Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN SURVEI

REDESAIN KAMPUNG UNTIA BERBASIS KEARIFAN LOKAL

A.NAMIRA AMALIA ALFATIHA


D051171516

DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019/2020
A.LOKASIPROYEK

Gambar 1 Lokasi Survey

Sumber : Google Maps

Gambar 2 Lokasi survey

Sumber : Google Maps

2
 Kelurahan Untia dengan luas lahan 256 ha memiliki banyak potensi untuk
dikembangkan.
 Hutan mangrove dengan luas 10 ha
 Empang dengan luas mencapai 105 ha
 Permukiman dengan luas 12 ha
 Luas dari ketinggian dari permukaan Laut 1.00 km2
 Jarak Kantor Lurah ke Ibu kota kecamatan <1.00 km2

 Banyaknya Penduduk Berdasarkan Kelurahan, Jenis Kelamin, dan Sex


Rasio

 Banyaknya Penduduk berdasarkan Kepadatan penduduk

 Banyaknya Penduduk berdasarkan RT/RW

B.PEMBAHASAN

Permasalahan dilokasi :

Permasalahan yang dijumpai di lokasi yaitu


a. Lebar jalan yang tidak sesuai dengan standar lebar
jalan dalam permukiman. Kebanyakan lebar jalannya 1-
2,5 m.

3
b. Air bersih berasal dari PDAM, namun terkadang tidak
mengalir, sehingga masyarakat membeli air
c. Masih ada beberapa rumah yang semi permanen.
d. Rumah yang berada di pinggir kanal tidak
memperhatikan GSB kanal.
e. Drainasenya menggunakan drainase tertutup dan
terbuka.

Pengertian Kearifan Lokal

Kearifan lokal merupakan suatu gagasan konseptual yang hidup dalam


masyarakat, tumbuh dan berkembang secara terus-menerus dalam kesadaran
masyarakat, berfungsi dalam mengatur kehidupan masyarakat dari yang sifatnya
berkaitan dengan kehidupan yang sakral maupun profan. Kearifan lokal telah
menjadi tradisi-fisik-budaya, dan secara turun-temurun menjadi dasar dalam
membentuk bangunan dan lingkungannya, yang diwujudkan dalam sebuah
warisan budaya arsitektur perkotaan. 

Kearifan lokal dan tradisi penangkapan ikan  ramah lingkungan  yang


masih dipertahankan  antara lain ômemancing sotong (nyomek) ô dan penggunaan
ôkelongö  untuk menangkap ikan dingkis.  Keduanya memiliki criri-ciri khusus
peralatan dan tatacara dalam  pelaksanaannya. Menyomek dilakukan  pada 
malam hari di musim sotong yaitu musim barat.  Pelaksanaannya  harus disiplin,
terampil dan  tertib.  Mengenai areal penempatan kelong  tidak sembarangan,
harus memiliki kesepakatan diantara pemiliknya. Kepemilikan lokasi kelong 
bersifat hak  guna pakai individu yang bisa turun-temurun dan bisa dijualbelikan 
atau disewakan.

Tradisi dan kearifan lokal yang ada, sekarang  sudah tidak kental lagi
dipatuhi seluruhnya. Namun pengaruhnya telah menimbulkan rasa kesadaran
tinggi  di kalangan masyarakat terhadap perlunya  menjaga  kelestarian
sumberdaya  perikanan khususnya terumbu karang dan ekosistem terkait  lainnya
sebagai tumpuan matapencaharian  mereka. Semua kondisi tersebut  di atas

4
diharapkan  dapat mendukung  program kerja  COREMAP  dalam upaya
pelestarian terumbu karang  di daerah ini.

Standar-Standar Permukiman

Standar permukiman yang menjadi acuan rancangan


yaitu SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan
Lingkungan Perumahan di Perkotaan. Lingkungan
perumahan merupakan bagian dari kawasan perkotaan
sehingga dalam perencanaannya harus mengacu pada
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) setempat atau
dokumen rencana lainnya yang ditetapkan oleh Pemerintah
Kota/ Kabupaten. Perencanaan lingkungan perumahan juga
harus memberikan kemudahan bagi semua orang,
termasuk yang memiliki ketidakmampuan fisik atau mental
seperti para pemenuhan azas aksesibilitas (sesuai dengan
Kepmen No. 468/ Thn. 1998), yaitu:
1) kemudahan, yaitu setiap orang dapat mencapai
semua tempat atau bangunan yang bersifat umum
dalam suatu lingkungan;
2) kegunaan, yaitu setiap orang harus dapat
mempergunakan semua tempat atau bangunan yang
bersifat umum dalam suatu lingkungan;
3) keselamatan, yaitu setiap bangunan yang bersifat
umum dalam suatu lingkungan terbangun, harus
memperhatikan keselamatan bagi semua orang; dan
4) kemandirian, yaitu setiap orang harus dapat
mencapai, masuk dan mempergunakan semua
tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam
suatu lingkungan dengan tanpa membutuhkan
bantuan orang lain.
a. Data dasar lingkungan perumahan

