Anda di halaman 1dari 14

A.

Laki-laki umur 30 tahun datang ke IGD Puskesmas dengan keluhan sakit perut, 2 hari diare,
frekuensi 5 kali/hari cair tanpa darah. Perut kembung, badan kurus ,nafsu makan tidak ada.
Penderita badan lemas, suhu tubuh 38 0 C, akral dingin. Pasien tersebut sering jajan diluar
rumah, meskipun istrinya sudah memasak. Rumah pasien sempit tie 21, kakusnya rusak
belum sempat diperbaiki. Keperluan air sehari-hari nyalur kerumah sumur tetangga. Ternyata
tetangganya juga banyak yang menderita penyakit yang sama. Perumahan tersebut
berdekatan dengan pasar tiban.
SOAL:
1. Berbagai komponen lingkungan apa saja, yang berpotensi menimbulkan bahaya
penyakit tersebut diatas?
 Sering jajan di luar rumah terkadang higienitas makanannya kurang.
 Kakus yang rusak dapat menimbulkan bau dan mencemari lingkungan sekitar.
 Sumur sebagai sumber air bagi perumahan yang mungkin tidak sesuai standar.
 Banyak tetangga yang memiliki penyakit yang sejenis.
2. Apa yang harus diperhatikan oleh petugas puskesmas saat melakukan
penyelidikan epidemiologi terhadap lingkungan fisik rumah pasien tersebut?
a. Konfirmasi awal
Petugas surveilans atau penanggung jawab surveilans puskesmas/Dinas Kesehatan
melakukan konfirmasi awal untuk memastikan adanya kasus konfirmasi.
b. Persiapan Tim Penyelidikan
c. Persiapan logistik (termasuk APD) dan obat-obatan jika diperlukan
d. Penyelidikan epidemiologi
 Identifikasi kasus
 Identifikasi faktor risiko
 Identifikasi kontak erat
 Pengambilan spesimen di rumah sakit rujukan
 Penanggulangan awal
Ketika penyelidikan sedang berlangsung petugas sudah harus memulai upaya-
upaya pengendalian pendahuluan dalam rangka mencegah terjadinya
penyebaran penyakit kewilayah yang lebih luas. Upaya ini dilakukan
berdasarkan pada hasil penyelidikan epidemiologi yang dilakukan saat itu.
Upaya- upaya tersebut dilakukan terhadap masyarakat maupun lingkungan,
antara lain dengan:
- Menjaga kebersihan/ higiene tangan, saluran pernapasan.
- Penggunaan APD sesuai risiko pajanan.
- Sedapat mungkin membatasi kontak dengan kasus yang sedang diselidiki dan
bila tak terhindarkan buat jarak dengan kasus.
- Asupan gizi yang baik guna meningkatkan daya tahan tubuh.
- Apabila diperlukan untuk mencegah penyebaran penyakit dapat dilakukan
tindakan isolasi dan karantina.
e. Pengolahan dan analisis data
f. Penyusunan laporan penyelidikan epidemiologi

3. Masalah kesehatan lingkungan yang timbul pada kasus tersebut dipengaruhi oleh
apa?
a. Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum
adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum.
Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :
 Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
 Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l,
Kesadahan (maks 500 mg/l)
 Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air)
b. Pembuangan Kotoran/Tinja
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat sebagai
berikut:
 Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
 Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata
air atau sumur
 Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
 Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain
 Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar ; atau, bila memang benar-benar
diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin jamban harus babas dari bau
atau kondisi yang tidak sedap dipandang
 Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.
c. Kesehatan Pemukiman
Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut:
 Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan dan ruang
gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu
 Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privacy yang cukup, komunikasi yang
sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah
 Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah
dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga,
bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan,
cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari
pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup
 Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul
karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis
sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan
tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.
d. Pembuangan Sampah
Teknik pengelolaan sampah yang baik dan benar harus memperhatikan faktor-
faktor /unsur, berikut:
 Penimbulan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah
adalah jumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas, pola kehidupan/tk
sosial ekonomi, letak geografis, iklim, musim, dan kemajuan teknologi
 Penyimpanan sampah
 Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali
 Pengangkutan
 Pembuangan
Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat mengetahui
hubungan dan urgensinya masing-masing unsur tersebut agar kita dapat
memecahkan masalah-masalah ini secara efisien.
e. Serangga dan Binatang Pengganggu
 Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit yang kemudian
disebut sebagai vektor misalnya : pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar,
Nyamuk Anopheles sp untuk penyakit Malaria, Nyamuk Aedes sp untuk
Demam Berdarah Dengue (DBD), Nyamuk Culex sp untuk Penyakit Kaki
Gajah/Filariasis.
 Penanggulangan/pencegahan dari penyakit tersebut diantaranya dengan
merancang rumah/tempat pengelolaan makanan dengan rat proff (rapat tikus),
Kelambu yang dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah gigitan Nyamuk
Anopheles sp, Gerakan 3 M (menguras mengubur dan menutup) tempat
penampungan air untuk mencegah penyakit DBD, Penggunaan kasa pada
lubang angin di rumah atau dengan pestisida untuk mencegah penyakit kaki
gajah dan usaha-usaha sanitasi.
 Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit misalnya anjing dapat
menularkan penyakit rabies/anjing gila. Kecoa dan lalat dapat menjadi
perantara perpindahan bibit penyakit ke makanan sehingga menimbulakan
diare. Tikus dapat menyebabkan Leptospirosis dari kencing yang
dikeluarkannya yang telah terinfeksi bakteri penyebab.
f. Makanan dan Minuman
Sasaran higene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran, rumah makan, jasa
boga dan makanan jajanan (diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan
atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang
disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel). Persyaratan hygiene sanitasi
makanan dan minuman tempat pengelolaan makanan meliputi 8 cara:
 Persyaratan lokasi dan bangunan
 Persyaratan fasilitas sanitasi
 Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan
 Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi
 Persyaratan pengolahan makanan
 Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi
 Persyaratan peralatan yang digunakan
 Pencemaran Lingkungan

