OLEH :
NAMA : HAFAF LUTHFIANTI SANI
NIM : 1807010237
KELAS : IV A
Perumahan dan pemukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
menyangkut kelayakan dan taraf kesejahteraan hidup masyarakat. Rumah bukan hanya
berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian, lebih dari itu rumah juga mempunyai fungsi
strategis dalam perannya sebagai pusat pendidikan keluarga, persesuaian budaya dan
peningkatan kualitas generasi mendatang serta pengejawantahan jati diri. Dengan demikian
pengembangan perumahan dan pemukiman tidak dilandasi hanya untuk pembangunan fisik
saja melainkan harus dikaitkan dengan dimensi social, ekonomi dan budaya yang mendukung
kehidupan masyarakat secara berkelanjutan.
Secara umum kota sebagai pusat permukiman mempunyai peran penting dalam
memberi pelayanan di berbagai bidang kehidupan bagi penduduknya dan daerah sekitarnya.
Kota adalah suatu wilayah geografis tempat bermukim sejumlah penduduk dengan tingkat
kepadatan yang relatif tinggi dibandingkan dengan perdesaan, dengan kegiatan utamanya di
sektor nonpertanian.
2.1.1 Perumahan
Kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan
hunia yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan (Undang-undang Nomor 1
Tahun 2011).
2.1.2 Pemukiman
Bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung baik yang kawasan perkotaan
maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal/lingkungan hunian dan
tempat kegiatan mendukung prikehidupan dan penghidupan.
1. Harus dapat melindungi dari hujan, panas, dingindan berfungsi sebagai tempat istirahat.
5. Terbuat dari bahan bangunan yang kokoh dan dapat penghuninya dari
gempa,keruntuhan dan penyakit menular.
Konstruksi rumah dan bahan-bahan bangunan harus kuat sehingga tidak mudah
runtuh.
Memiliki sarana pencegahan kasus kecelakaan di sumur, kolam,dan tempat-tempat
lain terutama pada anak-anak.
Bangunan diupayakan terbuat dari material yang tidak mudah terbakar.
Memiliki alat pemadam kebakaran terutama yang menggunakan gas.
Lantai tidak boleh licin dan tergenang air.
Jaringan jalan
Saluran drainase
Sanitasi
Air bersih
Listrik, komunikasi
Asas dari penataan perumahan dan pemukiman berlandaskan pada asas manfaat, adil, dan
merata, kepercayaan pada diri sendiri, keterjangkauan, dan kelestarian lingkungan hidup (UU
no.1 tahun 2011).
Tujuannya :
1. Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia dalam rangka
peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat.
2. Mewujudkan perumahan dan pemukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat,
aman, serasi dan teratur.
3. Memberi arahan pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang rasional.
2. Prasarana lingkungan
a. Jalan setapak
Lebar badan jalan setapak maksimum 2 meter, lebar perkerasan 1,20 meter dengan
konstruksi dari rabat beton 1 pc : 3 pasir : 5 koral, tebal 7 cm atau bahan lain yang
setara. Di kiri kanan perkerasan dibuat bahu jalan masing-masing dengan lebar 0,4
meter untuk penempatan tiang - tiang listrik dan pipa-pipa saluran lingkungan
b. Saluran
Saluran untuk pembuangan air hujan/limbah harus direncanakan sedemikian rupa
sehingga lingkungan Kapling Siap Bangun yang ada bebas dari genangan air. Oleh
karena itu saluran lingkungan dibuat konstruksi dengan ½ buis betonn diameter 20
cm dan pasangan batako atau yang setara dengan ukuran:
Lebar atas : 30 cm
Lebar bawah : 20 cm
Tinggi minimal : 30 cm
Kemiringan :0% - 15%
2.6 Faktor – Faktor Geografis dan lingkungan
a. Faktor Geografis
Kondisi geografis penting untuk diperhatikan oleh setiap pembangunan perumahan dan
kawasan permukiman karena kondisi geografis tersebut akan memberikan petunjuk kepada
pelaksana pembangunan mengenai keadaan alam dimana perumahan atau kawasan
permukiman tersebut hendak dibangun, yaitu sebagai berikut;
1. Tanah
Kondisi tanah
Kondisi fisik tanah isi harus memenuhi bebrapa persyaratan, yaitu:
1) Tidak mengandung gas-gas beracun yang dapat mematikan.
2) Harus memungkinkan area-area permukiman yang tidak selalu
tergenang banjir.
3) Dapat dilakukan pembangunan.
4) Memunginkan sistem drainase dan saluran-saluran.
Riwayat tanah
1). Kawasan permukiman untuk mambangun perumahan di lahan bekas perkebunan
karet memerlukan bahan bangunan yang mesti ekstra kuat, berhubung kenyataan
membuktikan bahwa tanah bekas perkebunan karet adalah “sarang rayap no.1”.
Membangun kerangka bangunan sampai atapnya sebaiknya terbuat dari besi atau
logam.
2). Kawasan permukiman untuk mambangun perumahan di lahan bekas perkuburan
memerlukan perhatian ekstra pada sistem persumurannya. Sumur-sumur dan
sumber-sumber air di situ mesti digali ekstra dalam.
3).Kawasan permukiman untuk mambangun perumahan (apalagi bangunan
bertingkat) di daerah bekas rawa atau lahan yang sejak puluhan tahun sering
tergenang banjir memerlukan ekstra perhitungan pada pembangunan pndamnya.
