Laki-laki umur 30 tahun datang ke IGD Puskesmas dengan keluhan sakit perut, 2 hari diare,
frekuensi 5 kali/hari cair tanpa darah. Perut kembung, badan kurus ,nafsu makan tidak ada.
Penderita badan lemas, suhu tubuh 38 0 C, akral dingin. Pasien tersebut sering jajan diluar
rumah, meskipun istrinya sudah memasak. Rumah pasien sempit tie 21, kakusnya rusak
belum sempat diperbaiki. Keperluan air sehari-hari nyalur kerumah sumur tetangga. Ternyata
tetangganya juga banyak yang menderita penyakit yang sama. Perumahan tersebut
berdekatan dengan pasar tiban.
SOAL:
1. Berbagai komponen lingkungan apa saja, yang berpotensi menimbulkan bahaya
penyakit tersebut diatas?
Sering jajan di luar rumah terkadang higienitas makanannya kurang.
Kakus yang rusak dapat menimbulkan bau dan mencemari lingkungan sekitar.
Sumur sebagai sumber air bagi perumahan yang mungkin tidak sesuai standar.
Banyak tetangga yang memiliki penyakit yang sejenis.
2. Apa yang harus diperhatikan oleh petugas puskesmas saat melakukan
penyelidikan epidemiologi terhadap lingkungan fisik rumah pasien tersebut?
a. Konfirmasi awal
Petugas surveilans atau penanggung jawab surveilans puskesmas/Dinas Kesehatan
melakukan konfirmasi awal untuk memastikan adanya kasus konfirmasi.
b. Persiapan Tim Penyelidikan
c. Persiapan logistik (termasuk APD) dan obat-obatan jika diperlukan
d. Penyelidikan epidemiologi
Identifikasi kasus
Identifikasi faktor risiko
Identifikasi kontak erat
Pengambilan spesimen di rumah sakit rujukan
Penanggulangan awal
Ketika penyelidikan sedang berlangsung petugas sudah harus memulai upaya-
upaya pengendalian pendahuluan dalam rangka mencegah terjadinya
penyebaran penyakit kewilayah yang lebih luas. Upaya ini dilakukan
berdasarkan pada hasil penyelidikan epidemiologi yang dilakukan saat itu.
Upaya- upaya tersebut dilakukan terhadap masyarakat maupun lingkungan,
antara lain dengan:
- Menjaga kebersihan/ higiene tangan, saluran pernapasan.
- Penggunaan APD sesuai risiko pajanan.
- Sedapat mungkin membatasi kontak dengan kasus yang sedang diselidiki dan
bila tak terhindarkan buat jarak dengan kasus.
- Asupan gizi yang baik guna meningkatkan daya tahan tubuh.
- Apabila diperlukan untuk mencegah penyebaran penyakit dapat dilakukan
tindakan isolasi dan karantina.
e. Pengolahan dan analisis data
f. Penyusunan laporan penyelidikan epidemiologi
3. Masalah kesehatan lingkungan yang timbul pada kasus tersebut dipengaruhi oleh
apa?
a. Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum
adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum.
Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :
Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l,
Kesadahan (maks 500 mg/l)
Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air)
b. Pembuangan Kotoran/Tinja
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat sebagai
berikut:
Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata
air atau sumur
Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain
Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar ; atau, bila memang benar-benar
diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin jamban harus babas dari bau
atau kondisi yang tidak sedap dipandang
Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.
c. Kesehatan Pemukiman
Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut:
Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan dan ruang
gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu
Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privacy yang cukup, komunikasi yang
sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah
Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah
dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga,
bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan,
cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari
pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup
Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul
karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis
sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan
tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.
d. Pembuangan Sampah
Teknik pengelolaan sampah yang baik dan benar harus memperhatikan faktor-
faktor /unsur, berikut:
Penimbulan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah
adalah jumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas, pola kehidupan/tk
sosial ekonomi, letak geografis, iklim, musim, dan kemajuan teknologi
Penyimpanan sampah
Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali
Pengangkutan
Pembuangan
Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat mengetahui
hubungan dan urgensinya masing-masing unsur tersebut agar kita dapat
memecahkan masalah-masalah ini secara efisien.
e. Serangga dan Binatang Pengganggu
Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit yang kemudian
disebut sebagai vektor misalnya : pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar,
Nyamuk Anopheles sp untuk penyakit Malaria, Nyamuk Aedes sp untuk
Demam Berdarah Dengue (DBD), Nyamuk Culex sp untuk Penyakit Kaki
Gajah/Filariasis.
Penanggulangan/pencegahan dari penyakit tersebut diantaranya dengan
merancang rumah/tempat pengelolaan makanan dengan rat proff (rapat tikus),
Kelambu yang dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah gigitan Nyamuk
Anopheles sp, Gerakan 3 M (menguras mengubur dan menutup) tempat
penampungan air untuk mencegah penyakit DBD, Penggunaan kasa pada
lubang angin di rumah atau dengan pestisida untuk mencegah penyakit kaki
gajah dan usaha-usaha sanitasi.
Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit misalnya anjing dapat
menularkan penyakit rabies/anjing gila. Kecoa dan lalat dapat menjadi
perantara perpindahan bibit penyakit ke makanan sehingga menimbulakan
diare. Tikus dapat menyebabkan Leptospirosis dari kencing yang
dikeluarkannya yang telah terinfeksi bakteri penyebab.
f. Makanan dan Minuman
Sasaran higene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran, rumah makan, jasa
boga dan makanan jajanan (diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan
atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang
disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel). Persyaratan hygiene sanitasi
makanan dan minuman tempat pengelolaan makanan meliputi 8 cara:
Persyaratan lokasi dan bangunan
Persyaratan fasilitas sanitasi
Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan
Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi
Persyaratan pengolahan makanan
Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi
Persyaratan peralatan yang digunakan
Pencemaran Lingkungan
4. Sebutkan faktor resiko lingkungan sosial yang berpengaruh pada pada kasus
tersebut?
