Anda di halaman 1dari 62

UTS PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN

DOSEN PENGAMPU :

RUTH LAMTIUR SIBAGARIANG S.T., M.T

MAHASISWA :

FATIMAH SILABAN 19.184.0043

PROGRAM STUDI ARS -345 PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT SAINS TEKNOLOGI TD PARDEDE
2020/2021
CITRA KOTA MEDAN DI KAWASAN PAJAK IKAN LAMA

BAB 1
PENDAHULUAN

1.. Latar Belakang


Kota Medan memiliki beberapa bangunan heritage salah satunya di

kawasan Kesawan Medan dan sampai saat ini bangunan yang dibangun pada masa

penjajahan Belanda masih berdiri dan memiliki nilai sejarah. Bangunan yang

masih tetap berdiri sampai sekarang antara lain Gedung Londsum, Bangunan

Tjong A Fie, Restoran Tip-Top, Kantor Pos Besar Medan, Gedung Bank

Indonesia dan Hotel Dharma Deli.

Kesawan sebagai kota tua yang terletak di tengah kota Medan masih dapat

terlihat keberadaannya sampai sekarang ditambah lagi keberadaan Lapangan

Merdeka sebagai node untuk kawasan tersebut akan semakin menguatnya

kawasan tersebut untuk menjadi Landmark kota Medan. Selain itu kesawan

sebagai kota tua peninggalan penjajahan Belanda kondisinya kini sudah tak

terawat, bangunan-bangunan disekitar kawasan sudah mulai hancur dimakan

zaman karena tidak ada yang menjaga kelestariannya, ditambah lagi bangunan

yang di alih fungsikan menjadi restoran dan pertokoan.

Di sekitar kawasan kesawan terdapat juga Pajak Ikan Lama yang dulunya

merupakan pusat ekonomi dan bisnis Kota Medan, keberadaan

bangunanbangunan tersebut dipelopori oleh Tjong A Fie yang pada awalnya

memindahkan kegiatan bisnisnya dari daerah Labuhan Deli menjadi ke kota


Medan. Pajak Ikan Lama berlokasi di jalan Stasiun Kereta Api dan Perniagaan,

banyak sekali pedagang yang menjual pakaian, bakal kain dan buah tangan dari

Kota Medan. Dekatnya lokasi pasar dengan pusat kota membuat wisatawan lokal

maupun wisatawan asing dengan mudah menuju Pajak Ikan Lama. Akan tetapi

Pajak Ikan Lama memiliki tata letak tidak beraturan sehingga menimbulkan kesan

kumuh, ruas-ruas jalan yang seharusnya digunakan untuk berjalan kaki, disalah

fungsikan untuk parkir kendaraan yang berbelanja sehingga menimbulkan

kemacetan. Hal ini menyebabkan badan jalan semakin menyempit sehingga

berpotensi menyebabkan kemacetan.

Pajak Ikan Lama tidak kalah bersaing dengan pasar-pasar diluar negeri

seperti Malaysia (Petalling Street), Singapura (Kreta Ayer) dan Bangkok. Maka

dari itu perlu dilakukan sebuah revitalisasi agar Kawasan Pajak Ikan Lama lebih

tertata rapi.

Perlunya masyarakat setempat untuk menghidupkan kembali Pajak Ikan

Lama melihat potensi kawasan ini dikelilingi oleh bangunan-bangunan heritage

yang berada di jalan kesawan mulai dari bangunan Tip-Top, Londsum, Kantor Pos

dan Gedung Bank Indonesia. Kawasan Pajak Ikan Lama mulai beroperasi dari

pagi hingga sore hari, para pedagang dan pekerja sudah tampak sepi pada malam

hari sehingga pajak ikan lama tidak mempunyai aktifitas lagi, sedangkan kawasan-

kawasan di sekitar Pajak Ikan Lama seperti Lapangan Merdeka dan Kesawan terus

hidup sampai malam hari.

Perlunya revitalisasi kawasan Pajak Ikan Lama agar membuat kawasan

tampak hidup mulai dari pagi hingga malam hari, salah satu bentuk revitalisasi
yang dapat diterapkan yaitu dengan menata kawasan Pajak Ikan Lama sedemikian

rupa agar terlihat lebih menarik bagi para pengunjung.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam hal

ini adalah :

• Bagaimana mengungkap potensi keunikan atau kawasan kearifan tempat

di Pajak Ikan Lama Medan

• Bagaimana mengatasi kemacetan di kawasan Pajak Ikan Lama

• Bagaimana mengatasi masalah parkir di Kawasan Pajak Ikan Lama

• Bagaimana cara menata pedagang kaki lima agar tidak semrawut di

kawasan ini

• Bagaimana cara mengatasi kebersihan pada Pajak Ikan Lama

3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan

untuk mengatasi permasalahan yang ada. Perlunya mengungkap potensi yang ada

di kawasan ini agar dapat menjadi daya tarik bagi pengunjung. Apabila Pajak Ikan

Lama sudah dipadati pengunjung secara tidak langsung beberapa koridor jalan di

kawasan ini akan mengalami kemacetan dan secara tidak langsung parkir

kendaraan akan menjadi semrawut disetiap bahu jalan Pajak Ikan Lama. Selain

itu, dalam mengatasi permasalahan kebersihan perlu ditempatkan tong atau tempat
sampah yang memisahkan sampah basah dan sampah kering di setiap ruas jalan

dan diharapkan masyarakat tidak malas dalam membuang sampah pada

tempatnya.

BAB II

PEMBAHASAN

A. REVITALISASI KAWASAN SEKITAR PAJAK IKAN LAMA

1.a. Pengertian Revitalisasi

Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau

bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami

kemunduran/degradasi. Skala revitalisasi ada tingkatan makro dan mikro. Proses

revitalisasi sebuah kawasan mencakup perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan

aspek sosial. Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan

potensi lingkungan (sejarah,makna,keunikan lokasi dan citra tempat) (Danisworo,

2002). Revitalisasi sendiri bukan sesuatu yang hanya berorientasi pada

penyelesaian keindahan fisik saja, tapi juga harus dilengkapi dengan peningkatan

ekonomi masyarakatnya serta pengenalan budaya yang ada. Untuk melaksanakan

revitalisasi perlu adanya keterlibatan masyarakat. Keterlibatan yang dimaksud

bukan sekedar ikut serta untuk mendukung aspek formalitas yang memerlukan

adanya partisipasi masyarakat, selain itu masyarakat yang terlibat tidak hanya
masyarakat dilingkungan tersebut saja, tetapi masyarakat dalam arti luas (Laretna,

2002).

Dapat disimpulkan bahwa revitalisasi merupakan proses atau cara untuk

menghidupkan kembali suatu kawasan yang mulai mengalami kemunduran. Oleh

sebab itu, perlunya menerapkan kembali berbagai program kegiatan guna

memvitalkan suatu kawasan. Untuk menghidupkan suatu kawasan maka ditandai

dengan gejala-gejala sebagai berikut :

• Apresiasi budaya yang cukup tinggi dan suksesnya pelestarian kawasan

• Merupakan daerah kunjungan wisata dan merupakan pusat kegiatan budaya

yang terpelihara

• Bangunan yang ada tetap menyajikan ciri khas tradisional dan historis

kawasan.

