Anda di halaman 1dari 17

PERENCANAAN PEMBANGUNAN TATA KELOLA KOTA

PASCA GEMPA BUMI


DI DESA KEBONAGUNG KABUPATEN BLITAR

NAMA : AULINA SAIRA


NIM : 048582705
MATA KULIAH : PERENCANAAN KOTA
DOSEN PENGAMPU : Dr. Akim, S.IP., M.Si.
PROGRAM STUDI : PERENCANAANN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS : FAKULTAS TEKNIK
TAHUN : 2023

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
limpahan kasih karunia-Nya, proposal dapat terselesaikan dengan baik. Proposal ini berjudul
“Perencanaan Pembangunan Tata Kelola Kota Pasca Gempa Bumi Di Desa Kebonagung
Kabupaten Blitar. Proposal ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah perencanaan
kota. Penulis berharap, proposal ini dapat diterima dengan baik dan membawa kemanfaatan bagi
para pembaca. Dalam proses pembuatan proposal ini penulis mendapatkan banyak arahan dan
koreksi yang sifatnya membangun dari berbagai pihak, untuk itu rasa terimakasih, penulis
sampaikan kepada :

1) Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami kesempatan untuk mengikuti
lomba karya tulis ilmiah ini.

2) Orang tua penulis yang telah memberikan doa restu dan dukungan yang tiada
hentinya.

3) Dr. Akim, S.IP., M.Si. selaku dosen pengampu dalam penulisan proposal ini.

Gorontalo, 29 Oktober 2023

Aulina Saira
Nim: 048582705

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN
1.1..........................................................................................................................Latar Belakang
.........................................................................................................................5
1.2..........................................................................................................................Rumusan
Masalah............................................................................................................6
1.3..........................................................................................................................Tujuan 6

BAB II TINJAUAN LITERATUR


2.1. Gempa Bumi 7
2.2. Perencanaan Pembangunan............................................................................7
2.3. Perencanaan Pembangunan Pasca Gempa Bumi............................................8

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian................................................................................................9
3.2 Sumber Data....................................................................................................9
3.3 Metode Pengumpulan Data.............................................................................9
3.4 Lokasi Penelitian.............................................................................................9
3.5 Metode Analisis Data......................................................................................9

BAB IV HASIL DAN PEMBAHAN..................................................................10


KESIMPULAN....................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................16

3
4
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Mekanisme Pergerakan Lempeng atau Patahan........................................................7

5
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara Indonesia berada di pertemuan tiga lempeng dunia yakni lempeng Australia, lempeng
Pasifik, dan lempeng Eurasia, sehingga dinilai sangat rawan untuk mengalami suatu bencana
alam. Bencana alam yang dinilai sering terjadi sehingga perlu untuk diwaspadai oleh masyarakat.
Peristiwa bencana alam dapat menyebabkan hilangnya harta benda dan nyawa dari seseorang.
Bencana alam dapat disebabkan oleh faktor dari tindakan para manusia maupun yang disebabkan
dari faktor alam yang secara tidak menentu, sehingga bencana alam dapat terjadi. Berdasarkan
UU No. 24 Tahun 2007 mengenai penanggulangan bencana yang menjelaskan bahwa “Bencana
alam adalah suatu bencana yang diakibatkan oleh suatu perisitiwa yang telah disebabkan dari
alam antara lain tsunami, gempa bumi, kekeringan, banjir, tanah longsor, dan angin topan”
(Supriyadi et al., 2018).
Salah satu bencana alam yang tergolong tidak dapat diprediksi dan sulit untuk teratasi adalah
gempa bumi. Bencana gempa bumi adalah suatu bencana yang dapat disebabkan oleh aktivitas
dari gunung berapi dan guncangan gerakan tumbukan yang telah berasal dari lempeng bumi.
Frekuensi dari terjadinya bencana gempa bumi mengacu pada ukuran dan jenis gempa bumi yang
terjadi pada periode waktu tertentu. Gempa bumi dapat terjadi dalam waktu kapan saja dan
memiliki sifat yang mampu untuk merusak. Berdasarkan data dari “kompas.com” menyebutkan
bahwa pada periode selama bulan April tahun 2021 telah terjadi bencana alam berupa gempa
bumi dengan sejumlah 807 kali. Gempa bumi dapat terjadi dengan kekuatan yaitu kurang lebih
dari magnitudo 5,0 (Glora Setyvani Putri, 2021).
Gempa bumi yang terjadi di kebonagung menjadi salah satu fenomena alam yang diakibatkan
oleh suatu peristiwa alam. Hal ini kemudian berdampak pada perencanaan dan tata kelola
wilayah Kabupaten Blitar Desa Kebonagung yang telah direncanakan oleh pemerintah setempat
sebagai bagian integral dari (RPJMD) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Derah.
Perencanaan dan Tata Kelola Wilayah Kabupaten Blitar Desa Kebonagung berdasarkan tingkat
operasionalisasinya dalam konteks bentuk perencanaan menggunakan strategic planning
menyangkut strategi Pembangunan analisis dan evaluasi terhadap tujuan dan sasaran alternatif
tertentu, sehingga desain tata kota yang kemudian dirancangbangun oleh pemerintah setempat
menggunakan model feature base-construction, mengedepankan Pembangunan modern melalui

