PERMUKIMAN
Perumahan merupakan pencerminan dan pengejawantahan dari diri pribadi manusia, baik
secara perseorangan maupun dalam suatu kesatuan dan kebersamaan dengan alam lingkungannya.
Sehingga perumahan tidak dapat dilihat hanya sebagai benda mati atau sarana kehidupan semata-
mata, tetapi lebih dari itu perumahan merupakan suatu proses bermukim, kehadiran manusia dalam
menciptakan ruang hidup di lingkungan masyarakat dan alam sekitarnya (Yudohusodo dkk, 1991, hal
1).
Perkembangan permukiman dan wilayah saling berpengaruh. Menurut Yudohusodo,dkk (1991),
perumahan dan permukiman dapat menjadi salah satu unsur pengarah pertumbuhan wilayah. Sehingga
konsep perkembangan permukiman dapat merujuk pada teori perkembangan kota dan wilayah.
Penyelenggaraan kawasan permukiman dilakukan untuk mewujudkan wilayah yang berfungsi sebagai lingkungan
hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan yang terencana, menyeluruh,
terpadu, dan berkelanjutan sesuai dengan rencana tata ruang (Pasal 56, UU No. 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman).
Kawasan Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik yang berupa
kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan
hunian dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan penghidupan.
Lingkungan Hunian adalah bagian dari kawasan permukiman yang terdiri atas lebih dari satu satuan
permukiman.
Kegiatan Penyelenggaraan Permukiman baru meliputi:
1. Penyediaan lokasi permukiman;
2. Penyediaan PSU permukiman; dan
3. Penyediaan lokasi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
KriteriaTeknis:
Karakteristik Lokasi dan Kesesuaian Lahan
Kawasan perumahan harus dilengkapi dengan:
1. Sistem pembuangan air limbah
2. Sistem pembuangan air hujan
3. Sistem penyediaan air bersih yang sesuai syarat kuantitas dan kualitas
4. Sistem pembuangan sampah
5. Penyediaan sarana perkotaan yang sesuai dengan standar kebutuhan
Secara Teknis, Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan diatur secara rinci pada SNI 03-
11
1733-2004, tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan. Adapun Aaspek-
aspek dalam perencanaan lingkungan perumahan meliputi:
1. Persyaratan Lokasi
a. Lokasi perumahan harus sesuai dengan rencana peruntukan lahan yang diatur dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) setempat atau dokumen perencanaan lainnya yang ditetapkan
dengan Peraturan Daerah setempat, dengan kriteria sebagai berikut:
1) Kriteria Keamanan, dicapai dengan mempertimbangkan bahwa lokasi tersebut bukan
merupakan kawasan lindung (catchment area), olahan pertanian, hutan produksi, daerah
buangan limbah pabrik, daerah bebas bangunan pada area Bandara, daerah dibawah jaringan
listrik tegangan tinggi;
2) Kriteria Kesehatan, dicapai dengan mempertimbangkan bahwa lokasi tersebut bukan
daerah yang mempunyai pencemaran udara di atas ambang batas, pencemaran air
permukaan dan air tanah dalam;
3) Kriteria Kenyamanan, dicapai dengan kemudahan pencapaian (aksesibilitas), kemudahan
berkomunikasi (internal/eksternal, langsung atau tidak langsung), kemudahan berkegiatan
(prasarana dan sarana lingkungan tersedia);
4) Kriteria Keindahan/Keserasian/Keteraturan (Kompatibilitas), dicapai dengan penghijauan,
mempertahankan karakteristik topografi dan lingkungan yang ada, misalnya tidak
meratakan bukit, mengurug seluruh rawa atau danau/setu/sungai/kali dan sebagainya;
5) Kriteria Fleksibilitas, dicapai dengan mempertimbangkan kemungkinan pertumbuhan
fisik/pemekaran lingkungan perumahan dikaitkan dengan kondisi fisik lingkungan dan
keterpaduan prasarana;
6) Kriteria Keterjangkauan Jarak, dicapai dengan mempertimbangkan jarak pencapaian ideal
kemampuan orang berjalan kaki sebagai pengguna lingkungan terhadap penempatan sarana
dan prasarana-utilitas lingkungan; dan
7) Kriteria Lingkungan Berjati Diri, dicapai dengan mempertimbangkan keterkaitan dengan
karakter sosial budaya masyarakat setempat, terutama aspek kontekstual terhadap
lingkungan tradisional/lokal setempat.
b. Lokasi perencanaan perumahan harus berada pada lahan yang jelas status
kepemilikannya, dan memenuhi persyaratan administratif, teknis dan ekologis.
c. Keterpaduan antara tatanan kegiatan dan alam di sekelilingnya, dengan mempertimbangkan
jenis, masa tumbuh dan usia yang dicapai, serta pengaruhnya
terhadap lingkungan, bagi tumbuhan yang ada dan mungkin tumbuh di kawasan yang
dimaksud.
22
2. Persyaratan Fisik
a. Ketinggian lahan tidak berada di bawah permukaan air setempat, kecuali dengan
rekayasa/ penyelesaian teknis.
b. Kemiringan lahan tidak melebihi 15% (lihat Tabel 2) dengan ketentuan:
1) tanpa rekayasa untuk kawasan yang terletak pada lahan bermorfologi datarlandai dengan
kemiringan 0-8%; dan
2) diperlukan rekayasa teknis untuk lahan dengan kemiringan 8-15%.
Tabel 7. Kesesuaian Penggunaan Lahan Berdasarkan Kemiringan Lereng
Sedangkan Kebutuhan Sarana penunjang lainnya ditentukan berdasarkan ketentuan berikut ini:
33
Tabel 8. Ketentuan Kebutuhan Sarana Permukiman
44
55