PERMUKIMAN PESISIR
Disusun Oleh:
KELOMPOK III
JURUSAN S1 ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan segala rahmat dan karunia-
Nya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan yang berjudul
Perencanaan Pengembangan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Pesisir ini tepat waktu. Laporan
Perencanaan Pengembangan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Pesisir ini disusun guna
memenuhi tugas pada Mata Kuliah Perencanaan Perumahan dan Permukiman Pesisir. Penulis
berharap agar laporan ini dapat memberi referensi dan menambah wawasan bagi pembaca tentang
topik yang diangkat pada laporan ini.
Penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan laporan ini. Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun akan penulis terima demi kesempurnaan laporan ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
B. PERMASALAHAN ………………………………………………………………... 6
3
DAN SIRKULASI)
C. KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN ……………………………………………...
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permukiman adalah salah satu bagian dari permukaan bumi yang telah dihuni oleh
manusia, serta didukung dengan berbagai sarana dan prasarana yang dapat membantu dalam
kehidupan manusia dan telah menjadi satu kesatuan dengan tempat tingggal pemiliknya
(Sumaatmadja, 1988 dikutip dalam Surtiani, 2006).
Perkembangan suatu permukiman berkaitan erat dengan permukiman itu sendiri.
Terjadinya pertambahan jumlah penduduk menyebabkan meningkatnya jumlah kebutuhan
permukiman yang semakin besar pula. Semakin tinggi kepadatan penduduk dan kepadatan
bangunan tempat tinggal, maka semakin tinggi pula ancaman penurunan kualitas perkotaan
yang akan dihadapi oleh daerah perkotaan, karena kota merupakan daerah yang sangat
dinamis dimana penduduknya akan terus mengalami pertumbuhan dan peningkatan setiap
harinya (Lutfi, 2012). Munculnya perumahan-perumahan yang sudah tidak layak huni
merupakan salah satu hal yang berkaitan langsung pada perkembangan fisik kota, yang
dicirikan dengan kondisi infrastruktur dan sanita lingkungan yang buruk, tingkat kepadatan
bangunan yang tinggi namun memiliki kualitas yang rendah, kurangnya RTH, serta kondisi
sosial, ekonomi dan politik yang rendah (Wiradisuria, dikutip dalam Ruhaida dan Sunarti,
2012).
Masalah perumahan dan permukiman merupakan salah satu masalah tanpa akhir,
bukan hanya di kota-kota besar saja, namun di kota-kota kecilpun masalah ini banyak
ditemukan (Sumaatmadja, dikutip dalam Surtiani 2006). Munculnya masalah permukiman
biasanya disebabkan, karena:
1) Penurunan daya dukung lingkungan yang disebabkan dari kurang terkendalinya
pembangunan perumahan dan permukiman sehingga menyebabjan terjadinya kawasan
kumuh dibeberapa bagian suatu kota.
2) Terbatasnya kapasitas dan kemampuan pemerintah, swasta, maupun masyarakat dalam
menyediakan tempat tinggal yang layak huni.
3) Pembangunan kelembagaan masyarakat dan sumber daya manusia yang masih belum
optimal.
4) Kriteria teknis dalam pemanfaatan lahan perumahan dan permukiman masih kurang
dipahami, khususnya yang berbasis pada daya tampung ruang dan ambang batas
lingkungan (Hariyanto, 2010).
Masalah perumahan dan permukiman merupakan masalah yang berkaitan proses
pembangunan dan sering kali dijadikan sebagai cerminan dalam keterbelakangan
5
pembangunan. Masalah ini tidak dapat terselesaikan secara tuntas, mengingat penduduk
dimuka bumi terus mengalami pertumbuhan setiap harinya.
Desa Mekar, Kecamatan Soropia merupakan suatu dokumen yang menyajikan
informasi dan rekomendasi terkait rencana pengembangan perumahan dan permukiman di
daerah pesisir tersebut. Laporan ini bertujuan untuk memberikan panduan dan arahan dalam
pengembangan kawasan permukiman yang berkelanjutan, mengingat kondisi khusus yang
terkait dengan aspek pesisir.
Berada pada lahan yang legal namun kondisi permukimannya tidak sesuai dengan
standar teknis. Kondisi fasilitas yang belum memehuni kebutuhan masyarakat. Mulai dari
kondisi jalan masih sering terjadi genangan air, masyarakat belum sepenuhnya terlayani
sarana air minum yang memadai, sampah berserakan dimana-mana, dan jumlah tempat
sampah yang minim (P2KP,2017). Dengan melihat latar belakang dan permasalahan yang ada
di lokasi, penulis mencoba melakukan penelitian di Desa Mekar, Kecamatan Soropia, Kab.
Konawe.
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu,
bagaimana mengembangan Kawasan pesisir dengan menerapkan konsep berkelanjutan?
D. Lingkup Kegiatan
1. Batas Wilayah Studi
6
Sumber: Maps (diakses pada 1 juni 2023)
Desa Mekar merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Soropia,
Kab. Konawe, Sulawesi Tenggara, Indonesia. Desa ini memiliki letak yang strategis
di bagian tengah kecamatan.
Secara umum, Desa Mekar dikelilingi oleh keindahan alam tropis yang khas
Sulawesi Tenggara. Wilayah ini terdiri dari lautan, hamparan perkebunan, dan hutan
yang menawarkan pemandangan yang menarik. Desa Mekar juga memiliki
karakteristik budaya dan sosial yang unik. Masyarakat setempat mungkin memiliki
tradisi dan adat istiadat yang khas, yang terlihat dalam seni, musik, tarian, dan acara
adat yang diadakan di desa tersebut.
Dalam hal fasilitas umum, Desa Mekar dilengkapi dengan sekolah, masjid
sebagai tempat ibadah, dan juga terdapat warung atau toko kecil sebagai tempat
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
1. Studi literatur: Kegiatan ini melibatkan pencarian, peninjauan, dan analisis literatur
yang relevan dengan topik penelitian. Tujuan dari studi literatur adalah untuk
7
memahami penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, mengidentifikasi celah
pengetahuan, dan menentukan dasar teoritis untuk penelitian yang akan dilakukan.
2. Perancangan penelitian: Tahap ini melibatkan merancang metodologi penelitian
yang tepat untuk menjawab pertanyaan penelitian atau mencapai tujuan penelitian.
Ini meliputi pemilihan sampel, instrumen pengumpulan data, dan desain penelitian
yang tepat.
3. Pengumpulan data: Kegiatan ini melibatkan pengumpulan informasi yang relevan
untuk menjawab pertanyaan penelitian. Pengumpulan data dapat dilakukan melalui
berbagai metode, seperti observasi, wawancara, kuesioner, eksperimen, atau analisis
data sekunder.
4. Analisis data: Setelah data terkumpul, langkah berikutnya adalah menganalisis data
menggunakan metode yang sesuai. Analisis data dapat melibatkan teknik statistik,
pengolahan data komputer, atau metode kualitatif, tergantung pada jenis data yang
dikumpulkan dan tujuan penelitian.
5. Interpretasi hasil: Setelah analisis data selesai, peneliti menginterpretasikan hasil
penelitian. Hal ini melibatkan pemahaman dan penafsiran temuan berdasarkan
analisis yang telah dilakukan. Interpretasi hasil penelitian harus dilakukan dengan
hati-hati dan berdasarkan landasan teoritis yang kuat.
6. Penulisan laporan: Tahap akhir penelitian melibatkan penulisan laporan penelitian.
Laporan ini mencakup deskripsi tentang tujuan penelitian, metodologi yang
digunakan, hasil temuan, dan kesimpulan penelitian. Laporan penelitian sering juga
mencakup saran dan rekomendasi untuk penelitian lanjutan atau penerapan praktis.
8
BAB II
KEPUSTAKAAN
Menurut Undang-Undang No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yang dimaksud dengan
ruang adalah Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain
hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. Jadi perumahan adalah
perkumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan yang
dilengkapi dengan prasarana, sarana dan utilitias umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah
yang layak huni.
Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung, di mana
lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya, baik untuk
kesehatan keluarga dan individu (Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001).
Menurut American Public Health Association (APHA) rumah dikatakan sehat apabila:
1. Memenuhi kebutuhan fisik dasar seperti temperatur lebih rendah dari udara di luar rumah,
penerangan yang memadai, ventilasi yang nyaman, dan kebisingan.
2. Memenuhi kebutuhan kejiwaan.
3. Melindungi penghuninya dari penularan penyakit menular yaitu memiliki penyediaan air
bersih, sarana pembuangan sampah dan saluran pembuangan air limbah yang saniter dan
memenuhi syarat kesehatan.
4. Melindungi penghuninya dari kemungkinan terjadinya kecelakaan dan bahaya kebakaran,
seperti fondasi rumah yang kokoh, tangga yang tidak curam, bahaya kebakaran karena arus
pendek listrik, keracunan, bahkan dari ancaman kecelakaan lalu lintas.
1. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana
pembinaan keluarga.
2. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempal tinggal atau
lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.
