SHELL
KELOMPOK 1
LILI NATALIA PALULUN – D51115005
R dengan alam. Ilmu mengenai permukiman, bukan hanya mengenai manusia, alam,
jaringan, lindungan ataupun masyarakat. Kekuatan pembentuk suatu permukiman
antara lain oleh adanya kekuatan sosial, kekuatan ekonomi, kekuatan politik, ideology
M dan lainnya (Doxiadis, 1967).
N 2
SUMBER : https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmm/article/view
PESISIR
Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan
antara darat dan laut, ke arah darat wilayah
pesisir meliputi bagian daratan, baik kering
maupun terendam air, yang masih
dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang
surut, angin laut dan perembesan air asin,
sedangkan ke arah laut wilayah pesisir
mencakup bagian laut yang masih
dipengaruhi oleh proses-proses alami yang
terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran
Defenisi dan batasan pantai (Triatmodjo, 1999) air tawar, maupun yang disebabkan oleh
kegiatan manusia di darat seperti
penggundulan hutan dan pencemaran
(Carlos, 2011)
SUMBER : http://digilib.unila.ac.id/1204/7/Bab%20II.pdf
SHELL
Shells atau ruang bangunan atau bangunan
gedung hingga kelompok yang mencapai skala
permukiman, kampung, kota, dan aglomerasi
fisik wilayah, tempat manusia tinggal. (Doxiadis)
Sarana shell:
- Perumahan
- Pelayanan Masyarakat (sekolah, rumah
sakit)
- Pertokoan dan pasar
- Fasilitas Rekreasi (teater, museum)
- Pusat Pemerintahan
- Pusat Pelayanan Informasi
SUMBER : http://digilib.unila.ac.id/1204/7/Bab%20II.pdf
POLA PERMUKIMAN PENDUDUK
Permukiman penduduk sangat tergantung pada keadaan alamnya
sehingga persebarannya di permukaan bumi berbeda-beda. Dilihat dari
bentuknya, pola atau peta persebaran permukiman menurut Bintarto
dapat dibedakan sebagai berikut.
SUMBER : http://www.kuttabku.com/2017/01.html
Bentuk Pemukiman Mengelilingi Bentuk Permukiman Terpusat
Fasilitas Tertentu
Bentuk permukiman yang memusat umumnya terdapat
di desa, yaitu pada wilayah pegunungan dan dihuni oleh
penduduk yang berasal dari satu keturunan yang sama.
Biasanya semua warga masyarakat di daerah itu adalah
keluarga atau kerabat. Dusun-dusun yang terdapat di
desa yang bentuknya terpusat biasanya sedikit, yaitu
sekitar 40 rumah.
SUMBER : http://www.kuttabku.com/2017/01.html
Bentuk Permukiman Memanjang Bentuk Permukiman Memanjang
Mengikuti Jalur Jalan Raya Mengikuti Garis Pantai
SUMBER : http://www.kuttabku.com/2017/01.html
Pola Permukiman Desa
SUMBER : https://www.siswapedia.com/pola-pemukiman-desa/
A. The Farum Village Type C. The Arranged Isolated Farm Type
Pola permukiman penduduk yang
Tipe desa yang penduduknya bermukim di
mengumpul dimana disekelilingnya
sepanjang jalan utama desa yang terpusat pada
terdapat lahan pertanian. pusat perdagangan dan lahan pertanian berada di
B. The Nebulous Farm Tupe sekitar permukiman.
Masing-masing unit keluarga terisolasi. Jarak antara
Tipe desa yang sebagian besar penduduknya
satu rumah dengan rumah yang lain tidak terlalu
tinggal bersama di suatu tempat dengan lahan jauh. Pola permukiman di sepanjang sungai dan
pertanian di sekitarnya. Sebagian kecil pantai merupakan contoh desa tipe ini.
penduduk tersebar di luar permukiman pokok. D. The Pure Isolated Type
Sebenarnya the nebulous farm sama dengan tipe Pola pemukiman desa yang berpencar-pencar
the farm village, tetapi karena terlalu padatnya dengan disertai lahan pertaniannya masing-masing.
permukiman itu, ada beberapa penduduk yang Penduduk pada desa ini akan berkumpul pada
terkumpul di luar permukiman pokok. sebuah pusat perdagangan.
SUMBER : https://www.siswapedia.com/pola-pemukiman-desa/
Pola Permukiman Kota
Kota merupakan tempat berlangsungnya semua kegiatan sehingga diperlukan
sarana dan prasarana yang memadai.