5
1 RT : terdiri dari 100– 250 jiwa
penduduk
1 RW : (2.000 jiwa penduduk) terdiri dari
8 – 10
RT
1 kelurahan (≈ lingkungan): (30.000 jiwa penduduk)
terdiri dari 10 –
12 RW
1 kecamatan : (120.000 jiwa penduduk) terdiri
dari 4 – 6
kelurahan / lingkungan
1 kota : terdiri dari sekurang-kurangnya 1
kecamatan
Penentuan asumsi dasar satuan unit lingkungan
dapat dipertimbangkan dan disesuaikan dengan kondisi
konteks lokal yang telah dimiliki. Contoh kasus di
daerah Bali, satuan unit lingkungan RW ≈ banjar dinas,
satuan unit lingkungan kelurahan ≈ lingkungan ≈ desa
dinas. Sedangkan kasus di daerah Padang, satuan unit
lingkungan kelurahan ≈ nagari yang terdiri dari > 10
RW.
Asumsi dasar lingkungan perumahan, yaitu
Jumlah penghuni rumah rata-rata : 5 jiwa
Kecepatan rata-rata pejalan kaki : 4.000 m / jam
Jarak ideal jangkauan pejalan kaki : 400 m
b. Perencanaan Kebutuhan Sarana dan Prasarana
Lingkungan
1. Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum
Dasar penyediaan sarana pemerintahan dan
pelayanan umum untuk melayani setiap unit
administrasi pemerintahan baik yang informal (RT
dan RW) maupun yang formal (Kelurahan dan

6
Kecamatan), dan bukan didasarkan semata-mata
pada jumlah penduduk yang dilayani oleh sarana
tersebut. Tentunya hal ini dapat terkait dengan
bentukan grup bangunan/blok yang nantinya
terbentuk sesuai konteks lingkungannya. Sedangkan
penempatan penyediaan sarana mempertimbangkan
jangkauan radius area layanan terkait dengan
kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk
melayani pada area tertentu.

Tabel 1 Kebutuhan sarana pemerintahan dan


pelayanan umum

7
Sumber : SNI 03-1733-2004

2. Sarana Pendidikan dan Pembelajaran

8
Dasar penyediaan sarana pendidikan adalah
untuk melayani setiap unit administrasi
pemerintahan baik yang informal (RT, RW) maupun
yang formal (Kelurahan, Kecamatan), dan bukan
didasarkan semata-mata pada jumlah penduduk
yang akan dilayani oleh sarana tersebut. Tentunya
hal ini dapat terkait dengan bentukan grup
bangunan/blok yang nantinya terbentuk sesuai
konteks lingkungannya. Sedangkan penempatan
penyediaan fasilitas ini akan mempertimbangkan
jangkauan radius area layanan terkait dengan
kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk
melayani pada area tertentu.
Tabel 2 Kebutuhan sarana pendidikan dan
pembelajaran

Sumber : SNI 03-1733-2004

3. Sarana Kesehatan
Dasar penyediaan sarana ini adalah didasarkan
jumlah penduduk yang dilayani oleh sarana tersebut.
Dasar penyediaan ini juga akan mempertimbangkan
pendekatan desain keruangan unit-unit atau
kelompok lingkungan yang ada. Tentunya hal ini

9
dapat terkait dengan bentukan grup bangunan/blok
yang nantinya terbentuk sesuai konteks
lingkungannya. Sedangkan penempatan penyediaan
fasilitas ini akan mempertimbangkan jangkauan
radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar
sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada
area tertentu.
Tabel 3 Kebutuhan sarana kesehatan

Sumber : SNI 03-1733-2004

4. Sarana Peribadatan
Dasar penyediaan ini juga akan
mempertimbangkan pendekatan desain keruangan
unit-unitatau kelompok lingkungan yang ada. Hal ini
dapat terkait dengan bentukan grup bangunan /
blok yang nantinya lahir sesuai konteks
lingkungannya. Penempatan penyediaan fasilitas ini
akan mempertimbangkan jangkauan radius area
layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang
harus dipenuhi untuk melayani area tertentu

10
Tabel 4 kebutuhan sarana peribatan

Sumber : SNI-03-1733-2004
5. Sarana Perdagangan dan Niaga
Sarana perdagangan dan niaga ini tidak selalu
berdiri sendiri dan terpisah dengan bangunan sarana
yang lain. Dasar penyediaan selain berdasarkan
jumlah penduduk yang akan dilayaninya, juga
mempertimbangkan pendekatan desain keruangan
unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada.
Tentunya hal ini dapat terkait dengan bentukan grup
bangunan / blok yang nantinya terbentuk sesuai
konteks lingkungannya. Sedangkan penempatan
penyediaan
fasilitas ini akan mempertimbangkan jangkauan
radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar
sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada
area tertentu.

