Anda di halaman 1dari 17

TUGAS

ANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN

OLEH :
NAMA : HAFAF LUTHFIANTI SANI
NIM : 1807010237
KELAS : IV A

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASSYARAKAT
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perumahan dan pemukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
menyangkut kelayakan dan taraf kesejahteraan hidup masyarakat. Rumah bukan hanya
berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian, lebih dari itu rumah juga mempunyai fungsi
strategis dalam perannya sebagai pusat pendidikan keluarga, persesuaian budaya dan
peningkatan kualitas generasi mendatang serta pengejawantahan jati diri. Dengan demikian
pengembangan perumahan dan pemukiman tidak dilandasi hanya untuk pembangunan fisik
saja melainkan harus dikaitkan dengan dimensi social, ekonomi dan budaya yang mendukung
kehidupan masyarakat secara berkelanjutan.

Secara umum kota sebagai pusat permukiman mempunyai peran penting dalam
memberi pelayanan di berbagai bidang kehidupan bagi penduduknya dan daerah sekitarnya.
Kota adalah suatu wilayah geografis tempat bermukim sejumlah penduduk dengan tingkat
kepadatan yang relatif tinggi dibandingkan dengan perdesaan, dengan kegiatan utamanya di
sektor nonpertanian.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Perumahan dan Pemukiman?
2. Apa saja Kriteria Rumah Sehat?
3. Apa saja Unsur – Unsur Perumahan?
4. Apa saja Asas dan Tujuan Perumahan?
5. Bagaiman Penyelenggaraan Perumahan?
6. Apa saja Faktor Geografis dan Lingkungan dari Perumahan?
7. Apa saja Dampak Pembangunan Terhadap Lingkungan?
1.3 Tujuan
1. Dapat Mengetahui Pengertian Perumahan dan Pemukiman
2. Dapat mengetahui Kriteria Rumah sehat
3. Dapat Mengetahui Unsur – Unsur Perumahan
4. Dapat Mengetahui Asas dan Tujuan Perumahan
5. Dapat Mengetahui Bagaimana Penyelenggaraan Perumahan
6. Dapat Mengetahui Faktor-Faktor Geografis dan Lingkungan Perumahan
7. Dapat Mengetahui Dampak Pembangunan Terhadap Lingkungan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Perumahan dan Pemukiman

2.1.1 Perumahan

Kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan
hunia yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan (Undang-undang Nomor 1
Tahun 2011).

2.1.2 Pemukiman

Bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung baik yang kawasan perkotaan
maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal/lingkungan hunian dan
tempat kegiatan mendukung prikehidupan dan penghidupan.

2.2 Kriteria Rumah Sehat

2.2.1 Menurut WHO (1974) :

1. Harus dapat melindungi dari hujan, panas, dingindan berfungsi sebagai tempat istirahat.

2. Mempunyai tempat-tempat untuk tidur, masak, mandi, mencuci,kakus dan kamar


mandi.

3. Dapat melindungi dari bahaya kebisingan dan bebass dari pencemaran.

4. Bebas dari bahan bangunan yang berbahaya

5. Terbuat dari bahan bangunan yang kokoh dan dapat penghuninya dari
gempa,keruntuhan dan penyakit menular.

6. Memberi rasa aman dan lingkungan tetangga yang serasi.

2.2.2. Menurut winslow :

1. Dapat memenuhi kebutuhan fisiologi

 Suhu ruangan = suhu sebaiknya tetap bekisar antara 18-20⁰C.


 Penerangan = idealnya, penerangan didapat dengan bantuan listrik. Setiap ruang
diupayakan mendapat sinar matahari terutama pada pagi hari.
 Ventilasi udara = pertukaran udara yang cukup menyebabkan hawa ruaangan tetap
segar (cukup mengandung oksigen). Dengan demikian, setiap rumah harus
memiliki jendela yang memadai. Luas jendela secara keseluruhan kurang lebih
15% dari luas lantai. Susunan ruangan harus sedemikian rupa sehingga udara dapat
mengalir bebas jika jendela dan pintu terbuka.
 Jumlah ruangan atau kamar = ruang atau kamar diperhitungkan berdasarkan jumlah
penghuni atau jumlah orang yang tinggal bersama di dalam satu rumah atau sekitar
5𝑚2 per orang .