Adapun pola pemekaran kota dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai
berikut.
a. Pola Konsensus
b. Pola Sektoral
c. Pola Pusat Kegiatan Ganda
SUMBER : http://www.kuttabku.com/2017/01.html
Bentuk Pola Permukiman Pesisir
Pola permukiman memanjang / Linear
Bentuknya memanjang mengikuti bentuk jalan, sungai, atau garis pantai.
SUMBER : https://arisudev.wordpress.com/2010/12/01/pola-permukiman-penduduk/
Bentuk Pola Permukiman Pesisir
• Pola
permukiman
memanjang /
Linear
• Pola
permukiman
memusat /
Nucleated
• Pola
permukiman
menyebar /
Dispersed SUMBER : https://arisudev.wordpress.com/2010/12/01/pola-permukiman-penduduk/
Pola Aliran Sungai
SUMBER : http://retnoosuci.blogspot.com/2013/03/pola-aliran-sungai.html
Daerah Sempadan Sungai
GARIS SEMPADAN SUNGAI (GSS) Pasal 7
SUMBER : http://peraturan.go.id/inc/view/11e452bdb2ae80c098db313634353432.html /
Tata Bangunan
1. Bangunan Standar yang digunakan untuk luas denah bangunan yaitu 60% : 40%, yaitu 40% dari luas
kavling untuk luas denah bangunan dan 60% untuk ruang terbuka/ruang terbuka hijau. Kebutuhan
minimal luas hunian 9m²/orang. Standar jumlah penghuni rata-rata 5 jiwa/KK.
2. Bentuk Rumah
a) Rumah Modern (Rumah Batu), rumah yang terbuat dari batu dan terletak di daratan.
b) Rumah Tradisional (Rumah Panggung), rumah yang terbuat dari kayu yang menyesuaikan dengan alam
dan terletak naik di atas air, di pasang surut dan daratan dengan lantai berada di atas permukaan
tanah/air (±2m).
c) Rumah Pengembangan, bangunan yang awalnya merupakan rumah panggung, namun mengalami
pergeseran bentuk dengan menggunakan bagian bawah sebagai ruangan yang dapat dipergunakan
untuk aktivitas tambahan
Tata Bangunan
2. Bentuk Rumah
a) Rumah Tunggal, rumah yang berdiri sendiri dalam persil, terpisah dengan rumah yang berada disebelahnya.
b) Rumah Deret/Kopel, rumah berpasangan (berhimpitan) biasanya satu atap dalam satu persil biasanya
maksimal 6 deret.
c) Rumah Susun, rumah bertingkat yang dibangun secara vertikal dalam bagian-bagian yang distrukturkan
secara fungsional.
3. Ketinggian Bangunan
Ketinggian bangunan adalah jarak lantai penuh suatu bangunan dihitung dari lantai dasar sampai dengan lantai
tertinggi. Tinggi puncak atap bangunan maksimal 12 meter. Standar ketinggian bangunan 3/2 dari GSB.
Tata Bangunan
4. Intensitas Bangunan
a. Koefisien Dasar Bangunan (KDB), rasio/ perbandingan luas lantai dasar bangunan (LLDB) yang menutupi
permukaan lahan (land coverage) dengan luas persil bangunan (LPB). Batasan KDB dinyatakan dalam persen
(%). Koefisien Lantai Bangunan (KLB), angka persentase perbandingan jumlah seluruh luas lantai seluruh
bangunan yang dapat dibangun dan luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai.
b. Sempadan Bangunan, batas dinding bangunan terdepan pada suatu persil tanah. Rumah tinggal kecil dengan
luas rumah >90m². Sempadan muka minimal 3m. Jika garis sempadan bangunan belum ditentukan pemda
setempat, dapat diambil patokan minimal ½ lebar badan jalan ditambah 1m.
c. Samping terhadap batas pekarangan bagian samping. Rumah tinggal kecil dengan luas rumah >90m².
Sempadan samping min. 2m.
d. Garis Jarak bebas Belakang, garis batas bangunan yang boleh didirikan pada bagian belakang terhadap batas
pekarangan bagian belakang.
e. Jarak Antar rumah satu lantai minimal 4m. Jarak antar bangunan yang berbeda persil minimal 6m dan 3m
dengan batas persil. Jarak antar rumah yang cukup dapat mencegah perambatan api pada saat kebakaran dan
dapat mengalirkan udara segar ke dalam bangunan.
Tata Bangunan
5. Tata Letak Bangunan
a. Orientasi Bangunan, sesuatu yang menjadi dasar penduduk dalam menentukan arah bangunan yang diyakini
mendapatkan keberuntungan/kebaikan.
b. Perletakan bangunan, mengacu pada konsep tata bangunan yang baik dari segi kenyamanan penghuni.
