Anda di halaman 1dari 50

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Perancangan


2.1.1. Definisi Perumahan
Definisi perumahan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
kumpulan beberapa buah rumah atau rumah-rumah tempat tinggal. Menurut UU
Nomor 1 tahun 2011 pasal 1 menjelaskan bahwa perumahan adalah kumpulan rumah
sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi
dengan sarana, prasarana dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah
yang layak huni. Perumahan juga dapat diartikan sebagai kawasan hunian yang terdiri
dari kumpulan rumah sebagai fasilitas utama dan sarana prasarana sebagai penunjang
dan pelengkap.
Dari definisi yang telah diuraikan diatas perumahan merupakan kumpulan
rumah layak huni sebagai fasilitas utama yang dilengkapi dengan utilitas, sarana dan
prasarana yang saling bersinergi satu sama lain. Perumahan tidak hanya menyediakan
fasilitas hunian, akan tetapi merupakan perumahan yang memiliki fasilitas penunjang
dan pelengkap didalamnya yang saling melengkapi satu sama lain. Seperti adanya
minimarket sebagai wadah ekonomi, posyandu sebagai sarana kesehatan, lapangan
sebagai sarana olahraga, balai sebagai sarana sosial sehingga terciptanya perumahan
dengan kompleksitas yang mampu mewadahi berbagai kebutuhan penggunanya.

2.1.2. Kajian Jenis Perencanaan Perumahan


Richard & Robert (1986) menjelaskan bahwa terdapat tiga jenis dari
perencanaan perumahan yaitu:

11
A. Konsep Konvensional
Perencanaan perumahan konvensional merupakan perencanaan dengan
persebaran secara merata dengan bentuk kapling yang jelas dan relatif sama.
Perumahan jenis ini tidak memerlukan lahan yang sangat luas karena kebutuhan
terfokus pada fungsi primer berupa hunian. Berbeda dengan konsep cluster yang
terdiri dari beberapa kelompok rumah yang menyebar dan Plan Unit Development
(PUD) dengan kompleksitas sarana prasarana seperti kantor dan pertokoan sehingga
memerlukan lahan yang sangat luas.

Gambar 2. 1 Perumahan Konvensional


Sumber: Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan – Universitas
Kristen Petra,

B. Konsep Cluster
Perumahan dengan konsep cluster terdiri dari berbagai macam kelompok
rumah yang ditata sedemikian rupa untuk mendapatkan kepadatan tinggi pada suatu
area

Gambar 2. 2 Perumahan Cluster


Sumber: Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan – Universitas
Kristen Petra,

12
C. Konsep Plan Unit Development (PUD)
Perencanaan perumahan dengan Plan Unit Development mengarah kepada
suatu pengembangan yang multifungsi dengan site yang sangat luas dan terdiri dari
berbagai macam zonasi kegiatan seperti perumahan yang dikombinasikan dengan
berbagai tipe perkantoran, area rekreasi, ruang terbuka dan pertokoan.

Gambar 2. 3 Plan Unit Developement


Sumber: Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan – Universitas
Kristen Petra,

Pada perancangan perumahan dengan pendekatan arsitektur biofilik, jenis


perencanaan perumahan yang digunakan adalah dengan konvensional yaitu
perumahan dengan kapling dan batas yang jelas disertai sarana prasarana yang
diperlukan pada perumahan.

2.1.3. Aspek Perencanaan Perumahan Dan Persyaratan Lingkungan


Untuk merancang perancangan perumahan diperlukan standar yang menjadi
acuan dasar untuk mengambil keputusan. Badan Standar Nasional (BSN)
mengeluarkan sebuah pedoman dengan judul Tata Cara Perencanaan Lingkungan

13
Perumahan Di Perkotaan. Adapun aspek yang perlu dipertimbangkan sesuai SNI 03-
1733-2004 dari Badan Standar Nasional (BSN) adalah sebagai berikut:
A. Ketentuan Umum
1. Perencanaan perumahan sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
setempat.
2. Memenuhi persyaratan teknis dan ekologis untuk mengarahkan
pengaturan pembangunan lingkungan perumahan yang sehat, aman, serasi
secara teratur, terarah serta berkesinambungan.
3. Menyediakan sarana hunian, prasarana dan sarana lingkungan serta utilitas
umum yang diperlukan untuk menciptakan lingkungan perumahan
perkotaan yang serasi, sehat, harmonis dan aman. Hal ini dimaksudkan
untuk membentuk suatu kawasan hunian dengan kesatuan fungsional
dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya.
4. Penyediaan prasarana dan sarana lingkungan perumahan merupakan
bagian dari sistem pelayanan umum perkotaan sehingga dalam
perencanaannya harus dipadukan dengan perencanaan lingkungan
perumahan dan kawasan-kawasan fungsional lainnya.
5. Menyediakan berbagai sektor kegiatan (ekonomi, sosial, budaya) pada
lingkungan perumahan dengan skala terkecil (250 penduduk) dengan
menyesuaikan kebutuhan ruang dan lahan yang tersedia.
6. Rancangan bangunan hunian, prasarana dan sarana lingkungan harus
memenuhi persyaratan teknis kesehatan dan keselamatan sesuai Standar
Nasional Indonesia dan peraturan pemerintah setempat.
7. Perencanaan perumahan dan sarana prasarana memperhatikan kemudahan
bagi semua orang, termasuk lansia, ibu hamil atau orang dengan
keterbatasan fisik.
8. Menggunakan pendekatan besaran penduduk untuk melakukan
perencanaan sarana hunian, prasarana dan sarana lingkungan.

