Anda di halaman 1dari 52

PRA TUGAS AKHIR

INTEGRASI SPASIAL KAWASAN PESISIR DI KABUPATEN


MOROWALI

Disusun oleh
AKBAR AFANDI
610017121

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA
2021
HALAMAN PERSETUJUAN
PELAKSANAAN UJIAN PRA TA

INTEGRASI SPASIAL KAWASAN PESISIR DI KABUPATEN


MOROWALI

Diajukan Guna Melengkapi Persyaratan


Untuk Mencapai Derajat Sarjana Perencanaan Wilayah dan Kota
Pada Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Disusun Oleh
AKBAR AFANDI
610017121

Telah diperiksa dan disetujui

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

NAMA DOSEN NAMA DOSEN


NIDN/K. ………….. NIDN/K. ……...
HALAMAN PENGESAHAN

INTEGRASI SPASIAL KAWASAN PESISIR DI KABUPATEN MOROWALI

PAS FOTO

UKURAN 4X6 CM

Background Biru

AKBAR AFANDI

610017121

Diajukan pada Ujian Proposal


Tanggal………….
Dinyatakan…….

1. Nama Dosen Pembimbing I ……………….


Ketua Tim Penguji

2. Nama Dosen Pembimbing II ……………….


Anggota Tim Penguji

3. Nama Dosen Penguji ……………….


Anggota Tim Penguji

Mengetahui Menyetujui
Dekan Fakultas Ketua Program Studi
Teknik Sipil dan Perencanaan Perencanaan Wilayah dan Kota

LILIS ZULAICHA, S.T,. M.T. YUSLIANA, S.T., M.Eng.


NIK. 1973 0089 NIK. 1973 0238
ABSTRAK

Wilayah pesisir dan laut di Kabupaten Morowali merupakan wilayah yang khas dan
kaya dengan keanekaragaman sumber daya laut seperti ikan, moluska, echinodermata,
mangrove, bunga karang, (coral reefs), ikan hias (ornamental fish), dan rumput laut
(seaweeds). Dalam kaitannya dengan kelautan, wilayah Kabupaten Morowali dapat
dikelompokkan dalam dua golongan besar, yaitu zona yang berbatasan dengan laut dan
zona daratan yang sama sekali tidak berbatasan dengan laut. Wilayah yang berbatasan
dengan laut ini biasa disebut sebagai zona pesisir dan pulau-pulau kecil.
Dengan adanya integrasi spasial yang komprehensif dan bersifat integratif dapat
menciptakan perencanaan dan pengambilan kebijakan pembangunan agar tidak tumpang
tindih, yang berarti pembangunan dilaksanakan secara terpadu sehingga dapat mencapai
hasil pembangunan yang efektif dan efisien baik antara kawasan pesisir dan pulau-pulau
kecil lainnya, melihat beberapa zona pemanfaatan ruang wilayah pesisir Kabupaten
Morowali yang dimana pemanfaatan zona itu menjadi sangat penting, yakni berfungsi
sebagai acuan bagi pemerintah dan masyarakat dalam pemrograman
penataan/pengembangan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Morowali.
Integrasi spasial di kawasan pesisir sangat diperlukan guna menunjang perencanaan
pengelolaan dan pembangunan yang berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan dengan
mengkaji kondisi serta potensi wilayah pesisir yang dapat menjadi pusat-pusat kegiatan di
Kabupaten Morowali. Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan wilayah pesisir yang
berpotensi menjadi pusat kegiatan di kabupaten morowali.
Dengan mengidentifikasi melalui observasi lapangan kegiatan masyarakat,
wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif
dengan basis analisis data sekunder dan primer digunakan dalam penelitian ini. Teknik
analisis yang dipergunakan terdiri dari analisis gravitasi dan analisis skalogram dalam
mengamati kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil di kabupaten morowali yang sesuai
dengan sasaran penelitian yang dilakukan.

Kata Kunci : Integrasi Spasial, Potensi, Analisis Gravitasi dan Analisis Skalogram.

i
KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum Wr. Wb.


Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada saya khususnya sehingga saya dapat menyelesaikan Pra Tugas Akhir
saya yang berjudul “INTEGRASI SPASIAL KAWASAN PESISIR DI KABUPATEN
MOROWALI” dengan tepat waktu. Sholawat serta salam tak lupa saya haturkan kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW.
Pra tugas akhir ini disusun sebagai penerapan teori Teknik Perencanaan Wilayah
dan Kota yang saya pelajari di bangku perkuliahan dan sebagai salah satu syarat agar saya
bisa mendapatkan gelar sarjana teknik di Program studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Institut Teknologi Nasional Yogyakarta.
Dengan penuh rasa hormat saya mengucapkan terima kasih terutama saya
haturkan kepada :
1. Teristimewa kepada orang Tua saya yang selalu mendoakan, memberikan motivasi dan
pengorbanannya baik dari segi moral maupun materi kepada saya sehingga saya dapat
menyelesaikan Pra Tugas Akhir ini.
2. Ibu Yusliana, S.T., M.Eng. Selaku ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Institut Teknologi Nasional Yogyakarta.
3. Ibu Lulu Mari Fitria, S.T., M. Sc. Selaku dosen pembimbing I Pra Tugas Akhir Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Nasional
Yogyakarta.
4. Bapak Hatta Efendi, S.T., M.Eng. Selaku dosen pembimbing II Pra Tugas Akhir
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Nasional
Yogyakarta.
Akhirul kalam saya mengucapkan terimakasih kepada semuanya dan saya
berharap semoga Pra Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan menjadi bahan
masukan bagi dunia pendidikan di bidang perencanaan wilayah dan kota.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
ABSTRAK ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah................................................................................. 3
1.3 Tujuan dan Sasaran ................................................................................. 4
1.3.1 Tujuan ............................................................................................ 4
1.3.2 Sasaran ........................................................................................... 4
1.4 Ruang Lingkup ........................................................................................ 4
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah................................................................ 4
1.4.2 Ruang Lingkup Materi................................................................... 6
1.5 Kerangka Pemikiran ................................................................................ 6
1.6 Sistematika Penulisan Pra TA ................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 9
2.1 Integrasi Spasial ...................................................................................... 9
2.1.1 Pengertian Integrasi Spasial........................................................... 9
2.1.2 Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 10
2.2 Teori Pusat-Pusat Kegiatan..................................................................... 12
2.3 Kawasan Pesisir....................................................................................... 13
2.3.1 Pengertian Kawasan Pesisir........................................................... 13
2.3.2 Zonasi Wilayah Pesisir .................................................................. 14
2.4 Pulau-Pulau Kecil.................................................................................... 16
2.5 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 16
BAB III GAMBARAN UMUM................................................................................ 19
3.1 Kondisi Fisik Geografis .......................................................................... 19
3.1.1 Letak Geografis ............................................................................. 19

iii
3.1.2 Iklim ..................................................................................................... 20
3.1.3 Ketinggian Wilayah dan Jarak ke Ibu Kota ......................................... 20
3.2. Kondisi Kependudukan ................................................................................ 21
3.3 Kondisi Sarana dan Prasarana ....................................................................... 22
3.3.1 Sarana dan Prasarana Pendidikan ........................................................ 22
3.3.2 Sarana dan Prasarana Kesehatan ......................................................... 23
3.3.3 Sarana dan Prasarana Peribadatan ....................................................... 23
3.3.4 Sarana dan Prasarana Transportasi ...................................................... 24
3.4 Kondisi Ekonomi Kabupaten Morowali ....................................................... 25
3.4.1 Pertanian .............................................................................................. 25
3.4.2 Perkebunan .......................................................................................... 25
3.4.3 Kelautan dan Perikanan ....................................................................... 26
3.4.4 Pertambangan ...................................................................................... 27
3.4.5 Peternakan............................................................................................ 28
3.4.6 Pariwisata............................................................................................. 29
3.5 Pusat-Pusat Kegiatan Kabupaten Morowali .................................................. 29
3.6 Zonasi Pemanfaatan Ruang Wilayah Pesisir Kabupaten Morowali.............. 30
3.6.1 Zona Budidaya Laut ............................................................................ 31
3.6.2 Zona Penangkapan Ikan Tradisional ................................................... 32
3.6.3 Zona Wisata Bahari ............................................................................. 32
3.6.4 Zona Permukiman Nelayan ................................................................. 33
3.6.5 Zona Pelabuhan Terpadu ..................................................................... 33
3.6.6 Zona Industri Terpadu ......................................................................... 33
BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................................. 35
4.1 Pendekatan Penelitian ................................................................................... 35
4.2 Tahapan dan Jangka Waktu Penelitian.......................................................... 35
4.2.1 Tahapan Pra TA Lapangan .................................................................. 35
4.2.2 Tahapan Pelaksanaan Penelitian .......................................................... 36
4.3 Wilayah Studi ................................................................................................ 36
4.3.1 Tempat Penelitian ................................................................................ 36
4.3.2 Waktu dan Subyek Penelitian .............................................................. 36
4.4 Kebutuhan Data dan Cara Memperoleh Data................................................ 37
4.4.1 Data Primer .......................................................................................... 37
4.4.2 Data Sekunder ...................................................................................... 37

iv
4.5 Alat Analisis .................................................................................................. 38
4.5.1 Analisis Skalogram .............................................................................. 38
4.5.2 Analisis Gravitasi................................................................................. 39
4.6 Hasil Akhir yang diharapkan......................................................................... 39
BAB V PENUTUP .......................................................................................................... 40
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 41

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Peta Administrasi Kabupaten Morowali............................................... 5


Gambar 1. 2 Kerangka Pemikiran ............................................................................. 7

vi
DAFTAR TABEL

Tabel II. 1 Kawasan dan Zonasi Wilayah Pesisir ............................................................ 15


Tabel II. 2 Penelitian Terdahulu ...................................................................................... 16
Tabel III. 1 Luas Daerah dan Jumlah Pulau di Kabupaten Morowali, 2020 ................... 19
Tabel III. 2 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Menurut Bulan di Kabupaten Morowali,
2019-2020 ........................................................................................................................ 20
Tabel III. 3 Tinggi Wilayah dan Jarak ke Ibu Kota di Kabupaten Morowali, 2020........ 21
Tabel III. 4 Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan di Kabupaten
Morowali, 2020 ............................................................................................................... 21
Tabel III. 5 Penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk, Distribusi Persentase, Kepadatan
Penduduk di Kabupaten Morowali, 2020 ........................................................................ 22
Tabel III. 6 Jumlah Sekolah Tingkat TK, SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi Menurut
Status Sekolah di Kabupaten Morowali, 2020 ................................................................ 23
Tabel III. 7 Jumlah Sarana dan Prasarana Kesehatan di Kabupaten Morowali, 2020................. 23
Tabel III. 8 Jumlah Tempat Peribadatan di Kabupaten Morowali .................................. 24
Tabel III. 9 Panjang Jalan dan Jenis Permukaan Jalan di Kabupaten Morowali (Km), 2020 24
Tabel III. 10 Jenis Tanaman, Luas Area Tanaman Perkebunan, dan Produksi Perkebunan
di Kabupaten Morowali, 2020 ......................................................................................... 26
Tabel III. 11 Produksi Perikanan Tangkap dan Subsektor di Kabupaten Morowali (ton),
2019 dan 2020 ................................................................................................................. 26
Tabel III. 12 Potensi Pertambangan dan Energi Kabupaten Morowali, 2017 ................. 27
Tabel III. 13 Populasi Ternak dan Jenis Ternak di Kabupaten Morowali, 2020 ............. 28
Tabel III. 14 Populasi Unggas Menurut Kecamatan dan Jenis Unggas .......................... 28
Tabel IV. 1 Tahapan dan Jangka Waktu Pelaksanaan Penelitian .................................... 36
Tabel IV. 2 Kebutuhan dan Cara Memperoleh Data Sekunder ....................................... 38

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil selama ini sangat
tertinggal. Ketertinggalan pembangunan di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil ini
merupakan bagian dari persoalan besar pembangunan kelautan nasional. Persoalan
struktural yang dihadapi pada masa lalu terutama adalah kebijakan pembangunan yang
cenderung berorientasi pada pertumbuhan ekonomi yang berbasis sumber daya non-
kelautan. Pembangunan sektor kelautan pada masa ini tersubordinasi oleh sektor non-
kelautan. Padahal, sektor kelautan mempunyai logika dan karakteristik pembangunan yang
berbeda dengan sektor non-kelautan yang lebih berorientasi ke daratan (terrestrial).

Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir


dan Pulau-pulau Kecil, wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan
laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut. Wilayah ini sangat produktif
dengan estuaria, hutan bakau, padang lamun, terumbu karang serta sumberdaya pesisir
lainnya, sehingga sedemikian panjangnya pantai indonesia merupakan potensi sumberdaya
alam yang besar untuk pembangunan ekonomi.

Sementara pada Undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah,


menjelaskan bahwa pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk mengelola
sumberdaya alamnya masing-masing, termasuk wilayah pesisir dan laut. Aturan tersebut
memberikan hak kepada daerah untuk melakukan pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya pesisir sehingga dapat tumbuh, berkembang dan bersaing dengan daerah lain
sesuai potensi yang ada pada wilayah tersebut.

Salah satu faktor eksternal yang akan mempengaruhi perkembangan suatu daerah
adalah keterkaitannya dengan daerah lain, baik dalam maupun luar daerah itu sendiri, serta
keterkaitan dengan daerah belakangnya (hinterland) atau daerah pedesaan sekitarnya.
Sering keterkaitan ini terwujud sebagai suatu bentuk sistem wilayah/kota. Dalam suatu
sistem wilayah/kota, wilayah/kota menjadi unsur utama dan merupakan simpul (node)
dalam sistem ini. Keterkaitan ini memegang peranan penting dalam pembentukan pola dan
struktur sistem, dan dalam merangsang perkembangan (Danastri,2011). Pembangunan di
wilayah pesisir dapat meningkatkan kualitas hidup dan menciptakan lapangan kerja.
Karena itu wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil harus dikelola secara terpadu dan
berkelanjutan dengan cara memanfaatkan sumber-sumber pertumbuhan yang sudah ada
dan sumber-sumber pertumbuhan yang baru (Jufriadi, 2014).
1
Kabupaten Morowali merupakan salah satu Kabupaten yang ada di Sulawesi
Tengah, memiliki kegiatan perekonomian dan sosial yang berkembang pesat. Kabupaten
yang terbagi atas 9 wilayah kecamatan dengan seluruh kecamatannya berbatasan langsung
dengan peraiaran laut di sebelah utara dan timur dengan 2 kecamatan yang memiliki pulau-
pulau kecil yang tergolong sebagai wilayah pesisir dengan potensi sumberdaya yang
melimpah dan dapat menyebabkan munculnya pusat-pusat kegiatan untuk menampung
kegiatan ekonomi dan sosial dalam wilayah tersebut.
Kabupaten Morowali dan Kabupaten Morowali Utara tahun 2017 merupakan 2
(dua) dari 12 (dua belas) Kabupaten Kabupaten di Sulawesi Tengah yang sebagian wilayah
pesisir, laut dan pulau-pulau kecilnya dicadangkan menjadi kawasan konservasi. Diberi
nama kawasan Konservasi Morowali melalui Keputusan Gubernur No.
523/635A/DISKANLUT-GST/2017 tentang Pencadangan Kawasan Konservasi Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil Sulawesi Tengah, yang memutuskan/menetapkan KKP3K Morowali
seluas 312.289,77 ha. Hal yang mendasari KKP3K Morowali dicadangkan sebagai
kawasan konservasi adalah tingginya potensi keanekaragaman hayati di perairan 2 (dua)
kabupaten tersebut dimana terdapat potensi sumber daya pesisir seperti ekosistem pesisir
(terumbu karang, lamun, mangrove, pulau-pulau kecil, estuaria, laguna, dan pantai),
beberapa jenis ikan ekonomis penting dan biota dilindungi seperti hiu paus, lumba-lumba,
kima, bambu laut, dan teripang.
Dalam dokumen keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
Nomor 52/Kepmen-KP/2019 Tentang Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Morowali, Morowali Utara, dan Perairan Sekitarnya di Provinsi Sulawesi Tengah
dijelaskan bahwa kabupaten Morowali masuk ke dalam zona area III dan IV. Zona area III
terdiri dari zona inti, zona pemanfaatan terbatas (sub zona penangkapan ikan, sub zona
wisata bahari). Zona area IV terdiri dari zona inti, zona pemanfaatan terbatas (sub zona
penangkapan ikan, sub zona perikanan budidaya, sub zona wisata bahari) dan zona lainnya
berupa sub zona rehabilitasi.
Dengan adanya kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten
Morowali ini dapat berfungsi sebagai acuan pemerintah dan masyarakat dalam

2
pemrograman penataan/pengembangan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten
Morowali, seperti yang terletak di kawasan konservasi Sambori yang berada di kecamatan
Menui Kepulauan yang dimana kawasan tersebut memiliki banyak potensi di bidang
pariwisata dan sektor lain yang sudah cukup berkembang.
Selain itu juga, dalam Dokumen Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah
Nomor 10 Tahun 2017 Tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2017-2037. Pada Bab IV Rencana Alokasi Ruang
Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, alokasi ruang untuk kawasan pemanfaatan umum
terdiri dari zona pariwisata, zona permukiman, zona pelabuhan, zona hutan mangrove,
zona pertambangan, zona perikanan tangkap, zona perikanan budidaya, zona pergaraman,
zona bandar udara, zona fasilitas umum, zona pertahanan keamanan, dan zona
jas/perdagangan.
Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil tersebut sebagaimana disebutkan
dalam pasal 5 Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-pulau Kecil (UU-PWP3K) meliputi kegiatan perencanaan, pemanfaatan sumber
daya pesisir, dan pengendalian terhadap interaksi manusia dalam pemanfaatan sumber
daya pesisir dan pulau-pulau kecil serta proses alamiah secara berkelanjutan dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Dalam rangka mencapai keseimbangan perkembangan wilayah
kabupaten morowali, zona pesisir dan pulau-pulau kecil tersebut perlu didorong lebih cepat
sehingga dapat memperkecil kesenjangan yang ada. Maka dari itu pemerintah daerah
membuat Rencana Zonasi Rinci Kawasan Minapolitan. Pendekatan yang dinilai efektif
adalah model kawasan minapolitan yang pada hakikatnya adalah menyinergikan
pengembangan agribisnis dalam konteks pengembangan ekonomi wilayah agar total nilai
tambah (value added) pengembangan agribisnis dapat dinikmati oleh masyarakat. Dengan
adanya kebijakan tersebut secara simultan akan membentuk wilayah pesisir Kabupaten
Morowali semakin berkembang dan akan memunculkan pusat-pusat kegiatan sesuai
dengan potensi di masing-masing daerah yang ada di wilayah pesisir kabupaten morowali.
Namun dalam proses perkembangannya wilayah kabupaten morowali terlihat kesenjangan
pembangunan, perkembangan dan pembangunan wilayah Kabupaten hanya terpusat pada
Ibu Kota Kabupaten yang terletak di Kecamatan Bungku Tengah, sementara wilayah lain
seperti Bungku Pesisir, Bungku Selatan, dan Menui Kepulauan kurang memperlihatkan
perkembangannya padahal, wilayah kecamatan lain masing-masing telah memiliki potensi
sumberdaya yang cukup baik untuk dikembangkan utamanya pada wilayah pesisir.

3
Berdasarkan penjabaran dokumen penting diatas bahwa potensi-potensi yang ada di
setiap zona kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil belum dapat dikelola dan dimanfaatkan
secara optimal. Hal ini disebabkan masih minimnya infrastruktur dasar yang ada di
Kabupaten Sulawesi Tengah, seperti sarana transportasi penghubung antar pulau, listrik,
dermaga, pelabuhan, dan fasilitas penunjang lainnya. Selain itu, kapasitas SDM masih
membutuhkan peningkatan, baik kualitas maupun kuantitasnya, sehingga dapat mendorong
percepatan pembangunan di wilayah ini.
Atas dasar itulah, maka dibutuhkan analisa pusat-pusat kegiatan pertumbuhan di
wilayah pesisir Kabupaten Morowali dengan melihat berbagai pertimbangan internal
maupun eksternal. Agar wilayah pesisir ini mampu menopang aktivitas masyarakat dan
tidak terpusat dan menimbulkan permasalahan dan disparitas wilayah, dengan menganalisa
lebih dalam potensi wilayah yang dapat menjadi pusat kegiatan di wilayah pesisir
Kabupaten Morowali, agar perkembangan wilayah menjadi merata dan terjadi integrasi
antar wilayah administratif maupun fungsional.
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya yang membahas
terkait mengintegrasikan kawasan pesisir. Peneliti mengajukan judul penelitian “Integrasi
Spasial Kawasan Pesisir di Kabupaten Morowali”.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan uraian diatas, maka masalah penelitian yang akan dibahas dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana Kondisi wilayah pesisir kabupaten morowali ?

4
2. Wilayah pesisir yang berpotensi menjadi pusat kegiatan di Kabupaten Morowali ?

1.3 Tujuan dan Sasaran

1.3.1 Tujuan
1. Untuk menentukan wilayah pesisir yang berpotensi menjadi pusat kegiatan di kabupaten
morowali ?
1.3.2 Sasaran
1. Mengidentifikasi pusat-pusat kegiatan di kawasan pesisir.
2. Menganalisis integrasi spasial antar pusat kegiatan di kawasan pesisir.

1.4 Ruang Lingkup

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah


Ruang lingkup wilayah penelitian yang diambil berada di Kabupaten Morowali
tepatnya sesuai dengan dokumen Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
(RZWP3K) Zonasi pemanfaatan ruang wilayah pesisir Kabupaten Morowali. Kawasan
tersebut memiliki batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah utara : dengan Kabupaten Morowali Utara
Sebelah Selatan : dengan Provinsi Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan
Sebelah Barat : dengan Provinsi Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan
Sebelah Timur : dengan Kabupaten Perairan Teluk Tolo
Untuk lebih jelasnya mengenai lingkup dan batas wilayah penelitian dapat dilihat
pada gambar 1.1

5
Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Morowali

Sumber : Penulis, 2021

5
1.4.2 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi penelitian mencangkup berdasarkan latar belakang, tujuan
dan sasaran yang telah dipaparkan sebelumnya maka ruang lingkup materi ini, yakni
menetapkan pusat-pusat kegiatan wilayah pesisir kabupaten morowali. Mengkaji kebijakan
terkait, rencana dan program pemerintah mengenai pengembangan wilayah pesisir
kabupaten morowali yang telah ditetapkan, mengkaji kendala dan permasalahan yang
timbul dalam proses perkembangan wilayah pesisir kabupaten morowali, melihat integrasi
antar wilayah di kabupaten morowali dan memberikan solusi terhadap permasalahan
pengembangan wilayah di lokasi penelitian.
Dalam buku ekonomi regional: Teori dan Aplikasi (2008) karya Sjafrizal. Pusat
pertumbuhan adalah wilayah atau kawasan yang pertumbuhannya sangat pesat sehingga
dijadikan sebagai pusat pembangunan yang mempengaruhi kawasan-kawasan lain di
sekitarnya. Dengan adanya kawasan kawasan yang dijadikan pusat pertumbuhan itu,
diharapkan kawasan-kawasan di sekitarnya turut terpengaruh dan terpacu untuk maju.
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Sulawesi Tengah, di
Kabupaten Morowali masuk dalam Pusat Kegiatan Wilayah (PKW). Pusat kegiatan di
wilayah Kabupaten Morowali merupakan simpul pelayanan sosial, budaya, ekonomi,
dan/atau administrasi masyarakat di wilayah kabupaten, seperti pusat kegiatan lokal (PKL),
pusat pelayanan kawasan (PPK), pusat pelayanan lingkungan (PPL), dan pusat pelayanan
lingkungan promosi (PPLp).
Dengan melihat sumberdaya dan potensi yang ada di kawasan pesisir kabupaten
morowali baik dari aspek fisik, aspek sosial ,dan aspek ekonomi sangat kurang
diperhatikan misalnya di bidang infrastruktur sarana dan prasarana kurang meratanya
fasilitas tersebut menyebabkan ketimpangan di kawasan-kawasan tertentu, melihat hal
tersebut penelitian ini mencakup beberapa variabel sesuai dengan latar belakang
meliputi kekuatan interaksi pusat kegiatan, ketersediaan fasilitas, potensi ekonomi, dan
potensi wilayah di kawasan pesisir kabupaten morowali agar pusat-pusat kegiatan
ataupun pusat pertumbuhan dapat diketahui guna menata struktur ruang kota/kabupaten
tersebut.