2. Dapat memenuhi kebutuhan psikologi

 Keadaan rumah dan sekitarnya, cara pengaturannya harus memenuhi rasa


keindahan sehingga rumah tersebut menjadi pusat kesenangan rumah tangga yang
sehat.
 Adanya jaminan kebebasan yang cukup bagi setiap anggota keluarga yang tinggal
di rumah tersebut.
 Untuk setiap anggota keluarga, terutama yang mendekati dewasa, harus memiliki
ruangan sendiri sehingga privasinya tidak terganggu.
 Harus ada ruangan untuk hidup bermasyarakat, seperti ruang untuk menerima tamu.

3. Dapat menghancurkan dari terjadinya kecelakaan

Bahaya kecelakaan atau kebakaran

 Konstruksi rumah dan bahan-bahan bangunan harus kuat sehingga tidak mudah
runtuh.
 Memiliki sarana pencegahan kasus kecelakaan di sumur, kolam,dan tempat-tempat
lain terutama pada anak-anak.
 Bangunan diupayakan terbuat dari material yang tidak mudah terbakar.
 Memiliki alat pemadam kebakaran terutama yang menggunakan gas.
 Lantai tidak boleh licin dan tergenang air.

4. Dapat menghidarkan terjadinya penularan penyakit

Menghindari terjadinya penularan penyakit=


 Memiliki sumber air bersih dan sehat serta tersedia sepanjang tahun.
 Memiliki tempat pembuangan kotoran,sampah,dan air limbah yang baik.
 Dapat mencegah terjadi perkembangbiakan vektor penyakit seperti nyamuk, lalat,
tikus, dan sebagainya.
 Letak perumahan jauh dari sumber pencemaran (mis. Kawasan industri) dengan
jarak minimal 5 km dan memiliki daerah penyngga atau daerah hijau dan bebas
banjir.

2.2.3 Kriteria untuk rumh sehat sederhana (RSS) :

1. Luas tanah antara 60-90 𝑚2

2. Luas bagunan antara 21-36 𝑚2

3. Memiliki fasilitas kamar tidur, wc, dan dapur

4. Berdinding batu bata dan diplester

5. Memiliki lantai dari ubin keramik dan langit-langit dari triplek

6. Memiliki sumur atau air PAM

7. Memiliki fasilitas listrik minimal 450 watt

8. Memiliki bak sampah dan saluran air kotor

2.3 Unsur – Unsur Perumahan

a. Lingkungan alami = pemukiman dan tanah.

b. Kegiatan sosial = manusia , rumah tangga, komunitas (siskamling, dll)

c. Bangunan – bangunan rumah tinggal

d. Sarana dasar fisik dan pelayanan sosial-ekonomi =

 Warung & toko kebutuhan sehari-hari


 Taman bermain, masjid, dll

e. Sistem jaringan prasarana dasar fisik=

 Jaringan jalan
 Saluran drainase
 Sanitasi
 Air bersih
 Listrik, komunikasi

2.4 Asas dan Tujuan

Asas dari penataan perumahan dan pemukiman berlandaskan pada asas manfaat, adil, dan
merata, kepercayaan pada diri sendiri, keterjangkauan, dan kelestarian lingkungan hidup (UU
no.1 tahun 2011).

Tujuannya :

1. Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia dalam rangka
peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat.

2. Mewujudkan perumahan dan pemukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat,
aman, serasi dan teratur.

3. Memberi arahan pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang rasional.

4. Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan bidang-bidang lain.