6
beberapa Pembangunan di beberapa sektor-sektor strategis. Salah satu sektor yang akan dibangun
pasca gempa bumi di Desa KebonAgung adalah sarana dan prasana lingkungan.
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana cara melakukan perencanaan Pembangunan Kabupaten Blitar Desa Kebonagung


pasca terdampak bencana gempa bumi?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui dan mengimplementasikan cara melakukan perencanaan Pembangunan
Kabupaten Blitar Desa Kebonagung pasca terdampak bencana gempa bumi

7
BAB II
TINJAUAN LITERATUR

2.1 Gempa Bumi

Gempa bumi merupakan peristiwa berguncangnya bumi yang disebabkan oleh kehadiran
patahan/sesar aktif, aktivitas gunung berapi, runtuhan batuan, dan pergerakan lempeng bumi. Gempa
bumi terjadi karena pada batas lempeng terdapat penumpukkan energi yang kemudian menyebabkan
lempeng bergerak secara konvergen, divergen, dan transform atau pada patahan/sesar dimana batuan
tidak dapat menahan batas elastisnya, sehingga terjadi pelepasan energi berupa rangkaian gelombang
seismik yang disebut sebagai gempa bumi.

Gambar 2.1 Mekanisme Pergerakan Lempeng atau Patahan

2.2 Perencanaan Pembangunan

Pengertian perencanaan pembangunan dapat didefnishkan berdasarkan unsur unsur yang


membentuknya, yakni perencanaan dan pembangunan. Perencanaan secara umum adalah proses untuk
menentukan tindakan masa dean yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber
day yang tersedia; sedangkan pembangunan adalah proses untuk melakukan perubahan tau suatu proses
perubahan yang disengaja untuk mencapai perbaikan kehidupan dan penghidupan yang
berkesinambungan. Dengan mengkaitkan kedua pengertian in maka perencanaan pembangunan dapat
diartikan sebagai proses untuk menentukan tindakan masa dean yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan
memperhitungkan sumber daya yang tersedia, yang mengarah pada perubahan ke kondisi yang lebih baik.
Perencanaan pembangunan merupakan suatu tahapan awal dalam proses pembangunan, yang akan
menjadi pedoman/acuan dasar bagi pelaksanaan kegiatan pembangunan. Dalam konteks manajemen
pembangunan, perencanaan pembangunan merupakan tugas pokok yang harus diemban, yang diperlukan
karena kebutuhan pembangunan lebih besar daripada sumber daya yang tersedia.

