2.1 Perumahan
2.1.1 Pengertian Perumahan
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal
atau hunian yang dilengkapi dengan prasarana lingkungan yaitu kelengkapan dasar fisik
lingkungan, misalnya penyediaan air minum, pembuangan sampah, tersedianya listrik, telepon,
jalan, yang memungkinkan lingkungan pemukiman berfungsi sebagaimana mestinya, lalu rumah
sendiri memiliki definisi salah satu bangunan yang dijadikan tempat tinggal selama jangka waktu
tertentu.
Menurut UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, perumahan berada
dan merupakan bagian dari permukiman, perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan
sarana lingkungan (pasal 1 ayat 2).
Sedangkan menurut para ahli, perumahan diartikan sebagai berikut :
Rumah adalah bangunan untuk tempat tinggal atau bangunan pada umumnya (Coirul
Amin)
Rumah adalah tempat berlindung dari hujan. Rumah adalah tempat berlindung dari terik
matahari. Rumah adalah tempat istirahat. Rumah adalah tempat keluarga berkumpul
Tabel II.1
Faktor Reduksi Kebutuhan Lahan Untuk Sarana Lingkungan
Berdasarkan Kepadatan Penduduk
Klasisfikasi Kawasan
Kepadatan Penduduk
Reduksi Terhadap Kebutuhan lahan
Rendah
< 150
jiwa/ha
-
Kepadatan
Sedang
Tinggi
151 200
201 400
jiwa/ha
jiwa/ha
15%
(maksimal)
Sangat Tinggi
> 400
jiwa/ha
30%
(maksimal)
dengan
tidak
meratakan
bukit,
mengurug
seluruh
rawa
atau
mempertimbangkan kemungkinan
dengan
mempertimbangkan jenis, masa tumbuh dan usia yang dicapai, serta pengaruhnya
terhadap lingkungan, bagi tumbuhan yang ada dan mungkin tumbuh di kawasan yang
dimaksud.
c. Persyaratan Fisik
Ketentuan dasar fisik lingkungan perumahan harus memenuhi faktor-faktor berikut ini:
a) Ketinggian lahan tidak berada di bawah permukaan air setempat, kecuali dengan
rekayasa/ penyelesaian teknis.
b) Kemiringan lahan tidak melebihi 15% dengan ketentuan:
1. tanpa rekayasa untuk kawasan yang terletak pada lahan bermorfologi datar landai
dengan kemiringan 0-8%; dan
2. diperlukan rekayasa teknis untuk lahan dengan kemiringan 8-15%
Adalah sebuah tipe standar dari bangunan berkapasitas tinggi dan bertingkat rendah.
Yang telah sipergunakan secara luas di seluruh dunia. Dikatakan berkepadatan tinggi
karena merupakan suatu penumpukan vertikal maksimum dari sebuah unit berlantai dua
di atas unit bangunan lainnya, dengan dua tahapan tangga untuk lantai utama dari unit
yang terletak lebih atas.
g. Rumah teras bertingkat (Terrace House)
Rumah gandeng dan berpekarangan dalam dapat saja dibuat menjenjang ke atas maupun
ke bawah sebuah perbukitan guna meningkatkan arah pandangan, dan memberikan
orientasi yang lebih baik, juga memungkinkan taman-taman atau teras-teras di atas atapatap dari unit-unit di bawahnya.
h. Rumah Gandeng (Row Houses)
Rumah gandeng berasal dari rumah berlantai dua tradisional yang terletak di atas
sebidang petak yang sempit.. Fung-fungsi "tempat tinggal dasarnya terletak pada lantai
bawah: meliputi ruang tamu, ruang makan, dapur, kamar mandi kecil dan kemungkinan
sebuah ruang belajar.
2.1.4 Tipe Perumahan
Perumahan merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat sehingga masyarakat
akan berusaha memenuhinya sesuai dengan keinginan dan kemampuan yang dimilikinya.
Pemenuhan kebutuhan perumahan dapat dilakukan oleh masyarakat sendiri dan pengembang
perumahan. Pemenuhan kebutuhan oleh pengembang perumahan terdiri dari pemenuhan
kebutuhan oleh pengembang.
Perkembangan kondisi sosial ekonomi masyarakat menyebabkan masyarakat berusaha
memenuhi kebutuhan perumahannya berdasarkan pada tingkat kemampuannya.Berdasarkan
kondisi tersebut maka muncullah berbagai jenis tipe perumahan dari mulai yang berkamar tidur 1
hingga lebih dari 1.
Kondisi fisik perumahan yang dibangun oleh pengembang real estate biasanya
menyesuaikan dengan harga rumah yang dijual sehingga semakin mahal harga bangunan dijual
maka bahan bangunan yang digunakan akan semakin berkualitas dan sarana prasarana serta
fasilitas lingkungan perumahan akan semakin lengkap.