2.5 Penyelenggaraan Perumahan

Penyelenggaraan perumahan dan permukiman adalah pemenuhan kebutuhan perkotaan


diwujudkan melalui pembangunan perumahan dan kawasan permukiman skala besar yang
terencana secara menyeluruh dan terpadu dengan pelaksanaan yang bertahap sesuai Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Pembangunan
Perumahan dan kawasan permukiman tersebut ditunjukan untuk menciptakan kawasan
permukiman dan mengintegrasikan secara terpadu dan meningkatkan kualitas lingkungan,
yang dihubungkan oleh jaringan transportasi sesuai dengan kebutuhan dengan kawasan lain
yang memberikan berbagai pelayanan dan kesempatan kerja. Pembangunan perumahan dan
permukiman diselenggarakan berdasarkan rencana tata ruang wilayah berfungsi sebagai
lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan yang
terencana, menyeluruh, terpadu, dan berkelanjutan.
1. Kriteria pemilihan lokasi
Lokasi tanah harus bebas dari pencemaran air dan pencemaran lingkungan baik berasal
dari sumber daya pembuatan atau sumber daya alam. Dapat menjamin tercapainya
tingkat kualitas lingkungan hidup yang sehat bagi pembinaan individu dan masyarakat
penghuni. Kondisi tanahnya bebas banjir dan memiliki kemiringan tanah 0% - 15%,
sehingga dapat dibuat sistem salurann pembuangan air hujan (drainase) dan jaringan
jalan setapak yang baik serta memiliki daya dukung yang cukup untuk memungkinkan
dibangun perumahan. Terjamin adanya kepastian hukum bagi masyarakat penghuni
terhadap tanah dan bangunan diatasnya yang sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku.

2. Prasarana lingkungan

Untuk pembangunan lingkungan Kapling Siap Bangun harus disediakan prasarana


lingkungan berupa jalan setapak dan saluran lingkungan yang berstandar sebagai
berikut:

a. Jalan setapak
Lebar badan jalan setapak maksimum 2 meter, lebar perkerasan 1,20 meter dengan
konstruksi dari rabat beton 1 pc : 3 pasir : 5 koral, tebal 7 cm atau bahan lain yang
setara. Di kiri kanan perkerasan dibuat bahu jalan masing-masing dengan lebar 0,4
meter untuk penempatan tiang - tiang listrik dan pipa-pipa saluran lingkungan
b. Saluran
Saluran untuk pembuangan air hujan/limbah harus direncanakan sedemikian rupa
sehingga lingkungan Kapling Siap Bangun yang ada bebas dari genangan air. Oleh
karena itu saluran lingkungan dibuat konstruksi dengan ½ buis betonn diameter 20
cm dan pasangan batako atau yang setara dengan ukuran:
Lebar atas : 30 cm
Lebar bawah : 20 cm
Tinggi minimal : 30 cm
Kemiringan :0% - 15%
2.6 Faktor – Faktor Geografis dan lingkungan

a. Faktor Geografis

Kondisi geografis penting untuk diperhatikan oleh setiap pembangunan perumahan dan
kawasan permukiman karena kondisi geografis tersebut akan memberikan petunjuk kepada
pelaksana pembangunan mengenai keadaan alam dimana perumahan atau kawasan
permukiman tersebut hendak dibangun, yaitu sebagai berikut;

1. Tanah

 Kondisi tanah
Kondisi fisik tanah isi harus memenuhi bebrapa persyaratan, yaitu:
1) Tidak mengandung gas-gas beracun yang dapat mematikan.
2) Harus memungkinkan area-area permukiman yang tidak selalu
tergenang banjir.
3) Dapat dilakukan pembangunan.
4) Memunginkan sistem drainase dan saluran-saluran.
 Riwayat tanah
1). Kawasan permukiman untuk mambangun perumahan di lahan bekas perkebunan
karet memerlukan bahan bangunan yang mesti ekstra kuat, berhubung kenyataan
membuktikan bahwa tanah bekas perkebunan karet adalah “sarang rayap no.1”.
Membangun kerangka bangunan sampai atapnya sebaiknya terbuat dari besi atau
logam.
2). Kawasan permukiman untuk mambangun perumahan di lahan bekas perkuburan
memerlukan perhatian ekstra pada sistem persumurannya. Sumur-sumur dan
sumber-sumber air di situ mesti digali ekstra dalam.
3).Kawasan permukiman untuk mambangun perumahan (apalagi bangunan
bertingkat) di daerah bekas rawa atau lahan yang sejak puluhan tahun sering
tergenang banjir memerlukan ekstra perhitungan pada pembangunan pndamnya.
4).Kawasan permukiman untuk mambangun perumahan (apalagi perumahan) di
lahan bekas lapangan terbang akan memerlukan perhitungan ekstra untuk
mendapatkan sumber-sumber air dan sumur-sumur, mengingat kurangnya resapan
air disitu.
 Ketinggian dan relief tanah dan sudut kemiringannya yang akan sangat menentukan
pola dan metode pelaksanaan pembangunan secara fisik.
2. Sumber – sumber air