1.5 Kerangka Pemikiran


Kerangka Pemikiran adalah alur dari penelitian, kerangka pemikiran merupakan
pemikiran digunakan untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian. Pada
kerangka pemikiran ini, berisi bagaimana pemikiran peneliti untuk melakukan penelitian
dari tahap awal sampai ke tahap akhir. Kerangka penelitian ini bertujuan untuk memudahkan

6
dalam menjelaskan alur kegiatan penelitian ini yaitu untuk mengintegrasikan kawasan
pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Morowali.
Untuk lebih jelasnya mengenai alur pikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada
gambar 1.

Gambar 1. 2 Kerangka Pemikiran

LATAR BELAKANG MASALAH :


Berdasarkan fakta empiris dilapangan terkait kawasan pesisir dan pulau-pulau
kecil di Kabupaten Morowali, potensi zona tiap kawasan baik yang ada di darat ataupun
di laut yang kurang mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah ataupun masyarakat.
Dengan menganalisa lebih dalam potensi potensi wilayah yang dapat menjadi pusat
kegiatan di wilayah pesisir Kabupaten Morowali, agar perkembangan wilayah menjadi
merata dan terjadi integrasi antar wilayah administratif maupun fungsional.

PERUMUSAN MASALAH :
1. Bagaimana kondisi wilayah pesisir kabupaten morowali?
2. Wilayah pesisir yang berpotensi menjadi pusat kegiatan
di Kabupaten Morowali?

TINJAUAN TEORI :
1. Mengetahui interaksi pusat kegiatan yang ada di
wilayah pesisir kabupaten morowali
2. Mengidentifikasi kekuatan interaksi antar daerah.

VARIABEL, JENIS DAN PENGUMPULAN DATA

VARIABEL JENIS DATA :


1. Anglomerasi penduduk 1. Data Primer
2. Kekuatan interaksi pusat kegiatan 2. Data
3. ketersediaan fasilitas sarana dan Sekunder
prasarana PENGUMPULAN :
4. potensi ekonomi 1.Observasi
5. potensi wilayah 2.Survei
3.Wawanca
ra

METODE
Analisis Gravitasi dan Skalogram

Mengintegrasikan zona wilayah pesisir dan


pulau-pulau kecil berdasarkan pusat kegiatan
dengan mengkaitkan potensi dan sumber
daya di Kabupaten Morowali.

7
1.6 Sistematika Penulisan Pra TA
Sistematika penulisan ini untuk memudahkan dalam penyelesaian
penyusunan Pra Tugas Akhir, dan untuk sistematika penulisan Pra Tugas Akhir
adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bagian pendahuluan memuat penjelasan mengenai latar belakang
penulisan atau pemilihan topik tugas akhir, rumusan permasalahan,tujuan
dan sasaran studi,ruang lingkup, kerangka pemikiran, dan sistematika pra
TA.
BAB II TINJAUN PUSTAKA
Tinjauan pustaka berisi teori/konsep/rumus yang terdapat dalam literatur
tertentu, yang relevan dengan topik terpilih. Tinjauan pustaka juga
menjelaskan penelitian atau tulisan lain yang pernah dilakukan, yang
relevan dengan judul. Jumlah sumber disesuaikan dengan kebutuhan dan
kecukupan materi.Tinjauan pustaka diberi judul yang relevan dengan topik
TA.
BAB III GAMBARAN UMUM
Merupakan pemaparan tentang kondisi objek atau wilayah studi, yang
diuraikan menurut kerangka makro maupun yang berkaitan dengan tujuan
studi. Hal-hal yang dikemukakan merupakan data-data yang dikumpulkan
selama penelitian. Gambaran umum diberi judul sesuai dengan topik.
BAB IV METODE
Bagian ini berisi penjelasan tentang pendekatan studi yang digunakan,
tahapan studi, jangka waktu pelaksanaan, wilayah studi, kebutuhan data,
cara memperoleh data, alat analisis dan hasil akhir yang diharapkan. Bagian
ini juga menjelaskan keterkaitan antara analisis yang satu dengan analisis
yang lain jika meliputi lebih dari satu analisis.

BAB V PENUTUP
Berisi pernyataan bahwa studi yang akan dilakukan merupakan studi yang
orisinil dan bukan merupakan plagiasi

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Integrasi Spasial

2.1.1 Pengertian Integrasi Spasial


Interaksi spasial menurut Rondinelli (1978) dalam Danastri (2011) terdiri
dari :

1. Keterkaitan fisik, berbentuk integrasi manusia melalui jaringan transportasi


baik alami maupun rekayasa.

2. Keterkaitan ekonomi, berkaitan erat dengan pemasaran sehingga terjadi aliran


komoditas berbagai jenis bahan dan barang manufaktur serta modal dan keterkaitan
produksi ke depan (forward linkages) maupun ke belakang (backward linkages)
diantara berbagai kegiatan ekonomi.

3. Keterkaitan penduduk, terjadi dari pola migrasi baik permanen maupun kontemporer.

4. Keterkaitan teknologi, terutama peralatan, cara dan metode produksi harus integrasi
secara spasial dan fungsional.

5. Keterkaitan sosial yang merupakan dampak dari keterkaitan ekonomi terhadap pola
hubungan sosial penduduk.

6. Keterkaitan pelayanan sosial seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Sekolah, dan


sebagainya.

7. Keterkaitan administrasi, politik dan kelembagaan misalnya pada struktur perbatasan


adminstrasi maupun sistem anggaran dan biaya pembangunan.

Strategi integrasi spasial merupakan jalan tengah antara pendekatan


sentralisasi yang menekankan pertumbuhan pada wilayah perkotaan (metropolitan)
dan desentralisasi yang menekankan penyebaran investasi dan sumberdaya
pembangunan pada kota-kota kecil dan pedesaan. Dengan argumen ini Rondinelli
menganjurkan pembentukan sistem spasial yang mengintegrasikan pembangunan
perkotaan dan pedesaan. Hal ini dilakukan dengan menciptakan suatu jaringan
produksi, distribusi dan pertukaran yang mantap mulai dari desa - kota kecil -kota
menengah - kota besar (metropolitan).
Pendekatan alternatif ini didasari pemikiran bahwa dengan adanya integrasi
sistem pusat-pusat pertumbuhan yang berjenjang dan berbeda karakteristik

9
fungsionalnya, maka pusat-pusat tersebut akan dapat memicu penyebaran
pembangunan wilayah (Rondinelli, 1983:4).

2.1.2 Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil


Perencanaan Pengelolaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil terdiri atas (UU No.
27 Tahun 2007 berhubungan UU No. 1 Tahun 2014, dan Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor 23/PERMEN-KP/2016): UU No. 23 Tahun 2014,
Permen-kp.
1. Rencana Strategis
Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RSWP3K)
adalah rencana yang memuat arah kebijakan lintas sektor untuk kawasan
perencanaan pembangunan melalui penetapan tujuan, sasaran dan strategi yang
luas, serta target pelaksanaan dengan indikator yang tepat untuk memantau
rencana tingkat nasional. Penyusunan dokumen RSWP3K sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib memasukkan mitigasi bencana. RSWP3K merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari rencana pembangunan jangka panjang setiap
pemerintah daerah. Jangka waktu RSWP3K pemerintah daerah selama 20 (dua
puluh) tahun dan dapat ditinjau kembali sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun sekali.
2. Rencana Zonasi
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP3K)
adalah rencana yang menentukan arah penggunaan sumber daya tiap-tiap
satuan perencanaan disertai dengan penetapan struktur dan pola ruang pada
kawasan perencanaan yang memuat kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak
boleh dilakukan serta kegiatan yang hanya dapat dilakukan setelah izin.

10
RZWP3K merupakan arahan pemanfaatan sumber daya di wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota. Jangka
waktu berlakunya RZWP3K selama 20 (dua puluh) tahun dan dapat ditinjau
kembali setiap 5 (lima) tahun.
RZWP3K Provinsi berfungsi sebagai arahan perencanaan dalam
pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil untuk tingkat provinsi
yang meliputi:
1) kawasan pemanfaatan umum, dimanfaatkan untuk zona pariwisata,
pemukiman, pelabuhan, pertanian, hutan, pertambangan, perikanan,
budidaya, perikanan tangkap, industri, fasilitas umum, pemanfaatan air
lain selain energi, atau pemanfaatan lainnya sesuai dengan karakteristik
biogeofisik lingkungannya.
2) kawasan konservasi, dimanfaatkan untuk zona konservasi pesisir dan
pulau-pulau kecil (KKP3K), kawasan konservasi maritim (KKM),
kawasan konservasi perairan (KKP), dan sempadan pantai.
3) Kawasan Strategis Nasional Tertentu (KSNT), dimanfaatkan untuk zona
pengelolaan batas-batas maritim kedaulatan negara, pertahanan
keamanan negara, pengelolaan situs warisan dunia, kesejahteraan
masyarakat, atau pelestarian lingkungan. RZWP3K kawasan strategis
nasional tertentu memuat informasi tentang biofisik yang lebih detail
(geomorfologi, geologi, oseanografi fisika, kimia dan biologi),
ekosistem pesisir, pengunaan lahan (land use), penggunaan perairan (sea
use), dan kesesuaian lahan (land suistability).
4) alur laut, dimanfaatkan untuk jalur pelayaran, alur pipa/kabel bawah
laut, dan alur migrasi biota laut.
3. Rencana Pengelolaan
Rencana pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (RPWP3K)
adalah rencana yang memuat susunan kerangka, kebijakan, prosedur, dan
tanggung jawab dalam rangka pengordinasian pengambilan keputusan di antara
berbagai lembaga/instansi pemerintah mengenai kesepakatan penggunaan sumber
daya atau kegiatan pembangunan di zona yang ditetapkan. Salah satu muatannya
adalah skala prioritas pemanfaatan sumber daya sesuai dengan karakteristik
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. RPWP3K berlaku selama 5 (lima) tahun dan
dapat ditinjau kembali sekurang-kurangnya 1 (satu) kali.

11
RPWP3K sebagaimana dimaksud pada ayat berfungsi untuk:
1) Mengatasi konflik dalam pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil
2) Arahan skala prioritas agar mampu mendorong pertumbuhan ekonomi
daerah
3) Kerangka prosedur dan tanggung jawab bagi pengambilan keputusan
4) Keterpaduan pengelolaan antar pemangku kepentingan
5) Melindungi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dari pencemaran dan
kerusakan lingkungan.

2.2 Teori Pusat-Pusat Kegiatan


Istilah pusat kegiatan sering kali tercantum di dokumen RTRW
Kab/Kota. Setiap RTRW yang dibuat memiliki kriteria-kriteria yang berbeda
berdasarkan karakteristik wilayah kabupaten/kota tersebut.
Berdasarkan peraturan pemerintah No. 13 Tahun 2017 tentang
perubahan atas peraturan pemerintah No. 26 Tahun 2008 Tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional, sistem perkotaan nasional terdiri dari :
1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) ditetapkan dengan kriteria :
• Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan
internasional
• Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat
kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa
provinsi
• Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi
• Kawasan perkotaan yang berada di pesisir yang berfungsi atau
berpotensi sebagai pelabuhan hub internasional dan pintu gerbang
ekspor hasil kegiatan kelautan dan perikanan.
2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) ditetapkan dengan kriteria :
• Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan
ekspor-impor yang mendukung PKN
• Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri
dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten

12
• Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi
yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten
• Kawasan perkotaan yang berada di pesisir yang berfungsi atau berpotensi
mendukung ekonomi kelautan nasional
3. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) ditetapkan dengan kriteria :
• Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri
dan jasa yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan
• Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi
yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan
• Kawasan perkotaan yang berada di pesisir yang berfungsi atau berpotensi
mendukung ekonomi kelautan lokal.

