FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2022 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Indikasi arahan zonasi sistem provinsi dalam arahan PZ disusun untuk setiap zona peruntukan baik zona budidaya Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi maupun zona lindung dengan memperhatikan esensi fungsinya meliputi: yang ditetapkan dalam rencana rinci tata ruang dan bersifat a. Indikasi arahan zonasi mengikat/regulatory. 1) Indikasi arahan zonasi sistem provinsi adalah Peraturan zonasi memuat: arahan dalam penyusunan ketentuan umum zonasi a. Aturan dasar; yang lebih detail dan sebagai acuan bagi 1. Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan adalah pemanfaatan ruang dalam wilayah provinsi ketentuan yang berisi kegiatan dan penggunaan lahan terutama pada kawasan strategis provinsi dan yang diperbolehkan, kegiatan dan penggunaan lahan kawasan sekitar jaringan prasarana wilayah yang bersyarat secara terbatas, kegiatan dan penggunaan provinsi. lahan yang bersyarat tertentu, dan kegiatan dan 2) Indikasi arahan zonasi sistem provinsi berfungsi: penggunaan lahan yang tidak diperbolehkan pada zona a) sebagai dasar pertimbangan dalam pengawasan lindung maupun zona budi daya. Ketentuan kegiatan dan penataan ruang; dan penggunaan lahan dirumuskan berdasarkan ketentuan b) menyeragamkan arahan zonasi di seluruh maupun standar yang terkait dengan pemanfaatan ruang, wilayah provinsi untuk peruntukan ruang yang ketentuan dalam peraturan bangunan setempat, dan sama; dan ketentuan khusus bagi unsur bangunan atau komponen c) sebagai dasar pemberian kesesuaian kegiatan yang dikembangkan. pemanfaatan ruang laut. 3) Indikasi arahan zonasi sistem provinsi disusun Ketentuan teknis zonasi terdiri atas: berdasarkan: Klasifikasi I = pemanfaatan diperbolehkan/diizinkan a) sistem pusat permukiman provinsi dan sistem Kegiatan dan penggunaan lahan yang termasuk dalam jaringan prasarana wilayah provinsi. Indikasi klasifikasi I memiliki sifat sesuai dengan peruntukan ruang arahan zonasi pada kategori ini memberi arahan yang direncanakan. Pemerintah kabupaten/kota tidak bagi peraturan zonasi di sekitar sistem jaringan dapat melakukan peninjauan atau pembahasan atau prasarana wilayah kabupaten/kota; tindakan lain terhadap kegiatan dan penggunaan lahan yang termasuk dalam klasifikasi I. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) b) kawasan lindung dan kawasan budi daya wilayah provinsi yang ditampalkan (overlay) Klasifikasi T = pemanfaatan bersyarat secara terbatas dengan: Pemanfaatan bersyarat secara terbatas bermakna bahwa (1) Kawasan Keselamatan Operasional kegiatan dan penggunaan lahan dibatasi dengan Penerbangan (KKOP); ketentuan sebagai berikut: (2) Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan a) pembatasan pengoperasian, baik dalam bentuk (KP2B); (3) kawasan rawan bencana termasuk pembatasan waktu beroperasinya suatu kegiatan di penetapan jalur dan ruang evakuasi bencana; dalam subzona maupun pembatasan jangka waktu (4) kawasan cagar budaya termasuk wilayah pemanfaatan lahan untuk kegiatan tertentu yang kelola masyarakat hukum adat yang ada di laut; diusulkan; (5) kawasan resapan air; b) pembatasan luas, baik dalam bentuk pembatasan luas (6) kawasan sempadan termasuk sempadan maksimum suatu kegiatan di dalam subzona maupun di pantai, sempadan sungai, sempadan dalam persil, dengan tujuan untuk tidak mengurangi situ/danau/embung/waduk, mata air, dan dominansi pemanfaatan ruang di sekitarnya; dan sempadan pipa/kabel bawah laut; c) pembatasan jumlah pemanfaatan, pembatasan jumlah (7) kawasan pertahanan dan keamanan; pemanfaatan, jika pemanfaatan yang diusulkan telah (8) kawasan karst; ada mampu melayani kebutuhan, dan belum (9) kawasan pertambangan mineral dan memerlukan tambahan, maka pemanfaatan tersebut batubara; (10) kawasan migrasi satwa termasuk tidak boleh diizinkan atau diizinkan terbatas dengan alur migrasi biota laut; pertimbanganpertimbangan khusus. (11) ruang dalam bumi; Contoh: dalam sebuah zona perumahan yang (12) Daerah Lingkungan