14
B. Persyaratan lokasi
1. Kriteria Keamanan
Memastikan bahwa lokasi tersebut bukan merupakan kawasan lindung
(catchment area), olahan pertanian, hutan produksi, daerah buangan
limbah pabrik, daerah bebas bangunan pada area Bandara, daerah dibawah
jaringan listrik tegangan tinggi.
2. Kriteria Kesehatan
Mempertimbangkan bahwa lokasi bukan daerah yang mempunyai
pencemaran udara di atas ambang batas, pencemaran air permukaan dan
air tanah dalam.
3. Kriteria kenyamanan
Memastikan bahwa lokasi memiliki akses yang mudah, kemudahan
berkominkasi dan tersedia sarana prasaran sehingga memudahkan
kegiatan penghuni.
4. Kriteria Keindahan
Melakukan penghijauan dan mempertahankan kondisi eksisting lokasi.
5. Kriteria Fleksibilitas
Memperhatikan kemungkinan pemekaran lingkungan perumahan
dikaitkan dengan kondisi fisik lingkungan dan keterpaduan prasarana.
6. Kriteria Keterjangkauan Jarak
Memperhatikan jarak ideal bagi pejalan kaki terhadap sarana prasaran
yang ada di lingkungan perumahan
7. Kriteria Lingkungan Berjati Diri
Memperhatikan aspek sosial, budaya dan karakteristik masyarakat
setempat.
C. Persyaratan Fisik
1. Pemekaran lingkungan perumahan dikaitkan dengan kondisi fisik
lingkungan dan keterpaduan prasarana.
2. Kemiringan lahan tidak melebihi 15% dengan ketentuan:

15
a) untuk kawasan yang terletak pada lahan bermorfologi datar-landai
dengan kemiringan 0-8%.
b) diperlukan rekayasa teknis untuk lahan dengan kemiringan 8-15%.
D. Kebutuhan Ruang Dan Lahan
Penyediaan sarana prasarana mempertimbangkan jumlah penduduk pada
lingkungan perumahan. Penempatan sarana prasarana mempertimbangkan jangkauan
radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi untuk
melayani area tertentu. Adapun kebutuhan ruang dan lahan yang setidaknya ada pada
unit RW selain hunian adalah sebagai berikut:
1. Balai pertemuan warga atau gedung serbaguna dengan luas minimal 300
m2
2. Pos hansip dengan luas minimal 12 m2 dengan radius pencapaian 500
meter dan perletakannya pada akses keluar masuk perumahan.
3. Gardu listrik dengan luas minimal 30 m2 dengan radius pencapaian 500
meter dan mempertimbangkan kondisi kemanan sekitar.
4. Bak sampah dengan luas minimal 30 m2
5. Parkir umum dengan luas lahan minimal 100 m2 dengan alokasi melayani
kebutuhan sarana prasarana dan terintegrasi dengan gedung serbaguna
6. Posyandu dengan luas lahan minimal 60 m 2 dengan radius pencapaian 500
meter,
7. Masjid dengan luas lahan minimal 100 m 2 (Tergantung sarana prasarana
yang tersedia disekitar site).
8. Toko atau warung yang menjual kebutuhan sehari-hari dengan luas lahan
minimal 100 m2
9. Satu daerah terbuka yang berfungsi sebagai taman tempat main anak-anak
dan lapangan olahraga.
10. Taman Kanak-Kanak (TK) dengan luas lahan minimal 216 m2

16
11. Jalan perumahan dengan ketersediaan prasarana pendukung jalan seperti
perkerasan jalan, trotoar, drainase, lansekap, parkir dan lain-lain. Adapun
klasifikasi jalan dapat dilihat pada tabel berikut.

Gambar 2. 4 Jalan Lokal Sekunder I


Sumber: Pedoman Teknis Prasarana Jalan Perumahan (Sistem Jaringan dan Geometri
Jalan), Dirjen Cipta Karya
Sumber: Pedoman Teknis Prasarana Jalan Perumahan (Sistem Jaringan dan Geometri Jalan), Dirjen

Gambar 2. 5 Jalan Lokal Sekunder II


Cipta Karya
Sumber: Pedoman Teknis Prasarana Jalan Perumahan (Sistem Jaringan dan Geometri

Gambar 2. 6 Jalan Lokal Sekunder III


Jalan), Dirjen Cipta Karya

17

Gambar 2. 7 Jalan Lingkungan I dan Jalan Lingkungan II


Sumber: Pedoman Teknis Prasarana Jalan Perumahan (Sistem Jaringan dan Geometri
Jalan), Dirjen Cipta Karya

12. Jaringan jalan pada perumahan memiliki beberapa jenis, seperti yang
dikemukakan De Chiara (1989) diantaranya:
a. Pola Grid, yaitu pola jalan berupa garis tegak lurus yang membentuk
siku dengan membangun persimpangan yang mengurangi memberikan
hambatan terus menerus terhadap perumahan.
b. Pola Simpangan, yaitu pola jalan yang lebih menghindari perpotongan
jalan yang menyerupai grid dengan jarak persimpangan 40 meter.
c. Pola Radial, yaitu pola jalan berbelok-belok yang digunakan pada
kondisi lahan berkontur.
d. Pola Culdesac, yaitu pola jalan memasuki unit-unit rumah yang
diakhir dengan pola melingkar memanjang sejauh 150 meter.
e. Pola Taman, yaitu menggunakan taman sebagai median yang
merupakan pengembangan dari pola jalan grid dan culdesac
f. Pola Loop, yaitu pola jalan pengembangan antar pola taman dan
culdesac, akan tetapi median taman diubah menjadi unit-unit rumah.

18
Gambar 2. 8 Pola Jalan Perumahan
Sumber: Jurnal Kajian Persamaan Pemodelan Lebar Jalan Pada Perumahan

13. Lingkungan perumahan harus Menyediakan jaringan drainase dengan


standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Salah satu ketentuan yang
berlaku adalah SNI 02-2406-1991 tentang Tata cara perencanaan umum
drainase perkotaan. Jaringan drainase berfungsi untuk mengalirkan air
permukaan ke badan penerima air.
14. Menyediakan kebutuhan air bersih, jaringan air bersih, kran umum dan
hidran kebakaran.
15. Menyediakan jaringan air limbah seperti septik tank, bidang resapan dan
jaringan pemipaan air limbah.
16. Menyediakan kebutuhan dan jaringan telepon.
17. Memperhatikan sirkulasi pedestrian, kendaraan pribadi dan jaringan
parkir.