4. Sebutkan faktor resiko lingkungan sosial yang berpengaruh pada pada kasus
tersebut?
Faktor resiko lingkungan sosial yang berpengaruh antara lain life style atau gaya hidup
dan hubungan sosial. Pada pasien tersebut gaya hidup yang berpengaruh yaitu kebiasaan
pasien yang sering jajan di luar rumah.

5. Bagaimana upaya pengendalian faktor resiko lingkungan yang harus dilakukan


dokter puskesmas sesuai program kesehatan lingkungan?
Upaya kesehatan lingkungan dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2009,
tentang RPJMD tahun 2008-2013 merupakan bagian dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan penyakit menular dan tidak menular. Sasarannya adalah terkendalinya
pencemaran lingkungan sesuai dengan standar kesehatan dan menghadapi tantangan
yang cukup besar untuk mencapai target tersebut, oleh sebab itu perlu kerja keras.
Untuk itu maka perlu dirumuskan beberapa indikator penyehatan lingkungan,
diantaranya yang berkaitan dengan manajemen faktor risiko kesehatan lingkungan.
Manajemen penyakit berbasis wilayah harus dilakukan secara terpadu dan
pelaksanaannya dilakukan mengacu kepada teori Simpul, yakni adanya keterpaduan
antara pengendalian sumber penyakit, media transmisi, dan pengendalian faktor resiko
kependudukan serta penyembuhan kasus penyakit pada suatu wilayah komunitas
tertentu . Manajemen yang dapat dilakukan berdasarkan teori Simpul dapat dijelaskan
sebagai berikut (Achmadi, 2008):
A. Manajemen Simpul 1 (Pengendalian sumber penyakit).
Pengendalian penyakit atau manajemen penyakit secara terpadu berbasis
wilayah, dimulai dari pengendalian sumber penyakit. Pengendalian pada sumber
penyakit merupakan upaya preventif promotif. Sumber penyakit menular dan
penyakit tidak menular pada dasarnya dapat dibedakan. Sumber penyakit menular
yaitu penderita penyakit itu sendiri. Dengan melakukan pencarian kasus secara aktif
dan menetapkan kasus(melakukan diagnosis secara cepat dan tepat terhadap kasus)
serta pengobatan hingga sembuh, maka sumber penularan dapat dieliminasi bahkan
dihilangkan. Manajemen kasus penyakit menular merupakan upaya promotif
sekaligus preventif, karena mencegah agar tidak timbul penularan lebih lanjut
dalam masyarakat. Untuk itu diperlukan petugas lapangan untuk membantu
mencari dan mengobati kasus dengan baik secara proaktif, misalnya juru malaria
desa dan juru kusta.
5. Sumber penyakit tidak menular yaitu sumber agent penyakit berupa bahan
toksik, fisik seperti radiasi atau kebisingan. Misalnya, knalpot kendaraan
bermotor secara terus-menerus mengeluarkan gas-gas toksik seperti
Karbonmonoksida, SO2, NOx. Contoh lain yaitu cerobong asap, titik buangan
limbah industry, titik buangan limbah rumah tangga, asap rokok dan lain-lain.
Untuk menghilangkan potensi bahaya dari sumber tersebut maka beberapa
teknik dapat ditempuh, misalnya dengan mengganti bahan bakar bensin
menjadi bahan bakar gas. Memperbaiki proses mesin menjadi lebih efisien
dan efektif, atau diberi alat penyaring bahan pencemar.