Faktor faktor yang perlu diperhatikan pada kawasan permukiman, yaitu :

a. Keberadaan sumber air janganlah dirusak atau ditiadakan.

b. Keberadaan sumber-sumber air di dekat bangunan (apalagi bangunan bertingkat)


akan membahayakan dalam arti melemahkan pondasi bangunan, mengingat kondisi
tanah yang lebih lunak.

c. Ada tidaknya pengaruh sumber-sumber air tersebut secara langsung dengan sungai-
sungai, atau danau-danau atau sumber-sumber mineral yang sangat diperlukan oleh
masyarakat untuk:

1). Sumber-sumber air minum.

2). Sumber-sumber air pencucian.

3). Sumber-sumber untuk irigasi atau pengairan sawah-sawah.

4). Sumber-sumber untuk peternakan.

5). Sumber-sumber energi pelistrikan.

6). Sumber-sumber air untuk perkebunan-perkebunan.

7). Sumber-sumber untuk keperluan industri.

8). Sumber-sumber untuk keperluan lainnya.

d. Sumber air tersebut tidak mengandung sumber-sumber kimia organik/anorganik

asam yang kuat berasal dari pabrik.

b. Faktor Lingkungan

Kawasan permukiman dan lingkungan perumahan baik dilengkapi dengan prasarana


lingkungan yang memadai, yaitu:

1. Jalan

Terdiri atas jalan penghubung lingkungan perumahan. Perencanaan konstruksi jalan


harus memperhitungkan keadaan tanah dimana jalanakan dibangun, kepadatan lalu
lintas dan pemilihan bahan/material yang akan dipergunakan.Pembuatan jalan
lingkungan sebaiknya mengikuti bentuk lahan dan tidak merubah bentuk alami unsur
alam yang menarik seperti bukit, kelompok pohon, petak arkeologi, kelompok batuan
yang keluar dari tanah.

2. Sumber air bersih

Penyedian air bersih harus melalui system penyedian air dari PDAM atau pengambilan
air permukaan dari mata air/sungai. Bila persedian air tanah, air permukaan dan sumber
air sangat terbatas, maka harus dikembangkan kemungkinan penyediaan air bersih yang
berasal dari air limpasan hujan, dengan pertimbangan perekayasaan limpasan air hujan
tersebut ditampung disuatu area/daerah tadah terkendali, dapat berupa kolam, ataupun
reservoir. Air bersih yang berkualitas harus dilakukan penelitian sanitasi terlebih
dahulu sebelum menentukan keputusan lokasi pengambilan air bersih.

3. Keran kebakaran

Lingkungan perumahan harus dilengkapi keran kebakaran, keran tersebut ditempatkan


pada tempat yang mudah dilihat dan mudah digunakan oleh unit mobil pemadam
kebakaran, dengan jarak 200 m untuk daerah perumahan.Apabila keran kebakaran tidak
dimungkinkan, maka sebagai penggantinya harus dapat sumur-sumur kebakaran pada
jarak yang disesuaikan dengan penempatan keran kebakaran.

4. Sistem drainase

Saluran mengumpulkan air hujan dan air bawah tanah yang ada dilingkungan
perumahan yang memiliki lebar sesuai kebutuhan/kondisi alam pastikan tidak mampet
danharus menyalurkan sesuai kemana akan dibuang.

5. Pembuangan air kotor/tanki septitank

Adalah tempat pembuangan limbah cair rumah tangga dengan treatment tertutup.Jika
pada tiap-tiap unit rumah tidak mungkin untuk dibuat tangki septitank maka diperlukan
bak penampungan/kolam oksidasi dengan sistem pembuangan air limbah lingkungan,
setelah melalui proses treatment (pemisahan antara limbah padat dan cair) baru
dialirkan melalui bak resapan keperairan umum.

6. Jaringan listrik

Di lingkungan pemukiman harus dilengkapi dengan jaringan listrik yang sumbernya


dari Pembangkit Listrik Negara (PLN) atau listrik lingkungan.
7. Pembuangan sampah

Setiap lingkungan perumahan dan pemukiman harus dilengkapi dengan sistem


pembuangan sampah yang meliputi fasilitas pengumpulan sampah, pengangkutan
sampah dan tempat pembuangan sampah berupa tempat penimbunan suniter
pembakaran.

