Anda di halaman 1dari 4

Nama : Andrian Koida

NIT : 17263054
Kelas : Manajemen Pertanahan

1. Integrasi urusan tata ruang dan pertanahan adalah suatu keniscahyaan. Menurut saudara,
bagaimana strategi integrasi yang dapat dioperaionalkan di lapangan!
a. Perencanaan dan Pelaksanaan Penataan Ruang dan Pertanahan
1) Penyusunan dan revisi RTRW mempertimbangkan data neraca penatagunaan tanah,
data dan informasi bidang pertanahan berupa penguasaan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah, kemampuan tanah, evaluasi tanah
2) Penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah disesuaikan dengan RTRW melalui
penetapan dan pelaksanaan pola penyesuaian penguasaan, penggunaan dan
pemanfaatan dengan RTRW
3) Membangun dan mengembangkan sistem informasi untuk memfasilitasi tukar guna
data (informasi geospasial) aspek penataan ruang dan pertanahan
b. Pengendalian pemanfaatan ruang dan pertanahan
1) Melakukan monitoring dan evaluasi secara bersama terhadap penggunaan dan
pemanfaatan perizinan dan hak atas tanah
2) Memastikan pemanfaatan tanah/ruang sudah diatur dalam RTRW yang dalam
penyusunanannya sudah mengakomodasi penatagunaan tanah (property right sinkron
dengan development right)
3) Merumuskan pembentukan lembaga izin perubahan penggunaan tanah (IPPT) yang
diatur dalam peraturan daerah sebagai instrument pengendalian pemanfaatan ruang
khususnya bagi penanaman modal yang luasnya dibawah atau kurang dari 1 Ha dan
kegiatan pemanfaatan ruang yang menyebabkan perubahan penggunaan tanah.

2. Sebutkan dan jelaskan perbedaan 2 produk penataan ruang yang sering dimanfaatkan dalam
pelayanan dan kebijakan pertanahan!
1. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) adalah rencana tata ruang yang berisifat umum
dari wilayah kabupaten, yang merupakan penjabaran dari RTRW provinsi, dan yang
berisi tujuan,kebijakan, strategi pernataan ruang wilayah kabupaten, rencana struktur
ruang wilayah kabupaten,penetapan kawasan strategis kabupetn, arahan pemanfaatan
ruang wilayah kabupaten, dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
kabupaten.

2. RDTR adalah Rencana Detail Tata Ruang yang merupakan rencana terperinci tentang
tata ruang wilayah kabupaten/kota yang dilengkapi dengan peraturan zonasi. RDTR yang
penyusunannya terintegrasi dengan peraturan zonasi (PZ) berfungsi sebagai: (a) kendali
mutu pemanfaatan ruang wilayah berdasarkan RTRW; (b) acuan bagi kegiatan
pemanfaatan ruang yang lebih rinci dari kegiatan pemanfaatan ruang yang diatur dalam
RTRW; (c) acuan bagi kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang; (d) acuan bagi
penerbitan izin pemanfaatan ruang; dan (e) acuan dalam penyusunan RTBL.

3. Berikan contoh dan jelaskan secara singkat pemanfaatan produk penataan ruang dalam
pengambilan kebijakan di bidang pertanahan!
Contoh pemanfaatan produk penataan ruang dalam pengambilan kebijakan dibidang
pertanahan adalah pemanfaatan RTR dalam pertimbangan teknis dalam rangka perubahan
penggunaan dan pemanfaatan tanah. Pertimbangan Teknis Pertanahan adalah pertimbangan
yang memuat hasil analisis teknis penatagunaan tanah yang meliputi ketentuan dan syarat
penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah dengan memperhatikan
kemampuan tanah, ketersediaan tanah dan kesesuaian tata ruang. Menurut pasal 7
Permen ATR/BPN No. 27 Tahun 2019 Pemberian Pertimbangan Teknis Pertanahan harus
memperhatikan ketentuan penggunaan dan Pemanfaatan Tanah meliputi:
a. Tidak merugikan kepentingan umum, tidak mengganggu penggunaan dan Pemanfaatan
Tanah sekitarnya serta memenuhi asas keadilan dan keberlanjutan;
b. Memperhatikan unsur-unsur Kemampuan Tanah; dan
c. Memenuhi ketentuan peraturan perundangan.
Selanjutnya dalam pasal 10 menjelaskan bahwa peraturan perundang-undangan dalam pasal
7 huruf C meliputi peraturan perundang-undangan mengenai rencana tata ruang, dan
peraturan lainnya mengenai syarat penggunaan dan Pemanfaatan Tanah. Sehingga jelas
ditegaskan bahwa Rencana Tata Ruang digunakan sebagai salah satu aspek yang perlu
diperhatikan dalam Pemberian Pertimbangan Teknis Pertanahan.

