Anda di halaman 1dari 19

UTS PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN

DIBUAT OLEH :
Raymond Tandiah ( 19.184.0039 )
DOSEN PENGAMPU :
RUTH LAMTIUR SIBAGARIANG ST.,MT
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT SAINS TEKNOLOGI TD PARDEDE
2020/2021
PENDAHULUAN

Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian
yang dilengkapi dengan prasarana lingkungan yaitu kelengkapan dasar fisik lingkungan, misalnya
penyediaan air minum, pembuangan sampah, tersedianya listrik, telepon, jalan, yang
memungkinkan lingkungan pemukiman berfungsi sebagaimana mestinya

Menurut Undang-Undang No 4 Tahun 1992 Pasal 3, Permukiman adalah bagian dari lingkungan
hidup diluar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan. Satuan lingkungan permukiman adalah kawasan
perumahan dalam berbagai bentuk dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang, prasarana dan
sarana lingkungan yang terstruktur (pasal 1 ayat 3).

Pasal 4 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 menyebutkan bahwa penataan perumahan dan
permukiman berlandaskan asas manfaat, adil dan merata, kebersamaan dan kekeluargaan,
kepercayaan pada diri sendiri, keterjangkauan, dan kelestarian lingkungan hidup.

Pemukiman adalah suatu wilayah atau area yang ditempati oleh seseorang atau kelompok manusia.
Pemukiman memiliki kaitan yang cukup erat dengan kondisi alam dan sosial kemasyarakatan
sekitar.

Perumahan dan pemukiman merupakan kesatuan fungsional, sebab pembangunan perumahan


harus berlandaskan suatu pola pemukiman yang menyeluruh, yaitu tidak hanya meliputi
pembangunan fisik rumah saja, melainkan juga dilengkapi dengan prasarana lingkungan, sarana
umum dan fasilitas sosial, terutama di daerah perkotaan yang mempunyai permasalahan majemuk
dan multidimensional.

Persyaratan Dasar Permukiman

Suatu bentuk permukiman yang ideal di kota merupakan pertanyaan yang menghendaki jawaban
yang bersifat komprehensif, sebab perumahan dan permukiman menyangkut kehidupan manusia
termasuk kebutuhan manusia yang terdiri dari berbagai aspek. Sehingga dapat dirumuskan secara
sederhana tentang ketentuan yang baik untuk suatu permukiman yaitu harus memenuhi sebagai
berikut :
a. Lokasinya sedemikian rupa sehingga tidak terganggu oleh kegiatan lain seperti pabrik, yang
umumnya dapat memberikan dampak pada pencemaran udara atau pencemaran lingkungan
lainnya.

b. Mempunyai akses terhadap pusatpusat pelayanan seperti pelayanan pendidikan, kesehatan,


perdagangan, dan lain-lain.

c. Mempunyai fasilitas drainase, yang dapat mengalirkan air hujan dengan cepat dan tidak sampai
menimbulkan genangan air walaupun hujan yang lebat sekalipun.

d. Mempunyai fasilitas penyediaan air bersih, berupa jaringan distribusi yang siap untuk disalurkan
ke masingmasing rumah.

e. Dilengkapi dengan fasilitas air kotor/ tinja yang dapat dibuat dengan sistem individual yaitu
tanki septik dan lapangan rembesan, ataupun tanki septik komunal.

f. Permukiman harus dilayani oleh fasilitas pembuangan sampah secara teratur agar lingkungan
permukiman tetap nyaman. g. Dilengkapi dengan fasilitas umum seperti taman bermain bagi anak-
anak, lapangan atau taman, tempat beribadat, pendidikan dan kesehatan sesuai dengan skala
besarnya permukiman itu.

h. Dilayani oleh jaringan listrik dan telepon Elemen Permukiman Permukiman terbentuk atas
kesatuan antara manusia dan lingkungan di sekitarnya.

Elemen Pemukiman

Permukiman merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa elemen yaitu (Suparno Sastra M.
dan Endi Marlina, Perencanaan dan Pengembangan Perumahan, 2006:39) .

a. Alam. Manusia. Di dalam suatu wilayah permukiman, manusia merupakan pelaku utama
kehidupan, disamping makhluk hidup seperti hewan, tumbuhan dan lainnya. sebagai makhluk
yang paling sempurna, dalam kehidupannya manusia membutuhkan berbagai hal yang dapat
menunjang kelangsungan hidupnya, baik itu kebutuhan biologis (ruang, udara, temperatur, dan
lain-lain), perasaan dan persepsi, kebutuhan emosional dan kebutuhan akan nilai-nilai moral.

