1
Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Riau, Kampus Binawidya km 12,5 Simpang Baru 28293 – Indonesia, Email:
syapsan_sy@yahoo.co.id Website: pslh.lppm.unri.ac.id Telepon: 0811766819
2 2
Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Riau, Kampus Binawidya km 12,5 Simpang Baru 28293 – Indonesia, Email:
dahlantbolon@unri.ac.id Website: pslh.lppm.unri.ac.id Telepon: 08127580604
semuanya berinteraksi dengan dan mempengaruhi satu sama lain dengan cara
yang sering tak terpisahkan. Mengkaji faktor-faktor ini memungkinkan
universitas untuk membuat keputusan strategis tentangpengelolaan kampus
yang merupakan bagian integral kampus hijau di dalam perekonomian daerah
Kota Pekanbaru.
8. Pembuatan biopori
Beberapa nilai ekonomi dari keberadaan kampus Bina Widya adalah nilai
ekonomi pohon, kayu bakar, tanaman hias, serapan karbon, ikan, keberadaan,
air, buah-buahan dan satwa.
Berdasarkan hasil pengamatan awal, banyak jenis pohon yang ada di dalam
kampus Bina Widya. Karakteristik Kampus Bina Widya merupakan formasi
hutan hujan tropis daratan rendah. Meskipun tidak termasuk kelompok hutan
yang masih perawan (virgin forest), namun keanekaragaman spesiesnya masih
relatif tinggi. Hutan tropis khususnya tropis basah menurut Purwanto (2001)
berada di sekitar garis peredaran matahari (ekuator). Hutan hujan tropis
Indonesia memiliki kekayaan jenis tertinggi di dunia. Saat ini kondisi hutan
hujan tropis dataran rendah di Indonesia, dan Riau khususnya mengalami
degradasi yang sangat parah. Oleh karena itu keberadaan Kampus Bina Widya
menjadi sangat penting di tengah gersangnya Kota Pekanbaru.
Selain dari adanya potensi kayu yang terdapat di Kampus Bina Widya terdapat
juga potensi kayu bakar. Kayu bakar diambil dari ranting, pohon mati, atau
pohon yang tumbang di dalam kampus Bina Widya. Sebagian pekerja di dalam
kampus memanfaatkannya untuk kayu bakar. Ada yang menjadi bahan bakar
utama, ada juga sekedar menjadi bahan bakar sampingan atau alternatif
pengganti minyak tanah.
Vegetasi Kampus Bina Widya yang relatif masih alami memberikan jasa
lingkungan yang penting, baik pada tingkat lokal, regional, maupun global.
Pada tingkat lokal, pepohonan memberi perlindungan terhadap tanah
(mencegah erosi) dan menahan air, yang memberi efek pendinginan atau
kesejukan dalam cuaca panas. Pada tingkat regional, evapotranspirasi dari
vegetasi atau pepohonan Kampus Bina Widya akan dilepas ke atmosfir dan
kembali sebagai hujan. Pada tingkat global, kawasan hutan Kampus Bina Widya
memiliki peran sebagai penyerap dan penyimpan karbon (carbon sink),
sehingga dapat mengurangi laju pemanasan global.
Dalam kontek penelitian ini, maka kemampuan ekosistem Kampus Bina Widya
sebagai penyerap atau penyimpan carbon (carbon sink) dapat dijual ke dunia
Nilai ekonomi pemanfaatan ikan yang diambil dalam penelitian ini adalah ikan
yang berasal dari kawasan perairan kampus. Ada beberapa kawasan kampus
yang memungkinkan untul dilakukan budidaya perikanan. Nilai ekonomi
pemanfaatan ikan diperoleh berdasarkan pendekatan produktivitas, dimana
benefit merupakan total pendapatan dikurang total pengeluaran (cost). Asumsi
yang dipakai adalah : harga, suku bunga, biaya investasi dan biaya produksi
tetap. Biaya investasi dan biaya produksi yang dikeluarkan oleh pengelola
masing-masing waduk/embung terdiri dari sewa, bolek (pagar dari bambu di
sekitar danau), pukat, sempirai (perangkap ikan), dan energi (listrik atau bahan
bakar). Sedangkan pendapatan dari pengusahaan ikan diperoleh dari produksi
ikan dikalikan dengan harga. Beberapa jenis ikan yang memungkinkan
dikembangkan di kampus Binawidya adalah baung, selais, sepat, gabus dan
patin.