4. Penetapan Tanah Objek Reforma Agraria (TORA) oleh Menteri ATR/Kepala BPN seringkali
sulit ditindaklanjuti dengan agenda redistribusi tanah karena terkendala pola ruang dalam
RTRW yang masih kawasan hutan ataupun kawasan perkebunan. Berikan alternatif solusi
untuk hal ini sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku!
Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2015 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan
Fungsi Kawasan Hutan. Perubahan peruntukan kawasan hutan dilakukan melalui jalan tukar
menukar kawasan hutan atau pelepasan kawasan hutan. Namun untuk kegiatan reformasi
agraria, maka jalan yang digunakan adalah pelepasan kawasan hutan. Menurut Pasal 19
Peraturan Pemerintah No. 104 Tahun 2015 jo Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor P.51/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2016 tentang Tata Cara Pelepasan Kawasan
Hutan Produksi yang dapat Dikonversi, kawasan hutan yang dapat dilepaskan untuk
pembangunan di luar kegiatan kehutanan adalah kawasan hutan produksi yang dapat
dikonversi (HPK). HPK merupakan kawasan hutan produksi yang secara ruang dapat
dicadangkan untuk pembangunan di luar kegiatan kehutanan atau dapat dijadikan lahan
pengganti tukar menukar kawasan hutan. Sementara itu, kepentingan pembangunan di luar
kegiatan kehutanan itu sendiri antara lain mencakup kegiatan:
a. Penempatan korban bencana alam;
b. Fasilitas pemakaman;
c. Fasilitas keselamatan umum;
d. Rumah sakit umum dan pusat kesehatan masyarakat;
e. Kantor Pemerintah dan/atau Pemda;
f. Permukiman dan/atau perumahan;
g. Transmigrasi;
h. Bangunan industri;
i. Pelabuhan;
j. Bandar Udara;
k. Stasiun Kereta Api;
l. Terminal;
m. Pasar umum;
n. Pengembangan/pemekaran wilayah;
o. Pertanian tanaman pangan;
p. Perkebunan;
q. Perikanan;
r. Peternakan;
s. Sarana olah raga; atau
t. Tempat pembuangan akhir sampah.
Terkait dengan solusi alternatif untukk menindaklanjuti TORA dari kawasan hutan, maka
penyediaan TORA dimaksud dapat diberikan dengan dasar peruntukan dan/atau penggunaan
tersebut di atas, karena beberapa kegiatan di atas, pelakunya termasuk ke dalam subyek
penerima TORA, seperti petani, nelayan, petambak, transmigran, buruh, kuli
terminal/bangunan dan sebagainya yang pekerjaannya terkait dengan kegiatan-kegiatan
pembangunan di atas. Hal mana akan memudahkan masyarakat kecil tersebut bertempat
tinggal dengan tempat bekerja mereka.

5. Jelaskan secara singkat project yang saudara kerjakan di kantor pertanahan dalam
pelaksanaan kampus merdeka.
Jawab :
Project yang dikerjakan di kantor pertanahan dalam pelaksanaan kampus merdeka yaitu
mengenai “Analisis Pemanfaatan Rencana Tata Ruang Dalam Pertimbangan Teknis Dalam
Rangka Perubahan Penggunaan Dan Pemanfaatan Tanah Kantor Pertanahan Kota Surabaya
II Provinsi Jaawa Timur.”
Analisis pemanfaatan Rencana Tata Ruang Dalam Pertimbangan Teknis Pertanahan Dalam
Rangka Perubahan dan Pemanfaatan Tanah ini mengambil studi kasus pada dokumen
Permohonan Pertimbangan Teknis Pertanahan Dalam Rangka Perubahan dan Pemanfaatan
Tanah yang diajukan oleh Martin terhadap tanah yang terletak di Jl. Ngagel Jaya Selatan I-28
Kelurahan Baratajaya Kecamatan Gubeng Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur seluas 66 m2.
Status tanah tersebut ketika didaftarkan pertama kali merupakan Ruko yang kini
peruntukannya akan diubah menjadi Kantor dengan rencana pemanfaatan sebagai Kawasan
Perdagangan dan Jasa.
Pertimbangan teknis pertanahan dalam rangka perubahan penggunaan dan pemanfaatan tanah
diberikan terhadap tanah yang sudah terdaftar atau memiliki sertipikat dan direncakan untuk
kegiatan yang mengakibatkan berubahnya kondisi fisik, penggunaan dan/atau pemanfaatan
tanah. Perubahan penggunaan dan pemanfaatan tanah diupayakan menghindari tanah
pertanian subur, beririgasi, dan memiliki habitat khusus untuk komoditas tertentu. Dalam
pemberian pertimbangan teknis pertanahan memperhatikan ketentuan penggunaan dan
pemanfaatan tanah yang meliputi:
a. tidak merugikan kepentingan umum;
b. tidak mengganggu penggunaan dan pemanfaatan tanah di sekitar lokasi;
c. memenuhi asas keadilan dan keberlanjutan;
d. memenuhi ketentuan perundang-undangan yang terkait dengan
e. rencana tata ruang, serta terkait syarat penggunaan dan pemanfaatan tanah
Dengan memperhatikan 5 (lima) ketentuan di atas maka produk pertimbangan teknis
pertanahan tersusun atas 7 (tujuh) peta, yaitu peta petunjuk letak lokasi, peta penggunaan
tanah, peta status penguasaan tanah, peta kemampuan tanah, peta rencana tata ruang, peta
kesesuaian penggunaan tanah, dan peta ketersediaan tanah. Ketujuh peta tersebut kemudian
digunakan sebagai dasar dalam memberikan persetujuan atau penolakan terhadap seluruh
atau sebagian tanah yang dimohonkan dan dituangkan dalam bentuk risalah dan peta.

Anda mungkin juga menyukai