3. Permukiman adalah satuan kawasan perumahan lengkap dengan prasarana lingkungan,
prasarana umum, dan fasilitas sosial yang mengandung keterpaduan kepentingan dan
keselarasan pemanfaatan sebagai lingkungan kehidupan.
4. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang memenuhi standar
tertentu untuk kebutuhan bertempat tinggal yang layak, sehat, aman, dan nyaman.
9
5. Sarana adalah fasilitas dalam lingkungan hunian yang berfungsi untuk mendukung
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi.
6. Utilitas umum adalah kelengkapan penunjang untuk pelayanan lingkungan hunian.
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.Sedangkan
permukiman adalah suatu tempat bermukim manusia untuk menunjukkan suatu tujuan tertentu.
Apabila dikaji dari segi makna, permukiman berasal dari terjemahan kata settlements yang
mengandung pengertian suatu proses bermukim. Permukiman memiliki 2 arti yang berbeda
yaitu:
1. Isi, yaitu menunjuk pada manusia sebagai penghuni maupun masyarakat di lingkungan
sekitarnya.
2. Wadah, yaitu menunjuk pada fisik hunian yang terdiri dari alam dan elemen-elemen buatan
manusia.
Karakteristik perumahan pesisir dapat bervariasi tergantung pada lokasi geografis dan
lingkungan sekitarnya. Namun, ada beberapa ciri umum yang sering ditemukan pada
perumahan pesisir, di antaranya:
10
keberadaan air laut, pasang surut, angin laut, dan sejenisnya. Desain juga harus dapat
mempertimbangkan pencahayaan dan sirkulasi udara.
e) Ruang terbuka: Perumahan pesisir biasanya memiliki area terbuka yang luas seperti
taman dan teras yang dapat digunakan untuk menikmati pemandangan laut.
f) Pemanfaatan sumber energi terbarukan: Pemanfaatan sumber energi terbarukan
seperti panel surya dan sistem pemanas air yang menggunakan tenaga surya dapat
menjadi alternatif untuk mengurangi penggunaan listrik dari jaringan listrik utama.
g) Sistem pengumpulan air hujan: Perumahan pesisir yang terletak di daerah yang sering
hujan dapat memanfaatkan sistem pengumpulan air hujan untuk penggunaan sehari-
hari.
h) Perlindungan terhadap serangan angin dan air laut: Perumahan pesisir juga harus
dirancang dengan perlindungan terhadap serangan angin dan air laut, seperti
memperhitungkan ketinggian bangunan, penempatan pintu dan jendela, dan
sejenisnya.
i) Teknologi bangunan yang ramah lingkungan: Perumahan pesisir harus dibangun
dengan memperhatikan teknologi bangunan yang ramah lingkungan seperti
penggunaan bahan-bahan yang daur ulang, sistem pengolahan air limbah yang efektif,
dan penggunaan sistem pemanas dan pendingin yang hemat energi.
j) Fungsi: Rumah di permukiman pesisir biasanya berfungsi sebagai tempat tinggal dan
tempat produksi, seperti tempat membuat jaring, mengeringkan ikan, dan sebagainya.
k) Keterkaitan dengan budaya lokal: Rumah di permukiman pesisir juga mencerminkan
budaya lokal, seperti motif-motif ornamen pada bangunan yang menggambarkan
kearifan lokal, serta kegiatan tradisional yang masih dilakukan oleh masyarakat
setempat, seperti memancing atau mengumpulkan kerang.
11
untuk menghindari banjir, dan atapnya biasanya cukup kuat untuk menahan angin
kencang.
c) Material bangunan yang tahan air: Material bangunan untuk permukiman pesisir
biasanya harus tahan air dan tahan terhadap korosi air laut, seperti kayu yang dilapisi
atau batu-batu yang dipadatkan. Selain itu, rumah-rumah biasanya dindingnya lebih
tebal dari rumah-rumah di daerah lain untuk mengurangi suhu di dalam rumah.
d) Tampilan warna-warni: Permukiman pesisir seringkali memiliki tampilan warna-
warni yang mencolok, hal ini terutama terlihat pada bangunan dan atap, yang
biasanya dicat dengan warna cerah dan kontras seperti merah, kuning, atau hijau.
e) Mencerminkan kehidupan masyarakat lokal: Permukiman pesisir biasanya
mencerminkan kehidupan masyarakat lokal, baik dalam hal arsitektur maupun dalam
kegiatan sehari-hari. Misalnya, jendela-jendela rumah sering kali berukuran besar
untuk memaksimalkan pemandangan laut, dan terdapat tempat-tempat seperti
panggung yang digunakan untuk kegiatan budaya dan sosial.
f) Terasering: Kondisi permukaan tanah di wilayah pesisir seringkali tidak rata sehingga
seringkali digunakan sistem terasering pada rumah-rumah yang dibangun di lereng
atau bukit di dekat pantai. Hal ini memungkinkan rumah dibangun secara lebih
efisien dan memberikan ruang yang lebih luas.
g) Ventilasi yang baik: Permukiman pesisir seringkali terkena angin laut sehingga
arsitekturnya harus memperhatikan ventilasi udara. Desain rumah biasanya
memperhatikan arah angin agar bisa memberikan sirkulasi udara yang baik dan
membuat lingkungan di dalam rumah lebih nyaman.
Berdasarkan pada penampakan morfologi kota serta jenis penyebaran areal perkotaan
yang ada, Hudson dalam Yunus (1999), mengemukakan beberapa alternatif model bentuk
kota. Secara garis besar ada 7 (tujuh) buah model bentuk kota yang disarankan, yaitu:
12
Gambar 2.1: Beberapa Alternatif Bentuk
13
D. Perencanaan Perumahan Dan Permukiman
Berikut adalah beberapa langkah umum yang terlibat dalam perencanaan perumahan dan
permukiman:
1. Analisis dan evaluasi: Langkah pertama adalah melakukan analisis menyeluruh terhadap
wilayah yang akan direncanakan. Ini meliputi analisis demografi, ekonomi, lingkungan, dan
sosial budaya. Evaluasi dilakukan untuk memahami kebutuhan perumahan, fasilitas umum,
transportasi, dan layanan sosial lainnya.
2. Penetapan tujuan dan visi: Setelah analisis, tujuan dan visi perencanaan perumahan dan
permukiman harus ditetapkan. Tujuan ini harus mencakup aspek-aspek seperti aksesibilitas,
keberlanjutan lingkungan, kualitas hidup, dan inklusi sosial.
3. Penyusunan rencana induk: Rencana induk atau masterplan harus disusun dengan
mempertimbangkan penggunaan lahan yang sesuai, alokasi ruang terbuka hijau, penataan
infrastruktur, dan pengembangan fasilitas umum seperti sekolah, pusat kesehatan, dan area
komersial.
4. Zonasi dan regulasi: Berdasarkan rencana induk, wilayah perumahan dan permukiman harus
diklasifikasikan menjadi zona-zona yang berbeda sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristiknya. Regulasi juga harus dikembangkan untuk mengatur penggunaan lahan,
kepadatan, tata letak, dan persyaratan bangunan.
5. Keterlibatan masyarakat: Partisipasi masyarakat sangat penting dalam perencanaan
perumahan dan permukiman. Melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan
dapat memastikan kebutuhan dan aspirasi mereka dipertimbangkan. Konsultasi publik,
pertemuan warga, dan forum partisipatif lainnya dapat diadakan.
6. Implementasi: Setelah rencana perumahan dan permukiman disetujui, langkah selanjutnya
adalah mengimplementasikannya. Ini melibatkan koordinasi dengan pihak-pihak terkait,
seperti pengembang, pemerintah daerah, dan lembaga terkait. Pembangunan infrastruktur,
perumahan, dan fasilitas lainnya harus dilakukan sesuai dengan rencana.
7. Pengawasan dan evaluasi: Proses perencanaan perumahan dan permukiman harus diawasi
secara terus-menerus untuk memastikan implementasi yang tepat. Evaluasi juga penting
14
untuk memeriksa apakah tujuan dan visi yang telah ditetapkan tercapai, serta untuk
mengidentifikasi perbaikan yang mungkin diperlukan.
Perencanaan perumahan dan permukiman adalah proses yang kompleks dan memerlukan
kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan. Selain itu, perencanaan juga harus
mempertimbangkan aspek keberlanjutan, lingkungan, dan inklusi sosial agar dapat memberikan
lingkungan yang berkualitas dan berkelanjutan bagi masyarakat.
1. Perencanaan Tata Ruang yang Terintegrasi: Penting untuk memiliki perencanaan tata ruang
yang terintegrasi untuk kawasan permukiman. Hal ini melibatkan pengembangan ruang
terbuka hijau, pemisahan antara kawasan hunian dan kawasan komersial/industri, serta
penempatan fasilitas umum yang mudah diakses oleh masyarakat.
2. Pembangunan Infrastruktur yang Mendukung: Infrastruktur yang memadai, seperti jalan,
saluran air bersih, sanitasi, listrik, dan telekomunikasi, merupakan faktor penting dalam
pengembangan kawasan permukiman. Infrastruktur yang baik akan meningkatkan kualitas
hidup masyarakat dan mendukung pertumbuhan ekonomi.