• Lingkungan terawat dan nyaman

• Pelayanan infrastruktur yang baik

• Tersedia ruang publik dan pedestrian yang menjadi ruang aktifitas publik

• Masuknya penghuni baru di kawasan tersebut

• Besarnya minat berinvestasi baik swasta maupun masyarakat (Rido Martari,

2004)

2.a. Revitalisasi Urban Retrofitting

Retrofitting adalah pendekatan revitalisasi yang berbasis sustanble

development. Model ini memanfaatkan potensi lingkungan (sejarah, makna,

keunikan lokasi dan citra tempat) dengan penekanan terhadap penggalian potensi

kearifan lokal. Urban retrofitting mempunyai konsep adanya pinggiran kota yang
mulai menua dan ditinggalkan oleh masyarakat, bangunan- bangunan yang sudah

kadaluarsa yang terdapat di sepanjang area pinggiran kota (Durhamjones, 2009).

Tujuan retrofitting adalah meningkatkan konektivitas lokal, meningkatkan

kesehatan publik dan meningkatkan ruang-ruang hijau yang ada pada kawasan.

Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam meretrofitting suatu kawasan

adalah:

• Mengidentifikasi wilayah dimana kita akan beroperasi.

• Menggambarkan hal-hal yang penting dan memperbaiki area-area

yang dijaga kelestariannya.

• Mengidentifikasi tempat-tempat yang ingin di revitalisasi.

• Mengidentifikasi tempat wisata untuk dikunjungi

• Membuat peta kawasan yang ingin di revitalisasi

2.a.1 Pendekatan Dalam Revitalisasi

Pada dasarnya dapat dikatakan bahwa revitalisasi adalah upaya untuk

memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup,

akan tetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi. Untuk itu, revitalisasi dapat

dikatakan sebagai salah satu pendekatan dalam meningkatkan vitalitas suatu kawasan

kota yang bisa berupa:

• Penataan kembali pemanfaatan lahan dan bangunan;

• Renovasi kawasan maupun bangunan-bangunan yang ada, sehingga dapat

ditingkatkan dan dikembangkan nilai ekonomis dan sosialnya;

• Rehabilitasi kualitas lingkungan hidup


• Peningkatan intensitas pemanfaatan lahan dan bangunannya.

B.. TEORI LYNCH – IMAGE OF CITY

Teori ini mempelajari tentang fisik yang terlihat maupun yang memiliki

makna sosial dalam suatu kawasan tertentu, fungsi, sejarah atau bahkan dari

namanya. Teori ini akan mengulas tentang persoalan bentuk yang terlihat dan

diambil bahwa dalam bentuk desain yang sebenarnya harus digunakan untuk

memperkuat makna dan tidak meniadakan suatu makna yang sudah ada sebelum

Metode pengamatan/Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang

paling diutamakan. Pengamatan /Observasi adalah suatu tindakan untuk memilih

suatu gejala (Tingkah laku ataupun peristiwa) dengan cara mengamati kawasan

penelitian. Data yang diperoleh didapat memalui hasil pengamatan yang dilakukan

untuk melihat secara langsung aktivitas di kawasan Pajak Ikan Lama.

Citra fisik sebuah kota atau sebuah kawasan dapat dilihat dan

diklarifikasikan ke dalam lima jenis elemen yaitu, pahts, edges, districs, nodes,

Landmark dan activity.

1.path

Path merupakan rute-rute sirkulasi yang biasanya digunakan orang untuk

melakukan pergerakan umum yakni jalan, gang-gang utama, jalan transit, lintas

kereta api, saluran dan sebagainya. Path mempunyai identitas yang lebih baik
kalau memiliki tujuan yang besar, misalnya pohon, fasade dan lain-lain atau bisa

juga berupa belokan yang jelas.

Path adalah elemen yang paling penting dalam citra kota. Kevin Lynch

menemukan dalam risetnya bahwa jika identitas elemen ini tidak jelas, maka

kebanyakan orang meragukan citra kota secara keseluruhan.

Path ini akan terdiri dari eksternal akses dan internal akses, yaitu jalan-jalan

penghubung antar kota dengan wilayah lain yang lebih luas. Jaringan jalan adalah

pengikat dalam suatu kota, yang merupakan suatu tindakan dimana kita menyatukan

semua aktifitas dan menghasilkan bentuk fisik suatu kota (Lynch, 1960:96).

Gambar 2.5
Contoh Path( Ilustrasi elemen path )
Sumber: internet ( Kevin Lynch, 1960 )

2. Edge (Tepian)

Edge adalah elemen linear yang tidak dipakai atau dilihat sebagai path.

Edge berada pada batas antara dua kawasan tertentu dan berfungsi sebagai

pemutus linear misalnya pantai, tembok, batasan antara lintasan kereta api,

topografi dan sebagainya. Edge lebih bersifat sebagai referensi dari pada elemen

sumbu yang bersifat koordinasi (linkage). Edge merupakan pengakhiran dari


sebuah district atau batasan sebuah district dengan yang lainnya. Edge memiliki

identitas yang lebih baik jika kontinuitas tampak jelas batasnya. Demikian pula

fungsi batasnya harus jelas: membagi atau menyatukan (Lynch, 1960:99).

Gambar 2.6
Contoh Edge( The Lake Front of Chicago )
Sumber: Internet ( Kevin Lynch, 1960 )

3. District (Kawasan)

District merupakan kawasan-kawasan kota dalam skala dua dimensi.

Sebuah kawasan district memiliki ciri khas yang mirip (bentuk, pola dan wujudnya) dan

khas pula dalam batasnya, dimana orang merasa harus mengakhiri atau memulainya.

District dalam kota dapat dilihat sebagai referensi interior maupun eksterior. District

mempunyai identitas yang lebih baik jika batasnya dibentuk dengan jelas tampilannya dan

dapat dilihat homogen, serta fungsi dan posisinya jelas (introver/ekstrover atau berdiri

sendiri atau dikaitkan dengan yang lain) (Lynch, 1960:103).


Gambar 2.7
Contoh District ( The Market Area)
Sumber: Internet ( Kevin Lynch, 1960 )

Gambar 2.8
Contoh District ( Bunker Hill )
Sumber: Internet ( Kevin Lynch, 1960 )
4.. Landmark

Landmark merupakan titik referensi elemen node, tetapi orang tidak masuk

kedalam nya karena bisa diliat dari luar letaknya. Landmark adalah elemen

eksternal dan merupakan bentuk visual yang menonjol dari kota, misalnya

gunung atau bukit, gedung tinggi, menara, tempat tinggi, tempat ibadah, pohon

tinggi dan sebagainya. Landmark adalah elemen penting dari bentuk kota karena

membantu orang untuk mengorientasikan diri di dalam kota dan membantu

orang mengenali suatu daerah. Landmark mempunyai identitas yang lebih baik

jika bentuknya jelas dan unik dalam lingkungannya, dan ada sekuens dari

beberapa landmark (merasa nyaman dalam orientasi), serta ada perbedaan skala

masing-masing (Lynch, 1960:101)

Gambar 2.9
Contoh Landmark (The Piazza San Marco. Venice ) Sumber: Internet
( Kevin Lynch, 1960 )
5.Node (Simpul)

Node merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis dimana arah dan

aktifitasnya saling bertemu dan dapat diubah ke arah atau ke aktifitas lain,

misalnya persimpangan lalu lintas, stasiun, lapangan terbang, jembatan, kota

secara keseluruhan dalam skala makro (besar), pasar, taman, square dan

sebagainya. Node adalah satu tempat dimana orang memiliki perasaan “ masuk“

dan “keluar” di dalam tempat yang sama. Node mempunyai identitas yang lebih

baik jika tempatnya memiliki bentuk yang jelas karena lebih mudah diingat serta

tampilan berbeda dari lingkungannya (Lynch, 1960:103).