b. Masyarakat merupakan kesatuan kelompok orang (keluarga) dalam suatu permukiman yang
membentuk suatu komunitas tertentu. Hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan yang terjadi
dalam masyarakat yang mendiami suatu wilayah permukiman adalah: Kepadatan dan komposisi
penduduk, Kelompok sosial,Adat dan kebudayaan,Pengembangan ekonomi , Pendidikan,
Kesehatan,Hukum dan administrasi

c. Bangunan atau rumah. Bangunan atau rumah merupakan wadah bagi manusia. Pada prinsipnya
bangunan yang dapat digunakan sepanjang operasional kehidupan manusia bisa dikategorikan
sesuai dengan fungsi masing-masing, yaitu: Rumah pelayanan masyarakat (sekolah, rumah sakit,
dan lain-lain), Fasilitas rekreasi atau hiburan, Pusat perbelanjaan, Industri, Pusat transportasi

d. Networks. Networks merupakan sistem buatan maupun alami yang menyediakan fasilitas untuk
operasional suatu wilayah permukiman. Untuk sistem buatan, tingkat pemenuhannya bersifat
relatif, dimana antara wilayah permukiman satu dengan yang lainnya tidak sama. Sistem buatan
yang yang keberadaannya diperlukan dalam suatu wilayah antara lain Sistem jaringan air bersih,
Sistem jaringan listrik, Sistem transportasi, Sistem komunikasi, Drainase dan air kotor ,Tata letak
fisik

Lokasi Dan Pola Perkembangan Perumahan

Dalam penentuan lokasi perumahan yang perlu diperhatikan adalah jarak dengan tempat
pekerjaan, pusat kota, perdagangan, pendidikan, kesehatan, keamanan, fasilitas pelayanan kota.
Kondisi fisiklokasi perumahan yang perlu dipertimbangkan : persyaratan fisik tanah; topografi;
sumber-sumber alam. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perkembangan perumahan adalah
pewilayahan (zoning); utilitas (utilities); faktor-faktor teknis (technical factors); lokasi (locations);
estetika (aesthetics); Pusat pertokoan, Penduduk berpenghasilan tinggi, Kawasan yang sesuai
untuk lokasi, Kegiatan pertanian, Penduduk berpenghasilan rendah, komunitas (community);
pelayanan kota (city services); dan biaya (Costs). Daerah pinggiran kota (urban fringe) sebagai
suatu wilayah peluberan kegiatan perkembangan kota telah menjadi perhatian banyak ahli di
berbagai bidang ilmu seperti geografi, sosial, dan perkotaan sejak tahun 1930-an saat pertama kali
istilah urban fringe dikemukakan dalam literatur. Besarnya perhatian tersebut terutama tertuju
pada berbagai permasalahan yang diakibatkan oleh proses ekspansi kota ke wilayah pinggiran
yang berakibat pada perubahan fisikal misal perubahan tata guna lahan, demografi, keseimbangan
ekologis serta kondisi sosial ekonomi.
Persyaratan kesehatan Perumahan dan lingkungan Pemukiman Menurut
Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes)No.829/Menkes/SK/VII/1 999

Lokasi

a. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran lahar, tanah
longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan sebagainya;

b. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah atau bekas tambang;

c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti alur pendaratan
penerbangan.

GSB

Di dalam penjelasan Pasal 13 Undangundang No. 28 Tahun 2002, GSB mempunyai arti sebuah
garis yang membatasi jarak bebas minimum dari bidang terluar suatu massa bangunan terhadap
batas lahan yang dikuasai. Pengertian tersebut dapat disingkat bahwa GSB adalah batas bangunan
yang diperkenankan untuk dibangun.

Batasan atau patokan untuk mengukur besar GSB adalah as jalan, tepi sungai, tepi pantai, jalan
kereta api, dan/atau jaringan tegangan tinggi. Sehingga jika rumah berada di pinggir jalan, maka
garis sempadan diukur dari as jalan sampai bangunan terluar di lahan tanah yang dikuasai.

Faktor penentu besar GSB adalah letak lokasi bangunan itu berdiri. Rumah yang terletak di pinggir
jalan, GSB-nya ditentukan berdasarkan fungsi dan kelas jalan. “Untuk pemukiman perumahan
standarnya sekitar 3 - 5 m”, jelas Ir. Imam S. Ernawi, MCM., MSc. (Direktur Direktorat Bina
Teknik, Ditjen Perumahan dan Pemukiman).

Kualitas udara

Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas beracun dan
memenuhi syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut : Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak
terdeteksi g/m3 ;g maksimum 150 Debu dengan diameter kurang dari 10.