3. Keberlanjutan Lingkungan: Pengembangan kawasan permukiman harus memperhatikan
aspek keberlanjutan lingkungan. Ini meliputi penerapan teknologi ramah lingkungan,
penggunaan energi terbarukan, pengelolaan limbah yang baik, serta perlindungan terhadap
sumber daya alam dan ekosistem yang ada.
4. Partisipasi Masyarakat: Melibatkan masyarakat dalam proses pengembangan kawasan
permukiman adalah kunci keberhasilan jangka panjang. Masyarakat harus diberi
kesempatan untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan pengambilan keputusan terkait
dengan kawasan permukiman mereka. Ini dapat dilakukan melalui pertemuan warga,
konsultasi publik, dan pendekatan partisipatif lainnya.
5. Pembangunan Ekonomi Lokal: Pengembangan kawasan permukiman dapat didorong
melalui pembangunan ekonomi lokal yang berkelanjutan. Ini dapat mencakup
pemberdayaan masyarakat setempat, peningkatan keterampilan, pendirian usaha mikro dan
kecil, serta penciptaan lapangan kerja lokal.
15
6. Peningkatan Aksesibilitas dan Transportasi: Aksesibilitas dan transportasi yang baik sangat
penting dalam pengembangan kawasan permukiman. Infrastruktur transportasi yang
memadai, seperti jaringan jalan yang baik, akses ke transportasi umum, serta penataan ruang
yang memperhatikan mobilitas masyarakat, dapat meningkatkan konektivitas dan
kemudahan berpindah dari dan ke kawasan permukiman.
7. Pemulihan dan Penataan Kawasan Kumuh: Bagi kawasan permukiman yang sudah terlanjur
kumuh, diperlukan strategi pemulihan dan penataan. Hal ini melibatkan rehabilitasi fisik
kawasan, pemindahan penduduk yang terkena dampak, peningkatan sanitasi, penyediaan
infrastruktur dasar, serta program pemulihan sosial dan ekonomi.
8. Pengawasan dan Evaluasi: Setelah pengembangan kawasan permukiman dilakukan, penting
untuk melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap implementasi strategi yang telah
ditetapkan. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa tujuan pengembangan tercapai dan
memberikan dasar untuk perbaikan dan perubahan jika diperlukan.
16
BAB III
17
dan sosial yang unik. Masyarakat setempat mungkin memiliki tradisi dan adat istiadat yang
khas, yang terlihat dalam seni, musik, tarian, dan acara adat yang diadakan di desa tersebut.
Dalam hal fasilitas umum, Desa Mekar dilengkapi dengan sekolah, masjid sebagai
tempat ibadah, dan juga terdapat warung atau toko kecil sebagai tempat memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
3. Sosial Ekonomi
Tingkat Pendidikan masyarakat di Desa Mekar ini 268 orang lulusan SD, 116 orang
lulusan SMP, 117 lulusan SMA/SMU, 6 orang lulusan akademi D1-D3, dan 23 orang
lulusan Sarjana.
Jenis mata pencaharian utama masyarakat pesisir Desa Mekar adalah nelayan sebesar
69,7%. Sebanyak 11,4% terdata bekerja di sector industri. Sebanyak 10,9% bekerja sebagai
pedagang. Sebanyak 3% bekerja sebgai tukang kayu. Sebanyak 2,6% bekerja sebagai PNS.
Hanya 1% warga bekerja sebagai tukang batu, sedangkan sisanya 0,5% berprofesi sebagai
Petani.
4. Demografi
a. Kepadatan dan Persebaran Penduduk
Jumlah kepadatan penduduk di Desa Mekar ini mencapai 731 jiwa dan memiliki
kepadatan penduduk sebesar 377,02/km2.
b. Penduduk Berdasarkan Rumah Tangga
Jumlah penduduk Desa Mekar berdasarkan rumah tangga yaitu sebanyak 200
kepala keluarga.
c. Penduduk Menurut Jenis Kelamin (Sex Rasio)
Penduduk Desa Mekar berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki sebanyak 397
jiwa dan perempuan 369 jiwa dengan rasio kelamin 100,33.
d. Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Penduduk Desa Mekar berdasarkan mata pencaharian, nelayan 134 orang, petani
1 orang, pedagang 21 orang, industry 22 orang, tukang kayu 7 orang, tukang batu 2
orang, dan PNS 5 orang.
18
Perumahan di Desa Mekar kebanyakan rumah type 36 dan type 45. Material
rumah menggunakan kayu dan kasiboard untuk bagian atas laut, dan material bata pada
perumahan di daratan.
b. Pendidikan
Prasarana Pendidikan di Desa Mekar terdiri atas, Gedung sekolah PAUD 1 unit,
Gedung sekolah TK 1 unit, dan Gedung sekolah SD 1 unit.
c. Kesehatan
Sarana Kesehatan yang tersedia pada Desa Mekar yaitu 1 unit Posyandu dan 1
unit toko obat.
d. Pekerjaan/perkantoran
Perkantoran di Desa Mekar terdapat 1 balai desa dan 1 kantor PKK.
e. Peribadatan
Prasarana peribadatan di Desa Mekar hanya terdiri atas 1 unit masjid.
f. Pariwisata
Pada Desa Mekar tidak tersedia sarana akomodasi baik hotel maupun
penginapan.
g. Transportasi
1) Sistem Jaringan Jalan
System jaringan jalan pada wilayah studi ini tersedia jalan local yang
menghubungkan rumah-rumah warga, kemudian jalan local ini menghubungkan ke
jalan arteri. Jaringan jalan wilayah studi melalui jalur Darat dan bisa di akses
dengan kendaraan umum dengan trayek tetap.
2) Fungsi dan Hirarki Jalan
Arteri Sekunder: Arteri sekunder adalah jalan yang menghubungkan wilayah
perkotaan dengan arteri utama. Jalan ini membantu mengalihkan lalu lintas dari
jalan-jalan utama dan sering digunakan untuk menghubungkan daerah perumahan,
pusat perbelanjaan, dan industri.
Jalan Lingkungan: Jalan lingkungan adalah jalan yang terletak di dalam
lingkungan perumahan atau daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Jalan
ini biasanya memiliki kecepatan rendah dan digunakan untuk akses ke rumah,
sekolah, dan fasilitas umum di sekitarnya.
3) Dimensi Jalan
Dimensi jalan pada wilayah studi yaitu, jalan lingkungan berukuran 4 meter,
dan jalan arteri sekunder berukuran 8 meter.
4) Konstruksi Jalan
Jenis permukaan jalan menggunakan aspal/beton yang dapat dilalui
kendaraan bermotor roda 4 atau lebih sepanjang tahun.
19
5) Kelengkapan Perabot Jalan
Jalan pada wilayah studi tidak dilengkapi dengan perabot jalan.
h. Telekomunikasi
Pada desa Mekar tersedia 2 operator layanan komunikasi telepon seluler dan
tidak tersedia Menara telepon seluler.
i. Persampahan
Persampahan di Desa Mekar terdiri atas persampahan umum dan persampahan
bebas yang dimana masyarakat menjadikan tempat pembuangan sampah disekitar
rumahnya.
j. Listrik
Kelistrikan di Desa Mekar ini kebanyakan berasal dari listrik non pemerintah dan
bahkan ada yang tidak memiliki penerangan sama sekali. Hanya beberapa rumah yang
memakai listrik pemerintah.
k. Drainase
Sistem drainase di desa mekar dari rumah-rumah warga yang langsung
disalurkan ke laut.
l. Air Bersih
Air bersih di Desa Mekar berasal dari air PAM yang disalurkan dari gunung ke
rumah-rumah warga.
6. Intensitas Bangunan
a. Koefisien Dasar Bangunan
Pasal 25
Untuk kepentingan pelestarian lingkungan dan serapan air dan koefisien dasar
bangunan ditetapkan sebgai berikut:
1) Bangunan umum maksimum 50% dan lahan terbuka 50%
2) Bangunan perdagangan dan jasa maksimum 75% (bangunan 75% dan lahan
terbuka 25%)
3) Bangunan Pendidikan maksimum 50% (bangunan 50% dan lahan terbuka 50%)
4) Bangunan industry maksimum 50% (bangunan 50% dan lahan terbuka 50%)
5) Bangunan perumahan maksimum 75% (bangunan 75% dan lahan terbuka 25%)
6) Bangunan kelembagaan maksimum 75% (bangunan 75% dan lahan terbuka
25%)
7) Bangunan campuran maksimum 50% (bangunan 50% dan lahan terbuka 50%)
8) Bangunan khusus maksimum 40% (bangunan 40% dan lahan terbuka 60%)
b. Tinggi Lantai Bangunan
Pasal 26
20
Tinggi setiap bangunan disesuaikan dengan kondisi di lapangan dan disesuaikan
dengan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan setempat.
Pasal 27
(1) Ketinggian bangunan gedung ditentukan sesuai dengan rencana tata ruang
wilayah;
(2) Ketinggian bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasaran
a. Kapasitas jalan;
b. Fungsi bangunan;
c. Keselamatan bangunan;
d. Daya dukung lahan;dan
e. Kawasan keselamatan operasi penerbangan.