19
2.1.4. Sarana dan Prasana Perumahan
Perancangan perumahan memiliki berbagai macam sarana prasarana
didalamnya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan pemerintah dan
mempertimbangkan aspek lingkungan. Sarana prasaran yang berada pada
perancangan perumahan diantaranya:
A. Fasilitas Hunian
Hunian menjadi fasilitas utama pada suatu perumahan. Hunian yang
dirancang haruslah memenuhi kriteria rumah layak huni yang dikeluarkan oleh
pemerintah. Berdasarkan Permenpupr RI No. 29/PRT/M/2018 tentang Standar
Pelayanan Minimal (SPM) Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang dimaksud
dengan Rumah Layak Huni (RLH) rumah yang memenuhi persyaratan keselamatan
bangunan dan kecukupan minimum luas bangunan serta kesehatan penghuninya.
Kriteria Rumah Layak Huni harus memenuhi persyaratan-persyaratan berikut, yakni:
1. Keselamatan bangunan meliputi struktur bawah (pondasi), tengah (kolom)
dan atas (balok).
2. Kesehatan meliputi penghawaan, pencahayaan dan sanitasi
3. Kecukupan luas minimum 12 m2 /orang

Untuk menentukan tipe rumah dibutuhkan data rerata anggota keluarga


Pekanbaru. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019 bahwa rata-rata
anggota keluarga di Pekanbaru berjumlah empat orang (ayah, ibu dan dua anak). Dari
data tersebut, penulis merancang tipe rumah hunian dengan kapasitas minimal untuk
empat orang anggota keluarga sebagai tipe terkecil. Adapun tipe lain pada perumahan
adalah mengasumsikan jumlah yang lebih dari rerata anggota keluarga di Pekanbaru
dengan kapasitas lima orang dan maksimal enam orang anggota keluarga dengan
mempertimbangkan aspek hunian berimbang.

20
Gambar 2. 9 Referensi Denah Rumah Tipe 45
Sumber: https://greenlandforesthill.com/portfolio/greenland-forest-hill-tipe-45/

Gambar 2. 10 Referensi Denah Rumah Tipe 54


Sumber: https://greenlandforesthill.com/portfolio/greenland-forest-hill-tipe-54/

21
Gambar 2. 11 Referensi Denah Rumah Tipe 72
Sumber: https://greenlandforesthill.com/portfolio/greenland-forest-hill-tipe-72/
Sumber: Neufert, 2002

Gambar 2. 12 Hubungan Antar Ruang Pada Rumah Tinggal

B. Fasilitas Peribadatan

22
Mayoritas masyarakat pada daerah tersebut adalah muslim, sehingga pada
perumahan diperlukan sebuah Masjid. Masjid berfungsi sebagai tempat sholat atau
mengaji bagi umat muslim. Adapun tempat ibadah masyarakat non muslim tidak
dirancang pada perumahan dikarenakan jumlah yang sedikit dan tersedianya fasilitas
ibadah non muslim yang jaraknya tidak jauh perumahan.

Gambar 2. 13 Standarisasi Ruang Sholat


Sumber :Neufert, 2002
C. Fasilitas Umum
1. Clubhouse
Clubhouse merupakan fasilitas umum dengan beraneka fungsi yang saling
terintegrasi pada perumahan yang meliputi sarana rekreasi, pengelola,
olahraga dan komersil.
Clubhouse menjadi tren pada perumahan modern saat ini yang dapat
dimanfaatkan oleh penghuni perumahan atau masyarakat di luar perumahan.
Berikut sarana yang ada pada clubhouse perumahan:

23
Gambar 2. 14 Ground Plan Clubhpuse Green Village Cipondoh
Sumber: https://greenvillagecipondoh.files.wordpress.com/2014/10/image.jpeg

a. Minimarket
Untuk mewadahi kebutuhan sehari-hari masyarakat diperlukan sebuah
minimarket. Dengan adanya fasilitas tersebut pada perumahan masyarakat
dapat menjangkaunya dengan mudah. Minimarket terdiri dari area belanja,
area kasir, pergudangan makanan dan toilet pengelola.
Sumber :Neufret, 2002

Gambar 2. 15 Standar Denah Minimarket

b. Kantor

24
Sarana prasarana yang beragam pada perumahan memerlukan suatu
area pengelola untuk mengaturnya. Kantor berfungsi sebagai area
pengelola dengan kegiatan mengelola informasi, mengumpulkan
informasi, merencanakan kebijakan terhadap sarana prasarana perumahan.

Gambar 2. 16 Kantor Biofilik


Sumber:https://www.archdaily.com/920540/its-biofilia-office-its-informov

c. Multifunction hall
Multifunction hall memiliki fungsi yang sama dengan gedung
serbaguna sebagai sarana publik yang digunakan untuk kepentingan
umum. Kapasaitas dari multifunction hall menyesuaikan dengan
pendekatan jumlah dari pendudu kperumahan. Multifuncion Hall juga bisa
digunakan sebagai tempat diskusi, rapat atau keperluan lainnya yang
melibatkan banyak orang

25
Sumber: www.multidesainarsitek.com

Gambar 2. 17 Referensi Denah Gedung Serbaguna

d. Area Santai
Area santai dapat digunakan sebagai area berkumpul dimana
masyarakat bisa bersantai, bercengkrama sembari menikmati sarana
prasarana pada clubhouse.
e. Kolam Renang
Kolam renang terletak pada bagian tengah clubhouse dan menjadi
point of view dari bangunan ini yang terintegrasi dengan area santai,
kantin dan gym.