Gambar 2.10
Contoh Nodes ( Washington and Summer Streets )
Sumber: Internet ( Kevin Lynch, 1960
1.B.. Tabel Indikator

No Elemen Citra Indikator Teori Kevin Lynch, 1960


Kota
1 Paths Jalur Sirkulasi • Rute sirkulasi yang digunakan untuk
melakukan pergerakan secara umum.
• Path merupakan jalur yang digunakan untuk
bergerak atau berpindah tempat
• Jalur sirkulasi yang digunakan oleh orang
untuk melakukan pergerakan.
Contoh: seperti jalan, lintasan kereta api,
gang-gang utama, dan sebagainya.Serta
ada penampakan yang kuat (misalnya
pohon) atau ada belokan yang jelas.

2 Edge Pembatas ruang • Edges membedakan antara wilayah yang satu


atau tempat dengan wilayah yang lainnya
• Batas atau pengakhiran antara dua
kawasan yang berfungsi sebagai pemutus
linier
Contoh: Daerah permukiman yang dibatasi
oleh sungai, daerah pertokoan dibatasi oleh
gerbang- tol menuju tempat parkir, atau
pagar lapangan golf yang luas membatasi
wilayah perindustrian terhadap wilayah
permukiman.

3 Node Pertemuan jalur • Simpul atau lingkaran daerah strategis


sirkulasi dimana arah atau aktifitasnya saling
bertemu dan dapat di ubah kearah atau
aktifitas lainnya
• Sebuah pusat aktivitas, atau pusat orientasi
pengendara.
• Merupakan perempatan atau pertigaan

Contoh: Persimpangan lalu lintas, taman,


square dan lain sebagainya
4 Distrik Kawasan atau • Sebuah kawasan yang memiliki ciri khas
wilayah yang mirip ( bentuk, pola dan wujudnya )
dan khas pula dalam batasnya, dimana
orang harus mengakhiri atau
memasukinya.
• Wilayah homogen yang berbeda dari wilayah
lain.
• Suatu bagian kota yang mempunyai karakter
atau aktifitas khusus yang dapat dikenali
oleh pengamatnya.
Contoh: Pusat perdagangan ditandai oleh
bangunan- bangunan bertingkat dengan
lalu lintas yang padat serta kawasan
khusus atau bersejarah yang terdiri dari
sekumpulan bangunan-bangunan kuno
atau bersejarah.

5 Landmark Penanda suatu • Simbol yang menarik secara visual dengan


wilayah sifat penempatan yang menarik perhatian.
Landmark mempunyai bentuk yang unik
serta terdapat perbedaan skala dalam
lingkungannya.
• Elemen eksternal yang merupakan bentuk
visual yang menonjol dari Kota. Landmark
adalah elemen penting dari bentuk kota
karena membantu orang untuk
mengorientasikan diri didalam kota dan
membantu orang mengenali suatu daerah.
Contoh: Seperti tugu, menara, gedung tinggi
dan sebagainya.
Sumber: Jurnal

2.B. Street Market (Pedagang Kaki Lima )

Menurut (McGee dan Yeung, 1977) PKL didefinisikan sebagai orang- orang yang

menjajakan barang dan jasa untuk dijual di tempat yang merupakan ruang untuk
kepentingan umum, terutama di pinggir jalan dan trotoar. Istilah kaki lima diambil

dari pengertian tempat di tepi jalan yang lebarnya lima kaki (5 feet). Tempat ini

umumnya terletak ditrotoar, depan toko dan tepi jalan.

2.B.1. Contoh Street Market (Pedagang Kaki Lima)

Gambar 2.11
Contoh Street Market (Kondisi PKL di Lorong Tuanku Abdul Rahman, Malaysia )
Sumber: Internet
Gambar 2.13
Contoh Street Market ( Indonesia )
Sumber: Internet

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian terletak diantaraJalan Kereta Api, Jalan Ahmad Yani 3

dan Jalan Perniagaan, Kecamatan Medan Barat,Sumatera Utara. Pajak Ikan Lama

merupakan salah satu pasar tekstil terbesar di Kota Medan. Lokasinya yang

terletak di jantung Kota Medan membuat pajak ikan lama ramai dikunjungi dari

pagi hingga sore hari.

Berdasarkan Gambar 3.1. batas - batas wilayah penelitian ini sebagai

berikut:

• Sebelah utara berbatasan dengan Jln Pulau Pinang.

• Sebelah selatan berbatasan dengan Jln Palang Merah.

• Sebelah barat berbatasan dengan Jln Balai Kota.


• Sebelah timur berbatasan dengan Jln Irian Barat.

Gambar 3.1. Kawasan Penelitian

3.2. Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini memakai metode kualitatif . Metode kualitatif disebut

juga sebagai metode artistik karena proses penelitiannya lebih bersifat seni

(kurang terpola) dan disebut sebagai metode interpretive karena data hasil

penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di

lapangan. (Sugiyono, 2013:8)

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengalaman berdasarkan

keadaan yang ada pada periode saat penelitian dilakukan. Data-data yang-yang
dihasilkan menggunakan pengamatan langsung pada lokasi penelitian dan juga

melakukan wawancara kepada para pedagang maupun wisatawan.

3.3. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel

merupakan sebagai atribut seseorang atau objek yang mempunyai variasi antara

satu orang dengan orang yang lain atau satu objek ke objek yang lain. (Sugiyono,

2013:38)

Table 3.1.
Variabel Penelitian
No. Variabel Penelitian Metode Pengumpulan
Data
1. Apa yang menjadi daya tarik pajak ikan Pengamatan dan
lama Dokumentasi
2. Ketersediaan ruang terbuka Pengamatan dan
Dokumentasi
3. Kebutuhan Parkir Pengamatan dan
Dokumentasi
4. Lokasi untuk menerapkan Street Market Pengamatan dan
Dokumentasi
5. Menghubungkan kawasan Pajak Ikan Pengamatan dan
Lama dengan kawasan sekitar Dokumentasi
Sumber: Olah Pribadi
3.4. Metoda Analisis Data

Metoda analisis data yang digunakan selama penelitian ini berupa

datadata yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif yaitu

metode penelitian menggunakan data hasil penelitian berkenaan dengan

interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan (Sugiyono, 2013:7).

Metode ini dijelaskan lebih rinci sehingga menjadi penelitian deskriptif.

Kutipan-kutipan yang ada didalam penulisan dan hasil pengamatan yang diperoleh

selama di lapangan sejauh mungkin ditampilkan untuk mendukung analisis yang

disampaikan, sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari hasil

penelitian.

Penelitian juga menggunakan data primer dan data sekunder untuk

mendapatkan hasil yang lebih baik.