(3) Tinggi bangunan gedung tidak boleh melewati garis potongan 60 derajat (enam
puluh derajat) dari As jalan yang berbatasan;
(4) Ketinggian bangunan gedung berderet paling tinggi 3 (tiga) lantai, untuk lantai 1
(satu) dan lantai 2 (dua) dapat berimpit dan lantai 3 (tiga) harus berjarak dengan
persil tetangga;
(5) Ketinggian bangunan gedung dan bangun-bangunan pada kawasan keselaratan
operasi penerbangan, harus memenuhi persayaratan batas-batas keselarnatan
operasi penerbangan.
Pasal 28
(1) Tinggi ruang dari lantai penuh ke lantai penuh berikutnya paling tinggi 5 M (lima
meter) dan paling rendah 3 M (tiga meter);
(2) Bangunan tempat ibadah, gedung pertemuan, gedung pertunjukan, gedung
sekolah, bangunan monumental, gedung olah raga, bangunan serbaguna dan
bangunan gedung sejenis lainnya dikecualikan dari ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), tinggi ruang utilitas diatas atap (penthouse), tidak boleh
melebihi 2,40 M (dua koma empat puluh meter) diukur secara vertikal dari plat
atap bangunan, sedangkan untuk ruang mesin lift atau keperluan teknis lainnya
diperkenankan lebih disesuaikan dengan keperluannya.
Pasal 29
(1) Tinggi pagar batas pekarangan samping dan belakang untuk bangunan renggang
paling tinggi 3 M diatas permukaan tanah pekarangan dan apabila pagar tersebut
merupakan dinding bangunan bertingkat atau berfungsi sebagai pembatas
pandangan, maka tinggi tembok paling tinggi 7 M dari permukaan tanah
pekarangan;
21
(2) Apabila terdapat perbedaan ketinggian permukaan tanah pekarangan antara satu
kavling dengan yang bersebelahan lebih dari 2 M, maka harus dilengkapi dengan
konstruksi penahan tanah;
(3) Konstruksi penahan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus disertai
perhikungan konstruksi termasuk memperhitunigkan beban pagar,
(4) Tinggi pagar garis sempadan jalan dengan garis sempadan bangunan pada
bangunan rumah tinggal paling tinggi 1,50 M diatas permukaan tanah, dan untuk
bangunan untuk bangunan bukan rumah tinggal termasuk untuk bangunan industri
paling tinggi 2,50 M diatas permukaan tanah pekarangan serta disesuaikan pagar
sekelilingnya;
(5) Pagar pada garis sempadan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatas,
harus tembus pandang kecuali untuk bagian bawahnya paling tinggi 50 Cm diatas
perukaan tanah pekarangan dapat tidak tembus pandang;
(6) Pagar pada kavling posis sudut, harus membentuk radius/serongan dengan
mempertimbangkan fungsi jalan dan keleluasaan pandangan menyamping lalu
lintas.
Pasal 30
(1) Pintu pekarangan harus membuka kedalam dan/atau tidak boleh melebihi garis
sempadan jalan;
(2) Letak pintu pekarangan untuk kendaraan bermotor roda empat pada persil sudut
untuk bangunan rumah tempat tinggal paling rendah 8 M dan untuk bangunan
bukan rumah tempat tinggal paling rendah 20 M dihitung dari titik belok tikungan;
(3) Bagi persil kecil yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), letak pintu pagar untuk kendaraan bemotor roda empat adalah pada salah satu
ujung batas pekarangan;
(4) Oprit jalan keluar/masuk tidak boleh menggunakan rang milik jalan;
(5) Untuk bangunan tunggal lebar jalan masuk pekarangan paling tinggi 50% dari
lebar persil.
c. Garis Sempadan Bangunan
Pasal 31
(1) Garis sempadan bangunan pada jalan arteri/jalan Negara (rencana lebar jalan
maksimum 30 M) ditetapkan 21 M diukur dari As jalan;
(2) Garis sempadan bangunan pada jalan kolektor (rencana lebar jalan maksimum 20
M) ditetapkan 16 M diukur dari As jalan;
(3) Garis sempadan bangunan pada jalan lokal (rencana lebar jalan maksimum 10 M)
maksimal 11 M diukur dari As Jalan;
22
(4) Garis sempadan bangunan pada jalan setapak/gang (rencana lebar jalan maksimum
4 M) ditetapkan 6 M diukur dari As jalan;
(5) Garis sempadan bangunan terhadap sungai (sempadan sungai):
a. Sekurang-urangnya 100 tM di kiri kanan sungai besar dan 50 M di kiri kanan
anak sungai yang berada diluar perukiman;
b. Sekurang-kurangnya 10 -- 15 M (diperkirakan cukup untuk dibangun jalan
inspeks) di kiri kanan sungai yang berada dikawasan penukiman.
(6) Garis sempadan pagar depan minimal 5 M untuk jalan arteri, jalan kolektor, jalan
lokal dan 3 M untuk jalan setapak/gang diukur dari pinggir got;
(7) Sempadan bangunan dengan pagar batas persi samping dan belakang minimal 2
M, kecuali ada persetujuan dari tetangga yang saling berbatasan (penyanding);
(8) Pada areal sempadan bangunan/dapat dibangun bangunan:
a. Pagar
b. Taman, tempat parkir tanpa atap
d. Kondisi Bangunan dan Lingkungan
Kondisi Bangunan: Kondisi bangunan merujuk pada status fisik dan
fungsionalitas bangunan. Hal ini meliputi keadaan struktur bangunan, sistem mekanis
(seperti listrik, pendingin udara, dan sanitasi), fasilitas keselamatan (seperti sistem
pemadam kebakaran), dan kondisi umum dari bangunan tersebut. Kondisi bangunan
dapat berdampak pada keamanan, kenyamanan, dan nilai properti. Bangunan yang
terawat dengan baik biasanya memiliki struktur yang kokoh, sistem yang berfungsi
dengan baik, dan pemeliharaan rutin yang dilakukan.
Kondisi Lingkungan: Kondisi lingkungan merujuk pada keadaan sekitar
bangunan, termasuk lingkungan fisik dan sosial di sekitarnya. Lingkungan fisik
mencakup faktor seperti kebersihan, keindahan, aksesibilitas transportasi, dan
keberlanjutan. Lingkungan sosial melibatkan hubungan antara bangunan dan komunitas
di sekitarnya, termasuk interaksi sosial, kualitas hidup, dan ketersediaan fasilitas
umum. Kondisi lingkungan yang baik dapat menciptakan lingkungan yang nyaman,
aman, dan berkelanjutan bagi penghuni bangunan.
23
BAB IV
A. Analisis Kependudukan
1. Analisis Proyeksi Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk Desa Mekar pada tahun 2020 mencapai 607 jiwa dan pada tahun
2021 mencapai 765 jiwa. Maka, peningkatan jumlah penduduk dapat mencapai 0,26%
setiap tahunnya.
2. Analisis Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk desa mekar mencapai 113 jiwa/km2. Luas wilayah Desa Mekar
yaitu 261 Ha.
B. Analisa Intensitas Bangunan
1. Analisa KDB, KLB, dan TLB
Bangunan pada Desa Mekar ini belum sesuai dengan Koefisien Dasar Bangunan
(KDB) yang ditetapkan pemerintah. Bangunan perumahan melebihi 75%, yang dimana
lahan yang digunakan hanya untuk bangunan perumahan dan tidak memiliki lahan
terbuka, serta rumah-rumah warga yang saling berimpitan. Sama halnya dengan
bangunan perdagangan yang melebihi 75%. Bangunan Pendidikan yang tidak memenuhi
50% untuk lahan terbukanya.
2. Analisa Garis Sempadan Bangunan
Bangunan pada Desa Mekar ini tidaklah seuai dengan Garis Sempadan
Bangunan yang seharusnya. Bangunan yang berada pada jalan arteri hanya berjarak 8
meter dari as jalan, yang dimana seharusnya berjarak 11 meter dari as jalan sesuai
dengan Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Konawe No. 6 Tahun 2013. Begitu pula
dengan bangunan yang berada pada jalan local/jalan setapak berukuran 4 meter yang
berada langsung dipinggir jalan (hanya 2 meter dari as jalan), dimana seharusnya
berjarak 6 meter dari as jalan.
3. Analisa Kondisi Bangunan dan Lingkungan
Kondisi bangunan dan lingkungan pada Desa Mekar ini masih banyak yang tidak
sesuai SNI sehingga ada beberapa bangunan yang perlu diperbaiki atau direnovasi. Oleh
karena itu, perlu membangun suatu bangunan dan lingkungan sesuai dengan SNI guna
mengatur berbagai aspek yang berkaitan dengan bangunan dan lingkungan, termasuk
spesifikasi teknis, keselamatan, kesehatan, dan kenyamanan. Berikut adalah beberapa
kondisi bangunan dan lingkungan yang sesuai dengan SNI:
Struktur Bangunan: Bangunan harus dirancang dan dibangun sesuai dengan SNI
yang relevan, seperti SNI untuk Struktur Beton (SNI 03-2847-2013), Struktur Baja
(SNI 03-1729-2015), atau Struktur Kayu (SNI 7973:2013).