11
Tabel 5 Jenis sarana perdagangan dan niaga

6. Sarana Kebudayaan dan Rekreasi


Sarana kebudayaan dan rekreasi merupakan
bangunan yang dipergunakan untuk mewadahi
berbagai kegiatan kebudayaan dan atau rekreasi,
seperti gedung pertemuan, gedung serba guna,
bioskop, gedung kesenian, dan lain-lain. Bangunan
dapat sekaligus berfungsi sebagai bangunan sarana
pemerintahan dan pelayanan umum, sehingga
penggunaan dan pengelolaan bangunan ini dapat
berintegrasi menurut kepentingannya pada waktu-
waktu yang berbeda.
Tabel 6 Kebutuhan sarana kebudayaan dan rekreasi

12
Sumber : SNI 03-1773-2004

7. Sarana Ruang Terbuka Hijau dan Lapangan Olahraga


Ruang terbuka merupakan komponen
berwawasan lingkungan, yang mempunyai arti
sebagai suatu lansekap, hardscape, taman atau
ruang rekreasi dalam lingkup urban. Peran dan fungsi
Ruang Terbuka Hijau (RTH) ditetapkan dalam
Instruksi Mendagri no. 4 tahun 1988, yang
menyatakan "Ruang terbuka hijau yang populasinya
didominasi oleh penghijauan baik secara alamiah
atau budidaya tanaman, dalam pemanfataan dan
fungsinya adalah sebagai areal berlangsungnya
fungsi ekologis dan penyangga kehidupan wilayah
perkotaan.
Tabel 7 sarana ruang terbuka, taman dan lapangan
olahraga

Sumber : SNI -03-1773-2004

13
8. Prasarana/Utilias – Jaringan Jalan
Lingkungan perumahan harus disediakan
jaringan jalan untuk pergerakan manusia dan
kendaraan, dan berfungsi sebagai akses untuk
penyelamatan dalam keadaan darurat. Dalam
merencanakan jaringan jalan, harus mengacu pada
ketentuan teknis tentang pembangunan prasarana
jalan perumahan, jaringan jalan dan geometri jalan
yang berlaku, terutama mengenai tata cara
perencanaan umum jaringan jalan pergerakan
kendaraan dan manusia, dan akses penyelamatan
dalam keadaan darurat drainase pada lingkungan
perumahan di perkotaan. Salah satu pedoman teknis
jaringan jalan diatur dalam Pedoman Teknis
Prasarana Jalan Perumahan (Sistem Jaringan dan
Geometri Jalan), Dirjen Cipta
Karya, 1998.
Tabel 8 Klasifikasi jalan di lingkungan perumahan

Sumber : SNI 03-1773-2004

9. Prasarana/Utilias – Jaringan Drainase

14
Lingkungan perumahan harus dilengkapi
jaringan drainase sesuai ketentuan dan persyaratan
teknis yang diatur dalam peraturan/ perundangan
yang telah berlaku, terutama mengenai tata cara
perencanaan umum jaringan drainase lingkungan
perumahan di perkotaan. Salah satu ketentuan yang
berlaku adalah SNI 02-2406-1991 tentang Tata cara
perencanaan umum drainase perkotaan.
Tabel 9 Kebutuhan prasarana persampahan

10. Prasarana/Utilias – Jaringan Lisrik


Jenis-jenis elemen perencanaan pada jaringan
listrik yang harus disediakan pada lingkungan
perumahan di perkotaan adalah:
a) kebutuhan daya listrik; dan
b) jaringan listrik.
11. Prasarana / Utilitas – Jaringan Telepon
Lingkungan perumahan harus dilengkapi jaringan
telepon sesuai ketentuan dan persyaratan teknis
yang diatur dalam peraturan / perundangan yang
telah berlaku, terutama mengenai tata cara
perencanaan umum jaringan telepon lingkungan
perumahan di perkotaan.
12. Prasarana/Utilitas-Jaringan Transportasi Lokal
Lingkungan perumahan direkomendasikan untuk
dilalui sarana jaringan transportasi lokal atau
memiliki akses yang tidak terlampau jauh
(maksimum 1 km) menuju sarana transportasi

15
tersebut. Lingkungan perumahan harus dilengkapi
jaringan transportasi sesuai ketentuan dan
persyaratan teknis yang diatur dalam peraturan /
perundangan yang telah berlaku, terutama mengenai
tata cara perencanaan umum jaringan transportasi
lingkungan perumahan di perkotaan.
Tabel 10 Fasilitas pendukung, perlengkapan jalan
dan angkutan umum

2. Green arsitektur

Pengertian Arsitektur hijau

Arsitektur hijau atau yang dikenal secara global dengan sebutan green architecture
merupakan salah satu aliran arsitektur yang berfokus pada arsitektur yang ramah
lingkungan.   Beberapa poin pentingnya seperti meminimalisasi konsumsi sumber
daya alam, efisiensi energi, penggunaan air yang bijak dan berkelanjutan, dan
material non polusi serta daur ulang.

Arsitektur hijau juga merupakan suatu pendekatan perencanaan pembangunan


yang bertujuan untuk meminimalisasi kerusakan alam dan lingkungan di tempat
bangunan itu berdiri.

16
Dalam istilah arsitektur hijau kemudian berkembang berbagai istilah penting
seperti pembangunan yang berkelanjutan atau yang dikenal dengan sustainable
development.  Istilah ini dipopulerkan pada tahun 1987 sebagai pembangunan
yang dapat memenuhi kebutuhan orang-orang masa kini tanpa harus
mengorbankan sumber daya alam yang harus diwariskan kepada generasi
mendatang. Hal ini diucapkan oleh Perdana Menteri Norwegia Bruntland.