4).Kawasan permukiman untuk mambangun perumahan (apalagi perumahan) di
lahan bekas lapangan terbang akan memerlukan perhitungan ekstra untuk
mendapatkan sumber-sumber air dan sumur-sumur, mengingat kurangnya resapan
air disitu.
Ketinggian dan relief tanah dan sudut kemiringannya yang akan sangat menentukan
pola dan metode pelaksanaan pembangunan secara fisik.
2. Sumber – sumber air
c. Ada tidaknya pengaruh sumber-sumber air tersebut secara langsung dengan sungai-
sungai, atau danau-danau atau sumber-sumber mineral yang sangat diperlukan oleh
masyarakat untuk:
b. Faktor Lingkungan
1. Jalan
Penyedian air bersih harus melalui system penyedian air dari PDAM atau pengambilan
air permukaan dari mata air/sungai. Bila persedian air tanah, air permukaan dan sumber
air sangat terbatas, maka harus dikembangkan kemungkinan penyediaan air bersih yang
berasal dari air limpasan hujan, dengan pertimbangan perekayasaan limpasan air hujan
tersebut ditampung disuatu area/daerah tadah terkendali, dapat berupa kolam, ataupun
reservoir. Air bersih yang berkualitas harus dilakukan penelitian sanitasi terlebih
dahulu sebelum menentukan keputusan lokasi pengambilan air bersih.
3. Keran kebakaran
4. Sistem drainase
Saluran mengumpulkan air hujan dan air bawah tanah yang ada dilingkungan
perumahan yang memiliki lebar sesuai kebutuhan/kondisi alam pastikan tidak mampet
danharus menyalurkan sesuai kemana akan dibuang.
Adalah tempat pembuangan limbah cair rumah tangga dengan treatment tertutup.Jika
pada tiap-tiap unit rumah tidak mungkin untuk dibuat tangki septitank maka diperlukan
bak penampungan/kolam oksidasi dengan sistem pembuangan air limbah lingkungan,
setelah melalui proses treatment (pemisahan antara limbah padat dan cair) baru
dialirkan melalui bak resapan keperairan umum.
6. Jaringan listrik
8. Jalur hijau
Daerah (tempat, lapangan) ditanami rumput, pohom dan tanaman perindang di setiap
jengkal tanah yang kosongdipergunakan sebagai unsur penghijauan dan atau daerah
peresapan air hujan serta berfungsi menurunkan suhu, menyerap gas polutan, meredam
tingkat kebisingan, insulasi alami yang mendinginkan permukaan bangunan.
Tahun : 2017
Penertbit : Region
Ringkasan :
1. Pendahuluan
Beberapa kawasan permukiman di Kabupaten Sukoharjo memiliki kegiatan lain
disamping kegiatan permukiman. Kegiatan lain tersebut berupa aktivitas penambangan
bahan galian golongan C dengan produk tambang berupa tanah urug di Kecamatan
Bendosari dan Desa Sanggang, tambang batu di Desa Pundungrejo dan Karangmojo,
serta tambang batu kapur di Kecamatan Weru. Berdasarkan Rencana Tata Ruang
Kabupaten Sukoharjo, kawasan permukiman tersebut merupakan kawasan dengan
kegiatan permukiman. Ini berarti unsur atau komponen penyusun permukiman yang
ada merupakan komponen yang direncanakan untuk mendukung kegiatan permukiman.
Komponen tersebut mungkin dapat menampung sesuai kapasitasnya dalam mendukung
kegiatan permukiman, akan tetapi bagaimana apabila komponen tersebut juga harus
mendukung kegiatan lain seperti kegiatan pertambangan. Rusaknya infrastruktur jalan
dan air bersih serta terbuka kesempatan bekerja bagi masyarakat merupakan hal-hal
yang bersinggungan langsung dengan unsur permukiman. Dengan komponen yang
harus melayani atau mendukung kegiatan lain disamping kegiatan permukiman itu
sendiri, apakah komponen-komponen permukiman di kawasan tersebut masih
berfungsi sebagaimana mestinya.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada permukiman sekitar tambang galian C yang ada
di Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo. Area yang digunakan adalah persebaran
permukiman dengan radius 500 meter dari lokasi-lokasi tambang. Kawasan
permukiman tersebut dibagi kedalam 5 blok yang memiliki kesamaan fungsi, keadaan
fisik, dan lingkungan alami kawasan tersebut. Teknik sampling yang digunakan adalah
probability sampling dengan jumlah sampel yang didapatkan sebanyak 105 orang yang
terbagi pada 5 blok permukiman. Masing-masing blok diambil jumlah sampel yang
berbeda sesuai dengan besarnya jumlah penduduk. Blok 1 terdiri dari 33 responden,
blok 2 terdiri dari 32 responden, blok 3 terdiri dari 13 responden, blok 4 terdiri dari 21
responden, dan blok 5 terdiri dari 7 responden. Masing-masing variabel dari masing -
masing blok dinilai berdasarkan indikator yang ada berdasarkan tingkat kualitas tinggi,
sedang, atau rendah. Penelitian ini menggunakan pendekatan deduktif yaitu pendekatan
yang menggunakan dasar teori yang sudah ada sebelumnya.
Kelebihan :