26
Gambar 2. 18 Area Santai dan Kolam Renang
Sumber: https://clubhouse.bhaktitamara.co.id/
f. Gym
Untuk menjaga kondisi kebugaran masyarakat perumahan disediakan
area gym. Gym menjadi salah satu sarana olahraga yang berada didalam
ruangan yang menyediakan berbagai macam peralatan olahraga untuk
kebugaran tubuh.

Gambar 2. 19 Gym
Sumber: futuready.com

27
g. Jogging Track
Jogging track merupakan lintasan untuk lari atau jogging. Penyediaan
jogging track terintegrasi dengan clubhouse pada area belakang berupa
lintasan dengan paving block.

Gambar 2. 20 Jogging Track


Sumber : http://metroresidence.co.id/
2. Pos Hansip
Pos hansip berfungsi untuk menjaga keamanan perumahan dari gangguan
atau ancaman. Pos hansip pada umumnya terletak di dekat gerbang utama atau
disuatu titik tertentu yang dapat dengan mudah menjangkau seluruh
perumahan.

Gambar 2. 21 Post Satpam Pondok Nirwana Anggaswangi


Sumber : https://pondoknirwanaanggaswangi.blogspot.com/

28
3. Gardu Listrik
Gardu listrik merupakan bagian dari sistem pembangkit, tranmisi dan
distribusi listrik. Lokasi pembangunan dari gardu listrik mempertimbangkan
keamanan dan kenyamanan masyarakat sekitar dengan radius pencapaian 500
meter.

Gambar 2. 22 Gardu Listrik


Sumber : https://seputarbanjarpatroman.blogspot.com/
4. Parkir Umum
Parikir umum yang disediakan pada perumahan terintegrasi dengan
clubhouse dengan luas lahan minimal 100 m2.

Gambar 2. 23 Standarisasi Tempat Parkir


Sumber : Neufret,2002

29
D. Fasilitas Kesehatan
Sumber : https://1.bp.blogspot.com/

Gambar 2. 24 Referensi Denah Posyandu


Untuk mewujudkan masyarakat yang sehat dan sejahtera diperlukan suatu unit
kesehatan yang memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Pada perumahan
dirancang unit kesehatan berupa Posyandu. Posyandu lebih kecil ukurannya
dibanding balai pengobatan dan puskesmas dengan kebutuhan ruang yang diperlukan
diantaranya ruang pelayanan, kamar periksa dan toilet.

E. Fasilitas Pemberdayaan Lingkungan


1. Instalasi Pengolahan Air Limbah
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) merupakan sebuah sistem untuk
mengelola limbah sebelum dibuang ke lingkungan untuk meminimalisir
dampak terhadap kerusakan lingkungan. IPAL pada perumahan nantinya akan
diteruskan ke badan air.

30
Gambar 2. 25 Skema Jaringan Perpipaan IPAL
Sumber : https://dpu.kulonprogokab.go.id/

Gambar 2. 26 Perspektif Potongan IPAL


Sumber : https://dpu.kulonprogokab.go.id/

2. Bank Sampah
Untuk mewujudkan lingkungan yang sehat diperlukan bank sampah yang
berfungsi sebagai tempat pengumpulan sampah yang sudah dipilah sehingga
memudahkan masyarakat untuk memanfaatkannya atau menjualnya kembali.
Pemilahan sampah pada umumnya terdiri dari tiga jenis yaitu sampah organic,
anorganik dan b3. Ruang selain pembuangan sampah yang diperlukan pada
bank sampah adalah ruang tunggu, meja pelayanan dan toilet.

31
Gambar 2. 27 Bank Sampah Bersinar
Sumber : https://jabar.tribunnews.com/

3. Bioswale

Gambar 2. 28 Bioswale
Sumber: https://uptownmessenger.com/2016/05/coliseum-square-eyed-for-bioswale-
stormwater-pilot-project/

Chrisitan Tamora Hutagalung (2021) mengatakan bioswale adalah


pengendalian saluran limpasan hujan dengan adanya saluran yang terkoneksi
dengan berbagai macam vegetasi yang ditata secara alami sehingga mampu
menoptimalkan kondisi lingkungan. Bioswale juga dapat menambah sense
visual pada suatu kawasan dengan kesan positif melalui penataan drainasi
yang alami dengan vegetasi.

32
Gambar 2. 29 Detail Bioswale
Sumber: http://earth-wind-water.com/storm-water-quality/bioswale-detail_4/

4. Green Belt
Iwan (2009) menjelaskan bahwa green belt dapat menyediakan
lingkungan yang sehat dengan adanya tabuk hijau yang berada di sekeliling
kawasan berupa vegetasi sebagai filter terhadap polusi udara dan
pengendalian terhadap pencemaran lingkungan. Penyediaan green belt selaras
dengan pendekatan biofilik yang bertujuan menciptakan lingkungan yang
sehat dan terkoneksi dengan alam.

Gambar 2. 30 Green Belt Permukiman


Sumber: pinhome.id

33
5. Taman Obat Keluarga
Taman obat keluarga merupakan taman yang dikhususkan untuk tanaman
obat yang berfungsi sebagai penyedia obat sekaligus menambah estetika.
Taman obat juga menjadi sarana kesehatan mandiri bagi masyarakat setempat
dan memiliki manfaat sebagai upaya kesehatan preventif, promotif dan
kuratif. Adapun jenis dari tanaman obat diantaranya cocor bebek, kunyit,
rimbang, alang-alang, mengkudu, kumis kucing, lengkuas, jahe, katuk dan
gandurasa (Harjono et al., 2017).

Gambar 2. 31 Taman Obat Keluarga


Sumber: gaya.tempo.co
F. Fasilitas Olahraga
1. Lapangan Terbuka
Lapangan terbuka pada perumahan berfungsi sebagai sarana olahraga bagi
masyarakat. Jenis olahraga yang disediakan diantaranya voli dan basket.
Lapangan difasilitasi dengan area duduk, lampu dan tong sampah.