Kepentingan berdasarkan standar teknis telah cukup jumlah fasilitas Pelabuhan (DLKp); peribadatannya, maka aktivitas rumah ibadah termasuk (13) Bagan Pemisah Alur (TSS/Traffic dalam klasifikasi T. Separation Scheme); (14) Kawasan Perlindungan Ekosistem Laut; Klasifikasi B = pemanfaatan bersyarat tertentu Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) (15) Area Perjanjian Kerjasama Internasional. Pemanfaatan bersyarat tertentu bermakna bahwa untuk Arahan ini merupakan acuan bagi mendapatkan izin atas suatu kegiatan atau penggunaan kabupaten/kota dalam penetapan peraturan lahan diperlukan persyaratan-persyaratan tertentu yang zonasi dan terkait dengan kepentingan dapat berupa persyaratan umum dan persyaratan khusus, pemberian KKPR. dapat dipenuhi dalam bentuk inovasi atau rekayasa c) peraturan perundang-undangan sektor terkait teknologi. Persyaratan dimaksud diperlukan mengingat lainnya. pemanfaatan ruang tersebut memiliki dampak yang besar 4) indikasi arahan zonasi sistem provinsi berisikan: bagi lingkungan sekitarnya. Contoh persyaratan umum a) kegiatan pemanfaatan ruang yang antara lain: diperbolehkan, diperbolehkan dengan syarat dan a) dokumen AMDAL; kegiatan yang tidak diperbolehkan pada setiap b) dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan kawasan yang mencakup ruang darat, laut, Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL); dan udara dan dalam bumi; c) pengenaan disinsentif misalnya biaya dampak b) intensitas pemanfaatan ruang pada setiap pembangunan (development impact fee). kawasan sebagaimana dimaksud pada huruf a Contoh persyaratan khusus misalnya diwajibkan antara lain meliputi arahan bagi koefisien dasar menyediakan tempat parkir, menambah luas RTH, dan hijau, arahan bagi koefisien dasar bangunan, memperlebar pedestrian. arahan bagi koefisien lantai bangunan dan arahan bagi garis sempadan bangunan; Klasifikasi X = pemanfaatan yang tidak diperbolehkan c) sarana dan prasarana minimum sebagai dasar Kegiatan dan penggunaan lahan yang termasuk dalam fisik lingkungan guna mendukung klasifikasi X memiliki sifat tidak sesuai dengan peruntukan pengembangan kawasan agar dapat berfungsi lahan yang direncanakan dan dapat menimbulkan dampak secara optimal; yang cukup besar bagi lingkungan di sekitarnya. Kegiatan d) arahan pemanfaatan ruang pada kawasan yang dan penggunaan lahan yang termasuk dalam klasifikasi X dilewati oleh sistem jaringan sarana dan tidak boleh diizinkan pada zona yang bersangkutan. prasarana wilayah provinsi mengikuti ketentuan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) peraturan perundang-undangan yang berlaku; Penentuan I, T, B dan X untuk kegiatan dan penggunaan dan lahan pada suatu zonasi didasarkan pada: e) ketentuan khusus yang disesuaikan dengan a) Pertimbangan Umum kebutuhan pengembangan wilayah provinsi Pertimbangan umum berlaku untuk semua jenis dalam mengendalikan pemanfaatan ruang, penggunaan lahan, antara lain kesesuaian dengan seperti: arahan pemanfaatan ruang dalam RTRW (1) Kawasan Keselamatan Operasi kabupaten/kota, keseimbangan antara kawasan Penerbangan (KKOP) yaitu wilayah daratan lindung dan kawasan budi daya dalam suatu wilayah, dan/atau perairan dan ruang udara di sekitar kelestarian lingkungan (perlindungan dan pengawasan bandar udara yang dipergunakan untuk kegiatan terhadap pemanfaatan air, udara, dan ruang bawah operasi penerbangan dalam rangka menjamin tanah), perbedaan sifat kegiatan bersangkutan keselamatan penerbangan; terhadap fungsi zona terkait, definisi zona, kualitas lokal (2) Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan minimum, toleransi terhadap tingkat gangguan dan (KP2B) yaitu wilayah budi daya pertanian dampak terhadap peruntukan yang ditetapkan terutama pada wilayah perdesaan yang memiliki (misalnya penurunan estetika lingkungan, penurunan hamparan Lahan Pertanian Pangan kapasitas jalan/lalu-lintas, kebisingan, polusi limbah, Berkelanjutan dan/atau hamparan Lahan dan restriksi sosial), serta kesesuaian dengan kebijakan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan lainnya yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah serta unsur penunjangnya dengan fungsi utama kabupaten/kota. untuk mendukung kemandirian, ketahanan, dan b) Pertimbangan Khusus kedaulatan pangan nasional; Pertimbangan khusus berlaku untuk masing-masing (3) kawasan rawan bencana yaitu kawasan karakteristik guna lahan, kegiatan atau komponen yang dengan kondisi atau karakteristik geologis, akan dibangun. Pertimbangan khusus dapat disusun biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, berdasarkan rujukan mengenai ketentuan atau standar sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang, rujukan pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu mengenai ketentuan dalam peraturan bangunan yang mengurangi kemampuan mencegah, setempat, dan rujukan mengenai ketentuan khusus Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi bagi unsur bangunan atau komponen yang kemampuan untuk menanggapi dampak buruk dikembangkan. bahaya tertentu; 2. Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang (4) kawasan cagar budaya yaitu satuan ruang Intensitas pemanfaatan ruang adalah ketentuan teknis geografis yang memiliki dua situs cagar budaya tentang kepadatan zona terbangun yang dipersyaratkan atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau pada zona tersebut dan diukur melalui: memperlihatkan ciri tata ruang yang khas. Pada a) Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Maksimum ketentuan khusus cagar budaya dapat b) Koefisien Lantai Bangunan (KLB) Minimum dan diakomodir pula wilayah kelola masyarakat Maksimum hukum adat yang ada di laut; c) Koefisien Dasar Hijau (KDH) Minimal (5) kawasan resapan air yaitu daerah yang d) Luas Kavling Minimum mempunyai kemampuan tinggi untuk e) Koefisien Tapak Basement (KTB) Maksimum meresapkan air hujan sehingga merupakan f) Koefisien Wilayah Terbangun (KWT) Maksimu tempat pengisian air bumi (akifer) yang berguna Selain ketentuan di atas, dapat ditambahkan ketentuan sebagai sumber air. Kepadatan Bangunan atau Unit Maksimum yang (6) kawasan sempadan yaitu kawasan dengan ditetapkan dengan mempertimbangkan faktor kesehatan jarak tertentu dari pantai, sungai, (ketersediaan air bersih, sanitasi, sampah, cahaya situ/danau/embung/waduk, mata air, dan matahari, aliran udara, dan ruang antar bangunan), faktor pipa/kabel bawah laut yang mempunyai manfaat sosial (ruang terbuka privat, privasi, serta perlindungan penting untuk mempertahankan kelestarian dan jarak tempuh terhadap fasilitas lingkungan), faktor fungsi teknis (resiko kebakaran dan keterbatasan lahan untuk (7) kawasan pertahanan dan keamanan yaitu bangunan atau rumah), dan faktor ekonomi (biaya lahan, kawasan yang ditetapkan untuk ketersediaan, dan ongkos penyediaan pelayanan dasar). mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan 3. Ketentuan Tata Bangunan wilayah negara kesatuan republik Indonesia dan Ketentuan tata bangunan adalah ketentuan yang keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan mengatur bentuk, besaran, peletakan, dan tampilan gangguan keutuhan bangsa dan negara; bangunan pada suatu zona untuk menjaga keselamatan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) (8) kawasan karst yaitu bentang alam yang dan keamanan bangunan. Komponen ketentuan tata terbentuk karena pelarutan air pada batuan bangunan minimal terdiri atas: gamping dan/atau dolomit; a) Ketinggian bangunan (TB) maksimum (9) kawasan pertambangan mineral dan b) Garis sempadan bangunan (GSB) minimum batubara, yaitu kawasan yang memiliki potensi c) Jarak bebas antar bangunan berupa komoditas pertambangan mineral dan d) Jarak bebas samping (JBS) dan jarak bebas belakang batubara, dapat berupa wilayah pertambangan (JBB) (WP), Wilayah Usaha Pertambangan (WUP), dll Selain itu, ketentuan tata bangunan dapat memuat sesuai dengan peraturan perundang-undangan tampilan bangunan yang ditetapkan dengan di bidang pertambangan; mempertimbangkan warna bangunan, bahan bangunan, (10) kawasan migrasi satwa yaitu suatu area tekstur bangunan, muka bangunan, gaya