24
Kelistrikan: Instalasi listrik dalam bangunan harus mematuhi SNI yang berlaku,
seperti SNI Instalasi Listrik Gedung (SNI 03-4425-1996) untuk memastikan
keamanan, efisiensi, dan keandalan.
Ventilasi dan Pencahayaan: Bangunan harus memiliki sistem ventilasi yang
memadai untuk memastikan sirkulasi udara yang baik. Pencahayaan juga harus
memenuhi standar SNI agar cukup terang dan nyaman bagi penghuni.
Keselamatan Kebakaran: Bangunan harus memiliki perangkat keamanan kebakaran
yang sesuai dengan SNI, termasuk pemadam api, sistem deteksi kebakaran, dan
jalur evakuasi yang jelas dan mudah diakses.
Lingkungan Hidup: Konstruksi bangunan harus memperhatikan aspek lingkungan,
seperti manajemen limbah konstruksi dan penerapan praktik ramah lingkungan.
Penggunaan energi dan air harus efisien sesuai dengan SNI Efisiensi Energi (SNI
03-6575-2001) dan SNI Penggunaan Air pada Bangunan (SNI 03-7074-2004).
Aksesibilitas: Bangunan harus dirancang agar dapat diakses oleh orang dengan
disabilitas sesuai dengan SNI Aksesibilitas pada Bangunan (SNI 03-1900-2011). Ini
termasuk fasilitas seperti ram dan tangga yang dapat diakses oleh kursi roda, pintu
yang lebar, dan fasilitas toilet yang sesuai.
Kualitas Udara dalam Ruangan: Bangunan harus memperhatikan kualitas udara
dalam ruangan dengan memastikan sirkulasi udara yang baik dan mengurangi
paparan terhadap polutan. SNI Kualitas Udara dalam Ruangan (SNI 19-2452-1991)
memberikan pedoman untuk parameter kualitas udara dalam ruangan yang
diinginkan.
Pengelolaan Limbah: Bangunan harus memiliki sistem pengelolaan limbah yang
sesuai dengan SNI Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) (SNI
19-3964-1995) untuk menghindari pencemaran lingkungan.
25
C. Sarana dan prasarana Transportasi
1. Analisa Sistem Jaringan Jalan
26
jalan utama dan sering digunakan untuk menghubungkan daerah perumahan, pusat
perbelanjaan, dan industri.
27
Gambar. Jalan Lokal
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2023)
Gambar diatas merupakan jalan local atau jalan lingkungan Desa Mekar yang dimana
hanya berukuran 4 meter. Jalan ini merupakan jalan dua arah tetapi bisa dilalui oleh
motor dan satu mobil.
28
Gambar. Jalan Lingkungan
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2023)
Untuk gambar diatas merupakan jalan menuju perumahan masyarakat, tepatnya jalan
yang berada di Dusun II, penggunaan material jalannya masih menggunakan campuran
beton yang sifatnya tidak permanen dan juga mudah rusak dan juga masih ada beberapa
jalan yang permukaannya tidak ditutupi material jalan.
Seharusnya untuk sistem jaringan jalan yang berada di desa Mekar ini perlu Tindakan
cepat dari pemerintah untuk melakukan perbaikan jalan yang sesuai SNI, tujuan
penggunaan jalan SNI yaitu untuk meminimalisir kerusakan jalan yang mempunyai skala
kekuatan yang dapat bertahan lama untuk infrastruktur keberlanjutan sarana.
29
Gambar. Peta Dermaga
Prasarana angkutan yang meliputi infrastruktur dan fasilitas yang mendukung
masyarakat Desa Mekar ini yaitu ada jalan arteri, jalan local, dan dermaga.
30
Gambar. Peta Perumahan
Fasilitas perumahan Desa Mekar ini masih kurang memadai. Pada infastruktur
dasarnya fasilitas perumahan sudah memiliki akses yang mudah ke jaringan jalan yang
baik, sistem air bersih yang disalurkan langsung dari PAM, sistem pembuangan air
limbahnya masih kurang memadai dimana masyarakat masih membuang air limbahnya
ke laut, dan sistem listrik yang masih kurang memadai dimana kebanyakan berasal dari
listrik non pemerintah dan bahkan ada yang tidak memiliki penerangan sama sekali.
Hanya beberapa rumah yang memakai listrik pemerintah.
31
Taman dan Ruang Terbuka Hijau: Adanya taman atau ruang terbuka hijau di dalam
perumahan dapat memberikan lingkungan yang menyenangkan bagi penghuninya.
Hal ini dapat termasuk taman bermain anak, lapangan olahraga, area rekreasi, dan
tempat duduk.
Tempat Parkir: Adanya tempat parkir yang memadai sangat penting bagi penghuni
perumahan. Tempat parkir bisa berupa garasi pribadi, carport, atau area parkir
komunal.
Fasilitas Olahraga dan Rekreasi: Beberapa perumahan juga dilengkapi dengan
fasilitas olahraga seperti kolam renang, lapangan tenis, lapangan basket, pusat
kebugaran, atau area jogging untuk meningkatkan gaya hidup sehat dan aktif.
Area Komunal: Area komunal seperti aula pertemuan, ruang klub, atau ruang
serbaguna dapat digunakan untuk acara dan pertemuan komunitas.
Fasilitas Sosial: Fasilitas sosial seperti pusat kesehatan, pusat perbelanjaan,
supermarket, restoran, atau tempat ibadah yang dekat dengan perumahan dapat
memberikan kenyamanan bagi penghuninya.
Aksesibilitas: Perumahan yang memiliki akses yang baik ke sekolah, universitas,
pusat kerja, pusat perbelanjaan, dan transportasi umum dapat menjadi pertimbangan
penting bagi banyak orang.
Fasilitas Teknologi: Dalam era digital, fasilitas teknologi seperti akses internet cepat
dan stabil, jaringan Wi-Fi komunal, dan konektivitas yang baik juga menjadi
kebutuhan penting dalam perumahan.
32
Gambar. Peta Perdagangan dan Jasa
Fasilitas Perdagangan pada Desa Mekar ini hanya berupa penjual keliling dan
warung-warung/kios dari warga yang berjualan disekitar rumahnya, serta terdapat
fasilitas jasa seperti Agen travel labengki sombori.
Sebaiknya pada Desa ini disediakan fasilitas perdagangan dan jasa yang lebih
memadai guna melengkapi kebutuhan masyarakat, seperti:
Fasilitas Ritel seperti toko, pusat perbelanjaan, atau supermarket memerlukan ruang
penjualan yang sesuai, tempat penyimpanan barang dagangan, dan fasilitas lain
seperti kasir, rak display, dan sistem pembayaran.
Fasilitas Layanan Pelanggan: Bisnis jasa seperti bank, lembaga keuangan, atau
penyedia layanan kesehatan memerlukan fasilitas untuk melayani pelanggan. Ini
dapat berupa loket pelayanan, area tunggu, ruang konsultasi, atau fasilitas lain yang
sesuai untuk jenis layanan yang diberikan.
Infrastruktur Teknologi: Dalam era digital, fasilitas teknologi menjadi sangat
penting. Ini termasuk infrastruktur TI seperti server, jaringan komputer, perangkat
keras dan lunak yang diperlukan untuk mengelola operasi bisnis, keamanan data,
dan berbagai platform digital untuk komunikasi dan pemasaran.
Fasilitas Perawatan dan Perbaikan: Beberapa bisnis jasa seperti bengkel, perusahaan
perawatan kendaraan, atau pusat perbaikan peralatan memerlukan fasilitas khusus
untuk memperbaiki atau merawat produk pelanggan. Ini mencakup ruang kerja,
peralatan perbaikan, dan peralatan keselamatan.
Fasilitas Kebersihan dan Keamanan: Fasilitas perdagangan dan jasa juga harus
memperhatikan kebersihan dan keamanan. Ini meliputi fasilitas sanitasi, sistem
keamanan seperti kamera pengawas, alarm kebakaran, dan langkah-langkah
keamanan lainnya yang sesuai dengan jenis bisnis dan peraturan setempat.
3. Fasilitas Pendidikan
33
Gambar. Peta Fasilitas Pendidikan
Fasilitas Pendidikan pada Desa Mekar ini yaitu tersedia satu taman kanak-kanak dan
satu sekolah dasar yaitu TK Mekar Jaya dan SD 2 Bokori.
Gambar. SD 2 Bokori
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Fasilitas sekolah pada SD 2 Bokori sangatlah kurang, ruang-ruang yang tersedia
hanyalah 5 ruang kelas, 1 perpustakaan, 1 ruang pimpinan, 1 ruang guru, 1 toilet, 1
gudang, dan 3 ruang bangunan.
Sebaiknya untuk fasilitas pendidikan yang berada di desa Mekar ini perlu Tindakan
cepat dari pemerintah untuk melengkapi fasilitas sekolah, yang bertujuan untuk
mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan kretivitas anak Desa Mekar ini.
