Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS TABEL ITBX

(Disusun untuk memenuhi prasyarat mata kuliah Perencanaan dan Pengembangan


Wilayah)

KOREKS

Disusun oleh :

Disusun oleh :

1. Jihan Putri Azzahra 21110117130039


2. Reza Rahma Suciana 21110117130040
3. Kharisma Srinarta 21110117130045
4. Diaz Amel Lolita 21110117130051
5. Saffira Noor Chotimah 21110117130064
6. Muhammad Luthfi 21110116140045
7. Atina Qotrunada 21110116140087
8. Hamdi Arip 21110117120033
9. Arsad Novandra 21110117130061
10. Ahmad Firdous 21110115140077

PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI


FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS DIPONEGORO
Jl. Prof. Sudarto SH, Tembalang Semarang Telp. (024) 76480785, 76480788
e-mail : jurusan@geodesi.ft.undip.ac.id
2019
BAB I PENDAHULUAN

I.1 Pengertian Zonasi


Peraturan Zonasi pada dasarnya merupakan aturan yang disusun guna
mengendalikan kegiatan dan bentuk bangunan di wilayah perencanaan. Sebagai
instrumen pengendalian, peraturan zonasi harus memiliki ketegasan dan ketepatan
dalam penetapan teks zonasi atau zoning text-nya.

I.2 Fungsi Peraturan Zonasi


a. Sebagai pedoman penyusunan rencana operasional.
b. Sebagai panduan teknis pemanfaatan lahan.
c. Sebagai instrumen pengendalian pembangunan

BAB II DASAR TEORI

II.1 Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan


Daftar kegiatan adalah daftar seluruh kegiatan yang sudah terjadi dan
prospektif untuk terjadi di masa depan. Dengan demikian, isi daftar kegiatan
meliputi kegiatan yang sudah ada dan kegiatan yang potensial untuk ada di wilayah
perencanaan. Terkait penggunaan lahan. Daftar kegiatan ini akan disilangkan
dengan klasifikasi zonasi, untuk menemukan kegiatan manakah yang boleh
dilakukan dan kegiatan mana yang tidak boleh dilakukan di kawasan/zona tertentu.
Boleh tidaknya pemanfaatan ruang untuk sebuah hirarki peruntukan tanah
ditunjukkan dengan 4 indikator, seperti yang ditunjukkan pada Tabel berikut ini:
Berikut adalah teks zonasi yang berlaku bagi kegiatan yang memiliki huruf
B dan T di Matriks Indikator pemanfaatan ruang:

II.2 Pembagian Zonasi


1. Zona Perumahan
a. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan komersial dan kegiatan pendidikan
komersial seperti LPK dan Bimbel tidak boleh di atas 25% KDB kavling
atau tidak boleh di atas 25 m2 dengan luas total maksimal dalam satu
subblok adalah 250 m2 dan jumlah dan distribusi sesuai dengan standar
sarana perumahan kota.
b. Kegiatan kesehatan diperbolehkan dengan batasan luasan seperti
kegiatan komersial, penyediaan parkir, serta untuk praktek dokter serta
bidan memiliki surat izin praktek.
c. Kegiatan pendidikan usia dini dan sekolah dasar diperbolehkan dengan
luas maksimal 1500 m2 untuk setiap PAUD dan 6000 m2 untuk setiap
SD dengan jumlah dan luas minimum mengikuti standar minimum
kebutuhan sarana kota untuk perumahan.
d. Kegiatan yang membangkitkan kebutuhan parkir seperti warnet,
minimart/toko, restoran/warung makan, perkantoran, LPK bimbel dan
lainnya harus menyediakan parkir sesuai dengan ketentuan standar
penyediaan parkir yang ada di bagian lain dari laporan ini. Kegiatan
prasarana telekomunikasi seperti BTS, STO dan Menara Jaringan
Internet harus dibangun dengan mengikuti ketentuan yang ada di bagian
lain dari laporan ini.
2. Zona Perdagangan dan Jasa
a. Kegiatan perdagangan dan jasa tunggal dimaksudkan untuk
mengakomodasi kegiatan yang membutuhkan lahan yang luas seperti
restoran besar dan pertokoan besar. Kegiatan perumahan sangat
diminimalisir, dibolehkan dengan luasan yang tidak mencapai 20%
lahan. Kegiatan perdagangan dan jasa skala kecil juga tidak
diperbolehkan di zona ini. Kegiatan SPBU masih diperbolehkan dengan
persyaratan dan perijinan yang menyangkut keselamatan wilayah
sekitar. Perkantoran diperbolehkan dengan syarat kantor tersebut
merupakan bagian dari kegiatan perdagangan dan jasa di zona tersebut.
b. Kegiatan perdagangan dan jasa deret ditujukan untuk mengakomodasi
kegiatan perdagangan dan jasa yang diperlukan di permukiman yang
lebih kecil. Rencana zona yang ada diarahkan untuk mengakomodasi
permukiman baru dan megakomodasi kegiatan yang sudah ada.
3. Zona Pelayanan Umum
a. Zona pendidikan dibatasi untuk kegiatan pendidikan. Kegiatan
perumahan dibolehkan untuk rumah dinas guru atau penjaga sekolah.
Kegiatan pendukung seperti penjualan makanan untuk jajan dan alat-
alat sekolah diperbolehkan secara terbatas.
b. Zona transportasi sangat spesifik untuk kegiatan transportasi terkait.
Terminal dipergunakan untuk mengakomodasi kegiatan perdagangan
dan jasa yang terkait dengan transportasi yang tergabung dalam rest
area.
c. Zona olahraga dimanfaatkan untuk kegiatan olahraga. Kegaitan
pendukung olahraga seperti toko olahraga dan penjualan makanan serta
minuman diperbolehkan.
4. Zona Perkantoran
Zona perkantoran pemerintah memang diperuntukkan perkantoran
pemerintah. Namun demikian, perkantoran swasta dan perkantoran
masyarakat diperbolehkan untuk menempati zona perkantoran. Kegiatan
pendukung perkantoran seperti warung diperbolehkan secara terbatas.
5. Zona Perindustrian
Zona perindustrian diperuntukkan kegiatan industri secara khusus.
Kegiatan yang terkait dengan perubahan shift seperti bubaran pabrik dan
tempat penjemputan tidak boleh mengganggu lalu lintas di jalan arteri
primer.
6. Zona Peruntukan Lainnya

Zona pertanian meliputi segala jenis pertanian yang tidak mengganggu


kegiatan resapan air. Kegiatan permukiman diperbolehkan dengan syarat
bahwa lahan sawah tidak boleh kurang dari luasan LP2B yang telah
ditetapkan. Karena luasan LP2B saat ini belum ditetapkan per
desa/kecamatan, perubahan lahan sawah harus dikendalikan. Kegiatan
permukiman baru boleh dilakukan bila zona utk melakukan kegiatan
permukiman tersebut sudah tidak mencukupi.

Satu peraturan yang akan diaplikasikan secara umum adalah bahwa


kegiatan yang ada saat ini diperlukan transisi untuk berubah menjadi sesuai
dengan peraturan zonasi. Bila arah perkembangan adalah menuju negatif
(bahwa lahan terbangun harus dihancurkan) maka perubahan zona ini
ditangguhkan namun harus dipenuhi dalam jangka waktu sebelum revisi
RDTR berikutnya. Hal ini tidak berlaku untuk kegiatan yang ada di zona
lindung. Pemantapan zona lindung akan dilakukan sesegera mungkin
namun dengan diikuti prinsip partisipatif, pemberian pemahaman,
kebijaksanaan serta keadilan.

II.3 Peta Zonasi


1. Peta Pola Ruang dalam RDTR berfungsi sebagai Peta Zonasi bagi Peraturan
Zonasi.
2. Peta zonasi adalah peta yang berisi kode zonasi di atas blok dan subblok
yang telah didelineasikan sebelumnya.
3. Pembagian Subblok :
Bila suatu blok akan ditetapkan menjadi beberapa kode zonasi, maka
blok tersebut dapat dipecah menjadi beberapa subblok berdasar
(homogenitas) karakteristik pemanfaatan ruang/lahan, batasan fisik,
orientasi bangunan, lapis bangunan.
4. Penomoran subblok
Subblok diberi nomor blok dengan memberikan tambahan huruf (a, b,
dan seterusnya) pada kode blok. Contoh: Blok 40132-023 dipecah menjadi
Subblok 40132-023.a dan 40132-023.b.