bangunan, yang dimanfaatkan untuk migrasi atau keindahan bangunan, serta keserasian bangunan dengan berpindahnya jenis dan spesies satwa tertentu lingkungan sekitarnya. secara berkelanjutan. Kawasan migrasi satwa 4. Ketentuan Prasarana dan Sarana Minimal termasuk alur migrasi biota laut; Ketentuan prasarana dan sarana pendukung minimal (11) ruang dalam bumi yaitu ruang yang berada mengatur jenis prasarana dan sarana pendukung minimal dibawah permukaan tanah yang digunakan apa saja yang harus ada pada setiap zona peruntukan. untuk berbagai kegiatan manusia; Jenis prasarana dan sarana minimal ditentukan (12) Daerah Lingkungan Kepentingan berdasarkan sifat dan tuntutan kegiatan utama pada zona Pelabuhan (DLKp) adalah perairan disekeliling peruntukannya. Sedangkan volume atau kapasitasnya daerah lingkungan kerja perairan pelabuhan ditentukan berdasarkan pada perkiraan jumlah orang yang yang dipergunakan untuk menjamin untuk menghuni zona peruntukan tersebut. keselamatan pelayaran. 5. Ketentuan Khusus (13) Bagan Pemisah Alur (TSS/Traffic Ketentuan khusus adalah ketentuan yang mengatur Separation Scheme), merupakan sebuah sistem pemanfaatan zona yang memiliki fungsi khusus dan manajemen lalu lintas maritim yang diatur oleh diberlakukan ketentuan khusus sesuai dengan International Maritime Organization (IMO) yang karakteristik zona dan kegiatannya. Selain itu, ketentuan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) memuat lajur lalu lintas yang harus digunakan pada zona-zona yang digambarkan di peta khusus yang oleh tiap kapal yang melintasi kawasan tertentu. memiliki pertampalan (overlay) dengan zona lainnya dapat (14) Kawasan Perlindungan Ekosistem Laut, pula dijelaskan disini. dapat berupa EBSA/Kawasan yang Signifikan Komponen ketentuan khusus antara lain meliputi: secara Ekologi dan Biologi, PSSA/Area Sensitif a) kawasan keselamatan operasi penerbangannya dan Daerah Larangan Penangkapan Ikan. (KKOP); EBSA (Ecologically or Biologically Significant b) lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B); Marine Areas)/Kawasan yang Signifikan Secara c) kawasan rawan bencana; Ekologi dan Biologi, merupakan kawasan d) kawasan berorientasi transit (TOD); tertentu di laut yang memiliki fungsi penting untuk e) tempat evakuasi bencana (TES dan TEA); mempertahankan kelestarian fungsi laut. f) pusat penelitian (observatorium, peluncuran roket, dan Sedangkan PSSA (Particularly Sensitive Sea lainlain); Areas)/Area Sensitif merupakan kawasan g) kawasan cagar budaya; tertentu di laut yang memerlukan perlindungan h) kawasan resapan air; khusus dikarenakan memiliki fungsi penting i) kawasan sempadan; secara ekologi, sosio ekonomi maupun ilmu j) kawasan pertahanan dan keamanan (hankam); pengetahuan, yang sensitif terhadap kegiatan k) kawasan karst; maritim internasional. l) kawasan pertambangan mineral dan batubara; (15) Area Perjanjian Kerjasama Internasional; m) kawasan migrasi satwa; dan 5) indikasi arahan zonasi sistem provinsi digunakan n) ruang dalam bumi. sebagai dasar dalam penyusunan ketentuan umum 6. Ketentuan Pelaksanaan zonasi kabupaten/kota yang berada dalam wilayah Ketentuan pelaksanaan adalah aturan yang berkaitan provinsi bersangkutan. dengan pelaksanaan penerapan peraturan daerah RDTR dan PZ yang terdiri atas: Ketentuan zonasi dalam ketentuan pengendalian a) Ketentuan variansi pemanfaatan ruang yang pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota meliputi: merupakan ketentuan yang memberikan kelonggaran untuk menyesuaikan dengan kondisi tertentu dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) 1) ketentuan umum zonasi sistem kabupaten/kota tetap mengikuti ketentuan massa ruang yang adalah ketentuan umum yang mengatur ditetapkan dalam peraturan zonasi. Hal ini pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendalian dimaksudkan untuk menampung dinamika pemanfaatan ruang yang disusun untuk setiap pemanfaatan ruang mikro dan sebagai dasar antara klasifikasi peruntukan/fungsi ruang dan kawasan lain transfer of development rights (TDR) dan air right