Anda di halaman 1dari 7

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : Mirna Fahmi Shabrina

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 044664654

Kode/Nama Mata Kuliah : PWKL4204/Hukum dan Administrasi


Perencanaan

Kode/Nama UPBJJ : 45/Yogyakarta

Masa Ujian : 2023/2024 Ganjil (2023.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


PWKL4204-4

NASKAH TUGAS MATA KULIAH


UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2023/2024 Ganjil (2023.2)

Fakultas : FST/Fakultas Sains dan Teknologi


Kode/Nama MK : PWKL4204/Hukum dan Administrasi Perencanaan
Tugas :3

No. Soal
1. Peran serta masyarakat termasuk salah satu aspek yang dipantau dalam pemantauan penataan ruang.
a. Jelaskan alasan mengapa dalam pemantauan penataan ruang, peran masyarakat perlu dipantau?
b. Sebutkan indikator pemantauan terhadap kinerja peran masyarakat!

2. Salah satu instrumen pengendalian ruang adalah peraturan zonasi


a. Salah satu substansi pokok peraturan zonasi adalah ketentuan mengenai zoning. Jelaskan materi apa
saja yang terkandung dalam ketentuan zonasi!
b. Carilah dan jelaskan peraturan zonasi yang sudah diterapkan di kota atau kabupaten di Indonesia.
Penjelasan harus mencakup lokasi peraturan zonasi diterapkan, nomor perda, deskripsi singkat, dan
contoh peta zonasinya!

3. Terdapat beberapa tantangan dalam keintegrasian perencanaan pembangunan dan tata ruang, sebutkan
dan jelaskan 5 saja tantangan tersebut!

1. a. Berdasarkan ketentuan pasal 55 ayat (4) Undang-undang Penataan Ruang disebutkan bahwa
pengawasan penataan ruang dilaksanakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah dilakukan
dengan melibatkan peran masyarakat. Berdasarkan hal tersebut pemerintah daerah, pemerintah
provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota dapat memfasilitasi keterlibatan masyarakat untuk
menjadi pelaku dalam proses tindakan pemantauan penataan ruang. Dengan demikian, di satu
pihak peran serta masyarakat dalam melakukan tindakan pemantauan kinerja pengaturan,
pembinaan, dan pelaksanaan akan membantu meringankan tugas pemerintah, pemerintah provinsi,
dan pemerintah kabupaten/kota. Selain itu masyarakat sebagai Mitra pemerintah dapat berperan
serta secara aktif dalam penataan ruang sebagai perwujudan hak dan kewajibannya.
b. Indikator pemantauan terhadap kinerja peran masyarakat:
1. Keberadaan sarana pelibatan masyarakat dalam penataan ruang (misalnya sarana
pengaduan, dan lain-lain)
2. Evektivitas pemanfaatan sarana pelibatan peran masyarakat (misal: sarana pengaduan):
• Frekuensi pemanfaatan sarana
• Kemudahan sarana untuk diakses
• Prosedur penggunaan sarana
3. Keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan penataan ruang.

2. a. Materi yang terkandung dalam ketentuan zonasi mencakup:


▪ Penetapan zonasi
Langkah pertama dalam penentuan zoning adalah menetapkan zona-zona dasar, selanjutnya
pada setiap zona dasar ditentukan zona-zona utama dan pada setiap zona utama ditentukan
paket penggunaan atau jenis-jenis percetakan.
▪ Aplikasi ruang
Setelah zona dasar, zona utama dan jenis-jenis percetakan ditetapkan, maka selanjutnya
diatur penerapannya ke dalam ruang kota. Penerapannya diatur menurut suatu tabel yang
menjelaskan alokasi zona-zona tersebut pada setiap jengkal lahan perkotaan yang diberi
kodifikasi untuk memudahkan penulisannya.
▪ Ketentuan teknis perpetakan
Hal-hal hal yang diatur untuk setiap jenis percetakan pada setiap zona, meliputi:
1. Lebar dan kedalaman minimum petak
2. Jarak bebas depan, samping dan belakang
3. KDB maksimum, KLB maksimum, KDH minimum, dan KTB maksimum
4. Tinggi bangunan maksimum
5. Lebar minimum jalan dan sempadan bangunan
6. Dan hal lain yang diperlukan.

b. Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 47 Tahun 2023


Peraturan zonasi yaitu berupa aturan dasar (materi wajib).
Materi wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan;


b. Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang;
c. Ketentuan tata bangunan;
d. Ketentuan prasarana dan sarana minimal;
e. Ketentuan khusus; dan
f. Ketentuan pelaksanaan.

Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2)
huruf a, diterapkan pada:
a. Zona badan air
b. Zona perlindungan setempat
c. Zona ruang terbuka hijau (RTH), meliputi:
1. Sub-zona rimba kota
2. Sub-zona taman kota
3. Sub-zona taman kelurahan
4. Sub-zona pemakaman
5. Sub-zona jalur hijau
b. Zona cagar budaya
c. Zona ekosistem mangrove
d. Zona badan jalan
e. Zona pertanian
f. Zona perikanan
g. Zona pertambangan, meliputi sub-zona pertambangan mineral logam
h. Zona pembangkitan tenaga listrik
i. Zona kawasan peruntukan industri
j. Zona pariwisata
k. Zona perumahan
l. Zona sarana pelayanan umum
m. Zona campuran, meliputi subzona campuran intensitas tinggi
n. Zona perdagangan dan jasa
o. Zona perkantoran
p. Zona peruntukkan lainnya, meliputi:
1. Subzona pengolahan air limbah
2. Subzona pergudangan
q. Zona pengelolaan persampahan
r. Zona transportasi
s. Zona pertahanan dan keamanan
3. tantangan dalam keintegrasian perencanaan pembangunan dan tata ruang:
1. Kesetaraan muatan substansi
Muatan RTRW lebih fokus pada pembangunan fisik/spasial, sementara RPJPD lebih luas
mencakup pembangunan non fisik. Muatan RPJPD sampai dengan arah kebijakan, sedangkan
muatan RTRW sampai dengan program utama yang dijabarkan ke dalam 20 tahun, 5 tahun, dan
tahunan.

2. Konsistensi perencanaan dari jangka panjang sampai sampai jangka menengah


Dengan adanya pilkada, maka terjadi kecenderungan bahwa RPJMD disusun (hanya) berdasarkan
visi, misi, dan program kepala daerah terpilih, RPJPD, apalagi RTRW, kurang dijadikan acuan dan
tidak diterjemahkan ke dalam RPJMD. Kemudian kurangnya pemahaman DPRD terhadap peran
dokumen perencanaan pembangunan dalam pembangunan daerah mengakibatkan timbulnya
kesulitan dan/atau terjadinya perubahan dalam proses legalisasi dan penganggaran.

3. Pelibatan masyarakat dalam penyusunan RTRW dan RPJPD


Pelibatan masyarakat dalam penyusunan dokumen perencanaan pembangunan merupakan hal
penting dalam memberikan masukan terhadap muatan dokumen tersebut. Pelibatan masyarakat
tersebut dimaksudkan untuk menjaring aspirasi dan masukan dari masyarakat dalam
pembangunan.

4. Pengembangan kelembagaan perencanaan di daerah


Kurangnya kapabilitas SDM aparat perencana akan memepengaruhi kualitas dokumen
perencanaan yang dihasilkan. Adanya perbedaan lembaga yang menyusun dapat mempangaruhi
keintgrasian kedua dokumen tersebut (misalnya dibandingkan dengan bila kedua dokumen tersebut
disusun oleh lembaga yang sama).

5. Penerjemahan RTRW ke dalam RPJMD


Adanya kesulitan yang dialami pemerintah daerah dlam menerjemahkan muatan RTRW ke dalam
format RPJMD dan Renstra SKPD. Program kewilayahan umunya akan melibatkan berbagai
aspek. Dengan demikian akan oerlu melibatkan berbagai SKPD yang terkait dalam perumusan
sasaran, kebijakan, dan program tersebut ke dalam perencanaan jangka menengah.

6. Perbedaan periode waktu antara RTRW dengan RPJPD


UU No.17 tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025 mengamanatkan bahwa RPJPD merupakan
dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20 tahun mulai sejak 2005 s/d tahun
2025. Periode RTRWN diseuaikan dengan waktu penyusunannya dengan jangka waktu 20 tahun
(2008-2028)

7. Kedudukam beerbagai dokumen perncanaan terhadap RTRW


Dokumen perencanaan yang disusun oleh daerah membingungkan karena ketidakjelasan
kedudukan dari berbagai peraturan perundangan masing-masing dokumen tersebut.

Anda mungkin juga menyukai