DISUSUN OLEH :
NIM : 1807010237
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa saya panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas semua
limpah rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Epidemiologi Penyakit Tidak Menular Penyakit Jantung Koroner” meskipun dengan
sangat sederhana.
Harapan saya semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah
satu rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, menambah wawasan serta pengalaman,
sehingga nantinya saya dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik
lagi.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3
PENDAHULUAN
PJK merupakan salah satu bentuk utama penyakit kardiovaskuler penyakit jantung dan
pembuluh darah menjadi penyebab kematian nomor wahid di dunia. PJK ini bukanlah penyakit
menular tetapi dapat 'ditularkan'. Kemungkinan penularan tersebut adalah melalui suatu bentuk
'penularan sosial' yang berkaitan dengan gaya hidup (life style) masyarakat. Karena itu,
penyakit ini berarti berkaitan dengan keadaan sosial ekonomi masyarakat. PJK bukan
disebabkan oleh kuman, virus ataupun mikroorganisma lainnya, tetapi dapat menyerang
banyak orang. Sebagai organisme hidup, kuman-kuman umumnya menyerang setiap orang.
PJK dapat menyerang banyak orang hanya saja masih bersifat selektif. Ada beberapa kelompok
atau karakteristik tersendiri dari orang-orang yang senang diserang PJK, Arus modernisasi
yang disusul dengan perubahan gaya hidup dapat dianggap sebagai 'kuman' pembawa penyakit
PJK cukup berbahaya tetapi dapat dicegah. Walaupun penyakit ini sering terjadi, banyak
ditemukan, dan memberikan kematian mendadak, namun sebenarnya penyakit ini dapat
dicegah. Dipertukan upaya-upaya tersendiri maupun secara bersama-sama untuk mencegah
penyakit ini.
Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau penyakit kardiovaskular saat ini merupakan salah
satu penyebab utama dan pertama kematian di negara maju dan berkembang, termasuk
Indonesia. Pada tahun 2010, secara global penyakit ini akan menjadi penyebab kematian
pertama di negara berkembang, menggantikan kematian akibat infeksi. Diperkirakan bahwa
diseluruh dunia, PJK pada tahun 2020 menjadi pembunuh pertama tersering yakni sebesar 36%
dari seluruh kematian, angka ini dua kali lebih tinggi dari angka kematian akibat kanker. Di
Indonesia dilaporkan PJK (yang dikelompokkan menjadi penyakit sistem sirkulasi) merupakan
penyebab utama dan pertama dari seluruh kematian, yakni sebesar 26,4%, angka ini empat kali
lebih tinggi dari angka kematian yang disebabkan oleh kanker (6%). Dengan kata lain, lebih
kurang satu diantara empat orang yang meninggal di Indonesia adalah akibat PJK. Berbagai
faktor risiko mempunyai peran penting timbulnya PJK mulai dari aspek metabolik, hemostasis,
imunologi, infeksi, dan banyak faktor lain yang saling terkait (Anonimª, 2006).
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung akibat otot jantung
kekurangan darah karena adanya penyempitan pembuluh darah koroner. Pada waktu jantung
harus bekerja lebih keras terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan dan asupan oksigen, hal
inilah yang menyebabkan nyeri dada. Kalau pembuluh darah tersumbat sama sekali,
pemasokan darah ke jantung akan terhenti dan kejadian inilah yang disebut dengan serangan
jantung. Adanya ketidakseimbangan antara ketersedian oksigen dan kebutuhan jantung
memicu timbulnya PJK (Huon, 2002).
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, secara klinis PJK ditandai dengan
nyeri dada atau terasa tidak nyaman di dada atau dada terasa tertekan berat ketika sedang
mendaki, kerja berat ataupun berjalan terburu-buru pada saat berjalan di jalan datar atau
berjalan jauh. Pemeriksaan Angiografi dan Elektrokardiogram (EKG) digunakan untuk
memastikan terjadinya PJK. Hasil pemeriksaan EKG yang menunjukkan terjadinya iskemik
merupakan salah satu tanda terjadinya PJK secara klinis (Soeharto dalam Haslindah, 2015).
Perkembangan PJK dimulai dari penyumbatan pembuluh jantung oleh plak pada
pembuluh darah. Penyumbatan pembuluh darah pada awalnya disebabkan peningkatan kadar
kolesterol LDL (low-density lipoprotein) darah berlebihan dan menumpuk pada dinding arteri
sehingga aliran darah terganggu dan juga dapat merusak pembuluh darah (Al fajar, 2015).
Penyumbatan pada pembuluh darah juga dapat disebabkan oleh penumpukan lemak
disertai klot trombosit yang diakibatkan kerusakan dalam pembuluh darah. Kerusakan pada
awalnya berupa plak fibrosa pembuluh darah, namun selanjutnya dapat menyebabkan ulserasi
dan pendaeahan di bagian dalam pembuluh darah yang menyebabkan klot darah. Pada
akhirnya, dampak akut sekaligus fatal dari PJK berupa serangan jantung (Naga, 2012).