Nilai keberadaan menurut Widada (2004) adalah nilai yang diberikan oleh
masyarakat, baik oleh penduduk setempat maupun pengunjung terhadap suatu
kawasan, seperti manfaat spiritual, estetika, dan kultural. Keberadaan Kampus
Bina Widya memberikan manfaat spiritual dapat ditunjukkan antara lain: a)
kekayaan dan keindahan alam Kampus Bina Widya dapat membangkitkan
naluri rasa syukur manusia akan kebesaran Sang Pencipta atas ciptaan-Nya, b)
keharmonisan hubungan unsur ekosistem hutan dapat melahirkan keakraban
manusia dengan manusia, alam seisinya serta Penciptanya, dan c) tingginya
keanekaragaman hayati dan keaslian ekosistem Kampus Bina Widya
mengilhami manusia untuk terus menerus menggali misteri tentang ilmu biologi
konservasi, disamping dapat mengilhami manusia dalam bidang karya seni.
Kampus Bina Widya tentu juga mempunyai manfaat dalam pengendalian daur
air. Oleh karena itu manfaat air dari kawasan kampus juga bisa dihitung secara
ekonomi. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan
produktivitas. Maksudnya, dihitung air tanah yang dimanfaatkan oleh
masyarakat dalam kampus misalnya untuk kepentingan air minum, masak,
mandi dan mencuci pakaian. Agar tidak over estimate, air yang dihitung adalah
air tanah yang dikonsumsi masyarakat.
Di dalam areal kampus Bina Widya terdapat berbagai jenis fauna. Beberapa
diantaranya adalah, beruk, kera, biawak, babi, tupai dan lainnya. Juga terdapat
berbagai jenis burung, seperti elang, jalak perkutut murai, tiung ruak-ruak
serta berbagai jenis kupu-kupu.
Sebagai kawasan hutan hujan dataran rendah, Kampus Bina Widya memiliki
keanekaragaman hayati yang tinggi, termasuk di dalamnya adalah tumbuhan
obat. Pada umumnya masyarakat memanfaatkan tumbuhan obat hanya untuk
keperluan sendiri, bukan untuk dijual. Pengambilan tumbuhan obat yang
mereka gunakan diramu oleh “dukun” dimana dukun tersebut yang mengambil
tumbuhan obat tersebut dari hutan. Masyarakat memanfaatkan tumbuhan obat
dengan alasan : mudah didapatkan, harganya murah, serta karena telah
dilakukan pemanfaatan secara turun temurun.
Nilai ekonomi total Kampus Bina Widya tiap tahun adalah penjumlahan dari
beberapa nilai ekonomi dari komoditi yang diteliti, yang meliputi nilai ekonomi
kayu (pohon), kayu bakar, tanaman hias, serapan karbon, ikan, keberadaan,
air, buah-buahan, satwa, dan tumbuhan obat.
A. Kekuatan
1. Ketertarikan pimpinan kampus mengenai isu global warming
semakin meningkat
2. Komitmen Universitas Riau terhadap green campus sangat tinggi
3. Kesadaran warga kampus terhadap pentingnya suatu lingkungan
yang nyaman, indah dan sehat semakin baik
4. Jumlah mahasiswa yang banyak beraktivitas di dalam kampus
5. Universitas Riau terus meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk
menguasai teknologi serta memberikan fasilitas laboratorium dan
inkubator bisnis
6. Terdapat rencana operasional green campus dalam penganggaran
7. Adanya kerjasama dengan pemerintah daerah dalam
pengembangan kawasan kampus yang lestari
8. Pemusatan pola pengembangan sumberdaya berbasis konservasi
dan budaya melayu di kampus UR
9. Adanya dukungan pendanaan dari APBD Provinsi dan
Kabupaten/Kota di dalam penyediaan sarana dan prasarana kampus
10. Ketersediaan lahan kampus mencapai 410 ha di kawasan perkotaan
yang dapat dikembangkan sebagai pusat riset dan ekonomi hijau
B. Kelemahan
1. Masih rendahnya warga kampus yang memahami green campus
secara utuh
2. Kurangnya pemanfaatan peralatan yang ramah lingkungan