Pemerintah bisa melengkapi fasilitas berupa ruang praktik, ruang ibadah, ruang UKS,
ruang sirkulasi, tempat bermain, tempat olahraga, ruang TU, ruang konseling, toilet yang
berbeda antara guru dan siswa, ruang seni, perpustakaan, aksesibilitas universal untuk
yang berkebutuhan khusus, serta keamanan dan kebersihan.
4. Fasilitas Kesehatan
34
Fasilitas Kesehatan pada Desa Mekar ini hanya tersedia satu posyandu dan satu toko
obat. Hal ini dapat dilihat bahwa fasilitas Kesehatan pada Desa Mekar ini sangatlah
minim, posyandu berfungsi sebagai pusat pelayanan kesehatan dasar yang menyediakan
layanan kesehatan dan promosi kesehatan kepada masyarakat, namun difokuskan bagi
balita (bayi dan anak-anak di bawah lima tahun) serta ibu hamil dan menyusui.
Sebaiknya untuk fasilitas kesehatan yang berada di Desa Mekar ini disediakan
fasilitas lain yang lebih mendukung seperti Puskesmas dan klinik. Puskesmas
memberikan pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif untuk memenuhi
kebutuhan kesehatan masyarakat. Beberapa layanan kesehatan yang biasa disediakan di
puskesmas antara lain: Pelayanan kesehatan anak dan ibu hamil, pelayanan kesehatan
keluarga, pelayanan kesehatan penyakit menular, dan pelayanan program kegiatan
kesehatan lainnya. Puskesmas juga bertanggung jawab dalam mengoordinasikan kegiatan
kesehatan di tingkat masyarakat, melakukan pengumpulan data kesehatan, dan
memberikan edukasi kesehatan kepada masyarakat setempat.
Sedangkan klinik memberikan pelayanan pada pasien yang membutuhkan
perawatan non-gawat darurat atau kasus yang tidak memerlukan rawat inap di rumah
sakit. Mereka sering kali menangani pasien dengan masalah kesehatan umum seperti flu,
demam, luka ringan, infeksi, dan masalah kesehatan non-urgent lainnya. Namun, klinik
juga dapat merujuk pasien ke rumah sakit atau spesialis lain jika diperlukan. Klinik dapat
dikelola oleh dokter umum, dokter spesialis, atau kelompok dokter dengan berbagai latar
belakang medis, misalnya klinik gigi, klinik kecantikan, atau klinik spesialis tertentu
seperti klinik jantung, klinik mata, dan lain sebagainya.
5. Fasilitas Peribadatan
35
Gambar. Masjid Jami' NURUL
MUTTAQIN Desa Mekar
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Pada Desa Mekar ini hanya memiliki satu fasilitas peribadatan berupa masjid yaitu Masjid Jami'
NURUL MUTTAQIN Desa Mekar. Fasilitas masjid ini tersedia mimbar dan ruang ibadah yang luas,
serta kebersihan masjid ini selalu terjaga karena masyarakat selalu melakukan kerja bakti setiap hari
jumat. Namun, beberapa kebutuhan fasilitas masjid belum terpenuhi, seperti sound sistem yang hanya
berada di bagian mimbar, tempat wudhu laki-laki dan perempuan hanya dibatasi dengan tembok
setinggi 1 meter, hanya tersedia satu toilet, debit sumber air yang kecil, serta tidak adanya lahan parkir
untuk jamaah yang datang dengan kendaraan pribadi.
Sebaiknya fasilitas masjid Desa Mekar ini perlu dilengkapi beberapa kebutuhan fasilitas
peribadatan umum:
Ruang ibadah yang luas.
Tempat wudhu yang terpisah antara perempuan dan laki-laki.
Tersedia mimbar
Tempat Parkir: Fasilitas peribadatan yang cukup besar biasanya harus
menyediakan area parkir yang memadai untuk jamaah yang datang dengan
kendaraan pribadi.
Aksesibilitas: Tempat ibadah harus memperhatikan aksesibilitas bagi orang-orang
dengan kebutuhan khusus atau disabilitas. Ini termasuk ramah bagi pengguna kursi
roda, fasilitas toilet yang mudah dijangkau, dan fasilitas lain yang memudahkan
akses bagi semua jamaah.
Sistem Suara dan Pencahayaan: Fasilitas peribadatan harus memiliki sistem suara
yang baik sehingga pemimpin agama dan khutbah dapat didengar dengan jelas
36
oleh jamaah. Pencahayaan yang memadai juga penting agar semua aktivitas ibadah
dapat dilakukan dengan nyaman dan aman.
Kebersihan dan Sanitasi: Fasilitas peribadatan harus menjaga kebersihan dan
sanitasi dengan menyediakan fasilitas toilet yang bersih, air yang lancar, tempat
sampah yang memadai, dan menjaga kebersihan umum di seluruh area
peribadatan.
37
6. Fasilitas Perkantoran
38
Kantor Pos: Meskipun semakin banyak komunikasi yang dilakukan secara
elektronik, beberapa desa masih memiliki kantor pos. Kantor pos memungkinkan
masyarakat untuk mengirim dan menerima surat, paket, serta melakukan transaksi
finansial.
39
masyarakat. Pembangunan infrastruktur seperti sumur, pipa air, saluran
pembuangan, dan instalasi pengolahan limbah sangat penting untuk memenuhi
kebutuhan ini.
Fasilitas Rekreasi: Taman, taman bermain, lapangan olahraga, dan tempat rekreasi
lainnya membantu mempromosikan gaya hidup aktif dan kesehatan mental. Fasilitas
rekreasi yang baik memberikan ruang untuk kegiatan sosial, olahraga, dan relaksasi.
Tempat Ibadah: Pemerintah perlu menyediakan tempat ibadah yang mencukupi
untuk berbagai agama yang ada di suatu wilayah. Tempat ibadah seperti masjid,
gereja, kuil, dan sinagoga penting bagi kegiatan keagamaan dan sosial masyarakat.
Keamanan dan Perlindungan: Fasilitas kepolisian, pemadam kebakaran, dan
pemulihan bencana, seperti stasiun polisi, pemadam kebakaran, dan pusat evakuasi,
sangat penting untuk menjaga keamanan dan memberikan perlindungan terhadap
ancaman dan bencana.
Infrastruktur Telekomunikasi: Akses yang baik ke telepon, internet, dan jaringan
komunikasi lainnya sangat penting dalam dunia yang semakin terhubung secara
digital. Infrastruktur telekomunikasi yang andal membantu memfasilitasi
komunikasi, pertukaran informasi, dan perkembangan ekonomi.
Fasilitas Publik: Termasuk dalam kategori ini adalah pasar, pusat perbelanjaan,
tempat parkir, kantor pemerintah, dan ruang publik lainnya yang dibutuhkan untuk
mendukung kegiatan ekonomi, administrasi, dan pertemuan masyarakat.
Pusat Kebudayaan dan Seni: Museum, galeri seni, pusat seni pertunjukan, dan
perpustakaan umum merupakan fasilitas yang mendukung perkembangan
kebudayaan dan seni dalam suatu masyarakat. Fasilitas ini memberikan akses
terhadap pengetahuan, keindahan, dan ekspresi kreatif.
40
nyaman bagi orang-orang untuk duduk, berbincang, membaca, atau hanya
menikmati suasana.
Keberlanjutan Lingkungan: Fasilitas ruang terbuka hijau yang baik harus dirancang
dengan memperhatikan keberlanjutan lingkungan. Ini mencakup penggunaan
tanaman asli, pengelolaan air yang efisien, penggunaan energi terbarukan, dan
pertimbangan terhadap ekologi setempat.
Keanekaragaman Hayati: Ruang terbuka hijau harus memberikan dukungan bagi
keanekaragaman hayati. Ini bisa mencakup pelestarian dan penanaman tanaman asli,
ruang bagi hewan liar, dan elemen ekologis seperti kolam, sungai buatan, atau area
habitat alami.
Aksesibilitas Universal: Fasilitas ruang terbuka hijau harus dapat diakses oleh
semua orang, termasuk mereka yang memiliki keterbatasan fisik. Jalan setapak yang
ramah pengguna kursi roda, ram yang dapat dijangkau, dan fasilitas akses lainnya
harus dipertimbangkan.
Keamanan dan Kebersihan: Ruang terbuka hijau harus dirancang dan dijaga dengan
baik agar pengunjung merasa aman. Pencahayaan yang memadai, pemantauan
keamanan, dan kebersihan yang teratur merupakan faktor penting dalam
menciptakan lingkungan yang nyaman dan aman.
Fasilitas Pendukung: Fasilitas seperti toilet umum, tempat penjualan makanan dan
minuman, area parkir sepeda, dan tempat sampah yang cukup harus tersedia untuk
memenuhi kebutuhan pengunjung.
Edukasi dan Kegiatan Budaya: Fasilitas ruang terbuka hijau dapat digunakan untuk
menyelenggarakan kegiatan edukasi lingkungan, pertanian perkotaan, pertunjukan
seni, konser musik, dan acara budaya lainnya. Ini memberikan kesempatan bagi
komunitas untuk berkumpul, belajar, dan merayakan keanekaragaman budaya.