2.3 Kawasan Pesisir

2.3.1 Pengertian Kawasan Pesisir


Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara darat dan laut yang bagian
lautnya masih dipengaruhi oleh aktivitas daratan, seperti sedimentasi dan aliran air tawar,
dan bagian daratannya masih dipengaruhi oleh aktivitas lautan seperti pasang surut, angin
laut, dan perembesan air asin (Ketchum, 1972).
Definisi wilayah pesisir seperti yang sudah dijelaskan memberikan suatu pengertian
bahwa ekosistem pesisir merupakan ekosistem yang dinamis dan mempunyai kekayaan
habitat yang tinggi dan beragam, serta saling berinteraksi antara habitat tersebut. Selain
mempunyai potensi yang besar, wilayah pesisir juga merupakan ekosistem yang paling
mudah terkena dampak kegiatan manusia. Lebih lanjut, umumnya kegiatan pembangunan,
secara langsung maupun tidak langsung, dapat berdampak buruk bagi ekosistem pesisir.
Undang-Undang (UU) No. 27 Tahun 2007 sebagaimana telah diubah dengan UU No.1
Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil mendefinisikan
wilayah pesisir sebagai daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi
oleh perubahan di darat dan laut. Dalam konteks ini, ruang lingkup pengaturan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil meliputi daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut
yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut, ke arah darat mencakup wilayah
administrasi kecamatan dan ke arah laut sejauh 12 (dua belas) mil menurut batas yurisdiksi
suatu negara.

13
Karakteristik umum wilayah laut dan pesisir adalah sebagai berikut.
1. Pesisir merupakan kawasan yang strategis karena memiliki topografi yang relatif
mudah dikembangkan dan memiliki akses yang sangat baik (dengan memanfaatkan
laut sebagai “prasarana” pergerakan).
2. Pesisir merupakan kawasan yang kaya akan sumber daya alam, baik yang terdapat
di ruang daratan maupun ruang lautan, yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan manusia.

2.3.2 Zonasi Wilayah Pesisir


Setiap penggunaan pesisir pada wilayah pesisir memiliki pengelolaan yang
berbeda-beda, sehingga penentuan batas pesisir pun harus dilihat dari tujuan penggunaan
pesisir tersebut (Kay, Alder: 2002). Menurut Dahuri, dkk (2013) wilayah pesisir adalah
suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Apabila ditinjau dari garis pantai
(coastal line), maka suatu wilayah pesisir memiliki dua macam batas tegak lurus terhadap
garis pantai (cross-shore). sejauh ini belum ada kesepakatan, hal ini karena setiap pesisir
memiliki karakteristik lingkungan, sumber daya dan sistem pemerintahan tersendiri (khas).
Adapun penetapan arahan pemanfaatan kawasan pesisir berdasarkan kategori zona
pesisir sebagai berikut.

14
Tabel II. 1 Kawasan dan Zonasi Wilayah Pesisir

Prioritas Kegiatan
Kategori Zona Pemanfaatan UU No 1
Zona
Zona (Kawasan) UU Berdasarkan Peraturan Tahun 2014 tentang
(Kawasan) UU
Pengelolaan Pesisir dan Menteri Kelautan dan Perubahan Atas UU No.
Tata Ruang
Pulau-Pulau Kecil No. Perikanan No. 27 Tahun 2007 tentang
No. 26 Tahun
1 Tahun 2014 PER.16/MEN/2008 pasal Pengelolaan Wilayah
2007
15 Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil
Kawasan Rencana Kawasan 1. Pariwisata 1. Konservasi
Budidaya Pemanfaatan Umum 2. Pemukiman 2. Budi daya laut
3. Pertanian 3. Pertanian Organik
4. Hutan 4. Pendidikan dan
5. Pertambangan pelatihan
6. Perikanan Budidaya 5. Pariwisata
7. Perikanan Tangkap 6. Peternakan
8. Industri 7. Penelitian dan
9. Infrastruktur umum Pengembangan
10. Pemanfaatan Terbatas 8. Usaha Perikanan dan
sesuai dengan kelautan serta
karakteristik industri perikanan
biogeofisik lingkungan secara lestari
Kawasan Lindung Rencana Kawasan 1. Konservasi Perairan 9. Pertahanan dan
Konservasi 2. Konservasi Pesisir dan keamanan negara
Pulau-Pulau Kecil
3. Konservasi Maritim
4. Sempadan Pantai
Kawasan Khusus 1. Rencana Strategis 1. Pertahanan Keamanan
Wilayah Pesisir dan 2. Situs Warisan Dunia
Pulau-Pulau Kecil 3. Perbatasan dan Pulau-
(RSWP3K) Pulau Kecil Terluar
2. Rencana Zonasi
Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau kecil
(RZWP3K)
3. Rencana Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan
Pulau-pulau kecil
(RPWP3K)
4. Rencana Aksi
Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-
Pulau kecil
(RAPWP3K)

Sumber : Penulis (2021).

15
2.4 Pulau-Pulau Kecil
Pulau kecil merupakan habitat yang terisolasi dengan habitat lain sehingga
keterisolasian ini akan menambah keanekaragaman organisme yang hidup di pulau tersebut
serta dapat juga membentuk kehidupan yang unik di pulau tersebut. Selain itu pulau kecil
juga mempunyai lingkungan yang khusus dengan proporsi spesies endemik yang tinggi
bila dibandingkan dengan pulau kontinen. Akibat ukurannya yang kecil maka tangkapan
air (catchment) pada pulau ini yang relatif kecil sehingga air permukaan dan sedimen lebih
cepat hilang kedalam air. Jika dilihat dari segi budaya maka masyarakat pulau kecil
mempunyai budaya yang umumnya berbeda dengan masyarakat pulau kontinen dan
daratan (Dahuri, 1998).
Menurut UU No. 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Pesisir dan Pulau-pulau
Kecil adalah Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi kegiatan
perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian terhadap interaksi manusia
dalam memanfaatkan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta proses alamiah
secara berkelanjutan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan Masyarakat dan menjaga
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

2.5 Penelitian Terdahulu


Menurut Leedy (1997:71) berpendapat bahwa tinjauan pustaka adalah penjelasan
yang berisi tentang ungkapan-ungkapan penelitian sebelumnya yang memiliki kesamaan
dengan penelitian yang akan dilakukan. Hal ini berarti bahwa tinjauan pustaka adalah
penjelasan mengenai kemiripan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian terdahulu.
Berikut merupakan penelitian terdahulu yang membahas tentang kawasan pesisir dan
pulau-pulau kecil di suatu wilayah :
Tabel II. 2 Penelitian Terdahulu

Persamaan dan
Nama
Perbedaan
Penulis, Metode
No. Teori Hasil Penelitian penulisan skripsi
Jurnal dan Penelitian
dengan peneliti
Tahun
sebelumnya
1. Yusliana dan Penentuan pusat Analisis Berdasarkan hasil Persamaan
Mutiasari pertumbuhan deskriptif analisis yang penelitian
Kurnia Devi potensial dilakukan kuantitatif dilakukan dengan sebelumnya
(2020). Judul dengan melakukan dengan basis kombinasi antara dengan penelitian
: Interaksi kombinasi analisis analisis data analisis skalogram ini adalah
Wilayah skalogram, model sekunder dan dan model gravitasi kawasan yang
Pusat gravitasi, dan jumlah primer dengan mana saja dapat
Pertumbuhan serta sebaran digunakan mempertimbangkan dijadikan sebagai
Melalui penduduk. Selain dalam sebaran fasilitas dan pusat-pusat
Pendekatan itu, melakukan penelitian ini. kepadatan penduduk pertumbuhan,

16
Skalogram identifikasi terhadap Teknik analisis maupun jarak antar seperti pusat
dan pusat-pusat yang lokasi diketahui pertumbuhan
Gravitasi di pertumbuhan dipergunakan bahwa terdapat tiga primer,sekunder,
Wilayah potensial di wilayah terdiri dari kecamatan yang dan tersier
Pesisir pesisir selatan DIY analisis masing-masing berdasarkan
Daerah ini dilakukan dengan Skalogram memiliki potensi potensi di
Istimewa mempertimbangkan Guttman untuk sebagai pusat-pusat kawasan tersebut.
Yogyakarta. variabel konsentrasi mengukur pertumbuhan yaitu Sedangkan
sarana dan konsentrasi Pusat Pertumbuhan perbedaan
prasarana, sarana dan Primer, Pusat penelitian yang
aglomerasi prasarana dan Pertumbuhan dilakukan terletak
penduduk, serta analisis Sekunder dan Pusat pada objek yang
kekuatan interaksi gravitasi untuk Pertumbuhan dikaji. Misalkan
dengan pusat mengukur Tersier. daerah peneliti
pertumbuhan kekuatan lebih luas
eksisting di KPY. interaksi antara dibandingkan
Unit analisis yang kecamatan- dengan jurnal
dipergunakan adalah kecamatan di tersebut. Objek
kecamatan- kawasan pesisir peneliti memiliki
kecamatan di selatan DIY pulau-pulau kecil
wilayah pesisir DIY dengan pusat yang begitu
yang terdiri dari pertumbuhan banyak.
enam kecamatan di eksisting di
wilayah Kabupaten wilayah Kota
Gunungkidul, empat Yogyakarta.
kecamatan di
wilayah Kabupaten
Kulonprogo, serta
tiga kecamatan di
wilayah Kabupaten
Bantul. Analisis
terhadap ketiga
aspek pusat
pertumbuhan
tersebut
menghasilkan
kecamatan-
kecamatan yang
potensial untuk
menjadi pusat
pertumbuhan primer,
sekunder, dan tersier
di kawasan pesisir
selatan DIY.
2. Andrian Dengan tersedianya Dalam studi ini Memperlihatkan Persamaan
Libriyono suatu informasi dilakukan suatu bentuk model penelitian :
(2009). Judul spasial yang pembuatan geodata sharing mengintegrasikan
: Integrasi terintegrasi dan model untuk lebih kawasan pesisir
Data Spasial komprehensif baik sederhana mendorong adanya baik darat dan laut
dan Laut darat maupun laut, pemanfaatan komunikasi yang dalam upaya
“Studi akan menunjang fasilitas salah lebih baik antar perencanaan
Integrasi perencanaan satu simpul instansi pemerintah pengelolaan
Geodata pengelolaan dan IDSN untuk ataupun swasta yang kawasan pesisir.
sharing via pembangunan yang pembuatan peta dapat memfasilitasi Sedangkan
online GIS berkelanjutan. dasar yang suatu proses perbedaannya
services Dalam tulisan ini akan digunakan pengambilan ialah penelitian
sebagai akan disampaikan sebagai acuan keputusan yang integrasi data
Penunjang sebuah hasil studi dasar direncanakan secara spasial dan laut
Pengelolaan implementasi pengembangan matang dengan lebih memberikan
Wilayah integrasi data spasial dan dukungan informasi wawasan kepada

17
Pesisir”. darat dan laut pengelolaan spasial darat dan pemerintah
sebagai suatu contoh kawasan pesisir laut, dan pentingnya
integrasi data spasial Nusa Dua, Bali. pemanfaatan oleh peningkatan
darat dan laut, yang Asumsi yang publik salah satu dalam masalah
dapat digunakan digunakan layanan geodata teknis/kebijakan
dalam suatu adalah end user sharing geodata sharing
perencanaan telah memiliki BAKOSURTANAL secara nasional
pengelolaan zona data spasial yang merupakan guna dapat
daerah pesisir di batimetri dan salah satu simpul mempermudah
wilayah Nusa Dua, telah Infrastruktur Data mengintegrasikan
Bali. memprosesnya Spasial (IDS). Selain data spasial darat
Berdasarkan sedemikian itu juga, Penelitian dan laut
pemikiran di atas, rupa sehingga dan pengembangan khususnya di
perlu adanya suatu dihasilkan data lebih lanjut dan wilayah kawasan
contoh model grid kedalaman mendalam tentang pesisir Nusa Dua
implementasi dan kontur laut, integrasi data spasial Bali.
pemanfaatan tetapi darat dan laut sangat
fasilitas atau layanan dibutuhkan diperlukan untuk
geodata sharing data darat yang lebih memberikan
untuk digunakan cukup komplit, gambaran secara
dalam suatu kajian up to date di akurat dan
yang menunjang daerah tersebut. pemanfaatannya bagi
dalam perencanaan End user pembangunan yang
dan pengelolaan mendapatkan berkelanjutan.
pembangunan. suatu fasilitas
Dalam tulisan ini online geodata
diambil contoh sharing (berupa
kawasan Nusa Dua, GIS services)
Bali, dimana di yang dapat
daerah tersebut digunakan
merupakan daerah tanpa harus
pesisir dengan membeli data
segala dinamika dengan tujuan
lingkungan yang sebagai acuan.
ada, selain itu juga
terdapat berbagai
fasilitas umum yang
menunjang
pariwisata.
Diharapkan dengan
adanya suatu
visualisasi data
spasial yang
merupakan integrasi
data spasial darat
dan laut, akan
menambah kualitas
perencanaan dan
pengelolaan
kawasan pesisir
tersebut untuk
beberapa tahun
mendatang.