Prasarana dan sarana lingkungan


a. Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan konstruksi yang aman
dari kecelakaan;
b. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit;
c. Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak mengganggu
kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan kaki dan penyandang cacat, jembatan
harus memiliki pagar pengaman, lampu penerangan, jalan tidak menyilaukan mata;
d. Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air yang memenuhi persyaratan
kesehatan;
e. Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi persyaratan kesehatan
f. Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat kesehatan;
g. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat kerja, tempat hiburan,
tempat pendidikan, kesenian, dan lain sebagainya;
h. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya;
i. Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi kontaminasi makanan yang
dapat menimbulkan keracunan.
METODE PENELITIAN

Dalam pembahasan perumahan dan permukiman ini digunakan metoda deskriptif dan komparatif
dengan tahapan sebagai berikut:

a. Tahap Identifikasi Permasalahan Tahap ini merupakan tahap mengungkapkan masalah yang ada
pada perumahan dan permukiman menengah kebawah dan fasilitas pendukung melalui studi
banding dan literatur.

b. Tahap Pemecahan Masalah Pada tahap ini pemecahan masalah pertama kali adalah penentuan
lokasi perencanaan berdasarkan yang terkandung dalam Wilayah Pengembangan Pembangunan
Kota Medan, setelah itu dilanjutkan dengan:

c. Menganalisa tapak eksisting Menganalisa terhadap dampak lingkungan sekitar, pola


pemukiman dan penentuan orientasi bangunan dengan cara membandingkan perumahan dan
permukiman yang berada di pinggiran kota Medan dan peraturan-peraturan pemerintah yang
berlaku.

d. Tahap Kesimpulan Tahap ini merupakan hasil analisa yang dilakukan

HASIL DAN PEMBAHASAN


Propinsi Sumatera Utara khususnya kota Medan merupakan kota yang sedang berkembang, hal ini
tidak terlepas dari masalah penyediaan sarana hunian yakni berupa perumahan bagi permukiman.
Kondisi ini memungkinkan masyarakat untuk mencari tempat yang layak untuk hunian, Kota
Medan merupakan potensi yang sangat cocok untuk memenuhi prasarana hunian tersebut. Banyak
pembangunan perumahan yang tersebar di kota Medan dalam beberapa tahun ini khususnya di
Medan johor, Medan tembung,Tanjung morawa, dan Medan sunggal, namun hanya sedikit yang
dapat di katakan layak sebagai perumahan yang ideal di kota Medan. Perumahan kini tidak
terhindar pula dari masalah penyediaan faslitas . Kondisi ini sangat jelas terlihat di kota Medan,
Binjai dan sebagainya. Banyak lingkungan permukiman sedang dibangun di daerah ini. Sebagian
besar lingkungan permukiman menyediakan hunian (rumah) sederhana. Pasar yang dituju para
pengembang daerah ini adalah dari berbagai kalangan seperti : Pegawai Negeri Sipil (PNS),
masyarakat menengah, dan lain lain. sehingga harga jual unit per rumah, disesuaikan dengan
standart. Namun, sangat disayangkan bahwa ratarata lingkungan permukiman dibangun tanpa
sesuai dengan persyaratan perumahan (hunian ), dan tidak diperhatikan untuk peruntukan lahan
yang akan menjadi kavling rumah, tanpa menghiraukan kebutuhan yang menjadi standar suatu
lingkungan hunian yang layak. Beberapa contoh masalah perumahan menengah kebawah di kota
Medan, sebagai berikut :

a. Tidak adanya fasilitas kesehatan seperti puskesmas atau posyandu (pos pelayanan terpadu)
padahal lokasi perumahan sangat jauh dari fasilitas umum lainnya seperti rumah sakit.

b. Tidak adanya fasilitas umum lainnya seperti lapangan bermain anak-anak (playground), dimana
fasilitas ini selain untuk anak-anak, juga sebagai sarana sosialisasi antar penduduk setempat.

c. Tidak adanya fasilitas rekreasi bagi penghuni kawasan permukiman, seluruh lahan dijadikan
kavling rumah.

d. Tidak adanya tempat buang sampah yang memadai di kawasan

Permukiman, sehingga sampahsampah berserakan dimana-mana dan seringkali memanfaatkan


lahan-lahan kosong milik orang lain sebagai tempat buang sampah.

e. Tidak adanya tempat buang sampah pribadi di rumah-rumah tinggalnya. Sebagian besar lahan
hunian atau kawasan permukiman di kota lebih mengutamakan unsur bisnis dibandingkan unsur
kenyaman sebagai hunian perumahan bagi permukiman, hanya sekedar sebagai tempat tinggal
saja, bukan sebagai tempat melakukan proses kehidupan yang layak sebagai manusia, dimana
sosialisasi antar manusia diperlukan di suatu kawasan permukiman. Sebagai pengembang dan
arsitek harusnya memberikan sikap atau andil yang besar terhadap suatu keberlanjutan kehidupan
masyarakat.

Dari permasalahan yang timbul di atas kami mengambil beberapa contoh Studi kasus, dari
perumahan yang berada dipinggiran kota medan.