Gambar 2. 32 Lapangan Basket


Sumber: http://branding-lapangan.blogspot.com/
Gambar 2. 33 Lapangan Voli

34
Sumber: http://www.erwesebelas.com/

G. Fasilitas Pendidikan
Fasilitas pendidikan yang seharusnya ada pada suatu kawasan hunian dengan
jumlah penduduk dibawah 2000 adalah Taman anak-anak dengan pencapaian 500
meter dan Sekolah Dasar dengan pencapaian 1000 meter. Pada perumahan hanya
akan dirancang Taman anak-anak karena pada radius 500 meter belum tersedia.
Sedangkan Sekolah Dasar sudah tersedia di sekitar lingkungan perumahan yang
radiusnya dibawah 1000 meter. Perancangan Taman anak-anak mencakup ruang
belajar, area bermain, toilet dan rumah penjaga.

Gambar 2. 34 Taman Kanak-Kanak Pertiwi Kedunglengkong


Sumber: https://filantropi.or.id/

H. Fasilitas Ruang Terbuka


1. Taman
Taman pada perumahan berfungsi sebagai ruang terbuka hijau dan tempat
berkumpul masyarakat. Memberikan taman pada perumahan juga bertujuan
untuk memberikan kesan nyaman bagi penghuni perumahan ditengah
padatnya kondisi perumahan.

35
Sumber : lehautdupanier.com

Gambar 2. 35 Taman Perumahan

2. Area Bermain Anak


Area bermain anak dapat diintegrasikan perletakannya terhadap taman.
Fasilitas pada area bermain anak perumahan diantaranya jungkat jungkit,
ayunan dan perosotan dengan vegetasi disekelilingnya.

Gambar 2. 36 Area Bermain Anak Citragrand Semarang


Sumber : https://www.citragrand-semarang.com/facility/

3. Signage
Signage merupakan papan penunjuk jalan yang berada pada perumahan
yang mana hal ini sejalan dengan Peraturan Pemerintah No.12 Tahun 2021.
Sumber : https://bukalapak.com/

36

Gambar 2. 37 Signage Perumahan


4. Lampu
Lampu berfungsi sebagai penerangan pada ruang terbuka atau di beberapa
titik di perumahan. Penerangan yang digunakan pada jalan berupa lampu jalan
dan pada taman berupa lampu taman. Perletakan lampu jalan yang ideal
terhadap lebar jalan 6 meter adalah setiap 36 meter (Syarifudin et al., 2015).

Gambar 2. 38 Jenis Penataan Lampu Jalan


Sumber : https://www.pengadaan.web.id
5. Hydran Kebakaran
Hydran kebakaran merupakan salah satu prasarana yang diaplikasikan
pada perumahan yang bertujuan untuk memadamkan api apabila terjadi
kebakaran yang mana merupakan salah satu standar yang semestinya ada pada
sebuhah perumahan sesuai dengan SNI 03-1733-2004.

Gambar 2. 39 Hydran Kebakaran

37
Sumber: http://damkar.bandaacehkota.go.id/

6. Tong Sampah
Tong sampah disediakan dipisah berdasarkan jenis sampah untuk menjaga
kebersihan dan memudahkan didalam pemilahan sampah untuk dikelola.

Gambar 2. 40 Tong Sampah


Sumber: http://www.pabrikkontainersampah.com/

2.2. Tinjauan Tema Perancangan


2.2.1. Definisi Arsitektur Biofilik
Kemunculan pemikiran biofilik terjadi pada tahun 1980 ketika mulai
terputusnya hubungan antara manusia dan alam dikarenakan tingkat urbanisasi yang
meningkat di negara maju. Hal ini mengakibatkan manusia mulai melupakan alam
dengan era modernisasi yang terjadi di perkotaan.
Biofilik berasal dari kata biopilia yang berarti pada hakikatnya manusia
terkoneksi dengan alam dalam menjalani kehidupan. Browning mengatakan bahwa
desain biofilik adalah prinsip desain yang menyediakan kesempatan bagi manusia
untuk hidup dan dapat bekerja pada tempat yang sehat dan dapat memberikan
kehidupan yang sejahtera yaitu menyatukan konsep desain dengan alam. (Browning,
2014). Desain biofilik dapat diartikan sebagai desain yang memperhatikan aspek
manusia dan alam untuk meningkatkan kualitas hidup dan lingkungan yang
mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan fisiologis maupun psikologis manusia.

38
2.2.2. Prinsip Arsitektur Biofilik
Arsitektur biofilik merupakan pengembangan dari Arsitektur Hijau yang
memperhatikan tentang ekologi dan alam, bukan hanya untuk menciptakan suatu
bangunan ramah lingkungan dan hemat energi, akan tetapi hingga menciptakan
bangunan yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Browning (2014) mengatakan
bahwa desain biofilik secara garis besar terdiri dari tiga kriteria yaitu nature in the
space, nature analogues dan nature of the space. Secara rinci ia menjabarkan prinsip
desain biofilik sebagai berikut:
A. Nature In The Space
1. Visual Connection With Nature
Menjadikan pemandangan dan elemen alam sebagai sebuah objek visual
untuk menambah energi positif, mengurangi stres dan kelelahan bagi
penghuni.
2. Non Visual Connection With Nature
Menyediakan lingkungan binaan yang melibatkan indera selain visual
meliptui indera peraba, pendengaran, penciuman dan perasa dengan
melibatkan aroma, sentuhan, suara dan rasa yang bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan mental penghuni.
3. Non Rhythmic Sensory Stimuli
Merupakan hubungan stokastik dan berlangsung sesaat terhadap alam
untuk mendorong sensorik alami.
4. Thermal & Airflow Variability
Mengontrol kondisi termal penghuni dan kondisi ruang melalui
variabilitas aliran udara dan variabilitas termal.
5. Presence Of Water