Sumber : Peneliti (2021).

18
BAB III
GAMBARAN UMUM

3.1 Kondisi Fisik Geografis


Wilayah penelitian integrasi spasial kawasan pesisir ini berada di Kabupaten
Morowali dengan jumlah 9 wilayah kecamatan dengan mengidentifikasi kawasan pesisir
dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Morowali.

3.1.1 Letak Geografis


Secara astronomis, wilayah Kabupaten Morowali terletak antara 010 31’12”
Lintang Selatan dan 030 46’48” Lintang Selatan serta antara 1210 02’24” Bujur Timur dan
1230 15’36” Bujur Timur, dengan batas-batas wilayah :
a. Sebelah utara : dengan Kabupaten Morowali Utara
b. Sebelah Selatan : dengan Provinsi Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan
c. Sebelah Barat : dengan Provinsi Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan
d. Sebelah Timur : dengan Kabupaten Perairan Teluk Tolo
Kabupaten Morowali memiliki 9 kecamatan, ialah Menui Kepulauan, Bungku
Selatan, Bahodopi, Bungku Timur, Bungku Pesisir, Bungku tengah, Bungku Barat, Bumi
Raya, dan Wita Ponda.
Tabel III. 1 Luas Daerah dan Jumlah Pulau Menurut Kecamatan di Kabupaten
Morowali, 2020

No. Kecamatan Luas (Km2) Persentase (%) Jumlah Pulau


1. Menui Kepulauan 223,63 4,09 15
2. Bungku Selatan 403,90 7,38 22
3. Bahodopi 1.080,98 19,75 7
4. Bungku Pesisir 867,29 15,85 -
5. Bungku Tengah 725,57 13,26 -
6. Bungku Timur 387,23 7,08 -
7. Bungku Barat 758,93 13,87 -
8. Bumi Raya 504,77 9,22 -
9. Wita Ponda 519,70 9,50 -
Jumlah 5.472,00 100,00 44
Sumber : BPS (Kabupaten Dalam Angka)

19
3.1.2 Iklim
Rata-rata jumlah curah hujan dan hari hujan menurut bulan di Kabupaten
Morowali, tahun 2019-2020.
Tabel III. 2 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Menurut Bulan di Kabupaten
Morowali, 2019-2020

Tahun 2019 – 2020


No.
Bulan Curah Hujan (mm) Hari Hujan

1. Januari 290,50 15
2. Februari 174,40 17
3. Maret 261,90 18
4. April 242,00 23
5. Mei 222,80 20
6. Juni 223,20 17
7. Juni 291,40 22
8. Agustus 125,00 13
9. September 249,10 19
10. Oktober 407,60 20
11. November 256,80 15
12. Desember 63,10 19
Sumber : BPS (Kabupaten Dalam Angka)

3.1.3 Ketinggian Wilayah dan Jarak ke Ibu Kota


Berdasarkan elevasi (ketinggian ibukota tiap kecamatan dari permukaan laut),
dataran kecamatan di Kabupaten Morowali terdiri dari :
a. 0 m – 100 m = 100 %
b. 101 m – 500 m = 0 %
c. 501 m -1000 m = 0 %
d. 1000 m = 0 %
Sedangkan Jarak antara Ibukota Kabupaten (Kelurahan Marsaoleh Kecamatan
Bungku Tengah) ke Ibukota Kecamatan :
a. Bungku Tengah – Menui Kepulauan : 99 mil laut
b. Bungku Tengah – Bungku Selatan : 64 mil laut
c. Bungku Tengah – Bahodopi : 41 km
d. Bungku Tengah – Bungku Pesisir : 75 km
e. Bungku Tengah – Bungku Timur : 18 km
f. Bungku Tengah – Bungku Barat : 27 km

20
g. Bungku Tengah – Bumi Raya : 48 km
h. Bungku Tengah – Wita Ponda : 61 km
Tabel III. 3 Tinggi Wilayah dan Jarak ke Ibu Kota Menurut Kecamatan di
Kabupaten Morowali, 2020

No. Kecamatan Ibukota Kecamatan Jarak ke Ibukota Tinggi (m)


Kabupaten
1. Menui Kepulauan Ulunambo 160 2,00
2. Bungku Selatan Kaleroang 103 4,00
3. Bahodopi Bahodopi 41 2,00
4. Bungku Pesisir Lafeu 75 4,00
5. Bungku Tengah Marsaoleh 0 2,00
6. Bungku Timur Kolono 18 7,00
7. Bungku Barat Wosu 27 2,00
8. Bumi Raya Bahonsuai 48 2,00
9. Wita Ponda Lantula Jaya 61 11,00
Sumber : BPS (Kabupaten Dalam Angka)

3.2 Kondisi Kependudukan


Penduduk kabupaten morowali berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2020
sebanyak 161.727 jiwa yang terdiri atas 89.174 jiwa penduduk laki-laki dan 72.553 jiwa
penduduk perempuan. Dibandingkan dengan proyeksi jumlah penduduk tahun 2018,
penduduk Kabupaten Morowali mengalami pertumbuhan sebesar 1,68 persen. Sementara
itu, besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2020 penduduk laki-laki terhadap penduduk
perempuan sebesar 122,9.
Kepadatan penduduk di kabupaten morowali tahun 2020 mencapai 23 jiwa/km2.
Kepadatan penduduk di 9 kecamatan cukup beragam dengan kepadatan penduduk
tertinggi terletak di kecamatan menui kepulauan dengan kepadatan sebesar 61 jiwa/km 2
dan terendah di kecamatan bungku pesisir sebesar 6 jiwa/km2.
Tabel III. 4 Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan di
Kabupaten Morowali, 2020

Jenis Kelamin
Kecamatan Rasio Jenis Kelamin
Laki-Laki Perempuan Jumlah
Menui Kepulauan 6.623 6.609 13.232 100,2
Bungku Selatan 7.121 6.793 13.914 104,8
Bahodopi 24.044 13.278 37.322 181,1
Bungku Pesisir 3.526 3.099 6.625 113,8
Bungku Tengah 15.661 13.641 29.302 114,8

21
Bungku Timur 6.322 5.739 12.061 110,2
Bungku Barat 7.532 6.529 14.061 115,4
Bumi Raya 7.576 6.948 14.524 109,0
Wita Ponda 10.769 9.917 20.686 108,6
Jumlah 89.174 72.553 161.727 112,9
Sumber : BPS (Kabupaten Dalam Angka)

Tabel III. 5 Penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk, Distribusi Persentase,


Kepadatan Penduduk di Kabupaten Morowali, 2020

Laju Pertumbuhan
Persentase Kepadatan Penduduk
Kecamatan Penduduk Penduduk per Tahun
Penduduk per Km2
2010-2020
Menui Kepulauan 13.232 0,991 8,18 59,17
Bungku Selatan 13.914 0,021 8,60 34,45
Bahodopi 37.322 0,811 23,08 34,53
Bungku Pesisir 6.625 - 4,10 7,64
Bungku Tengah 29.302 0,995 18,12 40,38
Bungku Timur 12.061 - 7,46 31,15
Bungku Barat 14.061 0,966 8,69 18,53
Bumi Raya 14.524 0,976 8,98 28,77
Wita Ponda 20.686 0,980 12,79 39,80
Jumlah 161.727 0,953 100 29,56
Sumber : BPS (Kabupaten Dalam Angka)

3. 3 Kondisi Sarana dan Prasarana

3.3.1 Sarana dan Prasarana Pendidikan


Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling fundamental, baik dalam
kehidupan masyarakat maupun bagi pembangunan suatu negara. Oleh karena itu, kondisi
pendidikan perlu selalu ditingkatkan dalam rangka memperbaiki bibit-bibit penerus
bangsa.
Secara keseluruhan data pendidikan tahun 2020 di Kabupaten Morowali
menggambarkan jumlah Taman Kanak-Kanak di kabupaten morowali sebanyak 124 unit
sekolah dengan rincian 8 TK Negeri dan 117 Swasta. Adapun jumlah Raudatul Athfal
(RA) di Kabupaten Morowali adalah 4 unit sekolah RA swasta. Begitu pula dengan jumlah
Sekolah Dasar, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi yang ada di wilayah kabupaten
morowali.

22
Tabel III. 6 Jumlah Sekolah Tingkat TK, SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi
Menurut Status Sekolah di Kabupaten Morowali, 2020

Jumlah Sekolah di Kabupaten Morowali


Status
TK SD SMP SMA Perguruan Tinggi
Negeri 8 138 18 8 2
Swasta 117 15 13 1 -
Jumlah 124 153 31 9 2
Sumber : BPS (Kabupaten Dalam Angka)

3.3.2 Sarana dan Prasarana Kesehatan


Pada tahun 2020, Kabupaten Morowali memiliki 3 rumah sakit yaitu di Kecamatan
Bungku Tengah dan Bungku Selatan. Selain itu juga terdapat 11 puskesmas, 26 pustu, 25
apotek dan poliklinik sebanyak 8 yang berada di wilayah ini.
Tabel III. 7 Jumlah Sarana dan Prasarana Kesehatan Menurut Kecamatan di
Kabupaten Morowali, 2020

Rumah Rumah Sakit Puskesmas


Kecamatan Poliklinik Puskesmas Apotek
Sakit Bersalin Pembantu
Menui Kepulauan - - - 1 7
Bungku Selatan 2 - - 1 4
Bahodopi - - 1 3 2 8
Bungku Pesisir - - - 1 3
Bungku Tengah 1 - 5 1 1 9
Bungku Timur - - - 1 1 1
Bungku Barat - - - 1 3
Bumi Raya - - - 1 2 4
Wita Ponda - - 2 1 3 3
Jumlah 3 8 11 26 25
Sumber : BPS (Kabupaten Dalam Angka)

3.3.3 Sarana dan Prasarana Peribadatan


Pemerintah kabupaten morowali dari tahun ke tahun selalu mencoba untuk
meningkatkan ukuran dan fasilitas peribadatan serta memberikan rasa aman bagi umat
beragama dalam menjalankan keyakinannya. Kehidupan beragama di Kabupaten Morowali
tumbuh dan berkembang seperti yang diharapkan. Hal ini bisa dilihat dari jumlah sarana
dan prasarana yang dibangun oleh pemerintah daerah.