Faktor resiko lingkungan sosial yang berpengaruh antara lain life style atau gaya hidup
dan hubungan sosial. Pada pasien tersebut gaya hidup yang berpengaruh yaitu kebiasaan
pasien yang sering jajan di luar rumah.
7. Apa saja yang diamati pada inspeksi sanitasi TTU sesuai kasus?
Inspeksi Tempat Pengelolaan Makanan
A. Makanan
1. Sumber dan kebutuhan makan
2. Wadah/kemasan asli, berlabel
B. Perlindungan Makanan
1. Suhu penyimpanan, peracikan persiapan dan penyajian serta pengangkutan
makanan
2. Pengatur suhu ruangan produksi
3. Tersedia thermometer yang berfungsi dengan baik
4. Suhu pencairan makanan beku
5. Perlindungan makanan matang
6. Perlakuan terhadap makanan selama tahap penyimpanan persiapan penyajian
dan pengangkutan
7. Kontak langsung anggota tubuh dengan makanan & es
8. Penyimpanan peralatan untuk membagi makanan
C. Karyawan
1. Kesehatan karyawan
2. Kebersihan dan perilaku
3. Pakaian bersih, kuku dan rambut dipotong pendek dan bersih
D. Perlengkapan Makan dan Masak
1. Perlengkapan yang permukaannya kontak dengan makanan
2. Fasilitas pencucian piring dan makan dan masak
3. Tersedia alat pengukur disinfeksi pencucian
4. Peralatan yang digunakan sekali pakai
5. Cara pemakaian alat yang hanya digunakan sekali pakai
6. Tahapan awal pencucian
7. Alat untuk membilas pencucian
8. Desinfeksi/tindak sanitasi pencucian
9. Penitrisan dan pengeringan
10. Peralatan makan/masak yang kontak dengan makaanan
11. Peralatan makan/masak yang tidak kontak dengan makanan
8. Apa saja yang diamati pada inspeksi sanitasi Tempat Penjualan Makanan dan
Minuman ?
PERSIAPAN
a. Petugas mengetahui TP2M yang akan dilakukan inspeksi sanitasi
(pemetaan)
b. Petugas menyiapkan peralatan dan bahan.
c. Petugas memberitahukan kepada lurah setempat bahwa akan dilakukan
inspeksi sanitasi TP2M di daerahnya, melalui surat maupun alat komunikasi
lainnya
d. Petugas memberitahukan rencana kunjungan ke pimpinan TP2M melalui
surat seminggu sebelumnya
PELAKSANAAN
1. Pendataan TP2M
Pendataan dilakukan oleh petugas Puskesmas dengan mengisi
formulir pendataan.
Petugas mengisi formulir secara baik dan benar dengan menyertakan
tanda tangan.
Formulir yang telah diisi diperiksa ulang oleh petugas Puskesmas dan semua
data dicatat ke dalam buku register pendataan.
Formulir disimpan oleh petugas sebagai dokumen pendataan.
2. Sertifikasi TP2M
Petugas memeriksa surat permohonan yang diserahkan pemilik TP2M
kepada kepala Puskesmas.
Dilakukan pemeriksaan sanitasi TP2M menggunakan formulir
pemeriksaan sesuai jenis TP2M.
Melakukan pemeriksaan sampel makanan.
Analisis hasil pemeriksaan.
Pemberian sertifikat layak hygiene sanitasi berdasarkan hasil
pemeriksaan dengan menggolongkan TP2M berdasarkan skor hasil
pemeriksaan.
3. Audit TP2M
Petugas puskemas melakukan pemeriksaan lapangan dengan
melakukan kunjungan ke TP2M, dilakukan paling sedikit dua kali dalam
setahun.
Pemeriksaan fisik.
Melakukan pengambilan sampel dan spesimen terhadap jenis
makanan yang dicurigai.
Pemeriksaan kesehatan penjamah makanan.
4. Pengawasan mutu TP2M
Petugas Puskesmas melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap
TP2M dan mengisi formulir.
Hasil pemeriksaan disebarluaskan kepada masyarakat sekitar TP2M.
Melakukan uji petik audit sewaktu-waktu untuk menilai TP2M.
Bila hasil pemeriksaan tidak memenuhi syarat, dilakukan pembinaan,
jika tetap didak memenuhi syarat maka dilakukan pencabutan izin
usaha.
Jika terjadi KLB atau kematian dari TP2M dilakukan pemeriksaan
lebih seksama.
5. Tata cara pengambilan dan pemeriksaan spesimen TP2M
Petugas Puskesmas mengambil sampel makanan dan spesimen TP2M
yang terdiri dari sampel makanan, usap tangan, usap dubur, dan usap
alat masak dan sampel air.
Sampel makanan dan spesimen dikirim ke laboratorium untuk
dilakukan pemeriksaan atau diperiksa sendiri di laboratorium
Puskesmas bila memiliki sumber daya yang mampu untuk
melakukan pemeriksaan.
Tata cara pemeriksaan sampel mengacu kepada jenis parameter yang akan
diperiksa dan jenis alat/bahan yang dipakai. Ikuti pemeriksaan dalam
label alat pemeriksaan atau pedoman yang baku di laboratorium.
Analisis hasil pemeriksaan dan tindak lanjut ke pemilik TP2M