Perumahan Berlian Residence Gambar1.

Perumahan Berlian Residence Objek penelitian ini berada di komplek perumahan berlian
residence, Jalan. Harapan Pasti Medan Denai. Latar belakang pemilihan objek penelitian adalah
dikarenakan didalam perumahan tersebut tidak terdapat lahan bermain atau tempat bersosialisasi
bagi para penghuni perumahan tersebut, semuah lahan dijadikan kavling rumah.

Perumahan Sempurna Palace Gambar 2.

Perumahan Sempurna Palace Objek Penelitian ini Berada di Komplek Perumahan Sempurna
Palace, Jalan Sempurna Medan Denai . Latar belakang pemilihan objek penelitian adalah
dikarenakan didalam perumahan tersebut tidak terdapat drainase, fasiiltas, lahan bermain atau
tempat bersosialisasi bagi para penghuni, dan pada bagian depan perumahan tidak menunjukkan
ciri khas Perumahan.

Perumahan Jasari Park Gambar 3.

Objek penelitian ini berada di komplek perumahan Jasari park, jalan Air Bersih Medan Denai.
Latar belakang pemilihan objek penelitian adalah dikarenakan didalam perumahan tersebut tidak
terdapat drainase, fasilitas, lahan bermain, dan pada bagian depan perumahan tidak menunjukkan
ciri khas perumahan, dan terdapat fasilitas yang tidak memadai dan telah rusak.

Perumahan Bumi Johor Sentosa Gambar 4.

Objek penelitian ini berada di komplek perumahan bumi johor sentosa, Medan johor. Latar
belakang pemilihan objek penelitian adalah dikarenakan didalam perumahan terlihat pada gambar
3. keadaan fisik dari perumahan mengalami banjir akibat fasiiltas, drainase kurang memadai dan
lahan hanya dibangun untuk kavling setiap unit rumah dan tidak ada fasilitas pendukung lainnya.

Analisis Kawasan Perumahan dan Permukiman Kota Medan


Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan No. 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Medan Tahun 2011-2031, Sebagai kawasan perkotaan, pembangunan Gambar 5.
Pola perkembangan pemukiman lingkaran konsentris

Lingkaran Konsentris menyatakan bahwa kota terbentuk berlapis-lapis melingkar dengan susunan
tertentu. Dimulai dari pusat lingkaran maka lapisanlapiran tersebut adalah :

a. Lingkaran pusat yakni daerah pusat perdagangan yang terletak dipusat kota dimana
aktivitas komersial lebih utama daripada fungsi tempat tinggal. Hanya aktivitas komersial
yang mampu membeli tanah yang mahal dan membayar pajak yang besar. Disini terdapat
hotel, supermall, kantor pusat atau cabang utama perusahaan, pusat hiburan modern, dan
sebagainya.

b. Lingkaran transisi yang melingkar di daerah pusat perdagangan. Di zona ini terdapat slum,
tempat tinggal golongan migran yang kemampuan ekonominya rendah, lingkungannya tidak
sehat, dan terjadi banyak tindak kejahatan. Lingkungan transisi disebabkan karena invasi dari
daerah ke pusat perdagangan.

c. Lingkaran perumahan kaum buruh merupakan pemukiman penduduk yang kurang mampu
yang berasal dari lingkaran transisi.

d. Lingkaran perumahan yang lebih baik untuk golongan menengah seperti pegawai dan
pengusaha. Tingkat kesejahteraan mereka lebih tinggi dibandingkan dengan kaum buruh. Zona
ini terdapat pertokoan, perumahan flat, tempat hiburan, dan sebagainya.

Lingkaran pemukiman penduduk yang melakukan commuter (berangkat – pulang) bekerja di


zona pusat. Zona ini terletak paling luar dan mempunyai dua bagian.
Berdasarkan teori konsentris, Pola Perkembangan Permukiman dikota Medan dapat
disimpulkan pola yang digunakan adalah pola teori konsentris perkotaan yang berpusat pada
Bentuk Permukiman Memanjang Mengikuti Alur Sungai.

Bentuk pola berpusat pada Bentuk Permukiman Memanjang Mengikuti Alur Sungai
Permukiman dapat diartikan sebagai suatu tempat (ruang) atau suatu daerah dimana penduduk
terkonsentrasi dan hidup bersama menggunakan lingkungan setempat, untuk mempertahankan,
melangsungkan, dan mengembangkan hidupnya.

Pengertian pola dan sebaran Permukiman memiliki hubungan yang sangat erat. Sebaran
permukiman membincangkan hal dimana terdapat permukiman dan atau tidak terdapat
permukiman dalam suatu wilayah, sedangkan pola Permukiman merupakan sifat sebaran, lebih
banyak berkaitan dengan akibat faktor-faktor ekonomi, sejarah dan faktor budaya.

