Oleh :
D051171520
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020
Tropis diartikan sebagai suatu daerah yang terletak di antara garis isotherm di
bumi bagian utara dan selatan, atau daerah yang terdapat di 23,5 lintang utara dan
23,5 lintang selatan.
Pada dasarnya wilayah yang termasuk iklim tropis dapat dibedakan menjadi 2,
yaitu:
1. Tropis kering yang meliputi stepa, savanna kering dan gurun pasir dengan
ciri-ciri sebagai berikut:
• Kelembaban udara yang relatif rendah (umumnya dibawah 50%)
• Curah hujan yang rendah
• Radiasi matahari ke wilayah yang memiliki iklim tropis kering langsung
tinggi dan maksimal karena jarang terdapat awan
• Banyak terdapat gurun pasir karena sangat jarang terjadi hujan
• Pada sore hari sering terdengar ledakan batu-batu akibat perubahan suhu
ekstrem
2. Tropis Lembab yang meliputi hutan hujan tropis, daerah-daerah dengan
musim basah dan savanna lembab.
• Kelembaban udara yang relatif tinggi (pada umumnya di atas 90%)
• Curah hujan yang tinggi
• Temperatur tahunan di atas 18°C (dan dapat mencapai 38°C pada musim
kemarau).
• Perbedaan antar musim tidak terlalu terlihat, kecuali periode sedikit
hujan dan banyak hujan yang disertai angin kencang
▪ Pada skala regional, kepulauan Indonesia terdiri dari lima pulau besar dan
ribuan pulau kecil yang dikelilingi laut-laut maupun selat-selat.
Untuk pengertian Arsitektur Tropis ini, lebih mengacu pada daerah tropis basah
sesuai dengan kondisi iklim di Indonesia. Beberapa ciri tropis lembab adalah suhu
rata-rata 32,3°C, langit umumnya cerah tetapi menyilaukan. Rumah-rumah di
daerah tropus lembab mempunyai bukaan-bukaan yang cukup banyak untuk
mensirkulasi udara lembab di dalam ruangan keluar, teras yang luas serta plafond
yang tinggi menjadi ciri khas.
Untuk kenyamanan thermal iklim tropis, maka bangunan tropis memiliki ciri
utama:
Hal‐hal yang harus diperhatikan dalam mendesain dengan aspek tanggap iklim
yaitu memperhatikan keuntungan matahari, meminimalkan perlakuan aliran
panas, meminimalkan pembesaran bukaan/bidang terhadap matahari,
memperhatikan ventilasi, memperhatikan penguapan pendinginan, sistem atap.
Proses
No Parameter
Pengendalian
- Bangunan mempunyai orientasi yang baik
menghadap ke arah utara dan selatan agar tidak
mendapatkan cahaya matahari secara langsung
- Orientasi bangunan dengan sisi terpanjang
menghadap ke arah angin yang paling mudah
Orientasi
1. menerima udara
Bangunan
- Orientasi bangunan terhadap angin yang paling baik
adalah tegak lurus atau 45°
- Kelembapan dapat dicegah dengan bertambahnya
aliran angin dan sinar matahari masuk ke dalam
bangunan.
- Perletakan bukaan pada area positif bangunan akan
Bukaan dan
2. memasukkan angin ke dalam bangunan
Ventilasi
- Bukaan pada lantai bawah diletakkan tinggi, karena
arah angin meliuk ke bawah
- Bukaan pada lantai atas diletakkan rendah, karena
arah angin masuk melambung ke atas
- Arah masuk angin, letak inlet, dan outlet
dikombinasikan agar aliran angin berjalan merata di
seluruh ruangan.
- Jenis jendela pada sisi bangunan tegak lurus arah
angin lebih baik menggunakan jendela berdaun tanpa
sudut seperti jalusi, hung-window, horizontal sliding,
awning, basement, hooper, dan horizontal pivot.
- Sementara jendela pada sisi bangunan bersudut,
bukaan dengan daun jendela bersudut lebih baik
seperti casament atau vertical pivot.
- Cara untuk memasukkan cahaya ke dalam ruang
yakni sidelighting, toplighting, dan atria.
- Struktur perletakan tanaman pada selubung
bangunan dapat berupa dinding, secondary skin, dan
lantai.
3. Shading Devices - Sebagai barrier, konfigurasi vegetasi tinggi – rendah
secara stabil lebih baik untuk proses filtrasi
Jarak antara barrier dan bangunan/filter yang
optimal adalah 0,5 – 2 kali tinggi bangunan
Hubungan - Tumbuhan dan landscape digunakan tidak hanya
5. Terhadap untuk kepentingan ekologis dan aestetik semata,
Landscape tetapi juga membuat bangunan menjadi lebih sejuk.
- Ruang trasisional dapat diletakkan di tengah dan
Membuat Ruang
5. sekeliling sisi bangunan sebagai ruang udara dan
Transisional
atrium