sekitar jaringan prasarana sesuai dengan RTRW development yang dapat diatur lebih lanjut dalam Kabupaten/kota. RTBL. 2) ketentuan umum zonasi kabupaten/kota adalah b) Ketentuan pemberian insentif dan disinsentif yang penjabaran secara umum ketentuan-ketentuan merupakan ketentuan yang memberikan insentif bagi yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan kegiatan pemanfaatan ruang yang sejalan dengan ruang dan ketentuan pengendaliannya yang rencana tata ruang dan memberikan dampak positif mencakup seluruh wilayah administratif; bagi masyarakat, serta yang memberikan disinsentif 3) ketentuan umum zonasi kabupaten/kota berfungsi: bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak sejalan a) sebagai dasar pertimbangan dalam pengawasan dengan rencana tata ruang dan memberikan dampak penataan ruang; negatif bagi masyarakat. Insentif dapat berbentuk b) menyeragamkan ketentuan umum zonasi di kemudahan perizinan, keringanan pajak, kompensasi, seluruh wilayah kabupaten untuk peruntukan ruang imbalan, subsidi prasarana, pengalihan hak yang sama; c) sebagai landasan bagi penyusunan membangun, dan ketentuan teknis lainnya. Sedangkan peraturan zonasi pada tingkatan operasional disinsentif dapat berbentuk antara lain pengetatan pengendalian pemanfaatan ruang di setiap persyaratan, pengenaan pajak dan retribusi yang tinggi, kawasan/zona kabupaten/kota; dan pengenaan denda, pembatasan penyediaan prasarana d) sebagai dasar pemberian izin pemanfaatan dan sarana, atau kewajiban untuk penyediaan ruang; prasarana dan sarana kawasan. 4) ketentuan umum zonasi disusun berdasarkan: c) Ketentuan untuk penggunaan lahan yang sudah ada a) sistem perkotaan kabupaten atau sistem pusat dan tidak sesuai dengan peraturan zonasi. Ketentuan pelayanan kota dan sistem jaringan prasarana ini berlaku untuk pemanfaatan ruang yang izinnya wilayah kabupaten/kota; diterbitkan sebelum penetapan RDTR/peraturan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) b) kawasan lindung dan kawasan budi daya wilayah zonasi, dan dapat dibuktikan bahwa izin tersebut kabupaten yang ditampalkan (overlay) diperoleh sesuai dengan prosedur yang benar. c) arahan umum desain kawasan perkotaan/kota; d) Aturan peralihan yang mengatur status pemanfaatan dan ruang yang berbeda dengan fungsi ruang zona d) peraturan perundang-undangan sektor terkait peruntukannya. Untuk pemanfaatan ruang tertentu lainnya. yang memenuhi persyaratan dapat mengajukan 5) ketentuan umum zonasi yang ditetapkan dalam persetujuan “legal nonconforming use” atau RTRW Kabupaten/kota berisikan kegiatan persetujuan “conditional use.” pemanfaatan ruang yang diperbolehkan, diperbolehkan dengan syarat, dan kegiatan yang b. Teknik pengaturan zonasi tidak diperbolehkan pada setiap kawasan Teknik pengaturan zonasi berfungsi untuk memberikan peruntukan yang mencakup ruang darat, laut, fleksibilitas dalam penerapan peraturan zonasi dasar serta udara, dan dalam bumi; arahan intensitas memberikan pilihan penanganan pada lokasi tertentu sesuai pemanfaatan ruang (amplop ruang) pada setiap dengan karakteristik, tujuan pengembangan, dan Kawasan, sarana dan prasarana minimum, permasalahan yang dihadapi pada zona tertentu, sehingga ketentuan lain yang dibutuhkan misalnya, sasaran pengendalian pemanfaatan ruang dapat dicapai pemanfaatan ruang pada kawasan-kawasan/zona- secara lebih efektif. zona yang dilewati oleh sistem jaringan sarana dan Teknik pengaturan zonasi adalah aturan yang disediakan prasarana wilayah kabupaten/kota mengikuti untuk mengatasi kekakuan aturan dasar di dalam ketentuan perundangundangan yang berlaku; dan pelaksanaan pembangunan. Penerapan teknik pengaturan ketentuan khusus. zonasi tidak dapat dilakukan secara serta-merta, melainkan 6) Ketentuan umum zonasi kabupaten/kota digunakan harus direncanakan sejak awal mengenai teknik apa saja sebagai dasar dalam penyusunan peraturan zonasi yang akan diaplikasikan dan didukung oleh perangkat dan RDTR kawasan perkotaan dan ketentuan umum kelembagaan yang auditable. zonasi kawasan strategis kabupaten/kota.