II.4 Unsur Peraturan Zonasi


1. Zoning text/zoning statement/legal text:
a. Berisi aturan-aturan (regulation)
b. Menjelaskan tentang tata guna lahan dan kawasan, permitted and
conditional uses, minimum lot requirements, standar pengembangan,
administrasi pengembangan zoning
2. Zoning map:
a. Berisi pembagian blok peruntukan (zona), dengan ketentuan aturan
untuk tiap blok peruntukan tersebut
b. Menggambarkan peta tata guna lahan dan lokasi tiap fungsi lahan dan
kawasan
II.5 Instrumen Pemanfaatan Ruang
Sesuai dengan Undang-Undang Penataan Ruang No.26 Tahun 2007, instrumen
pengendalian pemanfaatan ruang :
1. Peraturan zonasi
2. Perizinan.
3. Insentif dan Disinsentif
BAB III PEMBAHASAN

III.1 Peta Zonasi Wilayah Kabupaten Kendal


Peta zonasi adalah peta yang berisi kode zonasi di atas blok dan subblok
yang telah didelineasikan sebelumnya.

III.2 Peraturan Zonasi


Rencana penggunaan lahan di Dukuh Pening disesuaikan dengan arahan
perancangan RTBL. Dimana arahan pengembangannya sebagaimana tertuang
dalam RTRW Kabupaten Kendal yaitu pengembangan pariwisata alam bagi
Kecamatan Kangkung. Sedangkan penjelasan mengenai pengaturan zonasi akan
dibahas dalam zoning text dan zoning map berikut.

III.2.1 Pembagian Zona pada Matrix ITBX RTBL Pantai Pening Kabupaten
Kendal
1. Zona Perlindungan Setempat
Definisi : peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan
lindung yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan terhadap
sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk,
dan kawasan sekitar mata air.
Tujuan penetapan : terjaganya kelestarian fungsi pantai, waduk, dan
sungai, terjaganya kawasan dari aktifitas manusia
2. Zona RTH
Definisi : area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik
yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
Tujuan Penetapan : menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan
resapan air ; menciptakan aspek planologis perkotaan melalui
keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan binaan yang
berguna untuk kepentingan masyarakat ; meningkatkan keserasian
lingkungan perkotaan sebagai sarana pengaman lingkungan perkotaan
yang aman, nyaman, dan indah.
3. Zona Perumahan
Definisi: Peruntukan ruang yang terdiri atas kelompok rumah
tinggal yang mewadahi kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
dilengkapi dengan fasilitasnya.
Tujuan penetapan: menyediakan lahan untuk pengembangan
hunian dengan kepadatan yang bervariasi; mengakomodasi bermacam
tipe hunian dalam rangka mendorong penyediaan hunian bagi semua
lapisan masyarakat; dan merefleksikan pola-pola pengembangan yang
diinginkan masyarakat pada lingkungan-lingkungan hunian yang ada
dan untuk masa yang akan datang, sesuai kebutuhannya dapat termasuk
penyediaan ruang hunian seperti rumah singgah, rumah sosial, rumah
sederhana sehat, lingkungan kampung dan perumahan adat/tradisional
4. Zona Sarana Pelayanan Umun
Definisi: Peruntukan ruang yang dikembangkan untuk menampung
fungsi kegiatan yang berupa pendidikan, kesehatan, peribadatan, sosial
budaya, olahraga dan rekreasi, dengan fasilitasnya yang dikembangkan
dalam bentuk tunggal/ renggang, deret/rapat dengan skala pelayanan
yang ditetapkan dalam RTRWK.
Tujuan penetapan: menyediakan ruang untuk pengembangan
kegiatan kegiatan pendidikan, kesehatan, peribadatan, sosial budaya,
olahraga dan rekreasi, dengan fasilitasnya dalam upaya memenuhi
kebutuhan masyarakat sesuai dengan jumlah penduduk yang dilayani
dan skala pelayanan fasilitas yang akan dikembangkan; menentukan
pusat-pusat pelayanan lingkungan sesuai dengan skala pelayanan
sebagaimana tertuang di dalam RTRWK; dan mengatur hierarki pusat
pusat pelayanan sesuai dengan RTRWK.
5. Zona Peruntukan Lainnya
Definisi: Peruntukan ruang yang dikembangkan untuk menampung
fungsi kegiatan di daerah tertentu berupa pertanian, pertambangan,
pariwisata, dan peruntukan-peruntukan lainnya.
Tujuan penetapan: menyediakan ruang untuk pengembangan
kegiatan-kegiatan di daerah tertentu seperti pertanian, pertambangan,
pariwisata, dengan fasilitasnya dalam upaya memenuhi lapangan
pekerjaan masyarakat di daerah tersebut; mengembangkan sektor-
sektor basis tertentu agar dapat meningkatkan produktifitas daerah.