8. Jalur hijau

Daerah (tempat, lapangan) ditanami rumput, pohom dan tanaman perindang di setiap
jengkal tanah yang kosongdipergunakan sebagai unsur penghijauan dan atau daerah
peresapan air hujan serta berfungsi menurunkan suhu, menyerap gas polutan, meredam
tingkat kebisingan, insulasi alami yang mendinginkan permukaan bangunan.

2.7 Dampak Pembangunan Terhadap Lingkungan


a. Adanya perubahan ahli fungsi lahan, terjadi penurunan air tanah dan kualitas air,
pengangkatan jaringan drainase dan jaringan jalan.
b. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh pembangunan perumahan adalah :
 Rusaknya ekosistem alam : pengalihan funsi lahan sawah atau hutan dapat
menyebabkan ekosistem menjadi tidak seimbang, rusaknya jaringan rantai
makanan dan fauna kehilangan tempat tinggal. Selain itu lahan terbuka hijau
menjadi lahan tertutup.
 Daerah resapan air berkurang, pencemaran lingkungan, dll.
BAB III
REVIEW STUDI KASUS

Judul :Tingkat Kualitas Permukiman (Studi Kasus:Permukiman Sekitar Tambang


Galian C Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo)

Pengarang : Lilik Anjar Setiawan, Winny Astuti, Erma Fitriarini

Tahun : 2017

Penertbit : Region

Ringkasan :

1. Pendahuluan
Beberapa kawasan permukiman di Kabupaten Sukoharjo memiliki kegiatan lain
disamping kegiatan permukiman. Kegiatan lain tersebut berupa aktivitas penambangan
bahan galian golongan C dengan produk tambang berupa tanah urug di Kecamatan
Bendosari dan Desa Sanggang, tambang batu di Desa Pundungrejo dan Karangmojo,
serta tambang batu kapur di Kecamatan Weru. Berdasarkan Rencana Tata Ruang
Kabupaten Sukoharjo, kawasan permukiman tersebut merupakan kawasan dengan
kegiatan permukiman. Ini berarti unsur atau komponen penyusun permukiman yang
ada merupakan komponen yang direncanakan untuk mendukung kegiatan permukiman.
Komponen tersebut mungkin dapat menampung sesuai kapasitasnya dalam mendukung
kegiatan permukiman, akan tetapi bagaimana apabila komponen tersebut juga harus
mendukung kegiatan lain seperti kegiatan pertambangan. Rusaknya infrastruktur jalan
dan air bersih serta terbuka kesempatan bekerja bagi masyarakat merupakan hal-hal
yang bersinggungan langsung dengan unsur permukiman. Dengan komponen yang
harus melayani atau mendukung kegiatan lain disamping kegiatan permukiman itu
sendiri, apakah komponen-komponen permukiman di kawasan tersebut masih
berfungsi sebagaimana mestinya.

2. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada permukiman sekitar tambang galian C yang ada
di Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo. Area yang digunakan adalah persebaran
permukiman dengan radius 500 meter dari lokasi-lokasi tambang. Kawasan
permukiman tersebut dibagi kedalam 5 blok yang memiliki kesamaan fungsi, keadaan
fisik, dan lingkungan alami kawasan tersebut. Teknik sampling yang digunakan adalah
probability sampling dengan jumlah sampel yang didapatkan sebanyak 105 orang yang
terbagi pada 5 blok permukiman. Masing-masing blok diambil jumlah sampel yang
berbeda sesuai dengan besarnya jumlah penduduk. Blok 1 terdiri dari 33 responden,
blok 2 terdiri dari 32 responden, blok 3 terdiri dari 13 responden, blok 4 terdiri dari 21
responden, dan blok 5 terdiri dari 7 responden. Masing-masing variabel dari masing -
masing blok dinilai berdasarkan indikator yang ada berdasarkan tingkat kualitas tinggi,
sedang, atau rendah. Penelitian ini menggunakan pendekatan deduktif yaitu pendekatan
yang menggunakan dasar teori yang sudah ada sebelumnya.