Prinsip Arsitektur Hijau

Pada tahun 1994 the one arsitektur hijau Amerika atau U.S. Green building
Council  mengeluarkan sebuah standar yang bernama Leadership in Energy and
Environmental Design (LEED) standards.  Adapun Dasar kualifikasinya adalah
sebagai berikut :

1. Pembangunan yang berkelanjutan 

Diusahakan menggunakan kembali bangunan yang ada dan dengan pelestarian


lingkungan sekitar.  Tersedianya tempat penampungan tanah, Taman diatas atap,
penanaman pohon sekitar bangunan juga dianjurkan

2. Pelestarian air 

Dilakukan dengan berbagai cara termasuk diantaranya pembersihan dan daur


ulang air bekas serta pemasangan bangunan penampung air hujan.  Selain itu
penggunaan dan persediaan air harus juga di pantai secara berkelanjutan

3. Peningkatan efisiensi energi

Dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya  membuat layout dengan orientasi


bangunan yang mampu beradaptasi dengan perubahan musim terutama posisi
matahari.

4. Bahan bangunan terbarukan

Material terbaik untuk arsitektur hijau adalah usahakan menggunakan bahan daur
ulang atau bisa juga dengan menggunakan bahan terbarukan sehingga

17
membutuhkan sedikit energi untuk diproduksi. Bahan bangunan ini idealnya
adalah bahan bangunan lokal dan bebas dari bahan kimia berbahaya.  Sifat bahan
bangunan yang baik dalam arsitektur hijau adalah bahan mentah tanpa polusi yang
dapat bertahan lama dan juga bisa didaur ulang kembali.

5. Kualitas lingkungan dan ruangan

Dalam ruangan diperhatikan hal-hal yang mempengaruhi bagaimana pengguna


merasa dalam sebuah ruangan itu. Hal ini seperti penilaian terhadap kenyamanan
dalam sebuah ruang yang meliputi ventilasi, pengendalian suhu, dan penggunaan
bahan yang tidak mengeluarkan gas beracun.

Standar-Standar Kearifan Lokal

Pasal 101

1. Kearifan Lokal merupakan petuah atau ketentuan atau norma yang


mengandung kebijaksanaan dalam berbagai perikehidupan masyarakat
setempat sebagai warisan turun temurun dari leluhur
2. Penyelanggaraan Bangunan Gedung dilakukan dengan
mempertimbangkan kearifan local dengan yang berlaku pada masyarakat
setempat yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3. Ketentuan dan tata cara penyelanggaraan kearifan local yang berkaitan
dengan penyelanggaraan Bangunan Gedung dapat diatur lebih lanjut
dalam peraturan bupati/walikota.

Pasal 1 Ayat 2

Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik


perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana,
dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.

Pasal 1 Ayat 6

18
Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan
perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di
dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem
pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.

Pasal 1 Ayat 22

Sarana adalah fasilitas dalam lingkungan hunian yang berfungsi untuk


mendukung penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial,
budaya, dan ekonomi.

Keadaan Geografis dan Administrasi

Desa Nelayan kelurahan Untia secara administrasi terdapat 3 RW dari 5


RW yang ada dikelurahan Untia dengan jumlah 355 KK dan 279 KK diantaranya
adalah keluarga tidak mampu. Sumber mata pencaharian utama dominan
sebagai nelayan. Penghuni Kampung Nelayan memiliki sejarah dan nilai
sosial budaya serta solidaritas sosial yang sudah terbangun sejak masih berada
pada komunitas lama yakni di pulau Lae-Lae. Pada komunitas baru pun terdapat
pilar-pilar modal sosial seperti adanya institusi/organisasi ekonomi berupa
koperasi, kelompok dan organisasi nelayan, jalinan kerjasama diantara mereka
termasuk rasa toleransi, ada kelompok arisan, BKM (Badan Keswadayaan
Masyarakat), dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM).

19
Gambar 3 Bentuk Rumah penduduk Untia

Sumber : Data pribadi

Kondisi
Sosial Budaya

Kelurahan Untia terbentuk pada tahun 2000 yang merupakan hasil


pemekaran dari dua kelurahan yaitu kelurahan Bulurokeng Kecamatan
Biringkanaya dan Kelurahan Bira Kecamatan tamalanrea. Penduduk kelurahan
Untia sendiri terdiri menjadi dua bagian yaitu penduduk dari kelurahan untia
secara umum dan penduduk kelurahan untia yang bermukim di Desa nelayan.
Penduduk Desa nelayan merupakan penduduk dari pulau Lae – laer yang berhasil
direlokasi. Relokasi yang dimulai pada bulan Februari dan Maret tahun 1998 bagi
326 KK, namun yang berhasil pindah ke Kampung nelayan sampai sekarang ini
hanya sekira 100 lebih KK, dan umumnya hanya kepala keluarga yang status
nelayan kecil/sawi atau buruh, sementara para punggawa (pinggawa) masih tetap
di Pulau Lae-Lae.

Sejumlah nelayan yang sudah menetap di Kampung nelayan


tersebut aktivitas ekonominya tetap bersentuhan dan memanfaatkan potensi
sumber daya kelautan berupa penyelam teripang dan menangkap ikan.
Aktivitasnya sebagai nelayan juga tetap dilakukan sama seperti ketika masih di
komunitas lamanya di Pulau Lae-Lae sebaliknya juga warga PulauLae-Lae
melakukan hal yang sama. Bahkan hubungan dan kamunikasi diantara

20
merekadikomunitas lama dan komunitas baru masih tetap berjalan, termasuk
dukungan terhadapaktivitas ekonomi profesi sebagai nelayan.