39
Memanfaatkan air atau aliran air untuk memberikan perspektif yang
berbeda terhadap suatu ruang yang berhubungan dengan penglihatan,
pendengaran atau sentuhan.
6. Dynamic & Diffuse Light
Memanfaatkan intensitas cahaya dan bayangan yang berubah dari waktu
ke waktu untuk menciptakan pengalaman ruang.
7. Connection With Natural System
Menciptakan lingkungan binaan yang responsif terhadap proses alami
yang mengalami perubahan musim atau dalam kurun waktu tertentu.
B. Nature Analogues
1. Biomorphic Forms & Patterns
Meningkatkan kinerja penghuni dengan menerapkan pola biomorfik yang
menarik secara visual dan terhubung dengan alam.
2. Material Connection With Nature
Mengeksplorasi material dan elemen alami untuk menciptakan respon
kognitif dan fisiologis yang positif.

3. Complexity & Order


Menerapkan bentuk simetri dan geometri dengan skala yang sama atau
bervariasi untuk menciptakan suasana ruang yang berbeda. Pengaturan skala
harus diperhatikan dan tidak merusak visual agar diperoleh respon yang
positif.
C. Nature Of The Space
1. Prospect
Memberikan kesan luas dan terbuka pada suatu ruang yang terkoneksi
dengan alam.
2. Refuge
Memberikan privasi terhadap ruang tertentu pada suatu lingkungan binaan
dengan menghadirkan rasa aman dan terkontrol.

40
3. Mystery
Menghadirkan rasa ingin tau atau penasaran terhadap suatu ruang yang
dilewati.
4. Risk
Menghadirkan rasa gembira melalui lingkungan binaan dengan rancangan
yang menantang, namun tidak membahayakan manusia dan lingkungan.

b.3. Studi Banding Fungsi Sejenis


b.3.1. Perumahan Citra Maja Raya
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=L5zVpvvePK0

Gambar 2. 41 Perumahan Citra Maja Raya

Perumahan Citra Maja Raya merupakan salah satu perancangan perumahan


tersertifikasi oleh Green Building Council Indonesia (GBCI) yang terletak di
Tangerang. Perumahan ini merupakan fasilitas utama dari pengembangan Eco

41
Residence Citra Raya dengan berbagai fasilitas pelengkap dan penunjang
didalamnya. Adapun fasilitas yang berada pada kluster adalah sebagai berikut:
A. Fasilitas Hunian
Hunian pada Perumahan Citra Maja Raya terdiri dari berbagai kluster dan
tipe. Perumahan juga terdiri dari hunian bertingkat dan tidak bertingkat. Ruang yang
berada di dalam rumah diantaranya ruang tamu, ruang makan, dapur, kamar tidur,
toilet, taman dan area servis. Jumlah dari masing-masing ruang menyesuaikan tipe
dan klusrer perumahan. Fasilitas hunian pada perumahan berupa penggunaan
peralatan yang memperhatikan dampak terhadap lingkungan seperti biological
septictank, pemanas tenaga surya, lampu led, resapan biopori dan penggunaan cat
ramah lingkungan.

Sumber :citramaja.com

Gambar 2. 42 Fasilitas Hunian Citra Maja Raya

B. Taman
Taman pada Perumahan Citra Maja Raya terletak diantara deretan perumahan
sehingga menghadirkan kesan nyaman dan sejuk. Taman ini berfungsi sebagai area
berkumpul dan sirkulasi kendaraan.

42
Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=0tMcr-EZDLg&t=77s

Gambar 2. 43 Taman Perumahan Citra Maja Raya

C. Playground
Playground dihadirkan dengan penataan lansekap yang menarik. Vegetasi
mengelilingi area bermain sebagai pembatas dengan fasilitas ayunan dan kuda
kudaan. Playground juga menyediakan bangku untuk orang tua mengawasi anak
ketika bermain atau dapat digunakan sebagai area berkumpul.

Gambar 2. 44 Playground Perumahan Citra Maja Raya


Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=0tMcr-EZDLg&t=77s

43
D. Fasilitas di Sekitar Perumahan
Fasilitas yang berada di sekitar perumahan, namun masih terintegrasi dari
kawasan Eco Residence Citra Raya adalah sebagai berikut:
1. Fasilitas Kesehatan
a) Rumah Sakit Ciputra
b) Apotek
c) Klinik
2. Fasilitas Pendidikan
a) Universitas Esa Unggul
b) Sekolah Tarakanita
c) Sekolah Citra Berkat
d) Sekolah Citra Islami

3. Fasilitas Peribadatan
a) Masjid
b) Gereja
c) Vihara
4. Fasilitas Olahraga dan Rekreasi
a) Ecoclub Sport Club
b) Waterworld Water Park
5. Area Komersial
a) Ruko
b) Minimarket
c) Eco Plaza

b.3.2. Greenland Foresthill Bogor

44

Gambar 2. 45 Greenland Foresthill Bogor


Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=KTEOW0LIYqo

Greenland Foresthill berada di Bogor, Jawa Barat dengan luas lahan 15


hektar. Perumahan ini mengusung konsep live, learn, leisure dipadu dengan
lingkungan hijau yang memberikan kesan aman dan nyaman. Setiap ruang di
dalamnya juga di desain sedemikian rupa sehingga mendapat cahaya yang cukup
tanpa lampu menyala di siang hari. Perumahan berada di lokasi yang strategis,
dilengkapi dengan fasilitas penunjang dan pelengkap lingkungan perumahan. Adapun
fasilitas yang ada pada Greenland Foresthill Bogor diantaranya:

A. Fasilitas Hunian

45
Perumahan Greenland Foresthill Bogor memiliki berbagai tipe hunian
didalamnya yang menyesuaikan dengan kebutuhan ruang dan daya beli masyarakata.
Ukuran tipe hunian terbilang efektif mengingat kondisi lahan yang semakin terbatas
dengan pembangunan ke arah vertikal. Adapun tipe rumah yang disediakan
diantaranya tipe 45, tipe 54, tipe 65 dan tipe 72.