BAB IV GAMBARAN KAWASAN

4.1 Jalan Kereta Api

Jalan Kereta Api merupakan jalan utama jika kita menuju Pajak Ikan

Lama. Jalan ini dipadati kendaraan roda empat, roda dua maupun roda 3 dari pagi

hingga sore hari. Lebar badan jalan ± 8 meter dan pedestrian ± 1,5 meter. Kondisi

pedestrian di kawasan ini juga kurang terawat, masih banyak terlihat paving block

yang retak dan bolong sehingga dapat mengganggu pejalan kaki. Selain itu
lebarnya pedestrian di salah fungsikan oleh masyarakat, pedestrian seharusnya

jalur bagi pejalan kaki kini terlihat menjadi parkir kendaraan bagi masyarakat,

terlihat kendaraan roda dua dan becak parkir di bahu jalan Kereta Api sehingga

menyebabkan kepadatan kendaraan di kawasan ini dan menjadikan kawasan ini

terlihat kurang tertata.

Gambar 4.1.1
Parkir dan Sirkulasi Kendaraan Jln. Kereta Api Sumber:
Observasi, 2021

Gambar 4.1.2
Kondisi kawasan di Jln. Kereta Api
Sumber: Observasi, 2021
Sirkulasi kendaraan yang berada di Jln. Kereta Api termasuk padat karena

kendaraan pribadi dan kendaraan umum memakai jalan ini untuk kegiatan sehari-hari. Di

sepanjang koridor terlihat bangunan bersejarah yang memiliki ketinggian 2-3 lantai,

sekarang di fungsikan untuk kios para penjual kain dan oleh-oleh dari Medan.

4.2. Jalan Perniagaan

Jalan Perniagaan merupakan lokasi jalan yang paling dekat menuju Pajak Ikan Lama,

lokasi jalan yang berdekatan dengan Jln. Ahmad Yani 3 membuat jalan ini ramai dilalui

oleh kendaraan dan pejalan kaki. Di sepanjang koridor Jalan Perniagaan memiliki lebar

jalan ± 8 meter dan mempunyai pedestrian ± 1,5 meter.

Gambar 4.2.1
Sirkulasi Kendaraan di Jalan Perniagaan
Sumber: Observasi, 2021

Kondisi kawasan Jalan Perniagaan terlihat becek pada saat hujan dapat terlihat pada

gambar 4.2.1 jalan ini tergenang air dan terdapat dedaunan sampah di sekitarnya. Hal
ini dikarenakan tersumbatnya pipa pembuangan air ke parit sehingga air tidak merata

masuk ke parit dan menjadikan kawasan tergenang air.

Gambar 4.2.2
Parkir Kendaraan Jalan Perniagaan
Sumber: Observasi, 2021

Sirkulasi kendaraan yang ada di Jln. Perniagaan terlihat semrawut karna tidak ada

fasilitas parkir yang tersedia di kawasan Pajak Ikan Lama, hal ini mengakibatkan

pedagang dan pembeli memarkirkan kendaraan roda dua di bahu jalan kawasan ini. Untuk

parkir kendaraan roda empat masih memakai badan jalan dengan sudut kemiringan parkir

45º. Selain itu, marka jalan pada kawasan Perniagaan sudah mulai memudar. Pentingnya

marka jalan bagi masyarakat yg melewati kawasan ini demi keselamatan bersama

berkendara baik itu kendaraan roda dua maupun roda empat. Bentuk marka jalan antara

lain garis membujur, garis melintang, garis serong atau bisa pula berbentuk tanda.
Gambar 4.2.3
Pedagang kaki lima (Menggunakan Meja)
Sumber: Observasi, 2021

Pedagang kaki lima yang berada di Jln. Perniagaan banyak menggelar barang

dagangannya di trotoar jalan. Di kawasan ini terdapat beragam macam pedagang kaki

lima, barang dagangan yang dijual berupa kerupuk kulit, buah-buahan, dan aneka

gorengan. Kegiatan PKL ini biasanya menempati ruang-ruang publik (trotoar, taman, dan

pinggir badan jalan,) yang mengakibatkan ruang publik tersebut tidak dapat dimanfaatkan

oleh penggunanya dengan baik sesuai fungsinya. Hal ini membuat terganggunya kegiatan

di kawasan Pajak Ikan Lama akibat berkembangnya kegiatan pedagang kaki lima yang

tidak tertata.
Pedagang kaki lima seperti gambar 4.5 merupakan pedagang kaki lima yang

menggelar barang dagangannya menggunakan meja saja, selain itu barang dagangan juga

di tempatkan di atas trotoar jalan maupun di gantung pada dinding bangunan. Waktu

berdagang pedagang kaki lima mulai dari pukul 08:00 – 18:00, jenis dagangan yang di

jual berupa berbagai macam olahan kerupuk,mulai dari kerupuk biasa sampai kerupuk

kulit.
Gambar 4.2.4
Pedagang kaki lima (Menggunakan Gerobak)
Sumber: Observasi, 2021

Pada gambar 4.2.4 pedagang berjualan di belakang bangunan Tjong A Fie,

pedagang kaki lima menggelar barang dagangan dengan menggunakan gerobak sorong

dan payung untuk peneduh si penjual. Waktu berdagang pedagang kaki lima mulai dari

pukul 08:00 – 18:00, barang dagangan yang dijual berupa buah-buahan segar. Pedagang

kaki lima menggunakan pedestrian jalan untuk berjualan sehingga mengganggu sirkulasi

untuk pejalan kaki.

Gambar 4.2.5
Pedagang kaki lima (Menggunakan keranjang)
Sumber: Observasi, 2017
Pada gambar 4.2.5 pedagang kaki lima menggelar barang dagangan menggunakan

keranjang dan beberapa plastik saja, ini karena pedagang berjualan dengan cara berpindah

dari kawasan satu ke kawasan lain bergantung kepada keramaian pengunjung di suatu

kawasan. Waktu berdagang mulai dari pukul 12:00 – 18:00, dagangan yang di jual

merupakan mie pecal dan berbagai macam kerupuk sebagai pelengkapnya.

Gambar 4.2.6
Pedagang kaki lima (Menggunakan meja dan keranjang)
Sumber: Observasi, 2021

Pada gambar 4.2.6 pedagang kaki lima jualan menggunakan meja dan bangku serta

payung untuk menghindari si penjual dari paparan sinar matahari. Waktu berdagang mulai

dari pukul 08:00-18:00, barang dagangan yang di jual berupa aneka macam buah dan

berbagai macam kerupuk kulit. Terlihat ramai pembeli disini karena merupakan jalur yang

sering di lewati pembeli untuk ke Pajak Ikan Lama, dari koridor ini juga pembeli bisa

terhubung ke Jalan Ahmad Yani 3.

4.3. Jalan Ahmad Yani 3


Sepanjang kawasan ini merupakan bangunan ruko 2-3 lantai. Bangunan ruko ini

difungsikan sebagai tempat komersil, terdapat pedagang kaki lima yang menjual bakal

kain dan pakaian siap pakai. Lebar badan jalan kawasan Ahmad Yani 3 ± 6 meter dan

lebar pedestrian kawasan ini ±1,5 meter, kondisi sirkulasi di koridor ini terlihat semrawut.

Pada Jalan Ahmad Yani 3 tidak terdapat fasilitas parkir, kendaraan roda dua parkir di

badan jalan koridor sehingga menyebabkan sempitnya badan jalan yang ada di kawasan

ini. Selain itu, terdapat loading lockdi kawasan Ahmad Yani 3. Kios-kios yang kehabisan

stok pakaian langsung di antar memakai mobil box, tidak terdapat fasilitas loading lock

pada mobil box sehingga kawasan ini terlalu padat dengan kendaraan roda dua maupun

roda empat.