8
2.3 Perencanaan Pembangunan Pasca Bencana

Setelah bencana terjadi, maka upaya perencanaan Pembangunan kota masuk ke dalam fase
pascabencana. Pada tahap ini, maka kegiatan yang penting untuk menjadi fokus utama adalah upaya
pemulihan, baik terhadap rencana tata Kelola wilayah maupun pemanfaatan lahan. Hal ini dilakukan agar
situasi dapat berjalan dengan normal kembali seperti sebelum terjadi bencana. Penyelenggaraan
perencanaan Pembangunan kota pada tahap pascabencana terdiri atas kegiatan penyusunan rencana,
penetapan rencana, pengendalian pelaksanaan rencana dan evaluasi pelaksanaan rencana. Dalam
pelaksanaannya, penyusunan rencana, penetapan rencana, pengendalian pelaksanaan rencana dan evaluasi
pelaksanaan rencana wilayah pascabencana tidak saja menjadi tanggung jawab pemerintah, namun juga
menjadi tanggung jawab seluruh elemen masyarakat, karena urusan bencana merupakan urusan seluruh
pihak. Untuk mempercepat pemulihan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana, pemerintah
daerah menetapkan prioritas dari kegiatan perencanaan Pembangunan tata kolela kota. Penetapan prioritas
didasarkan pada analisis kerusakan dan kerugian akibat bencana. Pemerintah dan/atau pemerintah daerah
menyusun rencana Pembangunan tata kolela kota yang didasarkan pada analisis kerusakan dan kerugian
akibat bencana dengan memperhatikan aspirasi masyarakat. Dalam menyusun rencana Pembangunan tata
kolela kota harus memperhatikan pengaturan mengenai standar konstruksi bangunan; kondisi sosial; adat
istiadat; budaya; dan ekonomi.

9
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah deskriptif yang berarti penggambaran, dapat kita artikan bahwa
penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang dimaksudkan dengan tujuan menggambarkan kejadian-
kejadian yang ada dan masih terjadi sampai saat sekarang atau bahkan pada masa lampau.

3.2. Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu Data sekunder yakni data yang dikumpulkan oleh
pihak lain atau sumber lain untuk tujuan tertentu. Jenis data ini biasanya sudah tersedia dan siap diakses
melalui publikasi, basis data, atau sumber-sumber lainnya.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini yaitu Observasi. Observasi adalah metode
pengumpulan data yang kompleks karena melibatkan berbagai faktor dalam pelaksanaannya. Metode
pengumpulan data observasi tidak hanya mengukur sikap dari responden, namun juga dapat digunakan
untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi. Teknik pengumpulan data observasi cocok digunakan
untuk penelitian yang bertujuan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, dan gejala-gejala
alam. Metode ini juga tepat dilakukan pada responden yang kuantitasnya tidak terlalu besar.

3.4. Lokasi Penelitian

Penelitian in dilakukan di Desa Kebonagung Kabupaten Blitar

3.5. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis secara kualitatif yaitu
analisis yang dilakukan dengan cara memahami dan merangkai data-data yang dikumpulkan secara
sistematis sehingga diperoleh gambaran mengenai keadaan yang diteliti. Metode berfikir yang digunakan
dalam menarik kesimpulan adalah metode berfikir induktif yaitu proses berfikir dari hal-hal yang khusus
menuju kesimpulan yang bersifat umum.

10
Bab IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan menyajikan hasil serta pembahasan terkait pemulihan pasca
bencana dalam hal ini proses rehabilitasi dan rekonstruksi. Proses pemulihan rehabilitasi dan
rekonstruksi yang dilakukan oleh pemerintah Blitar ditatapkan melalui Sektor Sosial, Ekonomi,
Pemukiman, Infrastruktur serta Lintas Sektor dan di berbagai sektor tersebut telah di tetapkan
melalui sub bidang masing-masing yang telah di rencanakan melalui proses penilaian kerusakan dan
kerugian, atau penilaian dan perhitungan pascabencana (JITUPASNA) yang menghasilkan estimasi
kerusakan dan kerugian yang dihitung untuk 5 (lima) sektor utama tersebut.