Selanjutnya, komunitas Kampung Nelayan Kelurahan Untia yang sudah


bermukim sejak tahun 1999 yang lalu dinamika interaksi sosial juga berkembang,
dimana dalam komunitasnya bukan hanya dihuni oleh nelayan dari pulau Lae-Lae
tapi juga sudah berinterkasi dengan
komunitas lokal. Hal yang sama terjadi pada komunitas nelayan Pulau Lae-Lae
berinteraksi dan beradaptasi dengan komunitas lain termasuk penghuni
baru. Untuk Komunitas Kampung Nelayan, hubungan dan interaksi yang
berlangsung sekarang ini dengan penduduk lokal juga baik bahkan penuh
kehangatan bukan hanya pada hubungan sosial tetapi juga pada hubungan
kerjasama pada aktivitas ekonomi, sehingga komunitas nelayan Kelurahan Untia
bukan hanya mengandalkan kehidupan ekonominya pada potensi kelautan tapi
juga pada sektor ekonomi lainnya seperti menjadi buruh bangunan, buruh industri
rumahan, sektor jasa angkutan tukang ojek, pengawas bangunan.

Pada awalnya penduduk Desa Nelayan sering mengalami ancaman,


ketegangan dan
konflik, sehingga ada ketakutan dengan warga penduduk lokal. Namun sekarang
ini hubungan dan kerjasama dengan warga penduduk lokal sudah berlangsung
dengan begitu baik bahkan saat ini sudah sulit dibedakan antara warga hasil
relokasi dan warga penduduk lokal. Hal ini karena proses-proses sosial yang
terjadi mengarah pada proses sosial yang asosiatif seperti kerjasama, assimilasi,
toleransi dalam bentuk perkawinan antara kedua komunitas, sehingga akan
mengarah pada hubungan dan solidaritas yang mekanik berupa hubungan darah
dan kekeluargaan. Komunitas kampung nelayan mampu membangun
hubungan/jaringan dan kerjasama bukan hanya pada nelayan punggawa yang ada
di Pulau Lae-Lae tapi juga sektor lainnya yang dapat memberi penghasilan
tambahan bagi keluarga nelayan seperti menjadi buruh industry rumahan, buruh
bangunan dan sektor jasa berupa tukang ojek.

Masyarakat Kelurahan Untia Kec. Biringkanaya sadar akan pentingnya


pendidikan,

21
apalagi pendidikan agama. Data penelitan yang diperoleh tentang
pendidikan masyarakat

Kelurahan Untia Kec. Biringkanaya adalah sebagai berikut:


a.Usia 3-6 thn yang sedang TK sebanyak 30 orang.
b.Usia 7-18 thn yang tidak pernah sekolah sebanyak 9 orang.
c.Usia 7-18 thn yang sedang sekolah sebanyak 17 orang.
d.Usia 18-56 thn yang tidak pernah bersekolah sebanyak 90 orang.
e.Usia 18-56 thn pernah SD tapi tidak tamat sebanyak 401 orang.
f.Tamat S1/sederajat sebanyak 5 orang.
g.Tamat SD / Sederajat sebnyak 611 orang
h.Jumlah Usia 12 – 56 Tahun tidak tamat SLTP Sebanyak 519 Orang
i.Jumlah Usia 18 – 56 Tahun tidak tamat SLTA Sebanyak 504 Orang

Demi mempermudah masyarakat Kelurahan Untia Kec. Biringkanaya dalam


mengenyam
pendidikan maka didirikanlah beberapa fasilitas dan sarana pendidikan. Sarana
Pendidikan yang ada di Kelurahan Untia adalah sebagai berikut.

a. Playgroup sebanyak 1 gedung (Sarana Pendidikan)

Gambar 4 Playgroup

Sumber : Data pribadi

b. SD sebanyak 1 gedung (Sarana Pendidikan)

22
Gambar 5 Sekolah Dasar di Untia

Sumber : Data Pribadi

c. SMK sebanyak 1 gedung (Sarana Pendidikan)

Gambar 6 SMK di Untia

Sumber : Data Pribadi

Dalam mendukung aktivitas religius masyarakat Kelurahan Untia Kec.


Biringkanaya didukung dengan fasilitas infrastruktur berupa masjid
dengan kondisi bangunan yang sangat sederhana dan klasik.
d. Masjid (Sarana peribadatan)

23
Gambar 7 Masjid di Untia

Sumber : Data pribadi

e. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (Sarana pendidikan)

Gambar 8 Pusat Kegiatan Belajar

Sumber : Data pribadi

Aktifitas Ekonomi Masyarakat

Masyarakat Kelurahan Untia Kec. Biringkanaya bekerja disektor Budidaya


perikanan, pertanian, jasa angkutan, industri kecil, peternakan, Nelayan dan buruh
tani adalah jenis mata pencaharian yang banyak diminati masyarakat . Serta untuk
menambah perekonomian masyarakat Untia membuka usaha sampingan berupa
warung-warung kecil

24
Warung-warung kecil Nelayan

Jasa angkutan Buruh pabrik


METODE PENELITIAN

a) Survey/wawancara,
atau lengkapnya self-administered survey adalah metode
pengumpulan data primer dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
kepada responden individu. Jadi bisa disimpulkan survei adalah metode
untuk mengumpulkan informasi dari kelompok yang mewakili sebuah
populasi: Sejumlah besar responden.