Tipe rumah yang dipasarkan di suatu perumahan pada umumnya diberi nama
berdasarkan luas tanah dan bangunan rumah. Setiap pengembang perumahan biasanya menamai
rumah yang dijualnya dengan berbagai macam nama seperti penggunaan nama bunga, nama
benda, nama tumbuhan dan tidak ada patokan dalam penamaan rumah tergantung dari siapa
pengembang perumahan. Hal prinsip yang perlu diketahui ketika mencari rumah perumahan
adalah mendasarkan pilihan pada luas bangunan rumah dan luas tanah yang disediakan oleh
pengembang yang biasanya disebut dengan tipe rumah.
Sering kita mendengar penawaran dari pengembang tentang rumah tipe 21,36, atau tipe
45. Bagi Anda yang masih awam, mungkin akan bertanya apa maksud dari penamaan tipe
tersebut.
a. Tipe-tipe rumah diperumahan berdasarkan luas bangunan
1. Rumah Tipe 21
Rumah Tipe 21 adalah tipe rumah dengan luas bangunan 21 m, misalnya rumah dengan
ukuran 6m x 3,5m.Ukuran tanah pada rumah tipe 21 dipadukan dengan ukuran luas tanah
6m x 10m = 60 m dan 6m x 12m = 72 m, sehingga disebut rumah type 21/60 atau
21/72.Tipe rumah 21 biasanya hanya mempunyai 1 kamar tidur, 1 ruang tamu dan 1
kamar mandi.
2. Rumah Tipe 36
Rumah Tipe 36 yaitu tipe rumah perumahan dengan luas bangunan 36 m2 contohnya
rumah dengan ukuran 6 meter x 6 meter = 36 m 2, luas lahan pada rumah tipe 36 ini dapat
dipadukan dengan beberapa ukuran luas tanah seperti 60 m 2sehingga disebut rumah tipe
36/60 diperumahan atau ukuran luas tanah 72 m 2 dengan nama tipe rumah 36/72, . Rumah
perumahan tipe 36 biasanya memiliki fasilitas 2 kamar tidur, 1 ruang tamu dan ruang
keluarga serta 1 kamar mandi /wc.
3. Rumah Tipe 45
Rumah tipe 45 adalah tipe rumah perumahan dengan luas bangunan 45 m2 contohnya
dengan ukuran rumah 6m x 7,5 m = 45m2 sehingga disebut rumah tipe 45 diperumahan.
Jika dengan luas tanah 8m x 12m = 96 m, maka rumah disebut rumah type 45/96. Tipe
rumah 45 biasanya mempunyai 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, ruang keluarga, dapur, 1
kamar mandi, garasi atau teras rumah yang cukup luas.
4. Rumah Tipe 54
Rumah tipe 54 yaitu tipe rumah perumahan dengan ukuran bangunan 6m x 9m =
54m2 sehingga disebut rumah tipe 54 diperumahan, tipe rumah ini digunakan pada rumah
kelas menengah yang mengutamakan keluasan bangunan namun dengan harga rumah
yang masih dapat dijangkau konsumen calon pemilik rumah di perumahan.
5. Rumah Tipe 60
Rumah tipe 60 memiliki ukuran bangunan 6 m x 10 m = 60 m 2 sehingga disebut rumah
tipe 60, rumah ini sudah cukup luas sehingga dapat digunakan pada rumah dengan kelas
mewah diperumahan namun masih dengan harga yang terjangkau karena masih terdapat
rumah mewah dengan luas bangunan yang lebih besar lagi dari nilai 60m2.
Disamping tipe rumah tersebut di atas masih ada tipe-tipe rumah lainnya seperti tipe 70,
tipe 90 dan tipe rumah 120. Penjelasan tipe rumah tersebut hampir sama hanya disesuaikan
berdasarkan pada luas bangunan, dengan berbagai variasi tipe rumah yang dipadukan dengan
luas tanah kavling tergantung tipe rumah yang dipasarkan oleh pengembang perumahan.
2.1.5 Teori Lokasi Perumahan
a. The Filter Down Theory
Dikembangkan secara induktif oleh EW Burgess di awal tahun 1920-an untuk
menjelaskan pola lokasi perumahan di Chicago, ia mengamati bahwa pada umumnya semakin
tinggi pendapatan dari setiap rumah tangga yang tinggal jauh dari pusat Chicago. Karena
pesatnya perkembangan Chicago pada abad kesembilan belas, benar bahwa perumahan baru
jauh dari pusat berada dan rumah tangga berpendapatan tertinggi tinggal di perumahan baru yang
jauh dari pusat dan rumah tangga termiskin tinggal lebih dekat dengan pusat.