Pola Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan
melakukan kegiatan/aktivitas sehari-harinya.

Analisis Perkembangan Permukiman Di Kota Medan

Penyebaran Permukiman Berdasarkan Analisis diatas perkembangan permukiman dapat


diambil Berdasarkan Teori Konsentris, Pola permukiman Kota Medan berbentuk memanjang
mengikuti aliran sungai pada daerah datar dan berada dikota bagian medan.

Permukiman Kota medan cenderung membentuk suatu permukiman kota yang terdiri dari
beberapa perkampungan yang terbentuk dengan akrifitas dan kebutuhan dari masyakarat itu
sendiri.

Pusat pelayanan berada pada pusat kota medan mengarah pada satu pusat kota , Pemukiman di
Kota Medan tumbuh pesat, terutama dilihat dari padatnya populasi dan angka permintaan
untuk perumahan dan pemukiman yang telah mencapai diatas 2 juta. Pada saat ini, terdapat
beberapa pemukiman mewah seperti Citra Garden, Bukit Johor Mas, Johor Indah Permai,
Taman Setia Budi Indah, Taman Malibu, Cemara Asri, Cemara Hijau serta apartemen mewah
yang sedang dalam tahap pembangunan seperti Royal Residence, Cambridge Condominium
dan City Point Tower.
Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Pasal 1 dijelaskan
bahwa kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perkotaan, pemusatan dan
distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Dalam
kawasan perkotaan,hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah mengenai pemukiman.
Hal ini dikarenakan pemukimanlah yang menunjang segala aktivitas dari masyarakatnya.

Analisis Pola Pertumbuhan dan Perkembangan perumahan dikota Medan

Perumahan di Kota Medan dibedakan menjadi perumahan permanen dan perumahan semi
permanen. Perumahan permanen di Kota Medan berjumlah 233.130, semi permanen 78.532
hal ini menunjukan bahwa secara umum tingkat sosial yang cukup baik. Ditinjau dari
penyebaran menunjukan bahwa pola penyebaran hampir sama antara rumah permanen dan
semi permanen. Selain itu di Kota Medan terdapat beberapat kawasan kumuh seperti di Medan
Belawan, Medan Labuhan, Medan Marelan, Medan Pusat Kota di Kecamatan Medan
Tembung, Medan Denai, Medan Sunggal dan Medan Johor. Adanya kawasan kumuh ini
disebabkan Kota Medan masih menjadi daya tarik bagi penduduk terutama kaum migran yang
akan mencari Pekerjaan.

Analisis Permasalahan Pengembangan Perumahan dan Pemukiman Kota


Medan

Pada pelaksanaannya, beberapa masalah biasanya timbul pada proses pengembangan


perumahan dan pemukiman. Permasalahan dalam pengembangan perumahan dan pemukiman
adalah sebagai berikut: a. Pemanfaatan lahan perumahan dan pemukiman belum sepenuhnya
mengacu pada RTRW, dan masih berorientasi pada pengembangan yang bersifat horizontal
sehingga cenderung menciptakan urban sprawling (pembangunan yang tidak terpola dengan
baik) dan inefisiensi pelayanan prasarana dan sarana.

b. Izin lokasi pemanfaatan lahan perumahan dan pemukiman melebihi kebutuhan nyata
sehingga meningkatkan luas area lahan tidur (vacant land).

c. Pemanfaatan lahan perumahan dan pemukiman belum memberikan rasa keadilan kepada
penduduk berpenghasilan rendah sehingga selalu tersingkir ke luar kota dan jauh dari tempat
kerja. Hal ini dapat dilihat dari hubungan kota Medan dengan kota Binjai. Banyak dari
penduduk kota Medan yang tinggal di kota Binjai tetapi bekrja di kota Medan.

d. Pemanfaatan ruang untuk perumahan dan pemukiman belum serasi dengan pengembangan
kawasan fungsional lainnya atau dengan program sektor/fasilitas pendukung lainnya.

e. Ketidakseimbangan pembangunan desa – kota serta meningkatnya urbanisasi yang


mengakibatkan pemukiman kumuh dan berkembangnya masalah sosial di kawasan perkotaan.

f. Konflik penggunaan lahan, khususnya antara penggunaan pemukiman dengan penggunaan


kawasan lindung.

g. Kebutuhan lahan untuk pemukiman semakin meningkat seiring dengan terus meningkatnya
jumlah penduduk. Data menunjukkan jumlah penduduk perkotaan di Indonesia menunjukkan
perkembangan yang cukup pesat dari 32,8 juta / 22,3% dari total penduduk nasional (1980),
menjadi 74 juta / 37% (1998) dan diperkirakan akan menjadi 150 juta / 60% dari total penduduk
nasional pada tahun 2015, dengan laju pertumbuhan penduduk kota rata-rata 4,49% (1990 –
1995).