b) Studi Literatur

Masyarakat kota Pesisir yang sangat terbuka akan memberikan


implikasi pada terbentuknya budaya baru melalui proses akulturasi
budaya, budaya-budaya pendatang yang masuk di kawasan kota Pesisir
pada akhirnya akan membentuk budaya baru, yang dikenal dengan budaya
Pesisir. Budaya masyarakat kota Pesisir merupakan wujud dari pola tata
laku dan struktur sosial masyarakat pesisir yang pada akhirnya juga akan
membentuk arsitektur masyarakat kota Pesisir. Budaya dalam konteks

25
peradaban Pesisir (peradaban daerah pantai) merupakan gambaran adanya
aneka ragam budaya yang memiliki prinsip interaksi dinamis atau
pergerakan dan kreasi aktif heterogenitas dengan adanya kemiripan
kultural tentang gambaran mata rantai perdagangan, pergaulan sosial,
hubungan politik serta interaksi kesusasteraan dan kesenian (Vickers,
2009).
Teori strukturalisme mengkaitkan antara realitas dengan struktur
dalam yang terkandung pada seluruh aspek kehidupan manusia.
Pandangan dalam teori ini terdiri dari dua sisi, yakni : struktur dan sistem.
Pemikir seperti Ferdinand de Saussure dan Charles Sanders Peirce telah
mengangkat strukturalisme ke dalam tataran epistemologis dan
metodologis melalui konsep yang dikembangkan dengan struktur ‘diadic’
(langue-parole dan signifier –signified) dan ‘triadic’ (sign-object-
interpretant).
Teori Strukturalisme(Levis Strauss, 1958) merupakan teori yang
dapat mengungkap suatu sistem atau pola yang terjadi dalam satu
komunitas fisik maupun non fisik. Teori ini menjelaskan bagaimana
kebudayaan melalui kajian tentang perilaku, dan perilaku tersebut
diungkap untuk mendapatkan konsep yang melatar-belakanginya. Konsep
inilah yang diharapkan dapat terwujud melalui kajian secara komprehensif
pengamatan perilaku termasuk adanya mitos yang berupa cerita yang
kompleks yang mengungkapkan eksistensi manusia.

Pesisir merupakan kawasan yang komplek, dinamis dan


lingkungan yang unik karena pengaruh dari dua ekosistem, yaitu
ekosistem daratan dan ekosistem lautan. Kawasan ini mengkondisikan
sebagai suatu sumberdaya pesisir dan apabila dikelola dengan benar dapat
menjadi tumpuan dan sumber pertumbuhan baru bagi
pembangunan ekonomi secara berkelanjutan dalam mewujudkan
masyarakat yang maju dan mandiri. Wilayah pesisir didefenisikan
sebagai suatu wilayah dimana daratan berbatasan dengan laut; batas
di daratan meliputi daerah daerah yang tergenang air maupun yang tidak

26
tergenang air yang masih dipengaruhi oleh proses proses laut seperti
pasang surut, angina laut instrusi air laut, sedangkan batas dilaut
daerah daerah yang dipengaruhi oleh proses alami di daratan
seperti sedimen dan mengalir air tawar kelaut serta benda‐benda yang
dibawa air kelaut.Dari aspek pembangunan, batas wilayah pesisir kearah
laut ditetapkan 12Mill laut dan kearah darat sampai batas kecamatan
yang yang memiliki desa‐desa pesisir.

Memperhatikan realitas wilayah pesisir inilah yang mendorong


KKP mengembangkan program pembangunan masyarakat pesisir dengan
mendapat dukungan dari IFAD. Dalam rangka mengatasi degradasi
sumber daya perikanan kelautan di Indonesia,khususnya di Kota
Makassar diperlukan suatu desain pengelolaan yang komprehensif. Desain
pengelolaan ini diharapkan dapat menyatukan beberapa kebijakan yang
ada sehingga dapat mengakomodasi kebutuhan masyarakat. Desain
pengelolaan tersebut adalah menyisihkan lokasi-lokasi yang memiliki
potensi keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, gejala alam dan
keunikan serta ekosistem yang ada didalamnya.

Analisis Permukiman sesuai standar

DIK: Jumlah Penduduk =2.340 Jiwa

Standart Penghuni dalam satu rumah = 5 Jiwa

Perbandingan tipe rumah = 2:3:5

Tipe Hunian = Tipe 21 m2 Tipe 35


m2 Tipe 50 m2

Luas Tapak = 85.220 km2

Jumlah rumah di RT 01,02,03 RW 05 = Jumlah


penduduk : Standar orang per rumah

=2.340 : 5

27
= 468 rumah.