Perletakan bangunan berdasarkan pada Building coverage yang menunjukkan perbandingan antara luasan
persil terbangun dengan luasan persil seluruhnya. Ketentuan kelayakan untuk sebuah hunian, BC maksimum
60% : 40%.
6. Jalan Permukiman
Suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan
pelengkap/perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu-lintas kendaraan, orang dan hewan. Jenis jalan pada
permukiman meliputi jalan lingkungan dan jalan setapak.
Pendukung sebuah permukiman untuk memenuhi kebutuhan serta meningkatkan kehidupan dan penghidupan
masyarakat.
KASUS
SHELL 1
Kedua peta tersebut mengalami
beberapa perubahan pada letak
bentangan zona guna lahan
permukiman dan juga guna lahan
yang lainnya.
Zona guna lahan yang banyak
mengalami perubahan adalah luasan
permukiman daratan yang semakin
bertambah, akibat dari reklamasi yang
dilakukan dengan cara menimbun
area perairan.
Hal tersebut berakibat pada
perubahan posisi area transisi dan
jumlah luasan zona perairan.
Terminal pelabuhan dan juga
pelelangan ikan mengalami
perubahan pada jumlah luasan guna
Tahun 2000 Tahun 2010 lahannya.
1. Tahapan Perkembangan
Kawasan
Imriyanti, Nurmaida Amri & Amalia Paramitha Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea – Makassar, 90245 Telp./Fax:
(0411) 586265/(0411) 587707 e-mail : imrianti@gmail.com
1. Bentuk Tradisional
Bentuk modern hanya di nampakkan pada bagian teras dan ketinggian rumah yang agak rendah, akan tetapi
bentuk panggung tetap di pertahankan karena rumah tersebut tetap berada di sekitar pantai Tanjung Bayang.
Rumah dalam bentuk ini juga difungsikan sebagai hunian oleh pemilik rumah sekaligus tempat menginap bagi
wisatawan yang datang secara berkelompok karena kawasan pantai Tanjung Bayang sering di jadikan sebagai
lokasi pelaksanaan kegiatan mahasiswa dan siswa sekolah di kota Makassar.
3. Bentuk Campuran
• Metodologi Penelitian
Metode Penelitian ini membahas
secara kualitatif dalam kerangka
deskriptif. Lokasi penelitian di
Kelurahan Cambaya Kecamatan
Ujung Tanah Kota Makassar.
Batasan lokasi penelitian yakni
RW 2A, 3A, dan 4A yang memiliki
3 segmentasi yaitu perairan,
pasang surut dan perairan.
Seluruh rumah tinggal yang ada
di kawasan pesisir pantai
Kelurahan Cambaya Kecamatan
Tallo dipandang sebagai
populasi target.
Konsep Tata Bangunan pada Permukiman Padat di Kawasan Pesisir Pantai, Studi
Kelurahan Cambaya Kecamatan Ujung Tanah Kota Makassar
- Wiwik Wahidah Osman dan Amalia Paramitha -
KESIMPULAN • Luas kavling pada segmen perairan dan pasang surut tidak memenuhi
• Tata letak rumah tidak beraturan, tidak standar yaitu ˂ 60m².
mengikuti aturan sempadan jalan,
sempadan bangunan, sempadan samping • Kategori tingkat permanensi bangunan pada segmen daratan berupa
dan belakang serta jarak antar rumah. rumah permanen sedangkan pada pasang surut & perairan berupa
rumah semi permanen.
• Ketinggian bangunan rata-rata 7-14m.
• Bentuk rumah panggung dengan atap rumah menggunakan atap
• Orientasi bangunan menghadap jalan dan pelana.
perletakan bangunan di tengah persil.
• Keterikatan antar bangunan yaitu rumah kopel walaupun saling
• Jalan perumahan berpola offset. Kondisi berdempetan.
jalan tergolong baik pada segmentasi
daratan, sedangkan pasang surut dan • Karakteristik perumahan menunjukkan kualitas lingkungan di lokasi
perairan tergolong kurang baik/buruk. penelitian tergolong sangat kumuh (RW 2A dan RW 3A), sedangkan
pada RW 4A permukiman relatif tertata, terdapat penghijauan, dan
• Fasilitas dan sarana sudah mencukupi warga memiliki kesadaran lingkungan yang cukup baik sehingga
kebutuhan sebuah permukiman. Kondisi kualitas lingkungan tergolong kumuh sedang.
prasarana lingkungan tergolong kurang.