Gambar 2. 46 Persebaran Tipe Hunian Greenland Foresthill Bogor


Sumber : https://greenlandforesthill.com/denah/

46
Tabel 2. 1 Tipe Perumahan Greenland Foresthill Bogor

Komponen Tipe Rumah

45

Gambar 2. 47 Rumah Tipe 45 Greenland Foresthill Bogor


Sumber :https://www.youtube.com/watch?v=KTEOW0LIYqo

54

Gambar 2. 48 Rumah Tipe 54 Greenland Foresthill Bogor


Sumber :http://azaygreenland.blogspot.com/

Sumber :https://www.youtube.com/watch?v=KTEOW0LIYqo

65

Gambar 2. 49 Rumah Tipe 65 Greenland Foresthill Bogor

72

Gambar 2. 50 Rumah Tipe 72 Greenland Foresthill Bogor


Sumber :https://greenlandforesthill.com

47
B. Masjid
Masjid perumahan terletak dekat dengan bundaran dan jalan utama
perumahan untuk memudahkan akses. Meskipun pada lingkup perumahan, masjid
tetap menyediakan area parkir. Masjid juga ditata dengan lansekap berbentuk
lingkaran dengan permainan elevasi yang dapat dijadikan tempat berkumpul. Adapun
ruang didalam masjid diantaranya tempat sholat, mihrab, tempat wudhu dan toilet.

Gambar 2. 51 Masjid Greenland Foresthill Bogor


Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=KTEOW0LIYqo

C. Taman Dan Playground


Penataan playground terletak di dekat bundaran yang menjadi taman dan jalan
utama dengan fasilitas ayunan dan jembatan gantung yang dijadikan satu wahana
bermain. Pada ataman dan playgrund terdapat bangku sebagai area berkumpul dan
vegetasi pembatas terhadap jalan.

Gambar 2. 52 Taman dan Playground Greenland Foresthill Bogor


Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=KTEOW0LIYqo

48
D. Sport Centre
Sport Centre merupakan fasilitas yang bertujuan untuk mewadahi berbagai
macam olahraga. Adapun jenis olahraga yang difasilitasi pada Sport Centre
Greenland Foresthill Bogor diantranya badminton dan renang.

Gambar 2. 53 Sport Centre Greenland Foresthill Bogor


Sumber :https://greenlandforesthill.com/fasum/
E. Sekolah

Gambar 2. 54 Sekolah Menengah Pertama Cileungsi


Sumber :https://www.bogor.relifegreenland.com/fasilitas

F. Ruang Terbuka
Pemanfaatan lahan pada Greenland Foresthill Bogor terbilang efisien dengan
penataan ruang terbuka pada sudut dan spot tertentu. Ruang terbuka dapat berfungsi
sebagai area berkumpul dan menambah kesan hijau pada perumahan.

49
Sumber : https://greenlandforesthill.com/fasum/

Gambar 2. 55 Ruang Terbuka Greenland Foresthill Bogor

2.4. Studi Banding Tema Sejenis


2.4.1. Second Home Hollywood Office
`Sumber: archdaily.com

Gambar 2. 56 Second Home Hollywood Office

Second Home Hollywood Office terletak di Los Angeles dan dirancang oleh
Selgascano Architect. Bangunan ini merupakan redesain dengan mengubah daerah
parkir menjadi 60 bungalow berbentuk oval dengan pengulangan empat bentuk yang
berbeda. Masing-masing bangunan memiliki celah yang mana pada celah tersebut
terdapat vegetasi. Bangunan ini memfokuskan koneksi visual terhadap alam dengan

50
penggunaan kaca dominan sebagai fasad sehingga terhubung dengan lansekap
disekitarnya.

Tabel 2. 2 Studi Banding Second Home Hollywood Office


Komponen Keterangan

Sumber :archdaily.com Second Home Hollywood Office


menciptakan ruang kantor yang
berhubungan baik dengan alam.
Bangunan ini menghadirkan koneksi
terhadap alam dengan fasad kaca dengan
sudut 3600 dan taman di sekitar bangunan,
sehingga para karyawan merasa
Gambar 2. 57 Visual Connection With Nature
terhubung dengan alam.

Bangunan ini menghadirkan alam pada


ruang kantor melalui indera penciuman,
pendengaran, indera peraba dengan
memberikan vegetasi didalam bangunan
dan pemilihan material alami.

Gambar 2. 58 Non-Visual Connection


With Nature
Sumber :archdaily.com

51
Komponen Keterangan

Menghadirkan pola stokastik pada


bangunan yang membuat karyawan merasa
nyaman dengan penataan lansekap sehingga
dapat terdengar suara burung dan daun
gemerisik.

Gambar 2. 59 Non-Rhytmic Sensory Stimuli


Sumber :archdaily.com

Bangunan ini menghadirkan pencahayaan


yang alami dan dinamis dengan bukaan
yang tepat sebagai akses cahaya matahari
masuk dan pemberian lighting
menyesuaikan keadaan ruang.

Gambar 2. 60 Dynamic And Diffuse Lighting


Sumber :archdaily.com

52
Lansekap pada Second Home Hollywood
Office memiliki berbagai macam jenis
tanaman dengan waktu mekar yang
berbeda, sehingga hal ini menjadi proses
alami yang menarik secara visual dan
menambah kesan positif bagi karyawan.
Gambar 2. 61 Connection With Natural
System
Sumber :archdaily.com

Komponen Keterangan

Bangunan menggunakan material almi


seperti plafon dan lantai kayu di beberapa
spot dengan pemilihan warna kayu yang
senada dengan vegetasi lansekap.