23
Tabel III. 8 Jumlah Tempat Peribadatan Menurut Kecamatan di Kabupaten
Morowali, 2020

Gereja Gereja
Kecamatan Masjid Musholla Pura Vihara
Protestan Katolik
Menui Kepulauan 25 - - - - -
Bungku Selatan 30 - - - - -
Bahodopi 21 8 3 1 3 -
Bungku Pesisir 13 1 - - 2 -
Bungku Tengah 32 15 1 - - -
Bungku Timur 9 7 1 - 1 -
Bungku Barat 25 15 - - 5 -
Bumi Raya 17 21 1 - -
Wita Ponda 25 26 7 2 12 2
Jumlah 197 93 13 3 24 2
Sumber : BPS (Kabupaten Dalam Angka (2021)

3.3.4 Sarana dan Prasarana Transportasi


Sarana transportasi yang memadai sangat menunjang aktivitas masyarakat. Salah
satu infrastruktur yang penting untuk mendukung kelancaran aktivitas adalah jalan. Pada
tahun 2020 total panjang jalan di Kabupaten Morowali mencapai 1.897 Km. Permukaan
jalan yang sudah diaspal adalah sepanjang 162,83 km, sedangkan jalan yang belum diaspal
di Kabupaten Morowali adalah sepanjang 337,96 km, dan lainnya sepanjang 216,61 km.
Kondisi jalan di Kabupaten Morowali belum semuanya baik. Jalan dengan kondisi
baik adalah 19,97 persen dari panjang jalan keseluruhan. Kondisi jalan yang sedang (masih
dikategorikan sedikit rusak) hanya 14,69 persen. Sedangkan jalan yang rusak masih
tergolong banyak yaitu 22,77 persen dan yang tergolong rusak berat sebesar 42,57 persen.
Tabel III. 9 Panjang Jalan Menurut Kecamatan dan Jenis Permukaan Jalan di
Kabupaten Morowali (Km), 2020

Jenis Permukaan Jalan


Kecamatan
Aspal Tidak diaspal Lainnya Jumlah Total
Menui Kepulauan - 43,15 31,77 74,92
Bungku Selatan 2,20 30,30 20,70 53,20
Bahodopi 14,47 21,39 5,84 41,70
Bungku Pesisir 2,60 23,20 51,30 77,10
Bungku Tengah 43,51 52,57 10,97 107,05
Bungku Timur 10,53 49,17 1,00 60,70
Bungku Barat 13,82 32,76 4,72 51,30
Bumi Raya 14,75 74,70 2,80 92,25

24
Wita Ponda 35,50 123,08 0,60 159,18
Jumlah 137,38 450,32 129,7 717,40
Sumber : BPS (Kabupaten Dalam Angka)

3.4 Kondisi Ekonomi Kabupaten Morowali


Secara topografi, wilayah kabupaten Morowali yang terdiri atas pegunungan,
daratan, dan perairan menjadikan wilayah ini memiliki potensi sumber daya alam yang
besar untuk dikelola. Sumber daya alam yang dimiliki oleh kabupaten Morowali terdiri
dari beberapa sektor di antaranya adalah :

3.4.1 Pertanian
Sektor pertanian dan perkebunan merupakan sektor andalan di Kabupaten
Morowali karena sebagian penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Sektor
pertanian di Kabupaten Morowali berkontribusi sebesar 8,83% dalam perekonomian di
wilayah ini yang didominasi tanaman pangan dan holtikultura seperti padi, palawija serta
buah-buahan. Pertanian menjadi salah satu lokomotif andalan di kabupaten Morowali,
pemerintah daerah memberi perhatian yang besar terhadap peningkatan produksi padi
sawah. Berbagai regulasi lunak diciptakan untuk mendorong upaya ini, pelatihan dan
pengembangan kemampuan petani serta penerapan teknologi tepat guna juga dilaksanakan.
Pada sektor pertanian kontribusi utamanya terletak pada tanaman pangan khususnya
produksi padi di kabupaten Morowali cukup tinggi.

3.4.2 Perkebunan
Tanaman Perkebunan yang ada di Kabupaten Morowali didominasi oleh tiga
komoditi yaitu kelapa sawit, kakao, dan kelapa. Disamping tiga komoditi tersebut juga
ditanam jenis-jenis tanaman perkebunan lainnya seperti cengkeh, pala, lada dan kopi.
Perkebunan kelapa sawit merupakan komoditi perkebunan terbesar luas area dan
produksinya di Kabupaten Morowali. Pada tahun 2020, luas tanam perkebunan kelapa
sawit seluas 10.781 ha dengan jumlah produksi sebanyak 80.148.900 ton. Tanaman
perkebunan kelapa sawit terbesar terdapat di Kecamatan Bungku Barat sebesar 10.181 ha.
Selain itu, Perkebunan Kakao di Kabupaten Morowali seluas 2.813 ha dengan jumlah
produksi sebanyak 697.170 ton. Sedangkan tanaman perkebunan kelapa di Kabupaten
Morowali sebanyak 1.578,5 ha dengan nilai produksi 1.163.225 ton.

25
Tabel III. 10 Jenis Tanaman, Luas Area Tanaman Perkebunan, dan Produksi
Perkebunan di Kabupaten Morowali, 2020

Jenis Tanaman Luas Areal (ha) Produksi (ton)


Kelapa Sawit 10.781 80.148.900
Kelapa 1.578,5 1.163.225
Karet 8 -
Kopi 97,5 23.477,5
Kakao 2.817 697.170
Tebu - -
Teh - -
Tembakau - -
Sumber : BPS (Kabupaten Dalam Angka)

3.4.3 Kelautan dan Perikanan


Berdasarkan data pemerintah setempat, Kabupaten Morowali memiliki wilayah
perairan 11.399,54 Km2 dan panjang garis pantai 804,7 Km serta terdapat 125 pulau kecil.
Dari jumlah pulau-pulau kecil dimaksud, sebanyak 22 pulau berpenduduk dengan
karakteristik wilayah perairan yang terkandung didalamnya. Statistik menunjukkan,
Kabupaten Morowali yang wilayahnya mencangkup sebagian besar Teluk Tolo kini
menjadi produsen rumput laut tersebar di Sulawesi Tengah. Tercatat, Teluk Tolo
menyumbang produksi rumput laut sekitar 70 persen dari total produksi sulawesi tengah
tahun 2010 yang sebanyak 790.000 ton basah. Kabupaten Morowali memang giat-giatnya
mengembangkan budi daya rumput laut jenis gracilaria di areal pertambakan ikan bandeng
yang dimotori oleh perusahaan swasta. Ada beberapa alasan mengapa Teluk Tolo layak
dijadikan pusat pengembangan rumput laut, yakni potensinya yang besar, yakni cottoni dan
gracilaria, serta komitmen pemerintah Kabupaten setempat dalam pengembangan
komoditas kelautan. Sedangkan untuk perikanan, pada tahun 2020 Kabupaten Morowali
produksi perikanan sebanyak 32.203,2 ton menurun dibanding tahun sebelumnya yaitu
sebesar 38.573,7 ton. Produksi tersebut semua terdiri dari perikanan laut.
Tabel III. 11 Produksi Perikanan Tangkap Menurut Kecamatan dan Subsektor di
Kabupaten Morowali (ton), 2019 dan 2020

Perikanan Laut Perairan Umum


Kecamatan
2019 2020 2019 2020
Menui Kepulauan 5434,9 5.532,0 - -
Bungku Selatan 22.048,0 16.821,2 - -
Bahodopi 166,6 182,4 - -

26
Bungku Pesisir 1.258,1 1.158,6 - -
Bungku Tengah 5.829,8 5.135,1 - -
Bungku Timur 594,3 573,7 - -
Bungku Barat 1.300,4 1.015,3 - -
Bumi Raya 404,2 417,4 - -
Wita Ponda 1.537,4 1.367,5 - -
Jumlah 38.573,7 32.203,2 - -
Sumber : BPS (Kabupaten Dalam Angka)

3.4.4 Pertambangan
Pada sektor pertambangan, kabupaten Morowali menyimpan deposit tambang yang
cukup besar. Seperti minyak bumi, nikel, besi, dan kromium. Untuk nikel Morowali
memiliki luas areal 150.000 Ha, lokasinya menyebar hampir di sebagian wilayah morowali
dengan cadangan diperkirakan akan sampai 8 juta WMT. Untuk kromit yang merupakan
bahan galian yang banyak digunakan dalam industri baja dan industri bahan kimia,
cadangannya diperkirakan mencapai 1 juta ton terdapat di kecamatan Bungku Tengah dan
kecamatan Bungku Barat. Begitu juga dengan batu gamping yang cadangannya mencapai
30 juta meter kubik dengan luas area 25 ha yang berada di kecamatan Bungku Selatan.
Saat ini tercatat sekitar 21 perusahaan baik penanaman modal asing (PMA) maupun
penanaman modal dalam negeri (PMDN) telah memperoleh izin eksplorasi tambang di
kabupaten Morowali.
Tabel III. 12 Potensi Pertambangan dan Energi Kabupaten Morowali, 2017

No. Jenis Bahan Tambang/Galian Luas Area (Ha) Lokasi Tambang


1. Minyak Bumi dan Gas alam - -
2. 142.000 Menui Kepulaun, Bungku Pesisir.
Bahodopi, Bungku Timur, Bungku
Nikel
Tengah, Bungku Barat, Bumi Raya
dan Wita Ponda
3. Kromit 5.729 Bungku Barat
4. Marmer - -
Jumlah 147.729
Sumber : Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Morowali)

Dari gambaran tabel di atas, pengelolan lahan pertambangan di dominasi oleh


sumber daya alam nikel yang tersebar hampir di seluruh wilayah kabupaten Morowali.
Pengelolaan kawasan pertambangan merupakan bagian dari proses upaya merubah
kekuatan ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil.

27
Menurut data Kabupaten Morowali Dalam Angka tahun 2021, PDRB atas dasar
harga konstan 2010 Kabupaten Morowali tahun 2020 mengalami peningkatan 2,11 persen
dari tahun sebelumnya. Kondisi ini mengalami percepatan dibandingkan dengan
pertumbuhan tahun sebelumnya yaitu 12,40 persen. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada
sektor industri pengolahan yakni sebesar 35,72 persen, diikuti oleh sektor pertambangan
dan penggalian sebesar 34,40 persen.

3.4.5 Peternakan
Ternak Besar dan Kecil di Kabupaten Morowali terdiri dari sapi potong, kambing,
babi, kuda, kerbau. Pada tahun 2020, populasi ternak terbesar adalah kambing sebanyak
16.608 ekor, kemudian sapi potong 7.931 ekor, dan babi 4.162 ekor. Sementara Itu,
populasi unggas terdiri dari ayam pedaging 343.836 ekor, ayam kampung 101.926 ekor,
itik 41.532 ekor, dan ayam petelur 31.918 ekor.
Tabel III. 13 Populasi Ternak Menurut Kecamatan dan Jenis Ternak di Kabupaten
Morowali, 2020

Kecamatan Sapi Potong Kerbau Kuda Kambing Domba Babi


Menui Kepulauan - - - 1.127 - -
Bungku Selatan 60 - - 2.024 - -
Bahodopi 1.236 145 - 1.774 - -
Bungku Pesisir 181 13 - 1.373 - -
Bungku Tengah 1.731 47 5 3.379 - -
Bungku Timur 1.061 131 3 1.823 - -
Bungku Barat 1.972 - - 2.246 - 199
Bumi Raya 712 - - 1.083 - 226
Wita Ponda 978 - - 1.779 - 3.737
Jumlah 7.931 336 8 16.608 - 4.162
Sumber : BPS (Kabupaten Dalam Angka) atau Dinas Pertanian dan Ketahan Pangan Kabupaten Morowali

Tabel III. 14 Populasi Unggas Menurut Kecamatan dan Jenis Unggas

Ayam Itik/Itik M
Kecamatan Ayam Petelur Ayam Pedaging
Kampung anila
Menui Kepulauan 19.935 - 355
Bungku Selatan 7.732 - - 1.433
Bahodopi 9.893 6.930 168.080 2.820
Bungku Pesisir 4.175 - 7.142 1.577
BungkuTengah 13.783 1.289 90.260 2.536
BungkuTimur 8.667 3.458 30.420 13.566
Bungku Barat 18.587 20.241 35.310 5.837

28
Bumi Raya 2.830 - 5.422 5.915
Wita Ponda 16.324 - 7.202 7.493
Jumlah 101.926 31.918 343.836 41.532
Sumber : BPS (Kabupaten Dalam Angka) atau Dinas Pertanian dan Ketahan Pangan Kabupaten Morowali

3.4.6 Pariwisata
Kabupaten Morowali memiliki potensi pariwisata yang beragam, mulai dari wisata
alam, wisata bahari, wisata budaya bahkan wisata kuliner yang cukup beragam. Pariwisata
di kabupaten Morowali lebih diarahkan untuk pengembangan pariwisata dalam rangka
peningkatan pertumbuhan ekonomi, sehingga dapat membuka lapangan kerja dan mampu
meningkatkan pendapatan masyarakat serta pendapatan asli daerah. Di kabupaten
Morowali terdapat beberapa jenis objek wisata bahari seperti pantai pasir putih dan
beberapa pulau (pulau sambori dan pulau koikoila) yang terdapat di kecamatan Menui
Kepulauan. Kemudian, wisata budaya seperti peninggalan makam Raja Bungku yang
terdapat di Kecamatan Bungku Tengah. Sedangkan wisata alam seperti air terjun, hutan
mangrove yang juga terletak di Kecamatan Bungku Tengah. Pemerintah kabupaten
Morowali saat ini sangat gencar dalam melakukan promosi di bidang pariwisatanya, hal ini
ditandai dengan banyak dilaksanakannya acara-acara wisata seperti pada tahun 2015
diadakan acara Festival Bajo Pasakayyang yang diselenggarakan di dermaga pulau
Kaleroang di Kecamatan Bungku Selatan, ribuan kapal hias memenuhi dermaga dalam
upaya pemecahan rekor MURI untuk rangkaian karnaval perahu terpanjang di Indonesia.
Festival ini bertujuan untuk memperkenalkan kebudayaan asli suku Bajo dan sekaligus
mempromosikan pariwisata dalam upaya menarik wisatawan lokal maupun mancanegara.