Meskipun saat ini sektor pemukiman dan sosial menjadi prioritas utama dalam pemulihan
pasca bencana tetapi dari grafik di atas menjelaskan bahwa sektor ekonomi lebih dominan
dikarenakan lebih banyak berbicara terkait dengan program yang di upayakan pemerintah bersama
lembaga pemerintah lain dan swasta untuk memperbaiki kondisi ekonomi masyarakat terdampak,
sebab sektor ekonomi merupakan bidang yang terpenting untuk penghidupan masyarakat yang akan
datang. Menurut (Hadi, 2019) dari pengalaman pemulihan ekonomi pascabencana sebelumnya dari
beberapa bencana lain yang telah dilakukan, khususnya setelah gempa Yogyakarta dan letusan
Gunung Merapi, bahwa proses dan tahapan pemulihan ekonomi membutuhkan waktu yang relatif
lebih lama dibandingkan dengan pemulihan bidang lain, sehingga target pemulihan yang tidak hanya
pulih ke kondisi awal dapat tercapai, tetapi lebih diarahkan untuk mencapai tujuan pembangunannya
dan meningkatnya kondisi ekonomi masyarakat lokal dan daerah yang lebih baik, lebih aman dan
lebih berkelanjutan dalam jangka panjang untuk itu pemerintah Blitar harus memulihkan sektor
ekonomi berbasis ketahanan untk keberlanjutan masyarakat. Pada pemulihan pasca bencana Blita
pemerintah telah menetapkan rencana aksi dalam proses Rehabilitasi dan Rekonstruksi yang meliputi
Sektor Pemukiman, Sosial, Infrastruktur, Ekonomi, serta Lintas Sektor sesuai dengan peraturan yang
telah ditetapkan oleh baik BNPB maupun pemerintah pusat, dibeberapa daerah juga telah dilakukan
hal serupa untuk melakukan rencana aksi dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi. (Coffey, 2017)
pada kasus pasca bencana letusan gunung Merapi dan Sinabung pemerintah juga telah menetapkan
untuk melakukan proses Rehabilitasi dan Rekonstruksi melalui berbagai sektor di antaranya Sektor
Pemukiman, Sosial, Infrastruktur, Ekonomi, serta Lintas Sektor. Pada kasus pasca bencana letusan
merapi pemulihan awal yang dilakukan oleh pemerintah setempat meliputi memulihkan fungsi dan
layanan dasar pemerintah, infrastruktur, serta kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat

11
dengan cara memulihkan lembaga-lembaga sosial masyarakat yang terkena dampak yang vital untuk
proses pemulihan (rehabilitasi dan rekonstruksi) jangka panjang. Memberikan stimulus untuk
pemulihan mata pencaharian ekonomi dan pendapatan. Tak hanya itu penelitian (Kurnia, 2017)
tentang pelaksanaan kebijakan rehab rekon perumahan pasca gempa 30 september 2009 di Sumatra
Barat pemerintah menetapkan rencana aksi pemulihan pasca bencana meliputi pada kegiatan 4 sektor
yaitu: Sektor Perumahan, Infrastruktur, gedung pemerintahan, Sosial, Ekonomi produktif. Berikut
penulis akan menjelaskan hasil temuan dari masing-masing sektor.