Sebagai kota yang melakukan perluasan, maka rumah tangga yang kaya pindah ke rumah
terbaru di pinggir kota, meninggalkan rumah tersahulu merekaoleh rumah tangga berpendapatan
menengah - dan seterusnya sampai perumahan di pusat kota yang terdahulu ditinggalkan oleh
rumah tangga termiskin karena mereka pindah ke luar perumahan yang sedikit lebih baru dan
bekas perumahan mereka dihancurkan dan diganti oleh kantor dan toko-toko untuk memperluas
Central Business District.
Hal Ini telah dijelaskan sebagai ekologi sosial karena konsep yang didasarkan oleh
konsep ekologi invasi dan suksesi Hal ini juga disebut dengan "teori zona konsentris" karena
Burgess menjelaskan kecendrungan kecendrungan untuk sebuah kota untuk meluas secara
radial dari Centarl Business District yang terdiri dari serangkaian zona konsentris Lau Hoyt
(1939) dalam teori variasi sejarah, berpendapat sektor berpenghasilan tinggi dapat membangun
kota dari segi topografi, sosiologis, atau sejarah, misalnya, sepanjang depan danau atau
sepanjang rute transportasi cepat. Filtering Down bekerja secara optimal sebagai kebijakan
berdasarkan peraturan
b. Trade Off Theory
Ekonomi perkotaan modern sebagian besar telah bermunculan dari teori lokasi
perumahan yang dikembangkan di akhir 1950-an. Teori ini disebut teori lokasi perumahan
Trade Off (tarik menarik) karena mewakili setiap rumah tangga seperti memilih lokasi
dengan tarik menarik biaya perumahan, yang cenderung menjauhkan dari pusat kota,
terhadap biaya transportasi, yang cenderung meningkat dari pusat kota.
Sebelum 'trade off' teori berkembang, penjelasan pola lokasi perumahan telah kita ketahui
berdasarkan teori Filter Down atau 'sejarah'. Hal ini berdasarkan pada pengamatan yang pada
umumnya perumahan terbaru cenderung untuk ditempati oleh keluarga kaya, sementara
perumahan tua terjadi 'Filter Down ke keluarga miskin; , oleh karena itu, pola lokasi perumahan
tergantung pada pola historis pembangunan di kota,
Secara metodologi, trade off teori lebih baik dari beberapa teori yang dijelaskan,
terutama sekali tentang pola dan nilai tanah, tapi supremasinya memiliki efek menekankan sisi
permintaan, pilihan pilihan rumah tangga untuk lokasi yang berbeda, dan meminimalisasi
pentingnya sisi penawaran, pola sejarah pembangunan baik penawaran dan permintaan keduanya
harus relevan terhadap penentuan pola lokasi dan seceapatnya dimasukkan ke dalam teori lokasi
perumahan rumah tangga berpenghasilan tinggi lebih mungkin untuk menempati daerah yang
mempunyai kepadatan yang rendah dan area
6. Sebagian besar penghuni pemukiman kumuh adalah mereka yang bekerja di sektor
informal atau mempunyai mata pencaharian tambahan di sektor informil.
2.2.2 Identifikasi Pemukiman Kumuh
Untuk melakukan identifikasi kawasan permukiman kumuh perlu ditetapkan pedoman
sebagai panduan dalam melaksanakan identifikasi. Untuk itulah disiapkan konsep untuk
identifikasi kawasan permukiman kumuh sesuai Undang-undang No. 1 Tahun 2011 Tentang
Perumahan dan kawasan pemukiman.
menghasilkan sebaran kawasan permukiman kumuh yang ada di kawasan perkotaan subang. Hal
ini diharapkan dapat menghasilkan lokasi-lokasi kawasan permukiman kumuh yang memiliki
hubungan dengan kawasan perkotaan subang. Secara keseluruhan konsep identifikasi ini disusun
dengan memperhatikan pokok-pokok dibawah ini:
1. Lokasi identifikasi adalah kawasan-kawasan permukiman khusunya yang ada di Kawasan
Perkotaan Subang.
2. Kawasan kumuh yang diidentifikasi diprioritaskan pada kawasan permukima nyang
memiliki kaitan dan atau memberi andil tumbuhnya permukiman kumuh didaerah
bersasngkutan.
3. Data-data dan informasi mengenai lokasi kawasan permukiman kumuh yang terkumpul
digunakan untuk melakukan analisis sebab akibat dan rekomendasi penanganan kawasan
permukiman yang ada di Perkotaan Subang.
4. Rekomendasi penanganan memperhatikan hasil analisis sebab akibat sertarencana
program penanganan kawasan kumuh oleh pemerintah daerah