h. Tingginya laju pertumbuhan penduduk ini akan menimbulkan kebutuhan lahan perumahan
dan pemukiman yang sangat besar, sementara kemampuan Pemerintah sangat terbatas.
Menurut catatan, hanya 15% kebutuhan perumahan yang mampu disediakan oleh pemerintah,
sisanya sebesar 85% disediakan oleh masyarakat atau swasta. Apabila pembangunan
perumahan yang dilakukan oleh masyarakat atau swasta tidak dikendalikan
pengembangannya, maka akan menimbulkan masalah besar yang mengancam kawasan
lindung.

i. Tantangan terbesar dalam penataan ruang serta pembangunan perumahan dan pemukiman
adalah bagaimana memberdayakan peran masyarakat agar mampu memenuhi kebutuhan
perumahannya sendiri yang sehat, aman,serasi, dan produktif tanpa merusak lingkungan hidup
dan merugikan masyarakat luas.

Selain itu, permasalahan pengembangan perumahan dan pemukiman juga terkait dengan
masalah yang dihadapi prasarana dan sarananya. Diantaranya adalah :
a. Keterbatasan ketersediaan infrastruktur kota yang berkualitas,seperti listrik, air bersih, gas,
jalan, sarana transportasi, drainase,ruang public dan lain-lain.

b. Konsentrasi prasarana/sarana kota yang mengakibatkan mobilitas sosial ekonomi yang


terkonsentrasi

c. Fungsi-fungsi kawasan yang masih belum tertata sepenuhnya ke bawah.

d. Keterbatasan perumahan/pemukiman, khususnya bagi masyarakat menengah ke bawah.

e. Keberadaan Bandara Polonia, yang menghambat pengembangan struktur bangunan secara


vertical.

f. Belum terbangunnya icon Kota Modern Analisis Study Kasus Permasalahan Perumahan,
yaitu:

a. Perumahan Berlian Residence

 Tidak Memiliki Taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan konstruksi yang
aman dari kecelakaan;
 Tidak Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi pejalan kaki, tidak
membahayakan pejalan kaki dan penyandang cacat,
 Tidak memiliki pagar pengaman,
 Tidak Memiliki penataan baik dari segi penghijauan, ,taman disetiap kavling rumah
 Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya; Berdasarkan analisis
dan survey langsung ke lokasi, antara lain sebagai berikut GSB terdapat di Perumahan berlian
residence kurang memadai karna sesuai dengan jumlah ukuran site ½ X jalan +1 = sesuai
dengan data lokasi luasan jalan Harapan Pasti Medan 5 m Berdasarkan analisis dan survey
langsung ke lokasi, diambil kesimpulan , antara lain sebagai berikut :
 Kondisi fisik perumahan yang kurang tertata tidak adanya penghijauan atau pohon hias di
sekitar kavling rumah atau pada site perumahan tersebut
 Tidak adanya penunjuk arah atau tanda rambu pada perumahan
 GSB terdapat di Perumahan berlian residence kurang memadai karna sesuai dengan jumlah
ukuran site ½ X jalan +1 = sesuai dengan data lokasi luasan jalan Harapan Pasti Medan 5 m
 Drainase berupa parit- parit kecil kurang memadai
 Kurangnya fasilitas pendukung lainnya
 Tidak Memiliki Taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan konstruksi yang
aman dari kecelakaan;
 Tidak Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi pejalan kaki, tidak
membahayakan pejalan kaki dan penyandang cacat,
 Tidak memiliki pagar pengaman,
 Lebar Jalan Pada Perumahan Berlian Residence 6 m, Tidak sesuai dengan kebutuhan standart
perumahan Berdasarkan analisis di perumahan berlian residence permasalahan – permaslahan
yang timbul tidak dipkirkan aspek-aspek atau persyaratan pembangunan perumahan yang
memenuhi persyaratan yang ada, dan hanya bersifat komersil tanpa mementingkan
kenyamanan, kesehatan, pada suatu tempat hunian perumahan.

b. Perumahan Sempurna Palace Terletak Pada kecamatan Medan Denai merupakan Kawasan
yang padat permukiman, perumahan ini berlokasi di jalan Air Bersih Medan, dengan lebar
jalan utama 5 m, Kondisi jalan utama 5 m , Penataan drainase yang kurang memadai. Terlihat
Permasalahan Yang Timbul pada akses pintu masuk dan keluar pada perumahan sempurna
palace, terdapat pamplet atau penanda suatu perumahan yang berada di dinding dan
ditempelkan pada dinding rumah pribadi warga. Akses pintu masuk dan keluar pada
perumahan sempurna palace dan terdapat fasilitas pos satpam pada perumahan sempurna
palace yang tidak tertata dan tidak fungsikan. Berdasarkan analisis dan survey langsung ke
lokasi, diambil kesimpulan, antara lain sebagai berikut :