Gambar 4.3.1
Koridor Jalan Ahmad Yani 3
Sumber: Observasi, 2021
Kondisi Jalan Ahmad yani 3 terlihat tidak tertata, dilihat dari marka jalan yang

sudah mulai memudar, pentingnya marka jalan yaitu demi keselamatan masyarakat dalam

berkendara baik itu kendaraan roda empat maupun roda dua. Selain itu, dilihat dari

gambar 4.8 kondisi alat pembatas kecepatan juga mulai hancur, ketinggian pembatas jalan

dengan trotoar sudah mulai sama. Fungsi pembatas kecepatan yaitu sebagai pertanda bagi

pengendara untuk memperlambat laju kecepatan kendaraan.

Gambar 4.3.2
Bangunan Heritage di Jalan Ahmad Yani 3
Sumber: Observasi, 2021
Banyak sekali bangunan tempo dulu atau heritage pada kawasan Pajak Ikan

Lama salah satunya yang terletak di Jalan Ahmad Yani 3, bangunan ini di fungsikan

sebagai tempat usaha penjual pakaian dan di lantai dua sebagai tempat tinggal.

Bangunan ini diapit oleh beberapa ruko yang menjulang tinggi sehingga terlihat

perbedaan ketinggian pada masa bangunan masing-masing.

4.4. Jalan Pembelian

Sepanjang bangunan ini merupakan bangunan ruko 2-3 lantai, banyak terdapat bangunan

ruko yang di fungsikan untuk perdagangan. Di kawasan ini tidak banyak pedagang
membuka usaha dikarenakan beberapa bangunan yang mulai tak terawat dan kawasan

jalan yang sempit. Tidak ada area parkir di kawasan ini, pedagang dan pembeli

memarkirkan kendaraan mereka di bahu jalan sehingga membuat jalanan ini menjadi

sempit.

Gambar 4.4.
Parkir dan Sirkulasi Kendaraan Jln. Pembelian
Sumber: Observasi, 2021

4.5. Jalan Ahmad Yani 6

Jalan Ahmad Yani 6 tidak jauh berbeda dengan jalan-jalan yang lainnya di daerah

Pajak Ikan Lama. Kondisi Jalan Ahmad Yani 6 termasuk yang bersih dibanding jalan yang

lainnya. Hal ini dapat dibuktikan dari foto yang ada dibawah.
Gambar 4.5.
Sirkulasi Kendaraan di Jln. Ahmad Yani 6
Sumber: Observasi, 2021

Jalan Ahmad Yani terdiri dari ruko-ruko yang lebih menyerupai satu dengan

lainnya. Kebanyakan ruko-ruko yang ada di jalan ini terdiri dari 3 lantai. Sirkulasi

kendaraan di Jln. Ahmad Yani 6 ramai pada jam-jam tertentu seperti di saat jam buka

toko-toko di pagi hari hingga siang menjelang sore. Pada saat sore hari, jalanan sudah

mulai sepi walaupun beberapa toko masih buka seperti butik baju dan toko kain.

4.6. Jalan Ahmad Yani

Jalan Ahmad Yani terletak di samping Jalan Perniagaan. Kondisi Jalan Ahmad

Yani bersih dan terawat diantara jalan yang lainnya. Hal ini dikarenakan karena jalan ini

termasuk daerah wisata baik itu bangunannya maupun kulinernya. Terlihat Restoran Tip

Top, Bangunan Tjong A Fie dan lainnya. Bahkan jika diteruskan akan dijumpai
gedunggedung lama seperti gedung Lonsum, Bank Indonesia, Kantor Pos dan Lapangan

Merdeka sebagai ikon kota Medan.

Gambar 4.6.1
Sirkulasi Kendaraan di Jln. Ahmad Yani
Sumber: Observasi, 2021

Sirkulasi kendaraan di Jalan. Ahmad Yani termasuk macet di jam-jam tertentu,

kawasan ini terlihat macet apabila pagi hari ketika orang-orang mulai melakukan aktivitas

dan sore hari ketika orang-orang mulai pulang dari aktivitas. Badan jalan kawasan Ahmad

Yani juga terlihat lebar sehingga memudahkan kendaraan untuk berlalu lalang.
Gambar 4.6.2. Parkiran kendaraan di jalan Ahmad Yani

Sumber : observasi 2021

Sirkulasi parkir di Jalan. Ahmad Yani terlihat tidak tertata hanya saja badan jalan yang

lebar mampu menampung kendaraan pedagang dan pembeli. Kendaraan yang parkir di

bahu jalan berupa mobil dan kendaraan beroda dua. Trotoar jalan juga kerap kali

digunakan untuk parkir kendaraan beroda dua sehingga jalanan ini terlihat cukup

semrawut.

4.7. Jalan Guang Zou

Jalan Guang Jou terletak di antara Jalan Pembelian dan Jalan Ahmad Yani 6, jalan ini

sering di padati kendaraan roda empat maupun roda dua dari pagi hingga sore hari. Jalan

ini jarang sekali terlihat orang memarkirkan kendaraannya karena Jalan Guang Zou tidak

banyak di padati toko-toko yang menjual bakal kain dan sebagainya.


Gambar 4.7 Sirkulasi Kendaraan di Jln. Guang Jou

Sumber: Observasi, 2021

Sirkulasi kendaraan di Jalan. Guang Jou terlihat padat pada jam-jam tertentu, hal

ini dikarenakan kesibukan masyarakat berlalu lalang di kawasan ini, badan jalan yang

lebar membuat kawasan ini tidak terlalu menimbulkan kemacetan. Parkir kendaraan yang

ada di Jalan Guang Jou tidak terlihat begitu semrawut tidak banyak kendaraan beroda

empat maupun beroda dua untuk memarkirkan kendaraannya di kawasan ini. Hal ini

menjadikan kawasan Guang Jou terlihat lenggang dan tidak macet pada jam-jam tertentu.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Image Of The City

Menurut Kevin Lynch (1960), citra kota dapat dilihat berdasarkan lima elemen yaitu

:Node, Edge, Path, District, dan Landmark. Peneliti melakukan penelitian di kawasan

Pajak Ikan Lama, Medan. Sesuai dengan yang disebut Kevin Lynch, maka peneliti akan

melakukan pembahasan berdasarkan kepada metode yang telah ditentukan sebelumnya

yaitu metode observasi yang didukung dari pengumpulan data sekunder dan data primer.

Pembahasan tersebut diharapkan dapat menggambarkan citra dari koridor Jalan

Perniagaan beserta elemen pembentuknya yaitu Paths, Nodes, Edges, District dan

Landmark yang dijelaskan lebih lanjut di bawah ini.

5.1.1. Edge

Gambar: 5.1
Peta kawasan elemen edge
Sumber: Observasi, 2021
Lynch (1960) menyatakan bahwa edge merupakan pembatas antar daerah. Pada

koridor Jalan Perniagaan terdapat pembatas yang memisahkan antara pedestrian dengan

badan jalan. Pedestrian dengan badan jalan juga pembatas antara dua kegiatan yang

berbeda, pedestrian bertujuan untuk jalur pejalan kaki yang ingin berbelanja di kawasan

Pajak Ikan Lama sedangkan badan jalan bertujuan untuk jalur sirkulasi berkendara.