41
daya listrik yang sering atau interupsi berkepanjangan dapat mengganggu aktivitas
sehari-hari dan menyebabkan ketidaknyamanan.
Jaringan Distribusi yang Efisien: Permukiman memerlukan jaringan distribusi listrik
yang efisien untuk menyebarkan listrik ke setiap rumah atau bangunan. Jaringan
distribusi harus mampu mengatasi beban listrik yang bervariasi sesuai dengan
kebutuhan penduduk, sehingga setiap rumah dapat teraliri listrik dengan baik.
Kapasitas Daya yang Cukup: Jaringan listrik permukiman harus memiliki kapasitas
daya yang memadai untuk melayani kebutuhan listrik seluruh penduduk. Kapasitas
daya yang cukup penting agar tidak terjadi pemadaman atau overloading akibat
pemakaian daya listrik yang melebihi kapasitas jaringan.
Instalasi Listrik yang Aman: Setiap rumah atau bangunan dalam permukiman harus
memiliki instalasi listrik yang aman dan memenuhi standar keselamatan yang
ditetapkan. Sistem grounding yang baik, pemilihan kabel yang sesuai, dan
perlindungan terhadap kebocoran arus listrik (ground fault circuit
interrupters/GFCI) adalah beberapa faktor penting dalam menjaga keamanan
instalasi listrik.
Penyediaan Listrik yang Terjangkau: Ketersediaan listrik yang terjangkau
merupakan faktor penting dalam pelayanan utilitas jaringan listrik permukiman.
Tarif listrik yang wajar dan adil akan membantu penduduk untuk mengakses listrik
dengan biaya yang terjangkau.
Pemeliharaan dan Perbaikan yang Rutin: Pelayanan utilitas jaringan listrik
permukiman harus mencakup pemeliharaan dan perbaikan rutin untuk menjaga
kualitas dan keandalan jaringan. Inspeksi berkala, perbaikan gangguan segera, dan
pemeliharaan rutin pada peralatan listrik sangat penting untuk menghindari
gangguan dan memastikan kinerja yang optimal.
Penyediaan Tenaga Listrik Alternatif: Dalam situasi darurat atau pemadaman listrik
yang tidak terduga, penting untuk mempertimbangkan penyediaan tenaga listrik
alternatif seperti generator cadangan atau sumber energi terbarukan untuk
memenuhi kebutuhan listrik sementara.
42
terasa asin (air laut) dan juga tidak memadainya fasilitas untuk mengubah air laut
menjadi layak minum.
Maka dari itu, perlu penyediaan pelayanan utilitas jaringan air minum untuk
perumahan dan permukiman melibatkan sejumlah kebutuhan yang harus dipenuhi untuk
memastikan pasokan air yang aman dan memadai bagi penduduk. Berikut adalah
beberapa kebutuhan pelayanan utilitas jaringan air minum:
Sumber air yang memadai: Sistem air minum perumahan dan permukiman
memerlukan sumber air yang memadai, baik dari sumber permukaan seperti sungai,
danau, atau waduk, maupun dari sumur dalam. Sumber air ini harus dipastikan
cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh penghuni.
Pengolahan air: Air dari sumber yang digunakan dalam jaringan air minum perlu
melalui proses pengolahan untuk menghilangkan kotoran, mikroorganisme, zat
kimia berbahaya, dan zat pencemar lainnya. Proses pengolahan meliputi filtrasi,
koagulasi, sedimentasi, dan desinfeksi. Untuk menyulingkan air laut menjadi air
minum, diperlukan proses desalinasi atau penyulingan.
Jaringan distribusi: Jaringan pipa air harus dibangun dan dikelola dengan baik untuk
mendistribusikan air minum ke seluruh perumahan dan permukiman. Pipa yang
kokoh dan aman harus dipasang dengan mempertimbangkan kebutuhan jumlah
pengguna, tekanan air yang diperlukan, dan jarak distribusi.
Pengaturan tekanan air: Tekanan air dalam jaringan distribusi harus diatur agar
cukup untuk memenuhi kebutuhan pengguna di seluruh perumahan dan
permukiman. Pengaturan tekanan ini dapat dilakukan dengan menggunakan pompa
air atau sistem tangki air yang tepat.
Meteran air: Setiap rumah atau unit perumahan harus dilengkapi dengan meteran air
yang akurat untuk mengukur konsumsi air. Hal ini penting untuk memantau dan
mengendalikan penggunaan air, serta melakukan penagihan yang adil kepada
penghuni.
Perawatan dan pemeliharaan: Jaringan air minum perumahan dan permukiman harus
diperiksa secara rutin, diperbaiki jika ada kerusakan, dan dikelola dengan baik agar
tetap berfungsi optimal. Perawatan dan pemeliharaan meliputi pemeriksaan pipa,
pembersihan tangki air, penggantian filter, dan perbaikan sistem jika terjadi
kebocoran atau kerusakan lainnya.
Pengawasan kualitas air: Kualitas air minum harus diawasi secara teratur untuk
memastikan keamanan dan kebersihan air yang dikonsumsi oleh penduduk.
Pengujian laboratorium harus dilakukan untuk memeriksa kandungan zat kimia,
43
mikroorganisme, dan parameter kualitas air lainnya sesuai dengan standar yang
ditetapkan.
Penanganan limbah air: Limbah air hasil dari penggunaan air minum perumahan dan
permukiman juga harus ditangani dengan baik melalui sistem pengolahan limbah
yang memadai. Pengelolaan limbah air meliputi penyaringan dan pengolahan
sebelum dibuang ke lingkungan.
Edukasi pengguna: Pihak penyedia pelayanan air harus memberikan edukasi kepada
pengguna tentang pentingnya penghematan air, praktik penggunaan yang efisien,
dan kebersihan pribadi untuk menjaga kualitas air dan lingkungan.
Tanggapan darurat: Pihak penyedia pelayanan air harus memiliki rencana tanggapan
darurat untuk mengatasi gangguan atau kejadian tak terduga seperti kebocoran
besar, pemadaman listrik, atau bencana alam. Rencana ini melibatkan upaya
pemulihan dan komunikasi yang cepat kepada penghuni.
3. Jaringan Telepon
Pada desa Mekar tersedia 2 operator layanan komunikasi telepon seluler dan tidak
tersedia Menara telepon seluler. Pelayanan utilitas jaringan telepon dalam perumahan dan
permukiman mencakup beberapa kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Berikut adalah
beberapa kebutuhan pelayanan utilitas jaringan telepon dalam konteks tersebut:
Infrastruktur Telepon: Perumahan dan permukiman membutuhkan infrastruktur
telepon yang memadai. Ini meliputi instalasi kabel telepon, saluran komunikasi, dan
perangkat keras yang diperlukan untuk menghubungkan rumah-rumah dengan
jaringan telepon.
Jaringan Kabel atau Nirkabel: Pelayanan telepon dalam perumahan dan permukiman
dapat menggunakan kabel atau teknologi nirkabel. Kabel serat optik atau kabel
tembaga dapat digunakan untuk menghubungkan rumah-rumah dengan sentral
telepon, sementara teknologi nirkabel seperti jaringan seluler dapat menyediakan
konektivitas telepon tanpa kabel.
Panggilan Lokal dan Jarak Jauh: Pelayanan telepon perumahan dan permukiman
harus mencakup panggilan lokal dan jarak jauh. Pengguna harus dapat melakukan
panggilan ke nomor telepon lokal di dalam area tersebut dan juga ke nomor di luar
area tersebut, baik nasional maupun internasional.
Jaringan Data: Selain telepon suara, jaringan telepon perumahan dan permukiman
juga dapat menyediakan pelayanan data. Ini memungkinkan pengguna untuk
mengakses internet melalui jaringan telepon mereka.
44
Peralatan Telepon: Pengguna membutuhkan peralatan telepon yang sesuai, seperti
telepon rumah atau telepon seluler, untuk dapat menggunakan layanan telepon.
Peralatan ini harus kompatibel dengan infrastruktur jaringan telepon yang ada.
Kualitas Layanan: Pelayanan telepon perumahan dan permukiman harus
memberikan kualitas layanan yang baik. Kualitas panggilan yang jernih, minim
gangguan, dan ketersediaan jaringan yang tinggi sangat penting untuk memastikan
pengalaman pengguna yang memuaskan.
Pemeliharaan dan Perbaikan: Perumahan dan permukiman memerlukan dukungan
pemeliharaan dan perbaikan yang memadai untuk jaringan telepon mereka. Ini
mencakup pemeliharaan rutin, penanganan gangguan, dan perbaikan jika ada
kerusakan pada infrastruktur atau peralatan telepon.
4. Saluran Drainase
45
banjir dan genangan air di permukiman. Sistem saluran drainase juga harus mampu
mengalirkan air limbah rumah tangga dengan lancar.
Jaringan Saluran Drainase yang Terhubung: Saluran drainase dalam perumahan dan
permukiman harus terhubung dengan sistem saluran drainase yang lebih besar di
daerah sekitarnya. Hal ini penting agar air hujan dan air limbah dapat dialirkan
secara efisien ke tempat pembuangan akhir, seperti sungai atau waduk.