Pemulihan Sektor sosial

Sektor sosial merupakan sektor yang terkena dampak terbesar setelah pemukiman. Kerusakan
pada sektor sosial di bidang pendidikan telah menyebabkan siswa tidak dapat bersekolah untuk
beberapa minggu yang diakibatkan gedung sekolah hancur pasca gempa, Pelayanan kesehatan yang
menurun, dan masyarakat tidak dapat melakukan ibadah di tempat-tempat ibadah. , Pemulihan di
sektor sosial dilakukan di beberapa sub-sektor di bidang pendidikan, kesehatan, agama dan budaya.
Upaya pemulihan awal yang dilakukan oleh pemerintah adalah membuat tendatenda darurat atau
sekolah sementara untuk proses belajar menajar. Di bidang Kesehatan hampir seluruh puskesmas dan
pustu hancur akibat dari bencana Gempa Bumi, tentu masyarakat membutuhkan pelayanan kesehatan
yang baik pasca terjadinya bencana , pemulihan yang dilakukan oleh pemerintah daerah pada awal
masa pemulihan adalah pendirian puskesmas darurat atau sementara untuk memberikan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat yang terdampak bencana, saat ini pemerintah telah mulai membangun
puskesmas melalui kementerian kesehatan pemerintah memberi bantuan dana kepada pemerintah
daerah. Pada aspek keagamaan juga dampak kerusakan yang tidak akibat dari bencana gempa bumi,
untuk membangun kembali fasilitas ibadah masyarakat pemerintah bekerjasama dengan berbagai
lembaga non pemerintah untuk membangun fasilitas ibadah baik semi permanan ataupun permanen.
Pemerintah telah membangun gedung sekolah dengan skema tahan terhadap gempa, membangun
sekolah yang tahan terhadap gempa dapat dianggap sebagai langkah pertama untuk membuat sekolah
tangguh dalam menghadaapi gempa yang akan datang (Baytiyeh, 2019). Belajar dari gempa di cina
Sebelum membangun gedung dilakukan survei geologis terlebih dahulu untuk mengidentifikasi
topografi, geologi, dan kemudian membangun bangunan di daerah di mana bangunan tahan gempa
serta diusahakan untuk menghindari lokasi bangunan yang aseismik. Perlu dicatat bahwa dalam hal
apa pun, sekolah tidak boleh dibangun di atas patahan aktif, tanah longsor, atau pencairan tanah,
yang berada di area tahan gempa. Ini akan mencegah gedung sekolah dari kerusakan parah akibat
gempa bumi (Duan et al., 2018). Begitupun dengan gedung pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit

12
dan Puskesmas pemerintah harusnya melakukan kajian mendalam terlebih dahulu, mengambil
kebijakan yang tepat adalah salah satu dari keberhasilan pemulihan pasca bencana.

Pemulihan Sektor Ekonomi

Perekonomian di Kebonagung pasca gempa bumi merupakan sektor yang mengalami


kerugian cukup signifikan, rusaknya aset dari para pelaku usaha dan UMKM, para petani mengalami
kerugian pada saat panen serta banyaknya fasilitas sarana dan prasarana dari pariwisata yang rusak
dll menyebabkan terjadinya pertumbuhan ekonomi yang tidak stabil bagi pemerintah dan
masyarakat. Upaya pemulihan yang dilakukan oleh pemerintah di bidang Sektor Ekonomi meliputi
berbagai sub bidang di antaranya UMKM, pertanian dan perkebunan, perikanan dan peternakan,
perdagangan, serta pariwisata. Pada pemulihan tahap awal pembangunan pasar menjadi prioritas
pemerintah dalam mengembalikan kondisi ekonomi masyarakat agar perekonomian masyarakat bisa
berjalan dengan baik. Pada bidang UMKM pemerintah lebih banyak memberikan pendampingan
kepada pelaku usaha dalam hal ini pemerintah bekerjasama dengan pihak non pemerintah untuk
memberi pelatihan kepada pelaku usaha UMKM untk mengelola serta meningkatkan nilai jual atau
meningkatkan produktifitas dari usaha yang dimiliki dengan mengelola sumber daya alam lokal,
tidak pemerintah daerah juga berupaya menciptakan Wira Usaha Baru (WUB) bagi masyarakat
dengan memberikan peralatan penunjang untuk produksi, dalam melakukan kegiatan tersebut
pemerintah perlu dukungan dari semua pihak pemangku kepentingan baik di Provinsi, Pusat dan
Organisasi Swasta, pada bidang pertanian upaya yang di lakukan oleh pemerintah dalam membantu
petani pasca pemulihan bencana dengan melakukan pendistribusian bantuan pupuk, bibit tanaman,
alat pertanian dan perkebunan melalui koperasi maupun unit usaha tani, pengadaan pelatihan
manajemen lahan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya petani dalam mengolah lahan agar
semakin efektif serta pelatihan dan pendampingan usaha pertanian berkelanjutan dengan bekerjasama
dengan Koperasi, BUMDES, BUMD, Pemerintah dan Swasta untuk meningkatkan produktifitas hasil
pertanian dan bernilai jual karena menurut (Abraham, 2018) kejadian gempa di Blitar berdasarkan
waktu dan data kerugian yang dilaporkan, terjadi pada saat panen, ini yang menyebabkan pada
akhirnya hasil dari panan tersebut mengalami kerugian serta penurunan kualitas dan tentu para petani
akan lebih fokus untuk bisa membangun kembali rumah mereka yang rusak. Pada bidang pariwisata
pemerintah memberikan bantuan atau dana stimulan untuk perbaikan sarana prasarana desa wisata
serta untuk peningkatan ekonomi pelaku usaha di desa wisata