3. Hasil dan Pembahasan


Dari hasil analisis didapatkan bahwa blok 4 memiliki nilai yang terendah
dengan tingkat kualitas yang tergolong sedang. Selain blok 4, blok-blok lain yang
memiliki kualitas sedang adalah blok 1, blok 3, dan blok 5. Sedangkan blok 2 memiliki
nilai tertinggi dibandingkan dengan blok lain serta memiliki tingkat kualitas yang
tinggi. Komponen permukiman yang memiliki kualitas sama diantara kelima blok
adalah komponen kepadatan bangunan, tata letak bangunan, jaringan drainase, interaksi
sosial dan kelompok sosial.
Ketersediaan ruang terbuka hijau di kawasan ini umumnya tergolong rendah
pada tiap-tiap blok. Hal ini dikarenakan penggunaan lahan di kawasan ini mayoritas
digunakan sebagi tegalan ataupun masih berupa semak atau perdu yang belum
termanfaatkan. Komponen jaringan air bersih di tiap blok memiliki nilai yang rendah
di hampir seluruh blok permukiman. Hal ini dikarenakan kondisi kawasan yang
memiliki wilayah dengan berbeda ketinggiannya. Lokasi tambang yang umumnya
terletak di bagian yang lebih tinggi menyebabkan sisa tambang terbawa aliran air
menuju daerah dibawahnya sehingga mencemari sumber air bersih warga. Blok
permukiman yang kondisi airnya keruh adalah pada blok 1, blok 2, blok 4, dan sebagian
blok 3. Blok-blok tersebut memiliki ketinggian tanah yang relatif lebih rendah
dibandingkan blok 5. Dimensi jalan yang ada di kawasan ini memiliki nilai yang hampir
sama di tiap blok permukiman yaitu bernilai rendah. Akan tetapi dimensi jalan di pada
blok 2 memiliki nilai yang tertinggi. Ruas jalan di blok ini merupakan jalan alternatif
penghubung Kabupaten Sukoharjo dengan Kabupaten Gunung kidul sehingga memiliki
dimensi jalan yang relatif lebih lebar dibandigkan dengan ruas jalan di blok lain.
Aktivitas tambang yang ada juga mempengaruhi bagaimana kondisi jalan yang ada.
Kondisi jaringan drainase di kawasan ini relatif sama pada tiap blok permukiman yaitu
tergolong memiliki kualitas yang tinggi. Kinerja jaringan drainase yang relatif baik
sehingga tidak ada genangan yang terjadi di dalam kawasan permukiman ini.
Disamping itu, hal ini terjadi karena topografi kawasan yang relatif berbukit sehingga
air hujan yang jatuh bisa langsung mengalir ke area yang lebih rendah tanpa
menggenang di kawasan ini. Kondisi jaringan sanitasi dan jaringan listrik di kawasan
ini memiliki nilai yang bervariasi di tiap blok permukiman. Blok permukiman yang
memiliki nilai jaringan sanitasi dan jaringan listrik yang terendah ada di blok 4 yang
masing - masing memiliki nilai 1. Kondisi jaringan sanitasi dan jaringan listrik yang
relatif tidak terlalu tinggi di kawasan ini terkait dengan tingkat ekonomi yang relatif
rendah. Warga yang memiliki pendapatan tergolong rendah akan lebih sulit untuk
memenuhi kebutuhannya akan jaringan sanitasi dan jaringan listrik. Tingkat ekonomi
masyarakat yang tinggal di kawasan permukiman ini tergolong rendah pada seluruh
blok permukiman yang ada. Hal ini dikarenakan pekerjaan mayoritas penduduk adalah
bekerja sebagai petani yang meengelola lahan miliki orang lain. Tingkat kesehatan
masyarakat di kawasan permukiman ini relatif bervariasi pada tiap blok permukiman.
Blok 3, blok 4, dan blok 5 tingkat kesehatan masyarakat yang relatif lebih rendah
dibandingkan dengan blok lain. Blok-blok ini memiliki lokasi yang relatif dekat dengan
lokasi tambang. Jumlah penderita penyakit pernafasan di blok ini yang relatif tinggi
mungkin disebabkan oleh aktivitas tambang yang jaraknya terlalu dekat dengan rumah-
rumah warga. Sisa bahan tambang serta polusi dari aktivitas tersebut akan langsung
menuju rumah-rumah warga sehingga mempengaruhi kesehatan warga di blok tersebut.
Interaksi antar masyarakat di kawasan ini relatif tinggi. interaksi yang relatif tinggi ini
terjadi di seluruh blok permukiman. Intensitas interaksi antar warga hampir terjadi
setiap hari. Hal ini dikarenakan kawasan ini masih memiliki ciri perdesaan dimana
warganya masih memiliki sifat guyub yang tinggi. selain itu, pekerjaan penduduk yang
kebanyakan sama yaitu sebagai petani mempermudah mereka untuk menyesuaikan
waktu untuk saling berbincang dan bertukar informasi sehingga intensitas interaksi
menjadi tinggi.
4. Kelebihan dan Kekurangan
Kekurangan :
 Secara keseluruhan studi kasus ini mudah dipahami tetapi masih terdapat
beberapa kata – kata yang tinggi sehingga pembaca masih sedikit sulit untuk
memahami beberapa kata - tersebut.