B. Manajemen Simpul 2 (Pengendalian pada media penularan/ wahana transmisi).


Manajemen Simpul 2 dilakukan jika manajemen Simpul 1 mengalami
kegagalan. Manajemen simpul 2 dilakukan dengan mengendalikan agent penyakit
melalui media transmisi, misalnya saja:
a. Pengendalian vektor. Pengendalian vektor merupakan salah satu cara
mengendalikan penyakit yang ditularkan vektor penyakit, seperti nyamuk
penular malaria, penular demam berdarah dan sebagainya.
b. Penyehatan makanan. Penyehatan pangan merupakan upaya untuk melakukan
pencegahan penularan penyakit melalui pangan, misalnya sanitasi makanan,
proses pengolahan yang memenuhi standar kesehatan, penggunaan bahan-
bahan yang tidak berpotensi bahaya penyakit (misalnya daging yang
mengandung Bacillus anthracis).
c. Penyehatan air. Penyehatan air identik dengan penyediaan air bersih bagi
seluruh penduduk. Misalnya, air yang tercemar bakteri harus dimasak.
d. Pembersihan udara dalam ruangan. Penyehatan udara dapat dilakukan dengan
cara penyediaan air filter di ruangan yang penuh dengan asap rokok. Untuk
membersihkan polusi udara di perkotaan dengan cara menanam pepohonan,
memperbanyak air mancur, telaga dan lain sebagainya. Pada manusia pembawa
penyakit (misalnya pengobatan, atau containment penderita).

6. Sebutkan sasaran pembinaan Sanitasi pada Tempat-Tempat Umum (STTU) oleh


petugas Puskesmas sanitarian)!
Penyelenggaraan inspeksi sanitasi di tempat-tempat umum masih banyak yang harus
ditingkatkan antara lain:
a. pasar rakyat
b. sekolah
c. fasyankes
d. terminal
e. bandara
f. stasiun
g. pelabuhan
h. bioskop
i. hotel
j. tempat umum lainnya (minimal wajib mengelola 2 tempat-tempat umum contoh
pasar rakyat dan sekolah).
Sasaran kegiatan penyehatan lingkungan adalah meningkatnya penyehatan dan
pengawasan kualitas lingkungan dengan kegiatan prioritas dalam penguatan Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) adalah jumlah kabupaten/kota sehat. Proyek
prioritas kegiatan adalah :
1. Presentase desa/kelurahan stop buang air besar sembarangan (SBS) sebanyak 90 %
2. jumlah kabupaten/kota sehat sebanyak 420 kabupaten/kota
3. presentase sarana air minum yang diawasi/diperiksa kualitas air minumnya sesuai
standar sebanyak 76%.
Adapun indikator kinerja program (IKP) adalah presentase desa/kelurahan dengan
stop buang air besar sembarangan (SBS), dengan indikator kinerja kegiatan (IKK)
penyehatan lingkungan tahun 2020-2024 secara detail tercantum dalam tabel berikut:

Dalam pencapaian sasaran strategis meningkatkan advokasi kesehatan dan aksi


lintas sektor dilakukan dalam upaya pencapaian sasaran adalah:
1. pengembangan kawasan sehat antara lain kabupaten/kota sehat, pasar sehat, upaya
kesehatan sekolah (UKS) dan lingkungan kerja sehat;
2. melakukan aksi multisektoral untuk mendorong penyediaan ruang terbuka publik,
aktifitas fisik (olah raga), stop merokok, penurunan polusi udara, dan peningkatan
lingkungan sehat;
3. Mendorong regulasi pemerintah pusat dan daerah serta swasta untukmenerapkan
pembangunan berwawasan kesehatan (HiAP), peningkatan cukai rokok, pelarangan
iklan rokok, dan penerapan cukai pada produk pangan yang berisiko tinggi terhadap
kesehatan (GGL) minuman berkarbonasi.

