Anda di halaman 1dari 5

JAWABAN SOAL NOMOR 1\

A. Kesesuaian lahan adalah tingak tingkat Kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan
tertentu (Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Center, 2007). Menurut Arsyad
(1989), klasifikasi kesesuaian lahan adalah penilaian dan pengelompokan atau proses
penilaian dan pengelompokan dalam arti kesesuaian relatif lahan atau kesesuaian absolut
lahan bagi suatu penggunaan tertentu. Berbeda dengan kemampuan lahan yang
dipandang sebagai kapasitas lahan, kesesuaian lahan dipandang sebagai kenyataan
adaptabilitas sebidang lahan bagi suatu macam penggunaan tertentu. Terkait dengan
pengertian kesesuaian lahan, Jamulya dan Yunianto (1991:13) mengemukakan kesesuaian
lahan adalah gambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu.
Menurut Khadiyanto dalam Hartadi (2009:45), kesesuaian lahan (land suitability)
menentukan kelayakan penggunaan lahan yang menjadi pangkal pertimbangan dalam
tata guna lahan. Sementara, faktor kesesuaian lahan itu sendiri ditentukan oleh
karakteristik lahan yang bersangkutan. Merujuk pengertian kesesuaian lahan di atas,
faktor kesesuaian lahan merupakan salah satu faktor utama dalam menetapkan
penggunaan lahan atau menetapkan lokasi bagi suatu penggunaan lahan, di samping
faktor-faktor lainnya seperti: fungsi suatu kawasan, dan lain-lain.
B. Kesesuaian lokasi Kawasan lindung ditentukan oleh 3 (tiga) factor yaitu a. kelerengan
lapangan; b. jenis tanah menurut kepekaan terhadap erosi, dan c. intensitas hujan harian
rata-rata. Tidak terlepas dari hal di atas, di samping hutan lindung, terdapat kawasan yang
dapat berfungsi lindung dan juga berfungsi budidaya. Kawasan tersebut dinamakan
kawasan fungsi penyangga, letaknya di antara Kawasan fungsi lindung dan kawasan fungsi
budidaya seperti hutan produksi terbatas, perkebunan (tanaman keras), kebun campur
dan lainnya yang sejenis. Suatu satuan lahan ditetapkan sebagai kawasan fungsi
penyangga apabila memiliki nilai skor 125 -174 (hasil penjumlahan skor faktor kelerengan,
jenis tanah dan intensitas hujan) dan atau memenuhi kriteria umum sebagai berikut:

1. Keadaan fisik satuan lahan memungkinkan untuk dilakukan budidaya secara ekonomis.

2. Lokasinya secara ekonomis mudah dikembangkan sebagai Kawasan penyangga.


3. Tidak merugikan dilihat dari segi ekologi/lingkungan hidup bila dikembangkan sebagai
kawasan penyangga (Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980 dan
No.: 683/Kpts/Um/8/1981 tentang kriteria dan tata cara penetapan hutan lindung dan
hutan produksi)

Kesesuaian lahan bagi penggunaan lahan suatu kawasan dapat ditelusuri dengan
mengetahui antara lain fungi kawasan, kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber
daya manusia, dan sumber daya buatan. Seperti halnya kesesuaian lahan untuk hutan
lindung, kesesuaian lahan untuk hutan produksi juga ditentukan oleh 3 (tiga) faktor, yaitu
(a) kelerengan lapangan, (b) jenis tanah menurut kepekaan terhadap erosi, dan (c)
intensitas hujan harian rata-rata. Suatu daerah dietapkan sebagai kawasan pertanian
ditentukan oleh faktor kondisi iklim, sifat fisik tanah, tekstur tanah, retensi hara, toksisitas,
bahaya erosi, bahaya banjir dan faktor penyiapan lahan.

JAWABAN SOAL NOMOR 2

A. Dalam praktik penyusunan ruang di Indonesia, dokumen tata ruang bersifat hirarkis.
Mulai dari dokumen yang bersifat makro yang berlaku pada level nasional hingga
dokumen detil yang hanya berlaku pada kawasan tertentu saja. Dokumen tata ruang
tersebut adalah:

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN); merupakan dokumen rencana ruang
yang mengatur peruntukan fungsi pada seluruh wilayah negara Indonesia. Dokumen ini
berlaku secara nasional dan menjadi acuan dalam penyusunan rencana tata ruang pada
level provinsi dan kabupaten/kota.