Kelebihan :

 Studi kasus ini dijelaskan secara terstruktur dan runtut.


 Pada bagian hasil dan pembahasan dijelaskan secara lengkap bagaimana
kualitas perumahan dan pemukiman di kecamatan weru, kabupaten sukoharjo
sekitar tambang galian sesuai dengan faktor – faktor lingkungan yang dijelaskan
pada tinjauan pustaka.

5. Hubungan Kualitas Perumahan dan Pemukiman dengan Pembangunan


Berkelanjutan
Salah satu tujuan dari pembangunan berkelanjutan adalah tujuan SDG’s yang
terfokus pada penanganan perkotaan dalam menciptakan kesempatan dan
kemamkmuran tanpa menghabiskan lahan dan sumber daya. Pemerintah indonesia
merumuskan Agenda Baru Perkotaan Indonesia sebagai respon dari New Urban
Agenda untuk mencapai pembangunan berkelanjutan di indonesia. Agenda perkotaan
yang dibahas salah satunya adalah Agenda Perumahan dan Infrastrutur Pelayanan
Dasar yaitu menciptakan keterpaduan pembangunan perumahan dengan kawasan
pemukiman. Pesatnya urbanisasi yang dialami banyak kota di belahan selatan dunia
telah menyebabkan pertumbuhan pemukiman kumuh. Pemerintah daerah harus
mengembangkan rencana tata ruang yang strategis untuk mencegah pertumbuhannya
dan bekerjasama dengan para pemukim untuk melakukan peremajaan pemukiman.
Akses terhadap perumahan yang terjangkau juga menjadi permasalahan di kota – kota
terkaya dunia, pemerintah daerah harus mengintervensi pasar lahan dan perumahan
untuk menjamin terpenuhnya hak atas tempat tinggal yang layak bagi penduduk
termiskin.
Pentingnya pembangunan perumahan dan pemukiman dalam mencapai
pembanguann perkotaan berkelanjutan sebagai berikut :
1. 70 % lahan perkotaan dimanfaatkan untuk perumahan/pemukiman
2. Perumahan adalah pendekatan utama dalam pembangunan berkelanjutan
3. Kota berkembang karena adanya perkembangan perumahan/pemukiman

Sasaran pembangunan kawasan pemukiman :

1. Menurunkan pemukiman kumuh menjadi 0% dengan perencanaan


infrastruktur pemukiman yang mendukung.
2. Pelayanan air minum yang baik dengan mengoptimalisasi penyediaan
layanan air minum dan peningkatan efisiensi layanan air minum melalui
prinsip jaga air, hemat air, dan simpan air secara nasional.
3. Akses sanitassi yang baik dengan menyediakan tempat pembuangan air
limbah domestik dan tepat sampah serta sistem drainase lingkungan.
4. Meningkatkan kemanan dan keselaatan bangunan gedung termasuk
keserasiannya terhadap lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Chandra, Budiman. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran EGC
http://digilib.unila.ac.id/8615/13/BAB%2011.pdf
https://jurnal.uns.ac.id/region/article/viewFile/15922/17166
http://sil.ui.ac.id/wp-content/uploads/Menuju-Pembangunan-Pemukiman-yang-berkelanjutan-
Andeas-Suhono.pdf

Anda mungkin juga menyukai