3.5 Pusat-Pusat Kegiatan Kabupaten Morowali


Berdasarkan peraturan pemerintah No. 13 Tahun 2017 tentang
perubahan atas peraturan pemerintah No. 26 Tahun 2008 Tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional, Sistem Perkotaan Nasional terdiri dari :
1) Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
2) Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
3) Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Morowali harus menggambarkan
arahan struktur ruang wilayah nasional dan wilayah provinsi yang ada di wilayah
Kabupaten Morowali. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Sulawesi Tengah, di Kabupaten Morowali tidak ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan

29
Nasional (PKN) maupun penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN), tetapi masuk
dalam Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).
Pusat kegiatan di wilayah Kabupaten Morowali merupakan simpul pelayanan
sosial, budaya, ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat di wilayah kabupaten, yang
terdiri atas :
1) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Kabupaten Morowali, yaitu Bungku di Kecamatan
Bungku Tengah
2) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa, terdiri atas :
a) Padei Darat di Kecamatan Menui Kepulauan
b) Padei Laut di Kecamatan Menui Kepulauan
c) Samarenga di Kecamatan Menui Kepulauan
d) Bahodopi di Kecamatan Bahodopi
e) Bahonsuai di Kecamatan Bumi Raya
f) Lantula Jaya di Kecamatan Wita Ponda
g) Baturube di Kecamatan Bungku Utara.
3) Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala antar desa, terdiri atas :
a) Bente di Kecamatan Bungku Tengah
b) Bahomohoni di Kecamatan Bungku Tengah
c) Puntari Makmur di Kecamatan Bumi Raya
d) Salonsa Jaya di Kecamatan Wita Ponda
e) Tokala atas di Kecamatan Bungku Utara.
4) Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) merupakan wilayah yang terdiri dari pusat-
pusat kecamatan, biasanya berfungsi sebagai penunjang PKW. Kawasan
perkotaan di wilayah ini memiliki fungsi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa
yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan; dan kawasan perkotaan
di wilayah ini sebagai simpul transportasi yang melayani skala kabupaten atau
beberapa kecamatan, yaitu Wosu di Kecamatan Bungku Barat, Kaleroang di
Kecamatan Bungku Selatan, dan Ulunambo di Kecamatan Menui Kepulauan.

3.6 Zonasi Pemanfaatan Ruang Wilayah Pesisir Kabupaten Morowali


Kabupaten Morowali telah maju selangkah dengan melakukan inisiatif penyusunan
zonasi peamanfaatan ruang wilayah pesisir. Gagasan besar ini terwujud dalam dokumen

30
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP3K). Morowali yang
dijabarkan kedalam indikasi program utama penataan/pengembangan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil Kabupaten Morowali dalam jangka waktu perencanaan lima tahun
hingga akhir tahun perencanaan (20 tahun).
Secara umum, arahan pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
Kabupaten Morowali secara sistematis mengkaji opsi-opsi pemanfaatan sumber daya.
Keputusan-keputusan penggunaan sumber daya yang bersifat permanen (irreversible)
harus dibatasi sedapat mungkin dan dipertimbangkan secara hati-hati.
Pembuatan zonasi itu sangatlah penting, yaitu berfungsi sebagai acuan bagi
pemerintah dan masyarakat dalam pemrograman penataan/pengembangan wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil Kabupaten Morowali, sebagai arahan dalam penyusunan program
sektoral (besaran, lokasi, sumber pendanaan, instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan),
dan tentunya sebagai dasar estimasi kebutuhan pembiayaan setiap jangka waktu lima
tahun. Bagi masyarakat umum, zonasi itu berguna sebagai acuan dalam melakukan
intervensi.
Berikut ini enam jenis zonasi yang ditetapkan Pemerintah Kabupaten Morowali:
3.6.1 Zona Budidaya Laut
Tujuan dibuatnya zona budidaya laut adalah untuk pengembangan budidaya laut
berbasis ekosistem perairan lestari (aspek keberlanjutan) sehingga tercipta peningkatan
pendapatan ekonomi masyarakat dan pemerintah daerah dari hasil budidaya perairan dan
produk ikutannya (aspek ekonomi) dan membuka lapangan kerja yang bagus (aspek
sosial). Penggunaan yang diizinkan adalah kegiatan budidaya itu sendiri, kegiatan
penyediaan sarana produksi pengolahan antara pascapanen dan gudang penampungan.
Zonasi itu ditetapkan dengan mempertimbangkan bahwa pada lokasi itu masyarakat
telah mencoba mengembangkan budidaya laut untuk komoditas rumput laut dan kerapu,
potensi pengembangan budidaya laut sangatlah besar, baik dari segi daya dukung lahan
maupun daya serap pasar, kegiatan budidaya telah memberikan kontribusi nyata terhadap
peningkatan pendapatan masyarakat.
Untuk memastikan zonasi budidaya laut berkelanjutan, masyarakat dan pemerintah
harus menentukan batas-batas kegiatan pemanfaatan laut, seperti jalur pelayaran, dermaga,
daerah penangkapan ikan, dan aktivitas lainnya. Termasuk didalam upaya itu adalah
pemerintah dan masyarakat harus melarang dan memberikan sanksi terhadap kegiatan yang
dapat dan diduga merusak lingkungan, seperti penambangan karang dan penangkapan ikan
destruktif.

31
3.6.2 Zona Penangkapan Ikan Tradisional
Tujuan dibuatnya zona budidaya laut adalah untuk pengembangan budidaya laut
berbasis ekosistem perairan lestari (aspek keberlanjutan) sehingga tercipta peningkatan
pendapatan ekonomi masyarakat dan pemerintah daerah dari hasil budidaya perairan dan
produk ikutannya (aspek ekonomi) dan membuka lapangan kerja yang luas (aspek sosial).
Pengaturan yang dilakukan di zona ini adalah, izin menangkap ikan pada daerah
feeding ground bukan pada nesting, spawning, nursery ground, dan protected area, dan
bukan pada sekitar usaha budidaya, menangkap ikan bukan pada saat musim kawin dan
musim bertelur (non spawning session), serta hanya boleh menggunakan alat tangkap
selektif untuk menangkap biota laut yang sudah masuk ukuran ekonomis. Untuk itu,
masyarakat dan pemerintah harus menyepakati lokasi pemasangan bagan, sero, jaring, dan
berbagai alat tangkap pasif lainnya sehingga tidak terjadi konflik pemanfaatan lahan.
Selain itu, disepakati bahwa semua bagian perairan dapat dijadikan sebagai daerah
penangkapan ikan kecuali pada kawasan alur pelayaran dan area budidaya laut.

3.6.3 Zona Wisata Bahari


Maksud zona wisata bahari Kabupaten Morowali adalah mengembangkan
pariwisata bahari menurut asas pemanfaatan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Tujuan zona ini adalah menyediakan sarana rekreasi yang
terjangkau indah, aman, dan nyaman, yang dapat memberikan kontribusi dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat, terutama yang berdomisili di sekitar kawasan. Objek wisata
bahari dapat dipadukan dengan objek wisata daratan. Selain itu, pengembangan objek
wisata bahari selain mengutamakan ekonmi dan estetika kawasan, juga harus
memperhatikan perlindungan kawasan dari kemungkinan bencana dan gangguan
kamtibmas.
Pengunaan yang diizinkan adalah hanya jika penyediaan sarana dan prasarana
penunjang pariwisata bahari tetap memperhatikan aspek kelestarian dan keasrian
lingkungan pantai/pesisir/laut dan tatanan sosial budaya masyarakat setempat serta
meningkatkan kegiatan ekonomi kerakyatan di sekitar kawasan wisata bahari. Syarat lain
adalah memiliki konsitensi pemilihan jenis wisata bahari disesuaikan dengan kondisi dan
daya dukung estetika yang dimiliki oleh kawasan serta setiap kegiatan masyarakat yang
mengembangkan ekonomi mikro dan usaha jasa lainnya harus tetap mengedepankan nilai-
nilai agama, budaya, dan kearifan lokal (adat).

32
3.6.4 Zona Permukiman Nelayan
Rencana zona permukiman nelayan Kabupaten Morowali adalah suatu kawasan
homogen nelayan sehingga dapat dilakukan kontrol usaha dan evaluasi tingkat
kesejahteraan. Tujuan penetapan zona adalah terwujudnya kawasan permukiman yang
sehat dan berwawasan lingkungan dengan penggunaan yang diizinkan adalah sebagai
perumahan nelayan, sarana dan prasarana (skala kecil/industri rumah tangga) penunjang
usaha perikanan. Zona ini dicari dan ditetapkan dengan mengacu pada lokasi zona
permukiman nelayan dan harus memenuhi standar kesehatan dan dilengkapi dengan
berbagai sarana dan prasarana penunjang aktivitas keseharian nelayan.

3.6.5 Zona Pelabuhan Terpadu


Penentuan zona pelabuhan terpadu Kabupaten Morowali adalah untuk menciptakan
kawasan pelabuhan terpadu yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi secara tepat
serta mewujudkan kawasan pelabuhan sebagai pertumbuhan ekonomi masyarakat pesisir
secara luas tanpa merusak fungsi ekosistem di sekitarnya (aspek berkelanjutan),
peningkatan taraf hidup masyarakat (aspek ekonomi), dan memperluas lapangan pekerjaan
(aspek sosial).
Penggunaan zona pelabuhan terpadu yang diizinkan adalah pembangunan
pelabuhan/dermaga, pembangunan sarana dan prasarana pelabuhan/dermaga, dan aktivitas
bongkar muat barang dan penumpang dari dan ke atas kapal.
Zonasi pelabuhan terpadu di Kabupaten Morowali menjadi prioritas karena
senantiasa mengalami pertumbuhan yang sangat cepat seiring dengan majunya peradaban
manusia dari tahun ke tahun. Selain itu, perkembangan pelabuhan beserta seluruh fasilitas
pendukungnya selain dapat meningkatkan pendapatan daerah dan devisa negara juga
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat yang terlibat langsung maupun
tidak langung dalam pengelolaan dan pemanfaatan. Yang patut diingat, kaidah
keberlanjutan dan kelestarian harus mendapat prioritas dalam pengembangan pelabuhan
dengan meminimalkan segala aspek pencemaran dan degradasi lingkungan lainnya.

3.6.6 Zona Industri Terpadu


Zona industri terpadu antara lain terdapat di dalamnya adalah industri sarana dan
prasarana perikanan/kelautan, industri pengolahan pasca panen pelabuhan perikanan
industri coalstrage, dan industri pendukung lainnya. Maksud dibuatnya zona industri
terpadu adalah untuk menciptakan kawasan terpadu untuk mendukung aktivitas

33
peningkatan produksi serta nilai jual hasil perikanan dan kelautan serta mewujudkan iklim
usaha perikanan dan kelautan yang andal, berdaya saing, berkesinambungan, dan
berwawasan lingkungan.
Penggunaan yang diizinkan adalah pembangunan pembangunan pendukung usaha
perikanan dan kelautan, seperti dermaga, TPI, coalstrage, industri pengolahan pascapanen
dan berbagai fasilitas lainnya.
Pedoman penggunaan zona Industri Terpadu adalah harus memperhatikan
perkembangan kota dan Kompleksitas pemanfaatan lahan pesisir serta daya dukung lahan
dan sosial ( pemerintah dan masyarakat). Hal yang tidak kalah pentingnya adalah sedapat
mungkin kawasan ini memberikan kontribusi nyata Terhadap Peningkatan pendapatan
masyarakat nelayan, petani ikan, pelaku perikanan lainnya, serta masyarakat luas. Di
samping itu, diharapkan kawasan ini mampu menjadi di sebuah kawasan perikanan modern
bernilai ekonomi dan estetika yang tinggi.