Edges berada pada batas antara dua kawasan tertentu dan berfungsi sebagai

pemutus linear. Edges merupakan penghalang walaupun kadang-kadang ada tempat

untuk masuk. Edges juga merupakan pengakhiran dari sebuah district yang lebih baik

jika tampak jelas batasnya. Demikian pula fungsi batasnya harus jelas membagi atau

menyatukan. Edges juga merupakan elemen linier yang dikenali manusia pada saat dia

berjalan, tapi bukan merupakan jalur/ paths. Batas bisa berupa pantai, dinding, deretan

bangunan, atau jajaran pohon/ landscape. Batas juga bisa berupa antara badan jalan

dengan pedestrian, Fungsi dari elemen ini adalah untuk memberikan batasan terhadap

suatu area dalam menjaga privasi dan identitas kawasan, meskipun pemahaman elemen

ini tidak semudah memahami path.

Gambar 5.2
Elemen Edges di jalan Perniagaan
Sumber: Observasi, 2021
Seperti pada gambar 5.2 di Jl. Perniagaan terdapat pembatas antara pedestrian dan

badan jalan masih berfungsi dengan baik dilihat tidak ada pembatas yang rusak pada

koridor ini. Kondisi koridor jalan ini digunakan untuk parkir kendaraan roda dua maupun

roda empat, selain itu ada juga para pedagang yang berjualan di bahu jalan kawasan ini.

Selain itu, banyak parkir kendaraan roda dua tepat di depan toko-toko sehingga hal ini

membuat hak pejalan kaki terganggu untuk melewati koridor pada kawasan tersebut.

Kondisi pedestrian di kawasan ini juga terlihat memiliki beberapa lubang yang cukup

mengganggu sehingga pejalan kaki yang melewati kawasan ini lebih memilih jalan yang

tidak berlubang.

Gambar 5.3
Elemen Edges di jalan Perniagaan
Sumber: Observasi, 2021

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, bahwa di kawasan ini memiliki cukup

banyak lubang-lubang di pedestrian, Akan tetapi, di beberapa titik pedestrian yang

berlubang sudah diperbaiki. Selain itu, parkir kendaraan roda dua tidak terlihat dan lebih

rapi serta lebih nyaman bagi para pejalan kaki.


Gambar 5.4
Elemen Edges di jalan Perniagaan
Sumber: Observasi, 2021
Pada pembatas antara pedestrian dengan badan jalan terdapat lubang saluran air

yang berfungsi sebagai jalur air hujan menuju selokan untuk mencegah terjadinya banjir.

Namun terlihat pada gambar 5.3 banyaknya sampah yang menutupi saluran air pada

kawasan ini.Menurut hasil penelitian elemen edges yang ada di Jalan Perniagaan sudah

cukup baik tetapi warna cat pembatas jalan terlihat sudah mulai pudar. 5.1.2. Landmark

Gambar:5.5
Peta kawasan elemen Landmark Sumber:
Observasi 2021

Landmark merupakan salah satu elemen yang juga dapat digunakan sebagai alat

orientasi bagi masyarakat, karena posisi elemen tersebut dapat dengan mudah diketahui.

Landmark bisa juga disebut sebagai ikon atau ciri khas suatu kota atau kawasan. Elemen

ini umumnya di definisikan sebagai bangunan, penanda, toko atau gunung. Disekitar

kawasan Pajak Ikan Lama terdapat 3 landmark yaitu Bangunan Tjong A Fie, Gedung

Londsum dan Lapangan Merdeka.

Gambar 5.6
Elemen Landmark jalan Perniagaan (Tjong A Fie)
Sumber: Observasi, 2021
Gambar 5.7
Elemen Landmark di jalan Ahmad Yani (Tjong A Fie)
Sumber: Observasi, 2021

Bangunan Tjong A Fie merupakan bangunan peninggalan sejarah yang berada di

antara Jalan perniagaan dan Jalan Ahmad Yani, bangunan ini adalah salah satu bentuk

fisik sebuah penanda di kawasan ini. Bangunan ini dulunya adalah sebuah rumah milik

keluarga pengusaha ternama di Kota Medan, bahkan hingga sekarang pun generasi

penerusnya masih menempati kediaman Tjong A Fie tersebut. Rumah ini merupakan

bangunan yang didesain dengan gaya arsitektur Tionghoa, Eropa, Melayu dan Art Deco

sehingga membuat sangat berbeda dengan bangunan lain disekitar nya.


Gambar 5.8
Elemen Landmark di jalan Perniagaan (Londsum)
Sumber: Observasi, 2021

Gedung Londsum merupakan bangunan bersejarah peninggalan kolonial Belanda yang

menjadi salah satu ikon kota Medan. Gedung Londsum dibangun dengan Lima Lantai dan

secara keseluruhan gedung ini berwarna putih. Bentuk Gedung Lonsum bergaya dan

mirip rumah-rumah di London pada abad 18-19. Model arsitekturnya pun dipengaruhi

gaya Eropa seperti yang terlihat pada bentuk jendela di sisi kiri dan sisi kanan. Sementara

gaya arsitektur kolonial Belanda terlihat dari bentuk jendela panjang dan lebar plus

tiangtiang tangga besar di depan pintu masuk.


Gambar 5.9
Elemen Landmark di jalan Pulau Pinang (Lapangan Merdeka)
Sumber: Observasi, 2021

Lapangan merdeka merupakan alun-alun di kota Medan, letaknya di kawasan Jalan

Ahmad Yani tepat di pusat kota dan merupakan titik nol Kota Medan seperti yang

ditetapkan pemerintah Kota Medan. Lapangan Merdeka mudah dikenal karena ruang

terbuka yang menjadikannya dominan di banding bangunan lain sehingga lapangan

merdeka menjadi salah satu ciri khas kota Medan.

5.1.3. Node

Gambar:5.10
Peta kawasan elemen node
Sumber: Observasi 2021

Node merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis dimana arah atau aktifitasnya

saling bertemu dan dapat di ubah kearah atau aktifitas lainnya, elemen ini dapat berfungsi

sebagai penghubung, taman, perempatan atau persimpangan jalan. Di kawasan Pajak Ikan

Lama juga terdapat nodes yang terletak di sebelah utara jalan perniagaan dan sebelah

selatan jalan perniagaan.

Gambar 5.11
Elemen Node di Jalan Perniagaan
Sumber: Observasi, 2021
Gambar 5.12
Elemen Node di Jalan Perniagaan
Sumber: Observasi, 2021

Jalan Perniagaan mempresentasikan pusat perdagangan yang terletak di tempat

strategis yaitu di tengah kawasan yang dikelilingi bangunan heritage dan gedung

perkantoran yang berada di pusat kota. Fungsi nodepada Jalan Perniagaan memiliki

karakter jalan linier sebagai penghubung antara Jalan Palang Merah dan Jalan Pulau

Pinang.

Elemen Nodes terletak di persimpangan Jalan Perniagaan, Jalan Perniagaan

merupakan pusat kegiatan yang didalamnya terjadi aktifitas yang memenuhi kebutuhan

hidup masyarakat. Lokasi jalan yang berdekatan dengan Jln. Ahmad Yani 3 membuat

jalan ini ramai dilalui oleh kendaraan dan pejalan kaki. Di sepanjang jalan perniagaan ini

Jalan perniagaan merupakan pertemuan dari beberapa jalan yang lebar trotoarnya 8

meter, koridor ini memiliki jalan yang lebar sehingga sangat baik apabila di jadi kan

node pada kawasan ini. Selain itu di sepanjang kawasan ini terdapat pusat perdagangan

sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sepanjang


5.1.4. District

Gambar:5.13
Peta kawasan elemen district
Sumber: Observasi 2021

District merupakan bagian dari sebuah kawasan. Umumnya mudah dikenali

karena memiliki beberapa kesamaan karakter. Distrik juga dapat digunakan untuk

referensi eksterior jika terlihat dari luar kawasan. Sebagian besar orang menstrukturkan

kota mereka kedalam beberapa tingkatan dengan cara elemen dominan seperti distrik.