3. Kurangnya kepedulian dan kesadaran warga kampus terhadap
green campus dan green economy
4. Kurangnya publikasi ilmiah yang dikhususkan untuk permasalahan
lingkungan
5. Kurang optimalnya implementasi kebijakan green campus
6. Kurikulum dan proses belajar mengajar belum sepenuhnya
berorientasi kepada ecogreen
7. Kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung penerapan
konsep green campus
8. Ketergantungan penyelenggaran Universitas Riau pada PNBP dan
belum optimalnya pemanfaatan aset Universitas Riau untuk
mendanai kegiatan green campus
9. Resource Sharing ruang kuliah dan sarana lainnya belum terlaksana
secara optimal
“Green Campus” Universitas Riau Berbasis Konservasi dan Budaya Melayu 100
Bab 5 Potensi Ekonomi Kampus Bina Widya Universitas Riau Dan Pengelolaannya
Tabel 29. Hasil Analisis Terhadap Kekuatan Universitas Riau Kampus Bina
Widya
Tabel 30. Hasil Analisis Terhadap Kelemahan Universitas Riau Kampus Bina
Widya
“Green Campus” Universitas Riau Berbasis Konservasi dan Budaya Melayu 101
Bab 5 Potensi Ekonomi Kampus Bina Widya Universitas Riau Dan Pengelolaannya
C. Peluang
1. Kebijakan pemerintah tentang trend kecenderungan kembali ke alam
yang asli
2. Kota Pekanbaru sebagai emerging city dan smart city membutuhkan
kawasan terbuka hijau
3. Dukungan sosial baik itu dari masyarakat, LSM dan pers terhadap
penggunan bahan-bahan ramah lingkungan dan isu pemanasan global
4. Kesadaran warga sekitar kampus terhadap pentingnya suatu lingkungan
yang nyaman, indah dan sehat semakin baik
5. Akses informasi kampus yang tak terbatas dan mudah dijangkau dengan
semakin pesatnya teknologi informasi.
D. Tantangan
Tabel 31. Hasil Analisis Terhadap Peluang Universitas Riau Kampus Bina
Widya
“Green Campus” Universitas Riau Berbasis Konservasi dan Budaya Melayu 102
Bab 5 Potensi Ekonomi Kampus Bina Widya Universitas Riau Dan Pengelolaannya
Tabel 32. Hasil Analisis Terhadap Tantangan Universitas Riau Kampus Bina
Widya
“Green Campus” Universitas Riau Berbasis Konservasi dan Budaya Melayu 103
Bab 5 Potensi Ekonomi Kampus Bina Widya Universitas Riau Dan Pengelolaannya
Peluang
0.25
0.2
0.1
0.05
0
Kelemahan-0.25 -0.2 -0.15 -0.1 -0.05 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 Kekuatan
-0.05
-0.1
-0.15
-0.2
-0.25
Tantangan
Gambar 39. Hasil Analisis Terhadap Tantangan Universitas Riau Kampus Bina
Widya
Kepustakaan
Destryanto S., 2011. Pengembangan Konsep Penyediaan dan Pemanfaatan
Ruang Terbuka Hijau dalam Eco-Campus. Penerbit ITB. Bandung.
Lako, Andreas, 2014. Green Economy. Menghijaukan Ekonomi, Bisnis dan
Akuntansi. Erlangga. Jakarta.
Neolaka A, 2008. Kesadaran Lingkungan; Penerbit Rineka Cipta Jakarta
Panisen, N, 2012. Green Campus vs Pemanasan Global; Penerbit Universitas
Lampung. Bandar Lampung.
Rahardjo, M.D., 2012. Pembangunan Pascamodernis. INFID. Jakarta.
Rangkuti F, 2005; Analisis SWOTI. Gramedia. Jakarta.
Salim E, 1988: Pembangunan Berwawasan Lingkungan; LP3ES. Jakarta
Sugandhy dan Hakim, 2007; Prinsip Dasar Pembangunan Berkelanjutan
Berwawasan Lingkungan. Bumi Aksara. Jakarta.
Sujatmoko, 1992. Pembangunan Berkelanjutan. Gramedia. Jakarta.
Umar H, 2003. Strategic Management In Action; PT Gramedia Pustaka Utama
Jakarta
Waryono T, 1998; Konsep Dasar Pembangunan Mahkota Hijau Hutan Kota;
Universitas Indonesia. Jakarta.
“Green Campus” Universitas Riau Berbasis Konservasi dan Budaya Melayu 104
Bab 5 Potensi Ekonomi Kampus Bina Widya Universitas Riau Dan Pengelolaannya
“Green Campus” Universitas Riau Berbasis Konservasi dan Budaya Melayu 105