c. Kondisi fisik perumahan tidak tertata dan dapat terlihat pada gambar diatas salah satu
permasalahan yang timbul pada perumahan sempurna palace pamplet perumahan tidak
menunjukkan cirri khas dari perumahan sempurna palace

d. Pamplet perumahan diletakkan pada dinding rumah pribadi warga atau tidak dibuat gapura
yang layak untuk menunjukkan ciri kha dari perumahan tersebut

e. Tidak adanya penunjuk arah atau tanda rambu pada perumahan

f. Tidak adanya Drainase Berupa ParitParit kecil

g. Kurangnya fasilitas pendukung lainnya

h. Fasilitas pos tidak digunakan dan difungsikan

i. Tidak Memiliki Taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan konstruksi yang
aman dari kecelakaan;
j. Tidak memiliki pagar pengaman, Berdasarkan analisis di perumahan sempurna palace
permasalahan – permaslahan yang timbul tidak dipikirkan aspek-aspek atau persyaratan
pembangunan perumahan yang memenuhi persyaratan yang ada, dan hanya bersifat komersil
tanpa mementingkan kenyamanan, kesehatan, pada suatu tempat hunian perumahan.

C. Perumahan Jasari Park Terletak Pada kecamatan Medan Denai merupakan Kawasan yang
padat permukiman, perumahan ini berlokasi di jalan Harapan Pasti medan, dengan kepadatan
penduduk yang cukup padat Terlihat pada gambar diatas kondisi fisik perumahan Jasari Park
yang tidak memadai, pada Ruas jalan utama digenangi air kotor, merupakan akses utama
masuk dalam ke area perumahan jasari park. Berdasarkan analisis dan survey langsung ke
lokasi, diambil kesimpulan, antara lain sebagai berikut :

a. Kondisi fisik perumahan tidak tertata dan dapat terlihat pada gambar diatas salah satu
permasalahan yang timbul pada perumahan jasari park tidak digunakan pavling block,
b. Pamplet perumahan tidak tertata dan sudah tidak layak digunakan
c. Kondisi fisik akses pintu masuk perumahan mengalami genangan air dan kotor
d. Tidak adanya Drainase Berupa ParitParit kecil
e. Kurangnya fasilitas pendukung lainnya
f. Fasilitas pos tidak digunakan dan difungsikan
g. Penataan rerumputan tidak memadai sehingga telah tumbuh tanaman liar
h. Penataan jaringan utilitas tiang listrik dan telepon tidak memadai
i. Tidak Memiliki Taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan konstruksi yang
aman dari kecelakaan; Berdasarkan analisis di perumahan jasari park permasalahan-
permasalahan yang timbul tidak dipikirkan aspek-aspek atau persyaratan pembangunan
perumahan yang memnuhi persyaratan yang ada, dan hanya bersifat komersil tanpa
mementingkan kenyamanan, kesehatan, pada suatu tempat hunian perumahan.
Perumahan Bumi Johor Sentosa Objek penelitian ini berada di komplek perumahan bumi johor
sentosa, Medan johor. dengan kepadatan penduduk yang cukup padat Kondisi fisik Perumahan
johor Budi Sentosa terdapat drainase atau parit pada ruas jalan utama pada kawasan Kecamatan
Medan johor yang mengalami banjir akibat kurang penataan dari pihak pemerintah maupun
Developer sehiungga air banjir masuk kedalam perumahn bumi johor sentosa dan mengganggu
aktifitas penghuni perumahan Berdasarkan analisis dan survey langsung ke lokasi, diambil
kesimpulan, antara lain sebagai berikut :
a. Kondisi fisik perumahan mengalami permaslahan yang sangat penting akibat adanya banjir
yang menggenangi perumahan dan mengganggu aktifitas penghuni maupun masyarakat

b. Drainase atau parit-parit pada badan ruas jalan utama tidak mampu mengalirkan air hujan
dan mengakibatkan banjir dan menggenangi jalan dan perumahan

c. Drainase pada perumahan tidak memadai dan banjir pada perumahan sehingga masuk
kedalam perumahan tersebut

d. Kurangnya fasilitas pendukung lainnya

e. Tidak Memiliki Taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan konstruksi
yang aman dari kecelakaan;

f. Berdasarkan analisis di perumahan Bumi Johor Sentosa permasalahanpermasalahan yang


timbul adalah dari drainase yang kurang memadai terlihat dari gambar diatas, akibat drainase
yang tidak wadah air karna hujan melimpah sehingga mengakibatkan banjir di ruas jalan utama
johor dan didalam perumahan bumi johor sentosa. Disamping itu pengelola perumahan tidak
mementingkan kenyamanan, kesehatan, pada suatu tempat hunian perumahan.

g. Berdasarkan beberapa analisis dan study kasus diatas, dapat disimpulkan bahwa masih
kurangnya fasilitas – fasilitas dan kekurangan dalam membangun suatu perumahan harus
dibenahi dan sesuai dengan standart dari pemerintahan atau berdasarkan disiplin ilmu yang
bersangkutan dan tugas bagi arsitek atau pengembang baik swasta maupun non swasta untuk
menyempurnakan pembangunan perumahan tersebut.