BC : 40 % : 60 %

40% = Luas lahan terbangun ; dan 60% = Luas lahan tidak


terbangun

40% x 85.220 m2 = 34.088 m2

60% x 85.220 m2 = 51.132 m2

A. Gambaran Umum Kelurahan Untia Terhadap Kota Makassar


1) Lokasi Tapak
Lokasi perencanaan berada di Kel. Untia Kecamatan Biringkanaya,
Kecamatan Biringkanaya merupakan salah satu dari 14 kecamatan
yang ada di Kota Makassar. Secara geografis, Kecamatan
Biringkanaya terletak pada koordinat 1190 28’ BT dan 119032’ BT
dan 503’ LS sampai 503’ LS dengan luas wilayah berdasarkan data
dari Badan Pusat Statistik Kota Makassar sebesar 48,22 Km2. Batas
administratif Kecamatan Biringkanaya yaitu:
 Sebelah utara : Kab. Maros
 Sebelah selatan :Kecamatan Tamalanrea
 Sebelah barat : Kecamatan Tamalanrea
 Sebelah Timur : Kab. Maros
Secara administratif, Kecamatan Biringkanaya terbagi atas tujuh
kelurahan dimana Kelurahan Sudiang sebagai kelurahan terluas dan
Kelurahan Untia sebagai kelurahan terkecil.

28
= Kelurahan Untia

Kelurahan Untia merupakan salah satu kelurahan yang terdapat di


Kecamatan Biringkanaya yang juga memiliki luas wilayah terkecil.Kelurahan ini
terdiri dari dua lingkungan, yaitu lingkungan Untia dan lingkungan nelayan dan
terdiri dari lima RW. Kelurahan Untia memiliki luas wilayah sekitar 2,98 km2 .
Kelurahan ini merupakan hasil pemekaran dari Kelurahan Bulurokeng.
Berikut batas-batas administratif dari Kelurahan Untia:

 Sebelah utara : Kabupaten Maros dan Selat Makassar


 Sebelah selatan : Kecamatan Tamalanrea
 Sebelah timur : Kelurahan Bulurokeng
 Sebelah
barat : Selat
Makassar
 Luas wilayah
256,1 Ha

29
Gambar 9 Peta Kelurahan Untia

Sumber : Hasil Digitasi, 2015

Tabel 11 . Penggunaan Lahan di Kelurahan Untia

Permukiman Nelayan di Untia merupakan program kebijakan pemerintah


pada masa pemerintahan walikota Malik B. Masry tahun 1998 yang merelokasi
pemukiman nelayan di Pulau Lae-Lae. Untia resmi menjadi kelurahan defenitif

30
pada tahun 2000 dan menjadi kelurahan ke-143, serta menjadi kelurahan terakhir
yang terbentuk di Kota Makassar. Permukimanini diharapkan dapat menjadi
permukiman nelayan percontohan nasional dengan mengadopsi bentuk
permukiman nelayan di Cina.

1) Keadaan Topografi

Berdasarkan topografi Kelurahan Untia berada pada ketinggian 3 MDPL


sampai 7 MDPL dari atas permukaan air laut dan kemiringannya 0-3 %.

2) Keadaan Geologi

Jenis tanah yang terdapat di Kelurahan Untia yaitu Marine atau endapan liat
dan Alluvial kelabu.

3) Keadaan Hidrologi

Sumber air bersih di Kelurahan Untia dapat diperoleh dari air sumur dengan
kedalaman permukaan air 3 sampai 7 meter.

4) Iklim dan Curah Hujan

Kelurahan Untia memiliki iklim dan curah hujan dengan suhu berkisar antara
200C – 350 C serta dngan curah hujan rata-rata 2000mm/tahun.

5) Jenis Vegetasi

Jenis vegetasi yang terdapat di Kelurahan Untia adalah vegetasi tanaman


mangrove.

1) Pola Grid

Pola permukiman ini terlihat di perumahan Rewind yang terdapat di


lingkungan nelayan. Hal ini terjadi karena rumah-rumah di daerah ini sudah
tertata dengan baik dan dibangun secara terencana. Di perumahan ini sarana
dan prasarana pendukung seperti sarana pendidikan, kesehatan telah tersedia.

31
Gambar 10. Ilustrasi pola grid permukiman nelayan Untia

2) Pola Linear

Sebagaimana yang diketahui pola permukiman linier merupaka Permukiman


penduduk di dataran rendah umumnya membentuk pola permukiman linear,
dengan rentangan jalan raya yang menembus desa. Jika terjadi pemekaran,
tanah pertanian menjadi permukiman baru. Ada kalanya pemekaran menuju ke
arah pedalaman. Untuk memudahkan transportasi dibuatkan jalan baru
mengelilingi desa, semacam ring road.Pola permukiman ini terlihat pada
lingkungan Untia tepatnya dijalan saloding sebelum memasuki lingkungan
nelayan. Pola permukiman ini mengikuti pola jalan pada perumahan dan
memanjang sepanjang jalan.

Gambar 11. Ilustrasi pola Linear permukiman nelayan Untia

Sumber : Materi Kuliah 2015


1. Pola Permukiman Nelayan Untia

32
Gambar 12. Ilustrasi Pola permukiman grid

Sumber : Data Pribadi

2. Data Eksisting Lokasi


a. Land Use (Tata Guna Lahan)

Tata guna lahan berfungsi untuk menentukan dasar perencanaan


dalam dua dimensi dalam suatu perkotaan.

b. Building and Massing (Tata Massa Bangunan)


Bentuk dan massa bangunan ditentukan oleh ketinggian atau besarnya
bangunan, penampilan bentuk maupun konfigurasi dari massa
bangunannya. Bentuk dan massa bangunan ditentukan juga oleh besaran
selubung bangunan (building envelope), BCR (building covered rasio)
“KDB” dan FAR (Floor Area Ratio) “KLB”,ketinggian bangunan,
sempadan bangunan, ragam arsitektur, skala,material, warna dan
sebagainya.(Materi kuliah, 2012).
c. Sirculation and Parking (Sirkulasi dan Parkir)