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP); merupakan penjabaran RTRWN pada
masing-masing provinsi. Dokumen ini berlaku pada masing-masing provinsi yang
diaturnya, sebagai contoh RTRW Provinsi Aceh hanya berlaku pada wilayah hukum
Provinsi Aceh. Selanjutnya dokumen ini dijabarkan dalam bentuk dokumen RTRW
Kabupaten/Kota dan dokumen detil lainnya.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRWK); merupakan penjabaran dari


dokumen RTRWN dan RTRWP pada level kabupaten/kota. Dokumen ini berlaku pada
masing-masing wilayah administratif kabupaten/kota. Sebagai contoh, RTRW Kabupaten
Aceh Utara hanya berlaku pada wilayah hukum Kabupaten Aceh Utara. RTRWK
selanjutnya diterjemahkan dalam bentuk dokumen detil ruang untuk kawasan-kawasan
tertentu. Dalam pelaksanaan pembangunan, dokumen RTRWK merupakan acuan bagi
pemerintah kabupaten/kota dalam menerbitkan Izin Prinsip dan Izin Lokasi bagi
investor/masyarakat pengguna ruang.

Rencana Detil Ruang dalam bentuk Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) serta Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL); merupakan penjabaran detil dari dokumen
RTRWK dan berfungsi sebagai acuan bagi pemerintah kabupaten/kota dalam menerbitkan
Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

B. Sesuai UU 26 tahun 2007:

- Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang
yang -meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.

- Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai
dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta
pembiayaannya.

- Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang
JAWABAN SOAL NOMOR 3

A. Kaidah perencanaan penggunaan lahan kawasan permukiman adalah sebagai berikut :

1. Penggunaan lahan untuk pengembangan perumahan baru 40% - 60% dari luas lahan yang
ada, dan untuk kawasan-kawasan tertentu disesuaikan dengan karakteristik serta daya
dukung lingkungan.
2. Kepadatan bangunan dalam satu pengembangan kawasan baru perumahan tidak
bersusun Chaksimum 50 bangunan rumah/ha dan dilengkapi dengan utilitas mum yang
memadai.
3. Kawasan perumahan harus dilengkapi dengan:
a. Sistem pembuangan air limbah
b. Sistem pembuangan air hujan yang mempunyai kapasitas tampung yang cukup
sehingga lingkungan perumahan bebas dari genangan. Saluran pembuangan air hujan
harus direncanakan berdasarkan frekuensi intensitas curah hujan 5 tahunan dan daya
resap tanah. Saluran ini dapat berupa saluran terbuka maupun tertutup.Dilengkapi
juga dengan sumur resapan air hujan dan dilengkapi dengan penanaman pohon,
c. Prasarana air bersih yang memenuhi syarat, baik kuantitas maupun kualitasnya.
Kapasitas minimum sambungan rumah tarigga 60 liter/orang/hari dan sambungan
kran umum 30 liter/orang/hari,
d. Sistem pembuangan sampah mengikuti ketentuan SNI 03-3242-1994 tentang Tata
Cara
e. Pengelolaan Sampah di Permukiman.
4. Kawasan permukiman harus menyediakan fasilitas sarana pendidikan. Penyediaan
kebutuhan sarana pendidikan di kawasan peruntukan permukiman yang berkaitan dengan
jenis sarana yang disediakan, jumlah penduduk pendukung, luas lantai dan luas lahan
minimal, radius pencapaian, serta lokasi.
B.Kaidah perencanaan dan kriteria teknis penatagunaan lahan pada kawasan industri adalah
sebagai berikut:

1. Harus memperhatikan kelestarian lingkungan


2. Harus dilengkapi dengan unit pengolahan limbah
3. Harus memperhatikan suplai air bersih
4. Jenis industri yang dikembangkan adalah industri yang ramah lingkungan dan memenuhi
kriteria ambang limbah yang ditetapkan Kementerian Lingkungan Hidup.
5. Pengelolaan limbah untuk industri yang berkumpul di lokasi berdekatan sebaiknya
dikelola secara terpadu.
6. Pembatasan pembangunan perumahan baru di kawasan peruntukan industry
7. Harus memenuhi syarat AMDAL sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku
8. Memperhatikan penataan kawasan perumahan di sekitar kawasan industry
9. Penggunaan lahan pada kawasan industri terdiri dari penggunaan kaveling industri, jalan
dan saluran, rang terbuka hijau, dan fasilitas penunjang.
10. Setiap kawasan industri, sesuai dengan luas lahan yang dikelola, harus mengalokasikan
lahannya untuk kaveling industri, kaveling perumahan,
11. Kawasan industry harus menyediakan fasilitas fisik dan pelayanan umum.

Berdasarkan kriteria teknis tersebut; dalam penataan penggunaan lahan pada Kawasan industry,
harus memperhatikan perhitungan penyediaan kebutuhan prasarana dan sarana, juga perlu
memperhatikan tata letak penempatan prasarana dan sarana yang dimaksudkan, antara lain
penempatan lokasi pengolahan limbah, factor keamanan, keselamatan, keserasian dengan
lingkungan sekitas dan lain-lain.

SUMBER: BMP PWKL 4104

Anda mungkin juga menyukai