7. Apa saja yang diamati pada inspeksi sanitasi TTU sesuai kasus?
Inspeksi Tempat Pengelolaan Makanan
A. Makanan
1. Sumber dan kebutuhan makan
2. Wadah/kemasan asli, berlabel
B. Perlindungan Makanan
1. Suhu penyimpanan, peracikan persiapan dan penyajian serta pengangkutan
makanan
2. Pengatur suhu ruangan produksi
3. Tersedia thermometer yang berfungsi dengan baik
4. Suhu pencairan makanan beku
5. Perlindungan makanan matang
6. Perlakuan terhadap makanan selama tahap penyimpanan persiapan penyajian
dan pengangkutan
7. Kontak langsung anggota tubuh dengan makanan & es
8. Penyimpanan peralatan untuk membagi makanan
C. Karyawan
1. Kesehatan karyawan
2. Kebersihan dan perilaku
3. Pakaian bersih, kuku dan rambut dipotong pendek dan bersih
D. Perlengkapan Makan dan Masak
1. Perlengkapan yang permukaannya kontak dengan makanan
2. Fasilitas pencucian piring dan makan dan masak
3. Tersedia alat pengukur disinfeksi pencucian
4. Peralatan yang digunakan sekali pakai
5. Cara pemakaian alat yang hanya digunakan sekali pakai
6. Tahapan awal pencucian
7. Alat untuk membilas pencucian
8. Desinfeksi/tindak sanitasi pencucian
9. Penitrisan dan pengeringan
10. Peralatan makan/masak yang kontak dengan makaanan
11. Peralatan makan/masak yang tidak kontak dengan makanan

8. Apa saja yang diamati pada inspeksi sanitasi Tempat Penjualan Makanan dan
Minuman ?
PERSIAPAN
a. Petugas mengetahui TP2M yang akan dilakukan inspeksi sanitasi
(pemetaan)
b. Petugas menyiapkan peralatan dan bahan.
c. Petugas memberitahukan kepada lurah setempat bahwa akan dilakukan
inspeksi sanitasi TP2M di daerahnya, melalui surat maupun alat komunikasi
lainnya
d. Petugas memberitahukan rencana kunjungan ke pimpinan TP2M melalui
surat seminggu sebelumnya
PELAKSANAAN
1. Pendataan TP2M
 Pendataan dilakukan oleh petugas Puskesmas dengan mengisi
formulir pendataan.
 Petugas mengisi formulir secara baik dan benar dengan menyertakan
tanda tangan.
 Formulir yang telah diisi diperiksa ulang oleh petugas Puskesmas dan semua
data dicatat ke dalam buku register pendataan.
 Formulir disimpan oleh petugas sebagai dokumen pendataan.
2. Sertifikasi TP2M
 Petugas memeriksa surat permohonan yang diserahkan pemilik TP2M
kepada kepala Puskesmas.
 Dilakukan pemeriksaan sanitasi TP2M menggunakan formulir
pemeriksaan sesuai jenis TP2M.
 Melakukan pemeriksaan sampel makanan.
 Analisis hasil pemeriksaan.
 Pemberian sertifikat layak hygiene sanitasi berdasarkan hasil
pemeriksaan dengan menggolongkan TP2M berdasarkan skor hasil
pemeriksaan.
3. Audit TP2M
 Petugas puskemas melakukan pemeriksaan lapangan dengan
melakukan kunjungan ke TP2M, dilakukan paling sedikit dua kali dalam
setahun.
 Pemeriksaan fisik.
 Melakukan pengambilan sampel dan spesimen terhadap jenis
makanan yang dicurigai.
 Pemeriksaan kesehatan penjamah makanan.
4. Pengawasan mutu TP2M
 Petugas Puskesmas melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap
TP2M dan mengisi formulir.
 Hasil pemeriksaan disebarluaskan kepada masyarakat sekitar TP2M.
 Melakukan uji petik audit sewaktu-waktu untuk menilai TP2M.
 Bila hasil pemeriksaan tidak memenuhi syarat, dilakukan pembinaan,
jika tetap didak memenuhi syarat maka dilakukan pencabutan izin
usaha.
 Jika terjadi KLB atau kematian dari TP2M dilakukan pemeriksaan
lebih seksama.
5. Tata cara pengambilan dan pemeriksaan spesimen TP2M
 Petugas Puskesmas mengambil sampel makanan dan spesimen TP2M
yang terdiri dari sampel makanan, usap tangan, usap dubur, dan usap
alat masak dan sampel air.
 Sampel makanan dan spesimen dikirim ke laboratorium untuk
dilakukan pemeriksaan atau diperiksa sendiri di laboratorium
Puskesmas bila memiliki sumber daya yang mampu untuk
melakukan pemeriksaan.
 Tata cara pemeriksaan sampel mengacu kepada jenis parameter yang akan
diperiksa dan jenis alat/bahan yang dipakai. Ikuti pemeriksaan dalam
label alat pemeriksaan atau pedoman yang baku di laboratorium.
 Analisis hasil pemeriksaan dan tindak lanjut ke pemilik TP2M