13
Sektor Infrastruktur

Sektor Infrastruktur merupakan sektor penting untuk mendukung kegiatan aktifitas sosial dan
ekonomi masyarakat, tanpa infrastruktur yang baik tentu aktifitas sosial ekonomi masyarakat menjadi
terhambat. Terjadinya bencana gempa yang terjadi di Desa KebonAgung mengakibatkan rusaknya
berbagai infrastruktur yang ada dan aktifitas masyarakat menjadi terganggu serta secara tidak
langsung berdampak terhadap kondisi sosial dan ekonomi masyarakat sekitar. Pemulihan pada sektor
Infrastruktur dilakukan melalui sub bidang di antaranya terdiri atas pemenuhan kebutuhan sub sektor
transportasi baik darat laut dan sebagainya, energi, sumber daya air, pos dan komunikasi serta
sanitasi dan kebutuhan air bersih Dari figure diatas dapat dilihat bahwa bidang air bersih menjadi
suatu perhatian serisu dari pemerintah dan non pemerintah karena menjadi kebutuhan hidup bagi
masyarakat, pemenuhan air bersih dan sanitasi pasca bencana merupakan suatu hal yang paling
mendasar dan tentu menjadi priorotas dalam pemulihan pasca bencana yang terjadi di Blitar desa
Kebonagung terlihat dari berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah, pada saat
gempa terputusnya jaringan air bersih PDAM dan sumur milik masyarakat yang tertutup akibat
reruntuhan gempa membuat para warga kesulitan dalam mendapatkan air bersih, tentu dalam
perbaikan jaringan PDAM tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama. Pada bidang transportasi
darat pemerintah melakukan perbaikan jalan yang mengalami kerusakan berat guna memudahkan
akses baik untuk menyalurkan bantuan ataupun untuk mendukung kegiatan ekonomi masyarakat,
beberapa jembatan penghubung antar wilayah saat ini juga telah selesai di rekonstruksi bersama
kementerian Pekerjaan Umum. Pada bidang Sanitasi dan air bersih pemulihan awal yang dilakukan
oleh pemerintah bersama lembaga terkait ataupun swasta memberikan sumur bor kepada wilayah
yang terdampak terutama yang jauh dari jangkauan air dan saat ini rekonstruksi Sumber air telah
selesai di kerjakan oleh institusi terkait dalam hal ini PDAM.

Lintas Sektor

Dampak yang di timbulkan pasca terjadinya gempa bumi pada lintas sektor berupa kerusakan
fisik dari kantor-kantor pemerintaha yang ada di Blitar sehingga menyebabkan terganggunya aktifitas
pelayanan kepada masyarakat, kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana lintas sektor
terdiri atas pemenuhan kebutuhan sub sektor Pemerintahan, keamanan ketertiban, Lingkungan
Hidup, perbankan dan pengurangan resiko bencana. Pemerintah daerah mempunyai kapasitas atau
peran penting dalam pengurangan resiko bencana, pengurangan risiko bencana menjadi suatu

14
kebutuhan yang harus direncanakan secara sistematis oleh pemangku kepentingan dalam menghadapi
resiko bencana yang akan datang, pengurangan resiko bencana berbasis masyarak bisa menjadi
jawaban dalam hal tersebut pemerintah harus melibatkan Masyarakat serta memberikan Pendidikan
kebencanaan kepada masyarakt, penelitian dari (Pascapurnama et al., 2018). Di tingkat Masyarakat
umum pemerintah harus melibatkan dalam hal kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan pemulihan dari
bencana alam. PRB berbasis masyarakat memungkinkan masyarakat untuk berpartisipasi secara
positif dan aktif dalam rencana PRB sehingga mereka dapat diberdayakan dan memiliki peningkatan
kapasitas mereka untuk mengurangi kerentanan mereka terhadap bahaya alam. Di Indonesia,
kegiatan-kegiatan dalam PRB berbasis masyarakat secara umum memang telah di terapakan tetapi
sangat sedikit pemerintah yang paham akan konsep dari PRB berbasis masyarakat tersebut atau tidak
berjalannya secara efektif.