33
Masalah sirkulasi kota diperlukan pemikiran yang mendasar; antara
prasarana jalan yang tersedia, bentuk struktur kota, fasilitas pelayanan
umum dan jumlah kendaraan bermotor yang semakin meningkat.
Persayaratan parkir:

1) Sirkulasi manusia

a) Pengguna dapat mengakses seluruh fasilitas pada Kawasan ekowisata


permukiman Untia diutamakan dengan berjalan kaki.

b) Jalur akses mampu mengarahkan dan memudahkan pengguna menuju


fasilitas kawasan.

c) Sirkulasi pengguna sebisa mungkin tidak terganggu dengan akses


kendaraan bermotor.

2) Sirkulasi barang

a) Kendaraan angkutan barang tidak mengganggu area ruang publik,


terlebih disertai dengan proses bongkar muat barang,sehjingga harus ada
tempat parkir mobil barang.

b) Tersedia akses di area umum tanpa mengganggu jalur pejalan kaki.

3) Sirkulasi kendaraan (sirkulasi kota)

a) Jalur jalan merupakan jalan yang ramah pejalan kaki (pedestrian


friendly) Ada baiknya kendaraan yang parkir tidak merusak estetika
koridor jalan

d. Pedestrian Ways (Jalur Pejalan Kaki)


Area di tujukan untuk pejalan kaki yang bebas hambatan. Atraksi untuk
mendapatkan suasana saat melakukan pergerakan, baik statis maupun
dinamis. Sistem pedestrian yang baik akan mengurangi keterikatan
terhadap kendaraan di kawasan pusat kota, mempertinggi kualitas
lingkungan melalui system Namun, pada kenyataannya kondisi di
lapangan sangat jauh berbeda dari yang diharapkan, tidak terdapatnya
akses untuk pejalan kaki mengakibatkan warga yang berada di kawasan

34
berjalan kaki dengan menggunakan jalur kendaraan yang dampaknya akan
sangat berbahaya. Lebar pedestrian pada tapak yaitu 2 meter, dan untuk
jalan utama lebarnya sekitar 3 meter.
e. Signage (Penanda)

Kehidupan kota sangat tergantung pada aktivitas komerisialnya, akibatnya


penandaan atau petunjuk mempunyai pengaruh penting pada desain tata
kota. Pada ekisting kawasan tidak terdapat penanda, sehingga tidak
terdapat penjelasan terhadap fungsidan kegiatan yang ada dalam kawasan
permukiman nelayan Untia. Dalam pemasangan papan iklan harus
memerhatikan pedoman teknis sebagai berikut :

1) Penggunaan papan iklan harus merefleksikan karakter kawasan

2) Jarak dan ukuran harus harus memadahi dan diatur sedemikian rupa
agar menjamin jarak penglihatan dan menghindari kepadatan

3) Penggunaan harus harmonis dengan bangunan arsitektur sekitar lokasi

4) Pembatas penggunaan lampu hias kecuali penggunaan khusus untuk


teater dan tempat-tempat pertunjukan

5) Pembatasan papan iklan yang berukuran besar yang mendominir di


lokasi pemandangan kota

f. Activity Support (Aktifitas Pendukung)


Pendukung kegiatan adalah semua fungsi bangunan dan kegiatan-kegiatan
yang mendukung ruang publik suatu kawasan kota. Pendukung aktifitas
berkembang tergantung bagaimana kondisi di suatu tempat atau kawasan,
jika kondisi kawasan tersebut sangat berpotensi untuk menarik minat
pengunjung maka di sekitar Kawasan akan banyak sarana-sarana
pendukung untuk melengkapi kebutuhan para pengunjung.
g. Open Space (Ruang Terbuka)
Tapak merupakan ruang terbuka yang terdapat di kawasan ini. Diantaranya
berfungsi sebagai ruang terbuka hijau, adapun yang lainnya merupakan
tambak ikan milik masyarakat setempat . Ruang Terbuka pada tapak inilah

35
yang rencananya akan dimaksimalkan sebagaimana fungsinya, serta
mengolahnya untuk mensejahterakan kehidupan penduduk setempat.

Potensi tapak
Kelurahan Untia dengan luas lahan 256 ha memiliki banyak potensi
untuk dikembangkan diantaranya:
 Hutan mangrove dengan luas lahan mencapai 10 ha bisa digunakan
sebagai sarana ekowisata mangrove.
 Empang dengan luas lahan mencapai 105 ha bisa digunakan sebagain
tempat pemancingan.
 Permukiman dengan luas lahan 12 ha bisa sebagian difungsikan sebagai
tempat penginapan bagi pengunjung dan sebagai sarana wisata jalan-jalan.
REKOMENDASI
 Perlu pembinaan dan pelestarian kearifan local
 Pemerintah diharapkan membuat tanda batas wilayah
penangkapan  agar tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran  yang
menimbulkan keresahan masyarakat
 Diharapkan  Dinas Kelautan Perikanan dan Pertanian  (DKP2)  Kota
Batam berupaya memberikan bantuan usaha kepada kelompok
nelayan dalam rangka peningkatan taraf hidupnya.

36

Anda mungkin juga menyukai