Pembersihan dan Pemeliharaan Rutin: Saluran drainase perlu dibersihkan secara
rutin untuk menghindari penumpukan sampah, lumpur, atau material lain yang dapat
menyebabkan penyumbatan. Pembersihan dan pemeliharaan yang teratur akan
memastikan saluran drainase berfungsi dengan baik dan mencegah terjadinya
genangan air atau banjir.
Sistem Penyaringan dan Pengendalian Kualitas Air: Perlu adanya sistem
penyaringan dan pengendalian kualitas air dalam saluran drainase untuk
menghilangkan kontaminan dan polutan yang ada dalam air limbah. Ini dapat
melibatkan penggunaan kolam retensi, filter, atau teknologi lainnya untuk menjaga
kualitas air sebelum dibuang ke lingkungan.
Edukasi dan Kesadaran Masyarakat: Pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya menjaga saluran drainase merupakan aspek penting dalam pelayanan
utilitas ini. Penghuni perumahan dan permukiman harus diberikan informasi
mengenai penggunaan yang benar dan menjaga kebersihan saluran drainase, seperti
tidak membuang sampah atau bahan kimia berbahaya ke dalam saluran drainase.
Sistem Pengendalian Banjir: Dalam daerah yang rentan terhadap banjir, pelayanan
utilitas saluran drainase perlu dilengkapi dengan sistem pengendalian banjir yang
efektif. Ini bisa meliputi penggunaan pintu air, embung, atau sistem pompa yang
dapat mengatur aliran air dan mencegah banjir di permukiman.
Koordinasi dengan Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah memiliki peran penting
dalam menyediakan pelayanan utilitas saluran drainase yang baik. Koordinasi antara
pengembang perumahan, pemerintah daerah, dan masyarakat perlu dilakukan untuk
memastikan adanya regulasi yang memadai, pemeliharaan yang teratur, dan
pengawasan terhadap saluran drainase di perumahan dan permukiman.
46
prasarana persampahan untuk perumahan dan permukiman umumnya meliputi beberapa
aspek penting. Berikut adalah beberapa kebutuhan utama yang biasanya harus dipenuhi:
Pengumpulan Sampah: Perumahan dan permukiman memerlukan sistem
pengumpulan sampah yang efisien. Hal ini melibatkan penempatan tempat sampah
di lokasi strategis di sekitar perumahan atau permukiman, seperti di dekat rumah
atau di titik-titik kumpul. Pengumpulan sampah dapat dilakukan oleh petugas
pemerintah atau pihak ketiga yang ditugaskan untuk menjaga kebersihan lingkungan
tersebut.
Pengangkutan Sampah: Setelah sampah dikumpulkan, perlu adanya layanan
pengangkutan sampah untuk mengirimkannya ke tempat pemrosesan atau tempat
pembuangan akhir. Kendaraan pengangkut sampah seperti truk sampah sering
digunakan untuk mengumpulkan dan mengangkut sampah dari perumahan dan
permukiman.
Pemrosesan dan Daur Ulang Sampah: Idealnya, pelayanan utilitas persampahan juga
mencakup pemrosesan dan daur ulang sampah. Sampah dapat dipisahkan dan diolah
untuk mengurangi dampak negatifnya terhadap lingkungan. Pabrik pengolahan
sampah, tempat kompos, atau fasilitas daur ulang adalah beberapa contoh
infrastruktur yang dapat digunakan untuk memproses dan mendaur ulang sampah.
Edukasi dan Kesadaran Masyarakat: Penting bagi pemerintah dan pihak terkait
untuk memberikan edukasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya pemilahan sampah, penggunaan kantong sampah yang benar, serta
kebijakan dan tata kelola persampahan. Ini dapat dilakukan melalui kampanye
sosial, seminar, brosur, atau media sosial.
Perawatan Infrastruktur: Infrastruktur persampahan juga memerlukan perawatan
yang baik agar tetap berfungsi dengan optimal. Hal ini meliputi pemeliharaan
tempat sampah, kendaraan pengangkut sampah, serta fasilitas pemrosesan dan daur
ulang sampah.
Pengawasan dan Penegakan Hukum: Pemerintah perlu menjalankan pengawasan
dan penegakan hukum terhadap pelanggaran terkait persampahan. Ini mencakup
penindakan terhadap pembuangan sampah ilegal, penggunaan tempat sampah yang
tidak tepat, atau perilaku masyarakat yang merusak kebersihan lingkungan.
Pelayanan utilitas sarana dan prasarana persampahan ini bertujuan untuk menjaga
kebersihan dan kesehatan lingkungan, mencegah penyebaran penyakit, dan menjaga
keindahan serta kenyamanan perumahan dan permukiman.
47
1. Pengembangan Sektor Pariwisata
Pada Desa Mekar ini tidak adanya sector pariwisata. Maka dari itu, Pengembangan
sektor pariwisata di wilayah pesisir memiliki potensi besar untuk mendukung
pertumbuhan ekonomi, pelestarian lingkungan, serta pemberdayaan masyarakat
setempat. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil dalam pengembangan
sektor pariwisata di wilayah pesisir:
Konservasi Lingkungan: Perlindungan lingkungan merupakan langkah penting
untuk menjaga keindahan dan keberlanjutan wilayah pesisir. Upaya konservasi
dapat meliputi penegakan hukum terhadap kegiatan ilegal, pemantauan polusi,
pemulihan ekosistem yang rusak, serta pembangunan infrastruktur ramah
lingkungan.
Diversifikasi Produk Wisata: Menawarkan beragam produk wisata dapat menarik
minat pengunjung yang berbeda. Selain pantai dan kegiatan terkait air, wilayah
pesisir juga dapat mengembangkan atraksi lain seperti olahraga air, penjelajahan
alam, ekowisata, wisata budaya, dan kuliner lokal. Dengan cara ini, destinasi pesisir
dapat menarik wisatawan sepanjang tahun.
Infrastruktur Pariwisata: Investasi dalam infrastruktur pariwisata seperti pelabuhan,
bandara, jalan, transportasi umum, akomodasi, dan fasilitas pendukung lainnya
sangat penting. Infrastruktur yang baik akan memudahkan aksesibilitas ke wilayah
pesisir dan meningkatkan kenyamanan pengunjung.
Keterlibatan Masyarakat Lokal: Melibatkan masyarakat lokal dalam pengembangan
pariwisata pesisir sangat penting. Masyarakat dapat dilibatkan dalam pelatihan
keterampilan, usaha mikro dan kecil, serta pengelolaan destinasi wisata secara
partisipatif. Hal ini akan memberikan manfaat ekonomi langsung kepada
masyarakat setempat dan mendorong rasa memiliki terhadap pengembangan
pariwisata.
Promosi dan Pemasaran: Promosi yang efektif dan pemasaran yang tepat dapat
membantu meningkatkan visibilitas destinasi pariwisata pesisir. Menggunakan
media sosial, situs web, pameran pariwisata, kampanye promosi, dan kerjasama
dengan agen perjalanan adalah beberapa strategi yang bisa digunakan untuk
menjangkau calon wisatawan.
Kualitas Layanan: Penting untuk menjaga standar layanan yang tinggi di sektor
pariwisata. Pelatihan keterampilan dan peningkatan kompetensi para pelaku industri
pariwisata seperti pemandu wisata, petugas hotel, dan operator tur akan
berkontribusi pada pengalaman positif wisatawan.
48
Pengelolaan Wisata yang Berkelanjutan: Pengembangan pariwisata pesisir harus
diiringi dengan pengelolaan yang berkelanjutan. Ini termasuk pengaturan kapasitas
pengunjung, pembuatan kebijakan yang berorientasi lingkungan, dan pemantauan
yang ketat terhadap dampak pariwisata terhadap lingkungan dan budaya setempat.
Penting untuk mencatat bahwa pengembangan sektor pariwisata di wilayah pesisir
harus dilakukan dengan bijak dan berkelanjutan, dengan menjaga keseimbangan antara
pertumbuhan ekonomi, pelestarian lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat setempat.
49
perdagangan dan jasa di wilayah pesisir. Keterlibatan aktif dari berbagai pihak dapat
menciptakan peluang investasi, promosi, dan pengembangan infrastruktur yang
diperlukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Pengelolaan Lingkungan: Wilayah pesisir sering kali memiliki ekosistem yang
rentan dan sensitif terhadap dampak manusia. Oleh karena itu, penting untuk
mempertimbangkan prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan
dalam pengembangan sektor perdagangan dan jasa. Langkah-langkah seperti
pengelolaan limbah, pelestarian ekosistem pesisir, dan penerapan praktik ramah
lingkungan akan memastikan bahwa pengembangan sektor ini berkelanjutan jangka
panjang.
50
BAB V
51
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Konawe No. 6 Tahun 2013 tentang Bangunan Gedung
Perka Bps No 37 Tahun 2010 Tentang Klasifikasi Perkotaan Dan Perdesaan Di Indonesia
52