15
KESIMPULAN

Dari penelitian yang telah dilakukan kesimpulan ialah pemerintah Kabupaten Blitar
khususnya Desa Kebonagung dalam melakukan pemulihan pasca bencana berfokus melalui 5 Sektor
diantaranya Sektor Pemkiman, Ekonomi, Infrastruktur, Sosial dan Lintas Sektor dari berbagai sektor
tersebut memiliki sub bidang pemulihan, serta pemulihan pasca bencana . Pemulihan pasca gempa ini
juga telah melibatkan berbagai lembaga kepentingan yang terkait seperti kementerian dan lembaga
lain serta pihak non pemerintah atau swasta telah banyak bersinergi dengan pemerintah daera untuk
membantu meringankan beban masyarakat. Pada awal masa pemulihan pasca bencana pembangunan
pemukiman masyarakat, fasilitas fisik pendidikan sperti gedung sekolah serta pemulihan sektor
ekonomi menjadi skala prioritas pemerintah daerah, pemulihan sektor ekonomi telah dilakukan
dengan berbagai upaya pendampingan serta pelatihan kepada masyarakat khususnya pelaku UMKM
akan tidak cukup kuat untuk memberikan modal ataupun keberlanjtan pemasaran yang diberikan oleh
pemerintah. Meskipun pemulihan berjalan dengan baik sampai pada saat ini tetapi ada sejumlah
permasalahan yang harus di jadikan bahan evaluasi pemerintah daerah seperti keterlambatan
pembangunan Rumah Tahan Gempa (RTG) bagi masyarakat yang sampai pada saat ini juga masih
banyak yang belum menerima bantuan serta masih adanya fasilitator yang bermasalah di lapangan
sehingga menyebabkan terjadinya keterlambatan ini terlihat dari jumlah rumah yang dibangun masih
jauh yang di harapkan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ophiyandri, T., Amaratunga, D., Pathirage, C., & Keraminiyage, K. (2013). Critical success
factors for community-based post-disaster housing reconstruction projects in the pre-construction
stage in Indonesia. International Journal of Disaster Resilience in the Built Environment, 4(2), 236–
249. https://doi.org/10.1108/IJDRBE-03- 2013-0005

Pascapurnama, D. N., Murakami, A., Chagan-Yasutan, H., Hattori, T., Sasaki, H., & Egawa,
S. (2018). Integrated health education in disaster risk reduction: Lesson learned from disease
outbreak following natural disasters in Indonesia. International Journal of Disaster Risk Reduction,
29(July), 94– 102. https://doi.org/10.1016/j.ijdrr.2017. 07.013

Sagala, S. Am. R. P. B. G. B. J. B. 2009, & Lutfiana, D. (2015). Manajemen Rekonstruksi


Pasca Bencana Gempa Bumi Jawa Barat 2009. 1–13. Tim Seismologi Teknik BMKG. (2018). Ulasan
Guncangan Tanah Akibat Gempa Bumi Lombok Utara. UNDP. (2015). S

upporting Nepal in Building Back Better: Livelihoods and Community Infrastructure. May.
Wekke, I. S., Rajindra, R., Pushpalal, D., Samad, M. A., Yani, A., & Umam, R. (2019). Educational
Institution on Responding Disasters in Palu of Indonesia. INA-Rxiv Papers.
https://doi.org/10.31227/osf.io/drc 8q Ziqiang Han. (2017).

Recovering from Catastrophic Disaster in Asia. https://doi.org/https://doi.org/10.


1108/S2040-726220160000018001

17

Anda mungkin juga menyukai