Contoh bangunan distrik seperti Pusat perdagangan ditandai oleh bangunan- bangunan

bertingkat dengan lalu lintas yang padat serta kawasan khusus atau bersejarah yang terdiri

dari sekumpulan bangunan-bangunan kuno atau bersejarah.

Berdasarkan fungsinya, kawasan ini merupakan kawasan komersil karena setiap

bangunan memiliki luasan lahan yang kecil. Sebagian besar kawasan Pajak Ikan Lama
merupakan perkantoran, pertokoan dan bangunan-bangunan bersejarah. Terdapat deretan

kios di sepanjang koridor yang di bangun sebagai penunjang kawasan komersial.

Gambar 5.14
Elemen District di Jalan Ahmad Yani 3
Sumber: Observasi, 2021

Pada Jalan Ahmad Yani 3 terdapat district Syang mempunyai aktifitas yang padat karena

terdapat banyak kios yang menjual pakaian sehingga kawasan ini mempunyai karakter

dan aktifitas khusus yang dapat dikenali olah masyarakat.

Gambar 5.15
Elemen District di Jalan Pembelian
Sumber: Observasi, 2021
Pada Jalan Pembelian terdapat bangunan-bangunan bersejarah yang memiliki ciri

khas yang mirip (bentuk, pola dan wujudnya). Kawasan ini memiliki bangunan ruko yang

tingginya 2-3 lantai.

Gambar 5.16
Foto bangunan di Jalan Pembelian
Sumber: Observasi, 2021

Gambar 5.17
Elemen District di Jalan Guang Jou
Sumber: Observasi, 2021
Terlihat bangunan pada gambar 5.16 mempunya bentuk pola dan wujudnya yang sama

dan memiliki ornamen khas Tionghoa pada fasadnya. Orang-orang dapat masuk ke Jalan

Pembelian dan mengakhiri pada Jalan kereta Api atau pun Jalan Perniagaan.

Pada Jalan Guang Jou terdapat aktifitas perkantoran yang memiliki ketinggian 23

lantai, orang-orang dapat masuk ke Jalan Guang Jou dan keluar ke jalan Ahmad Yani

maupun ke Jalan Perniagaan. Terdapat pola, bentuk dan wujud yang sama pada

bangunan yang ada di kawasan ini.

Gambar 5.18
Elemen District di Jalan Ahmad Yani 6
Sumber: Observasi, 2021

Pada Jalan Pembelian terdapat aktifitas pedagang penjual kain, ketinggian

bangunan ini sekitar 2-3 lantai. Orang-orang dapat masuk ke Jalan Pembelian dan

mengakhiri jalan melalui Jalan Kereta Api atau pun Jalan Perniagaan. Bangunan lama

pada kawasan ini memiliki fasad yang sama, terlihat jendela yang mempunyai bentuk

vertikal yang sama pada kawasan ini.


5.1.5. Path

Gambar:5.19
Peta kawasan elemen Path
Sumber: Observasi 2021

Path merupakan jalur yang digunakan untuk melakukan pergerakan secara umum

atau berpindah pindah tempat. Jalur dapat berbentuk jalan, jalur pedestrian, jalur transit

dan lain- lain.. Hal ini merupakan elemen dominan yang berpengaruh bagi image sebuah

kawasan. Jalur merupakan penghubung sirkulasi manusia serta kendaraan dari sebuah

ruang ke ruang lain di dalam kota. Contoh Path seperti jalan, lintasan kereta api, gang-

gang utama, dan sebagainya.


Gambar 5.20
Elemen Path di Jalan Guang Jou
Sumber: Observasi, 2021

Gambar 5.21
Elemen Path di Jalan Ahmad Yani 3
Sumber: Observasi, 2021

Pada kawasan Pajak Ikan Lama terdapat elemen Path yaitu di Jalan Guang Zou,

karena di kawasan ini terdapat rute sirkulasi dan gang-gang utama yang digunakan untuk

melakukan pergerakan secara umum. Lebar badan jalan kawasan Guang Jou ± 6 meter

dan lebar pedestrian kawasan ini ±1,5 meter, pada sebagian kawasan ini terdapat pohon
di sepanjang pedestrian, jalur mempunyai identitas yang baik jika memiliki penampakan

yang kuat seperti pohon dan belokan yang jelas.

Pada Jalan Ahmad Yani 3 terdapat elemen path, jalur yang digunakan untuk melakukan

pergerakan secara umum dan berpindah tempat. Lebar badan jalan kawasan Ahmad Yani

3 ± 6 meter dan lebar pedestrian kawasan ini ±1,5 meter. Jalur sirkulasi yang berada di

Jalan Ahmad Yani 3 terlihat macet karena tidak ada lahan parkir yang di sediakan pada

kawasan ini sehingga pengguna kendaraan memarkirkan di bahu jalan kawasan ini.

Gambar 5.22
Elemen Path di Jalan Pembelian
Sumber: Observasi, 2021

Pada jalan Pembelian jalur sirkulasi terlihat baik karena pedestrian dan badan

jalan tidak ada yang hancur. Lebar badan jalan kawasan Pembelian ± 5 meter dan lebar

pedestrian kawasan ini ±1 meter. Pada kawasan ini tidak terdapat pepohonan sebagai

identitas dan pengarah jalur sirkulasi.


Gambar 5.14
Elemen Path di Jalan Ahmad Yani 6
Sumber: Observasi, 2021

Pada Jalan Ahmad Yani 6 terdapat elemen path, jalur sirkulasi terlihat kurang

baik karena pedestrian pada kawasan ini sudah mulai rusak. Lebar badan jalan kawasan

Pembelian ± 6 meter dan lebar pedestrian kawasan ini ± 1 meter. Di kawasan Ahmad

Yani 6 merupakan jalur sirkulasi yang menghubungkan pada Jalan Perniagaan dan Jalan

Kereta Api.
KONSEP PERANCANGAN

6.1 Edge

Elemen Edge berupa pembatas antara pedestrian dan badan jalan, didalam konsep

ini di design area ruang hijau untuk pepohonan dan sculpture gunanya untuk lebih

memperjelas elemen Edges pada kawasan Pajak Ikan Lama.

Gambar 6.1
Konsep perancangan ( Elemen Edge)
Sumber: Olah Pribadi

Gambar 6.2
Elemen Edges di jalan Perniagaan
Sumber: Sumber: Observasi, 2021
Pada kawasan Pajak Ikan Lama terdapat beberapa pedestrian yang sudah mulai

hancur dan di perbaiki kembali, pada konsep perancangan pedestrian di design semenarik

mungkin agar pejalan kaki merasa senang melewati setiap koridor jalan kawasan Pajak

Ikan Lama.