Banyak dari penderita silent ischaemia yang mengalami PJK tetapi tidak merasakan ada
sesuatu yang tidak enak atau tanda-tanda suatu penyakit (Iman, 2004:22).
b. Angina Pectoris
Angina pectoris terdiri dari dua tipe, yaitu Angina Pectoris Stabil yang ditandai dengan
keluhan nyeri dada yang khas, yaitu rasa tertekan atau berat di dada yang menjalar ke
lengan kiri dan Angina Pectoris tidak Stabil yaitu serangan rasa sakit dapat timbul, baik
pada saat istirahat, waktu tidur, maupun aktivitas ringan. Lama sakit dada jauh lebih
lama dari sakit biasa. Frekuensi serangan juga lebih sering.
c. Infark Miocard Akut (Serangan Jantung)
Infark miocard akut yaitu jaringan otot jantung yang mati karena kekurangan oksigen
dalam darah dalam beberapa waktu. Keluhan yang dirasakan nyeri dada, seperti
tertekan, tampak pucat berkeringat dan dingin, mual, muntah, sesak, pusing, serta
pingsan (Notoatmodjo, 2007:304).
Faktor-faktor resiko dibagi menjadi dua, yaitu faktor yang dapat diubah dan tidak dapat
diubah.
a. Jenis Kelamin
Penyakit jantung koroner pada laki-laki dua kali lebih besar dibandingkan
pada perempuan dan kondisi ini terjadi hampir 10 tahun lebih dini pada laki-laki
daripada perempuan. Estrogen endogen bersifat protektif pada perempuan, namun
setelah menopause insidensi PJK meningkat dengan cepat dan sebanding dengan
insidensi pada laki-laki (Leatham, 2006).
b. Keturunan (genetik)
Riwayat jantung koroner pada keluarga meningkatkan kemungkinan timbulnya
aterosklerosis prematur (Brown, 2006). Riwayat keluarga penderita jantung koroner
umumnya mewarisi faktor-faktor resiko lainnya, seperti abnormalitas kadar
kolesterol, peningkatan tekanan darah, kegemukan dan DM. Jika anggota keluarga
memiliki faktor resiko tersebut, harus dilakukan pengendalian secara agresif.
Dengan menjaga tekanan darah, kadar kolesterol, dan gula darah agar berada pada
nilai ideal, serta menghentikan kebiasaan merokok, olahraga secara teratur dan
mengatur pola makan (Yahya, 2010).
c. Usia
Kerentanan terhadap penyakit jantung koroner meningkat seiring bertambahnya
usia. Namun dengan demikian jarang timbul penyakit serius sebelum usia 40 tahun,
sedangkan dari usia 40 hingga 60 tahun, insiden MI meningkat lima kali lipat. Hal
ini terjadi akibat adanya pengendapan aterosklrerosis pada arteri koroner (Brown,
2006).
Dari data Prevalensi Penyakit Jantung secara umum yang didiagnosis oleh Dokter pada
Penduduk semua Umur menurut Provinsi tahun 2018. Untuk Indoesia ditetapkan
standar 1,5% prevalensi. Namun prevalensi terbanyak terjadi di Provinsi Kalimantan
Utara dengan 2,2% dan terendah terdapat di NTT dengan 0,7% saja.
Dari data Prevalensi Penyakit Jantung menurut karakteristik tahun 2018, usia 75 tahun
keatas menjadi prevalensi terbanyak sebesar 4,7% kasus, dan yang paling rendah adalah
usia dibawah 1 tahun dengan prevalensi kasus sebanayk 0,1% saja. Penyakit jantung
juga paling banyak terjadi di daerah perkotaan dibandingkan dengan pedesaan dengan
jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan laki – laki.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung akibat otot
jantung kekurangan darah karena adanya penyempitan pembuluh darah koroner.
Faktor-faktor resiko PJK dibagi menjadi dua, yaitu faktor yang dapat diubah dan tidak
dapat diubah. Faktor yang dapat diubah meliputi hipertensi, diabetes mellitus, merokok,
hiperlipidemia, obesitas dan gaya hidup tidak aktif sedangkan faktor resiko yang tidak
dapat diubah meliputi jenis kelamin, keturunan (genetik), dan Usia. Cara mencegah
penyakit jantung koroner adalah berhenti merokok sedini mungkin, berolahraga secara
teratur, mengonsumsi makanan sehat dan gizi seimbang, menghindari stress yang
berlebihan, menghindari pola hidup tidak sehat, mengurangi konsumsi alkohol,
menjaga tekanan darah, mengontrol gula darah dan menurunkan berat badan Cara
mengatasi penyakit jantung koroner adalah tes diagnosis,angioplasti, operasi by-pass
dan pemberian obat-obatan.
3.2 Saran
Penyakit Jantung Koroner dapat menyerang kepada siapa saja, bukan hanya
kepada usia lanjut saja, namun pada usia yang masih sangat muda sekalipun penyakit
jantung dapat menyerang. Jadi, apabila kita tidak ingin terkena penyakit berbahaya ini
maka kita harus mulai dengan berperilaku hidup sehat, dari mulai pola makan yang
sehat dan teratur hingga mulai membiasakan untuk teratur berolahraga dan tidak
merokok tentunya.
DAFTAR PUSTAKA
Djafri, Defriman, dkk. 2017. Efek Modifikasi Faktor Risiko Modifiable Penyakit Jantung
Koroner. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 11, No.2, Hal. 93-99
http://eprints.ums.ac.id/14926/2/BAB1.pdf
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/846/4/BAB%2011.pdf