9. Bagaimana prinsip pengelolaan kotoran manusia?


Pengelolaan lumpur tinja (Kone & Peter, 2014) secara khusus mencakup aspek berikut:
1. Pengambilan lumpur tinja;
2. Pengosongan dan pengangkutan limbah tinja;
3. Pengolahan; dan
4. Menggunakan kembali / penyimpanan. Berdasarkan
Beberapa aspek yang berkaitan dengan desain sistem pengolahan limbah tinja dapat
diringkas sebagai berikut :
 Langkah awal terdiri dari pemisahan padat dari fraksi cair (misalnya tempat
pengeringan atau kolam sedimentasi / tangki) karena sebagian besar materi organik
terkandung dalam padatan.
 Lumpur segar yang tidak tercerna harus distabilkan (misalnya melalui perawatan
anaerobik primer di kolam atau aktor). Sludge, yang telah mencapai tingkat
stabilisasi yang tinggi, dapat langsung dikeringkan dan mineralisasi lebih lanjut.
 Jika tujuan utamanya adalah untuk mengurangi pencemaran lingkungan (misalnya
permukaan air), sistem perawatan harus mencapai efisiensi penyisihan yang tinggi
untuk bahan organik (TOC, COD) dan nutrisi (N & P).
 Namun, efisiensi penyisihan N dan P yang tinggi menyebabkan hilangnya nutrisi
yang berharga. Karena nutrisi ini awalnya diambil di tubuh manusia melalui
konsumsi makanan, sistem manajemen sumber daya yang berkelanjutan harus
terdiri dalam menutup loop, yaitu memungkinkan nutrisi untuk dikembalikan ke
tanah dan digunakan untuk produksi tanaman. Dalam hal ini, sistem pengolahan
harus bertujuan menciptakan produk yang berharga untuk digunakan kembali
pertanian dan memungkinkan biosolids (fraksi padat dari kotoran feses) untuk
menstabilkan dan hygienise sambil membatasi kehilangan nutrisi.
 Lumpur tinja dan biosolid yang dihasilkan selama proses pemisahan padat / cair
mengandung tingkat patogen yang tinggi. Oleh karena itu, perhatian harus
diberikan pada pengolahan yang aman (proses pengosongan tangki septik,
pengangkutan dan pengolahan) dan pembuangan. Sistem perawatan harus
memungkinkan biosolid menjadi higienis sedemikian rupa sehingga
penggunaannya sebagai pupuk / pupuk tanah atau pembuangannya tidak memiliki
risiko terhadap Kesehatan.

10. Bagaimana prinsip pengelolaan air limbah ?


Prinsip Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga adalah:
1. Air limbah kamar mandi dan dapur tidak boleh tercampur dengan air dari jamban
2. Tidak boleh menjadi tempat perindukan vektor
3. Tidak boleh menimbulkan bau
4. Tidak boleh ada genangan yang menyebabkan lantai licin dan rawan kecelakaan
5. Terhubung dengan saluran limbah umum/got atau sumur Resapan.
Pilihan teknologi pengolahan air limbah
Teknologi (Instalasi Pengolahan Air Limbah) IPAL secara umum dapat dibagi
menjadi tiga, yaitu anaerob, aerob, dan campuran.

a. SISTEM PENGOLAHAN ANAEROB


Teknologi ini paling banyak dipilih untuk sistem skala permukiman berbasis
masyarakat. Hal ini berdasarkan pertimbangan kemudahan operasional karena tidak
memerlukan injeksi oksigen ke dalam unit pengolahan. Septik individual atau IPAL
komunal/skala permukiman yang dikenal memakai prinsip pengolahan anaerob.
b. SISTEM PENGOLAHAN AEROB
Teknologi ini paling efisien untuk sistem perkotaan (sewerage), karena dianggap
lebih efesien untuk skala pelayanan penduduk yang besar. Pada sistem yang dikelola
oleh institusi, penggunaan peralatan mekanikal seperti blower atau aerator pada unit
pengolahan dapat dikelola dengan baik oleh operator yang terlatih.
c. SISTEM PENGOLAHAN KOMBINASI ANAEROB – AEROB
Sistem kombinasi merupakan pilihan paling banyak dipilih untuk sistem pengolahan
lumpur tinja (IPLT) atau IPAL karena lebih efisien dalam pengoperasian dan
pemeliharaan, serta menambah daya tampung/kapasitas sistem.

Anda mungkin juga menyukai