi dalam rangka perubahan
perilaku masyarakat.

Dalam hal ini organisasi kesehatan dunia WHO telah merumuskan suatu
bentuk definisi mengenai promosi kesehatan :

Health promotion is the process of enabling people to increase


control over, and improve, their health. To reach a state of
complete physical, mental, and social, well-being, an individual
or group must be able to identify and realize aspirations, to
satisfy needs, and to change or cope with the environment .
(Ottawa Charter,1986).

Kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan


masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang
sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka masyarakat harus
mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya,
dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya
(lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya).

Visi misi
visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan
sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial.
2. Pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik
pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi
masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan
lainnya dan bermuara pada kemampuan pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan individu, kelompok, maupun masyarakat.
Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya
suatu upaya yang harus dilakukan dan lebih dikenal dengan
istilah Misi . Misi promosi kesehatan merupakan upaya yang
harus dilakukan dan mempunyai keterkaitan dalam pencapaian
suatu visi.

Misi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :


1. Advokasi (Advocation)
Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan kepada para
penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isyu kebijakan yang spesifik. Dalam hal
ini kegiatan advokasi merupakan suatu upaya untuk mempengaruhi para pembuat
keputusan (decission maker) agar dapat mempercayai dan meyakini bahwa program
kesehatan yang ditawarkan perlu mendapat dukungan melalui kebijakan atau keputusankeputusan.
2. Menjembatani (Mediate)
Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu kerjasama dengan
program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang terkait. Untuk itu perlu
adanya suatu jembatan dan menjalin suatu kemitraan (partnership) dengan berbagai
program dan sektor-sektor yang memiliki kaitannya dengan kesehatan. Karenanya masalah
kesehatan tidak hanya dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak
juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut. Oleh karena itu promosi kesehatan
memiliki peran yang penting dalam mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini.
3. Kemampuan/Keterampilan (Enable)
Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan memelihara serta
meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari pemberian keterampilan
kepada masyarakat adalah dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga sehingga
diharapkan dengan peningkatan ekonomi keluarga, maka kemapuan dalam pemeliharaan
dan peningkatan kesehatan keluarga akan meningkat.

Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Menurut Prof.Dr.


Soekidjo Notoadmodjo, ruang lingkup promosi
kesehatan
Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek Kesehatan
Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup 4
aspek pokok, yakni: promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif. Sedangkan ahli lainnya membagi menjadi dua
aspek, yakni :
a. Aspek promotif dengan sasaran kelompok orang sehat, dan
b. Aspek preventif (pencegahan) dan kuratif (penyembuhan)
dengan sasaran kelompok orang yang memiliki resiko tinggi
terhadap penyakit dan kelompok yang sakit.
Dengan demikian maka ruang lingkup promosi kesehatan di
kelompok menjadi dua yaitu :
a. Pendidikan kesehatan pada aspek promotif.
b. Pendidikan kesehatan pada aspek pencegahan dan
penyembuhan.

Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Berdasarkan Tatanan


Pelaksanaan

a. Promosi kesehatan pada tatanan


keluarga (rumah tangga).
b. Pendidikan kesehatan pada tatanan
sekolah.
c. Pendidikan kesehatan di tempat kerja.
d. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat
umum.
e. Pendidikan kesehatan pada fasilitas
pelayanan kesehatan.

Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan


Pada ruang lingkup tingkat pelayanan
kesehatan promosi kesehatan dapat dilakukan
berdasarkan lima tingkat pencegahan (five
level of prevention) dari Leavel and Clark.
a. Promosi Kesehatan.
b. Perlindungan khusus (specific protection).
c. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early
diagnosis and prompt treatment).
d. Pembatasan cacat (disability limitation)
e. Rehabilitasi (rehabilitation).

RUANG LINGKUP PROMOSI KESEHATAN


Secara sederhana ruang lingkup promosi kesehatan diantaranya sebagai berikut :
1. Promosi kesehatan mencakup pendidikan kesehatan (health education) yang
penekanannya pada perubahan/perbaikan perilaku melalui peningkatan kesadaran,
kemauan dan kemampuan.
2. Promosi kesehatan mencakup pemasaran sosial (social marketing), yang
penekanannya pada pengenalan produk/jasa melalui kampanye.
3. Promosi kesehatan adalah upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi)
yang tekanannya pada penyebaran informasi.
4. Promosi kesehatan merupakan upaya peningkatan (promotif) yang penekanannya
padaupaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
5. Promosi kesehatan mencakup upaya advokasi di bidang kesehatan, yaitu upaya
untuk mempengaruhi lingkungan atau pihak lain agar mengembangkan kebijakan
yang berwawasan kesehatan (melalui upaya legislasi atau pembuatan peraturan,
dukungan suasana dan lain-lain di berbagai bidang /sektor, sesuai keadaan).
6. Promosi kesehatan adalah juga pengorganisasian masyarakat (community
organization), pengembangan masyarakat (community development), penggerakan
masyarakat (social mobilization), pemberdayaan masyarakat (community
empowerment), dll.

SASARAN PROMOSI KESEHATAN


Berdasarklan pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran dibagi dalam tiga
kelompok sasaran, yaitu
1. Sasaran Primer (primary target)
Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi, kepala keluarga
untuk masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan menyusui anak untuk masalah KIA
(Kesehatan Ibu dan Anak) serta anak sekolah untuk kesehatan remaja dan lain sebagianya.
Sasaran promosi ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empowerment).
2. Sasaran Sekunder (secondary target)
Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama,
tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki kaitan serta berpengaruh penting dalam
kegiatan promosi kesehatan, dengan harapan setelah diberikan promosi kesehatan maka
masyarakat tersebut akan dapat kembali memberikan atau kembali menyampaikan
promosi kesehatan pada lingkungan masyarakat sekitarnya.
Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan pula agar dapat
menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat sekitarnya.
3. Sasaran Tersier (tertiary target)
Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah pembuat keputusan
(decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal ini dilakukan dengan suatu
harapan agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok tersebut
akan memiliki efek/dampak serta pengaruh bagi sasaran sekunder maupun sasaran primer
dan usaha ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy)

Anda mungkin juga menyukai