Gambar 2. 62 Material Connection


With Nature
Sumber :archdaily.com

53
Bangunan ini menerapkan pola simetris
dan geometri berbentuk oval dengan
pengulangan empat bentuk.

Gambar 2. 63 Complexity And Order


Sumber :archdaily.com

Sumber : https://www.architecturalrecord.com/ Pandangan yang luas dan terbuka


dihadirkan pada bangunan secara baik
dengan pemberian kaca mengitari
bangunan menjadikan bagian dalam
menyatu dengan lansekap. Hal ini sangat
berpengaruh untuk mengurangi stress
karyawan.
Gambar 2. 64 Prospect

Komponen Keterangan

Poin misteri pada Second Home Hollywood


Office menghadirkan rasa ingin tau bagi
para karyawan atau seseorang yang
melewatinya dengan alur jalan berliku
disertai bangunan oval dan vegetasi yang
mengitarinya.

Gambar 2. 65 Mistery
Sumber :archdaily.com

54
2.4.2. Cloud Forest
Cloud Forest merupakan salah satu bangunan di kawasan Garden By The Bay
karya WilkinsonEyre Architect yang terletak di Singapura. Cloud Forest memiliki
luas 8000 m2 dengan suhu sekitar 230c-250c dan tingkat kelembapan mencapai 80%-
90%. Bangunan ini mereplikasi kondisi lembab dingin yang ditemukan di daerah
dataran tinggi tropis antara ketinggian 1.000 meter dan 3.000 meter diatas permukaan
laut. Cloud Forest menerapkan prinsip arsitektur biofilik dengan pemanfaatan elemen
air, sirkulasi udara dan pola biomorfik dengan koneksi visual terhadap alam.

Gambar 2. 66 Cloud Forest


Sumber :archdaily.com

55
Tabel 2. 3 Studi Banding Cloud Forest
Komponen Keterangan

Di dalam Cloud Forest terdapat air terjun


indoor yang jatuh dari ketinggian 42 m
dengan 10 semburan air yang berbeda
yang bertujuan untuk mengontrol air dan
meminimalisir akustik Aliran air berasal
dari air hujan yang dikumpulkan dan
digunakan kembali untuk irigasi,
Gambar 2. 67 Presence Of Water
Sumber :archdaily.com penyiraman tanaman, penyimpanan dan
sisanya dilepaskan ke reservoir.

Cloud Forest mereplikasi suhu dan


kelembapan dengan indoor berupa bioma
dan air terjun sehingga diperoleh suhu
230c-250c dan kelembapan 80%-90%.

Gambar 2. 68 Thermal And Airflow


Variability
Sumber :archdaily.com

56
Komponen Keterangan

Pola yang dihadirkan yaitu biomorfik yan


dapat terlihat dari bentukan bangunan
yang dinamis dan didukung oleh kawasan
Garden By The Bay dengan bentukan
seperti pohon memiliki ranting yang
menjulang tinggi.

Gambar 2. 69 Biomorphic Forms And Pattern


Sumber :archdaily.com

Pada waktu-waktu tertentu pipa pada


Cloud Forest akan meniupkan uap air,
sehingga suasana yang tercipta pada
ruang seperti berkabut.
Gambar 2. 70 Non-Rhytmic Sensory Simuli
Sumber :archdaily.com

Beberapa area pada bangunan memiliki


ruang tertutup untuk membatasi privasi
suatu ruang.

Gambar 2. 71 Refuge
Sumber :archdaily.com

57
Komponen Keterangan

Cloud Forest memiliki bentukan


lengkungan seperti kurva dengan struktur
yang cukup rumit. Namun, hal ini
menjadi poin yang menarik dari Cloud
Forest.

Gambar 2. 72 Risk
Sumber :archdaily.com

2.4.3 Envelope House


Envelope House berlokasi di Singapura dan dirancang oleh Asolidplan
Architect. Bangunan ini memiliki luas tapak 620 m 2 dengan koneksi terhadap taman
pada ruang luar luar dan dalam sehingga menciptakan hubungan yang baik terhadap
alam. Envelope House juga memperhatikan kondisi iklim dan suhu yang beradaptasi
terhadap iklim tropis dengan bukaan elemen persegi yang memiliki ukuran berbeda-
beda. Dari bukaan tersebut juga dimanfaatkan sebagai akses masuknya cahaya
matahari.

Gambar 2. 73 Envelope House


Sumber: archdaily.com

58
Tabel 2. 4 Studi Banding Envelope House
Komponen Keterangan
Envelope House menciptakan koneksi
terhadap taman dengan bukaan yang lebar
yang langsung terhubung secara visual
menuju taman.

Gambar 2. 74 Visual Connection


With Nature Envelope House

Menciptakan koneksi secara non visual


dengan indera penciuman melalui vegetasi
yang aromanya dapat tercium oleh penghuni
rumah.

Gambar 2. 75 Non Visual Connection


With Nature Envelope House

Elemen air digunakan untuk melengkapi


elemen vegetasi dengan penataan kolam
interior yang terhubung dengan jalan setapak.

Gambar 2. 76 Presence Of Water


Envelope House

59
Komponen Keterangan
Menggunakan material alami berupa kayu
seperti pada lantai, pintu dan railing

Gambar 2. 77 Material Connection With Nature

Adanya skylight dan plafon yang tinggi


dengan penggunaan ventilasi silang sehingga
menciptakan kondisi ruang dengan kondisi
termal yang relatif stabil dan sirkulasi udara
yang baik

Gambar 2. 78 Thermal And


Airflow Variability

Menciptakan kesan menantang dengan


penggunaan tangga yang seolah melayang
dengan tangga tanpa riser, namun tetap aman
dengan adanya railing dan ukuran yang sesuai
standar.

Gambar 2. 79 Risk Envelope House

60

Anda mungkin juga menyukai