Gambar 6.3
Konsep perancangan ( Elemen Edge) Sumber:
Olah Pribadi

Gambar 6.4
Elemen Edges di jalan Perniagaan
Sumber: Observasi, 2021
6.2 Node

Elemen node terletak di sebelah Utara Jalan Perniagaan dan di sebelah Selatan

Jalan Perniagaan, elemen node merupakan arah atau aktifitasnya saling bertemu dan

dapat diubah ke aktifitas lain. Elemen ini dapat berfungsi sebagai penghubung, taman,

perempatan atau persimpangan jalan.

Gambar 6.5
Konsep Perancangan (Elemen Node)
Sumber: Olah Pribadi

Gambar 6.6
Elemen Node di Jalan Perniagaan
Sumber: Observasi, 2021
6.2.1 Welcome Gate
Gambar 6.7
Welcome Gate di Jalan Perniagaan
Sumber: Olah Pribadi

Dalam konsep perancangan elemen node pada kawasan Perniagaan di design tugu

sebagai Welcome Gate pertanda dalam memasuki kawasan maupun keluar dari kawasan

Pajak Ikan Lama. Fungsi Welcome Gate pada kawasan ini yaitu untuk mempertegas

kawasan Perniagaan sebagai node untuk kawasan Pajak Ikan Lama

Gambar 6.8
Welcome Gate di Jalan Perniagaan
Sumber: Olah Pribadi

6.3 District
District merupakan bagian dari sebuah kawasan, sebagian besar kawasan Pajak

Ikan Lama merupakan perkantoran, pusat perdagangan dan bangunan bersejarah. Pada

kawasan Guang Jou terlihat marka jalan yang sudah mulai hilang, lampu jalan yang belum

mencukupi penerangan di setiap kawasan dan Kurangnya peneduh pada tempat ini. Oleh

sebab itu, pada konsep perancangan di design marka jalan yang baru, dan di pasangnya

lampu jalan di setiap kawasan agar dapat menerangi kawasan pada malam hari, selain itu

Kurangnya peneduh bagi pejalan kaki membuat mereka terkena langsung sinar matahari

dan mengurangi kenyamanan pejalan kaki, maka dari itu di letakkan pohon agar terlihat

kawasan lebih teduh dan di design sculpture agar membuat kawasan lebih menarik.

Gambar 6.9
Konsep District di jalan Guang Jou
Sumber: Olah Pribadi

Gambar 6.10
Elemen District di Jalan Guang Jou
Sumber: Observasi, 2021

Gambar 6.11
Konsep perancangan elemen District
Sumber: Olah Pribadi

Tampak atas kawasan Pajak Ikan Lama terlihat beberapa distrik antara lain jalan

Ahmad Yani 3 dan jalan Pembelian. Kawasan Pajak Ikan lama mempunyai beberapa blok

yang menciptakan beberapa distrik, blok-blok tersebut memberikan pilihan rute dan

fleksibilitas pergerakan yang baik kepada penghuni maupun pengunjung di kawasan


tersebut.

6.4 Path

Path merupakan jalur penghubung sirkulasi manusia serta kendaraan dari sebuah
ruang ke ruang lain di dalam kota. Pada kawasan Ahmad Yani 3 terlihat ramai aktifitasnya
sehari-hari, sehingga membuat sirkulasi di kawasan ini menjadi padat. Elemen pendukung
Jalan Ahmad Yani 3 terlihat kurang baik karena tidak didukung dengan penerangan yang
kurang baik dan pedestrian yang terlihat sempit

Gambar 6.12
Elemen Paths di Jalan Ahmad Yani 3
Sumber: Olah Pribadi

Gambar 6.13
Elemen Path di Jalan Ahmad Yani 3
Sumber: Observasi, 2021
Gambar 6.14
Elemen Paths tampak atas
Sumber: Olah Pribadi

Dalam konsep perancangan di design pedestrian yang baik bagi pejalan kaki serta

elemen pendukung seperti lampu jalan untuk menerangi kawasan tersebut. Pada gambar

6.13 terlihat penampakan yang kuat seperti pohon dan belokan yang jelas seperti

persimpangan antara jalan Ahmad Yani 3 dan Jalan Perniagaan


KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan konsep perancangan pada bab sebelumnya maka didapatlah

kesimpulan bahwa model revitalisasi pada Pajak Ikan Lama adalah:

• Jalan Guang Jou

Jalan ini difungsikan sebagai lokasi parkir kendaraan roda dua maupun becak.

Parkir kendaraan roda dua dan becak terletak di Jln. Ahmad Yani 3 dan Jln. Guang

Jou. Becak diusulkan parkir disebelah kendaraan beroda dua.

• Jalan Ahmad Yani

Penataan pada koridor jalan ini yaitu memperbaiki jalur pejalan kaki sehingga

membuat penggunanya merasa aman dan nyaman ketika melewati koridor ini.

• Jalan Kereta Api

Penataan pada koridor jalan ini yaitu dengan memperbaiki kondisi trotoar

sehingga nyaman digunakan para pejalan kaki apabila ingin berkeliling melihat

bangunan-bangunan heritage dan juga melihat bakal kain yang ada di kawasan

Pajak Ikan Lama. Di kawasan ini nantinya juga terletak beberapa street market

yang dibuka mulai dari sore hingga malam hari. Street market diharapkan dapat

menjadi salah satu ikon yang dapat menarik perhatian masyarakat berkunjung ke

Pajak Ikan Lama.


• Jalan Ahmad Yani 6

Penataan pada koridor ini yaitu dengan memperbaiki jalur pejalan kaki di sekitar

kawasan.

• Jalan Perniagaan

Terdapat sebuah welcome gate dipersimpangan Jln. Perniagaan yang berfungsi

untuk menyambut pengunjung dan juga sebagai pemisah antara Pajak Ikan Lama

dan kawasan lainnya. Selain itu kendaraan beroda empat terletak di koridor ini.

Parkir kendaraan yang terpusat membuat pengguna kendaraan tidak harus

berkeliling mencari tempat parkir sehingga sirkulasi kendaraan lebih teratur.

Koridor jalan ini dipilih karena jalan yang cukup lebar dan juga koridor jalan yang

panjang serta koridor ini sering dilalui oleh pengendara maupun pejalan kaki.

• Jalan Ahmad Yani 3

Penataan pada koridor ini yaitu dengan memperbaiki jalur pejalan kaki di sekitar

kawasan. Selain itu, kawasan di jalan Ahmad Yani 3 di lebarkan agar

pedestriannya lebih luas sehingga pejalan kaki dengan nyaman melewati

pedestrian tersebut.

• Jalan Pembelian
Penataan pada koridor jalan ini yaitu memperbaiki jalur pejalan kaki sehingga

membuat penggunanya merasa aman dan nyaman ketika melewati koridor ini.
7.2. Saran

Dalam meningkatnya minat masyarakat untuk berkunjung ke Pajak Ikan Lama

maka di perlukan suatu ide-ide menarik yang membuat masyarakat lebih aman

dan nyaman jika berjalan ke Pajak Ikan Lama. Ada banyak cara merevitalisasi

Pajak Ikan Lama salah satunya dengan menata kawasan agar menjadi destinasi

pusat perbelanjaan kain terbesar di Kota Medan dan menghilangkan kalau kesan

pajak tidak selalu semrawut, becek dan kotor. Penulis berharap penelitian

inindapat menjadi bahan kajian bagi pemerintah maupun tenaga pendidik dalam

merevitalisasi Pajak Ikan Lama.

Anda mungkin juga menyukai