SIMPULAN

Dari hasil laporan diatas, maka kesimpulan yang diperoleh adalah, bagi para pengembang atau
pihak developer lebih memperhatikan aspek-aspek atau kriteria sebelum membangun atau
mendirikan suatu perumahan permukiman agar terciptanya fasilitas yang mewadahi bagi
pengguna atau pemakai perumahan, agar teciptanya suatu perumahan permukiman yang ideal
dari segi arsitektur dan juga aspek kesehatan.
Lokasi perumahan harus sesuai dengan rencana peruntukan lahan yang diatur dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) setempat atau dokumen perencanaan lainnya yang ditetapkan
dengan Peraturan Daerah setempat, dengan kriteria sebagai berikut:

Kriteria keamanan, dicapai dengan mempertimbangkan bahwa lokasi tersebut bukan


merupakan kawasan lindung (catchment area), olahan pertanian, hutan produksi, daerah
buangan limbah pabrik, daerah bebas bangunan pada area Bandara, daerah dibawah jaringan
listrik tegangan tinggi;

Kriteria kesehatan, dicapai dengan mempertimbangkan bahwa lokasi tersebut bukan daerah
yang mempunyai pencemaran udara di atas ambang batas, pencemaran air permukaan dan air
tanah dalam;

Kriteria kenyamanan, dicapai dengan kemudahan pencapaian (aksesibilitas), kemudahan


berkomunikasi (internal/eksternal, langsung atau tidak langsung), kemudahan berkegiatan
(prasarana dan sarana lingkungan tersedia);

Kriteria keindahan/ keserasian/ keteraturan (kompatibilitas), dicapai dengan penghijauan,


mempertahankan karakteristik topografi dan lingkungan yang ada, misalnya tidak meratakan
bukit, mengurug seluruh rawa atau danau/ setu/ sungai/ kali dan sebagainya;

Kriteria fleksibilitas, dicapai dengan mempertimbangkan kemungkinan pertumbuhan fisik/


pemekaran lingkungan perumahan dikaitkan dengan kondisi fisik lingkungan dan keterpaduan
prasarana;

Kriteria keterjangkauan jarak, dicapai dengan mempertimbangkan jarak pencapaian ideal


kemampuan orang berjalan kaki sebagai pengguna lingkungan terhadap penempatan sarana
dan prasarana-utilitas lingkungan; dan

Kriteria lingkungan berjati diri, dicapai dengan mempertimbangkan keterkaitan dengan


karakter sosial budaya masyarakat setempat, terutama aspek kontekstual terhadap lingkungan
tradisional/ lokal setempat.
DAFTAR PUSTAKA

Branch, C, Meilville, 1996, Perencanaan Kota Komprehensif, Yogyakarta, Indonesia;


BSNI (Badan Standart Nasional Indonesia), 03- 6967-2003/ Tentang Pedoman umum
penyelenggaraan Keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas (psu) Kawasan Perumahan
BSNI (Badan Standart Nasional Indonesia), 03- 6981-2004/Tata cara perencanaan lingkungan
perumahan sederhana tidak bersusun di daerah perkotaan
BSNI 03-6981-2004/Persyaratan umum system jaringan dan geometrik jalan perumahan
Data Arsitek, Neufert, Ernst, Jilid I-II
Gramedia, PT, 1992, Pedoman Umum Merancang Bangunan,Jakarta, Indonesia;
Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No.829/Menkes/SK/VII/1999)
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor : 34 /PERMEN/M/2006)
Rapoport, Amos. “Tentang asal-usul kebudayaan permukiman”. Karangan di: Pengantar
sejarah perencanaan perkotaan. Bandung. n.d. hlm 22.
Thamrin, Husni, 2012 “Pesatnya Pertumbuhan Perumahan Dan Permukiman Menimbulkan
Dampak Bagi Prasarana Dan Pengelompokan Hunian” Bahan Kuliah Jurusan Planologi,
Medan: Institut Teknologi Medan.
Untermand, Richard, and Small Robert, 1985, Site Planning for Clauster Housing, London:
Perseus;
UU NO. 1 TAHUN 2011/ Tentang Perumahan Dan Permukiman
UU No. 4 Tahun 1992/ Tentang Perumahan Dan Permukiman

Anda mungkin juga menyukai