III.2.2 Pembagian Blok


Berdasarkan analisis, pantai pening dibagi menjadi 4 blok sebagai berikut
blok periakanan yang terdiri dari PS1 PS2 RTH1 SPU4 PL4

1. Blok pemukiman yang terdiri dari PS2 RTH1 RI1 SPU1 SPU4 SPU6
PL1
2. Blok pertanian yang terdiri dari PS1 PL1 PL4 RTH1
3. Blok pariwisata yang terdiri dari PS1
III.3 Tabel / Matrix ITBX
BAB IV HASIL ANALISIS

Berdasarkan hasil analisis ketentuan kegiatan dan pemanfaatan


ruang zonasi di Kawasan pantai pening, kabupaten Kendal dapat dilihat
bahwa ketentuan kegiatan dan pemanfaatan ruang yang diberi tanda I, T,
dan B secara umum hampir sama dengan ketentuan yang diberlakukan
dengan wilayah lain. Adapun ketentuan yang secara umum wajib diterapkan
khusus di pantai pening kabupaten Kendal Blok I,II,III,IV ini adalah sebagai
berikut:
1. Pembatasan bangunan / perkerasan dengan hanya memberikan izin pada
bangunan / aktivitas yang mendukung fungsi perikanan dan pariwisata alam
sesuai ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
2. Pembatasan bangunan dengan hanya memberikan izin pembangunan pada
bangunan / aktivitas yang mendukung kegiatan nelayan / perikanan dan
pariwisata alam, disertai dengan prasarana lingkungan permukiman
3. Pembatasan bangunan / perkerasan di atas RTH dengan hanya memberikan
izin pada bangunan / aktivitas yang mendukung fungsi RTH
4. Pembatasan bangunan / perkerasan dengan hanya memberikan izin pada
bangunan / aktivitas yang mendukung fungsi pariwisata dan kegiatan di
dalam zona olahraga
5. Pembatasan bangunan / perkerasan dengan hanya memberikan izin pada
bangunan / aktivitas yang mendukung fungsi pertambakan dan pariwisata
alam sesuai ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
6. Pembatasan bangunan dengan memperhatikan intensitas pemanfaatan
ruang. Rumah yang difungsikan sebagai toko ataupun pembuat jaring
rajungan, tetap masuk ke dalam zona permukiman
7. Pembatasan bangunan / perkerasan dengan hanya memberikan izin pada
bangunan / aktivitas yang mendukung fungsi pendidikan sesuai ketentuan
intensitas pemanfaatan ruang. Jumlah maksimal sesuai kebutuhan
pelayanan
8. Pembatasan bangunan / perkerasan dengan hanya memberikan izin pada
bangunan / aktivitas yang mendukung fungsi peribadatan sesuai ketentuan
intensitas pemanfaatan ruang. Jumlah maksimal sesuai kebutuhan
pelayanan
9. Pembatasan bangunan / perkerasan dengan hanya memberikan izin pada
bangunan / aktivitas yang mendukung fungsi pertanian sesuai ketentuan
intensitas pemanfaatan ruang

Anda mungkin juga menyukai