34
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Pendekatan Penelitian


Analisis deskriptif kuantitatif dengan basis analisis data sekunder dan primer
digunakan dalam penelitian ini. Lokasi penelitian terletak di Kabupaten Morowali dengan
unit analisis wilayah yang mempunyai 9 kecamatan. Setiap kecamatan memiliki
karakteristik yang berbeda. Data yang digunakan berupa data sekunder, kekuatan interaksi
pusat kegiatan, ketersediaan fasilitas kelengkapan sarana dan prasarana untuk menunjang
kegiatan ekonomi masyarakat, potensi ekonomi merupakan sektor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi dan potensi yang dimiliki di wilayah pesisir kabupaten morowali,
dan potensi wilayah merupakan potensi sektoral maupun spasial yang ada pada wilayah
pesisir kabupaten morowali. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan
Kabupaten Morowali Dalam Angka Tahun 2021. Selain itu juga data pendukung seperti
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Morowali , Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Morowali, dan Dokumen Rencana
Pengelolaan, dan Zonasi Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K)
Sulawesi Tengah. Sedangkan untuk data primer sendiri dilakukan observasi lapangan serta
wawancara terhadap beberapa instansi terkait. Teknik analisis yang dipergunakan terdiri
dari analisis Skalogram Guttman untuk mengukur konsentrasi sarana dan prasarana dan
analisis gravitasi untuk mengukur kekuatan interaksi antara kecamatan-kecamatan di
kawasan pesisir di Kabupaten Morowali dengan pusat kegiatan eksisting di wilayah
Kabupaten Morowali. Hasil dari kedua analisis tersebut dikombinasikan dengan analisis
terhadap sebaran penduduk di kawasan pesisir Kabupaten Morowali untuk menghasilkan
kecamatan-kecamatan dengan potensi tinggi untuk ditetapkan sebagai pusat kegiatan di
kawasan pesisir Kabupaten Morowali.

4.2 Tahapan dan Jangka Waktu Penelitian


Untuk melakukan penelitian adapun tahap-tahap yang akan dilakukan adalah :

4.2.1 Tahapan Pra Lapangan


Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan seperti konsep dan perlengkapan
yang dibutuhkan di lapangan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan sebagai
berikut:
a. Menyusun proposal penelitian skripsi di Program Studi Perencanaan
Wilayah dan Kota ITNY.

35
b. Memilih lokasi penelitian.
c. Mengurus surat perizinan dari Program studi Perencanaan Wilayah dan
Kota ITNY.
d. Menyiapkan perlengkapan penelitian seperti laptop, flashdisk, alat
tulis, dan kamera

4.2.2 Tahapan Pelaksanaan Penelitian


Tahapan dan jangka waktu pelaksanaan penelitian akan dijelaskan pada
Tabel IV.1 berikut ini :
Tabel IV. 1 Tahapan dan Jangka Waktu Pelaksanaan Penelitian

No. Tahapan April Mei Juni Juli

1. Pengumpulan Data

2. Pengolahan Data

3. Analisis Data

Penyusunan Laporan
4.
Penelitian

Penyelesaian Laporan
5.
Penelitian

Sumber : Penulis (2021)

4.3 Wilayah Studi

4.3.1 Tempat Penelitian


Wilayah studi berada di Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah. Dalam
studi ini peneliti melakukan pengamatan dan interaksi langsung dengan masyarakat di
kawasan pesisir Kabupaten Morowali dan melakukan kunjungan ke instansi terkait untuk
melakukan wawancara kepada pihak-pihak tertentu atau para ahli yang hasil
wawancaranya dapat dipertanggung jawabkan.

4.3.2 Waktu dan Subyek Penelitian


Penelitian akan dilakukan pada semester genap semester 8 (delapan) tahun ajaran
2021/2022 dengan subyek penelitian adalah masyarakat atau stakeholder seperti kepala
desa, kepala adat atau pemangku kepentingan di kawasan pesisir dan para ahli atau instansi
terkait di Kabupaten Morowali.

36
4.4 Kebutuhan Data dan Cara Memperoleh Data
Data merupakan sebuah keterangan yang benar nyata, untuk mendukung
penelitian ini. Data yang didapat akan diolah melalui proses analisis dan menjadi
sebuah informasi yang akan disajikan didalam laporan penelitian. Kebutuhan data
yang dibutuhkan ada dua jenis data, yaitu data primer dan sekunder.

4.4.1 Data Primer


Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber data
dengan observasi langsung (Sugiyono, 2014: 224). 28 Sedangkan data primer menurut
Kuncoro (2009: 145) adalah data yang di dapat dikumpulkan dari sumber – sumber
asli untuk tujuan tertentu. Kuncoro (2009:148) menyatakan bahwa pengertian data
primer adalah data yang diperoleh dengan survei lapangan yang menggunakan semua
metode pengumpulan data original, pada penelitian kali ini mendapatkan data primer
dilakukan dengan observasi lapangan serta wawancara terhadap beberapa instansi
terkait. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagaimana mengetahui
kawasan pesisir atau zona kawasan kabupaten morowali yang memiliki potensi yang
tinggi untuk ditetapkan sebagai pusat kegiatan di kawasan pesisir Kabupaten
Morowali. Cara memperoleh data di lapangan adalah melakukan survei atau observasi
ke lokasi penelitian kemudian melakukan wawancara terhadap instansi terkait ataupun
masyarakat setempat. Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara peneliti dengan
responden.

4.4.2 Data Sekunder


Data sekunder adalah data pendukung yang diperoleh dari sumber lain yang
atau lewat perantara lain yang berkaitan dengan penelitian Sugiyono, (2014: 224) dan
Kuncoro, (2009:145) menyatakan bahwa data sekunder adalah data yang telah
dikumpulkan oleh pihak lain, peneliti dapat mencari sumber data ini melalui sumber
data lain yang berkaitan dengan data yang ingin dicari. Berikut adalah tabel
kebutuhan dan cara memperoleh data sekunder. Peneliti mencari data lain yang
mendukung penelitian ini dari berbagai sumber.

37
Tabel IV. 3 Kebutuhan Data dan Cara Memperoleh Data Sekunder

No. Sasaran Data Jenis Data Sumber Data


Google Earth
dan BPS
Peta Kabupaten
Kepadatan Morowali,
Mengidentifikasi pusat-pusat Penduduk RTRW
perkembangan atau kegiatan dan kondisi Kabupaten
1. di kawasan pesisir Citra Satelit
demografi Morowali,
tahun terbaru
di kawasan RZWP3K
pesisir Kabupaten
kabupaten Morowali,
morowali dan KKP3K
Sulawesi
Tengah
Peta Hirarki BPS
pesisir kabupaten
Menganalisis integrasi spasial kabupaten morowali,
antar pusat kegiatan di morowali, Badan
2. kawasan pesisir. Citra Satelit peta Perencanaan
tahun terbaru interkasi Pembangunan
wilayah Daerah
pesisir (Bapedda)
Kabupaten Kabupaten
Morowali Morowali.
Sumber : Peneliti, 2021

4.5 Alat Analisis

4.5.1 Analisis Skalogram


Analisis skalogram digunakan untuk menentukan hirarki di setiap kecamatan.
Semakin banyak jumlah fasilitas mengindikasikan bahwa wilayah tersebut memiliki
pelayanan yang paling tinggi. Semua jumlah unit fasilitas dikonversi ke dalam Indeks
Present Absent dengan menggunakan nilai 1 dan 0 untuk setiap jumlah fasilitas
(Muta’ali, 2015). Berapapun jumlah fasilitas diberi nilai 1 dan jika tidak terdapat
fasilitas maka diberi nilai 0 dan selanjutnya dijumlahkan ke dalam baris dan kolom.
Tahapan selanjutnya dalam analisis skalogram meliputi :
1. Menghitung jumlah error
2. Menentukan jumlah orde dengan menggunakan rumus 1+3,3 log n (n merupakan
jumlah kecamatan)
3. Menentukan range dari setiap orde dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ
( )
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 𝑜𝑟𝑑𝑒

4. Menghitung tingkat kesalahan yang disebut dengan Coefficient Of Reduction


(COR) dengan rumus :

38
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑟𝑜𝑟
=1−( ) Nilai koefisien dianggap layak apabila mencapai 0,9-1.
𝐽𝑢𝑚 𝐾𝑒𝑐 𝑥 𝐽𝑢𝑚 𝐹𝑎𝑠

5. Menentukan jumlah orde.

4.5.2 Analisis Gravitasi


Analisis gravitasi digunakan untuk menghitung kekuatan interaksi antar
wilayah. Analisis ini digunakan untuk mengukur kekuatan keterkaitan antara pusat
kegiatan utama dengan pusat pengembangan wilayah dan menentukan kekuatan
tempat kedudukan dari setiap pusat kegiatan ekonomi, produksi dan distribusi dalam
sistem jaringan jasa, distribusi dan transportasi, serta menentukan sistem. Semakin
besar nilai gravitasi menunjukkan bahwa semakin erat hubungan kedua wilayah
tersebut, hal ini menunjukkan bahwa daya tarik suatu wilayah memiliki pengaruh
terhadap potensi yang dimilikinya (Adisasmita, 2013).

Formula rumus gravitasi yang digunakan :

𝑀1𝑥𝑀2
𝐼12 =
𝑗2 12

Sumber : Muta’ali, 2015

Keterangan :
I12 = Potensi daya tarik dan interaksi setiap wilayah
M1 = Massa wilayah 1
M2 = Massa wilayah 2
J12 = Jarak antar wilayah 1 dan wilayah 2
G = Konstanta jarak yang biasanya diberi nilai.

4.6 Hasil Akhir yang diharapkan


Hasil akhir yang diharapkan dari penelitian ini mengidentifikasi sasaran penelitian
yaitu mengidentifikasi pusat-pusat kegiatan di kawasan pesisir. Yang kedua menganalisis
integrasi spasial antar pusat kegiatan di kawasan pesisir. Dari penelitian ini adapun data
yang akan dipertimbangkan variabel kekuatan interaksi pusat kegiatan, ketersediaan
fasilitas, potensi ekonomi, potensi wilayah serta aglomerasi penduduk di kawasan pesisir
kabupaten morowali agar pusat-pusat kegiatan ataupun pusat pertumbuhan dapat diketahui
guna menata struktur ruang kota/kabupaten tersebut. Hasil akhir yang diharapkan dilihat
dari sudut manfaatnya untuk masyarakat atau wilayah studi yaitu menjadi rekomendasi
pada kemajuan wilayah studi.

39
BAB V
PENUTUP

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Akbar Afandi


NIM : 610017121
Program Studi : Perencanaan Wilayah dan Kota

Keaslian penulisan dalam penelitian ini adalah benar-benar asli dan disusun
langsung oleh peneliti untuk mendapatkan gelar Sarjana Strata-1 Perencanaan Wilayah dan
Kota di lingkungan kampus Institut Teknologi Nasional Yogyakarta dan bukan merupakan
tiruan atau plagiasi terhadap penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil akhir yang
diperoleh adalah hasil pengumpulan data serta analisis yang terkait dengan potensi dan
permasalahan di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil Kabupaten Morowali. Keaslian
penulisan juga dibuktikan dengan analisis gravitasi dan skalogram yang dilakukan oleh
penulis saat melakukan penelitian. Oleh karena itu sasarannya ialah mengintegrasikan
kawasan pesisir dan melihat pusat-pusat perkembangan di kawasan pesisir Kabupaten
Morowali.

Morowali, 24 Juni 2021


Yang membuat pernyataan

Akbar Afandi
NIM. 610017121

40
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. 2015. Pembangunan Wilayah, Kelautan, Maritim, Kepulauan,


Wilayah-wilayah Terisolasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Dokumen Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil (KKP3K) Sulawesi Tengah.
Kuncoro, Mudrajad. 2009. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi, bagaimana meneliti dan
menulis tesis?. Edisi 3. Erlangga. Yogyakarta.
Oetama, Jakob. 2014. Ensiklopedia Populer Pulau-pulau Kecil Nusantara : Morowali
Sulawesi Tengah. Jakarta: Kompas.
Pamungkas, Adjie., dan Rahmawati, Dian. 2017. Perencanaan Kawasan Pesisir Terpadu
Di Indonesia: Teori Dan Praktek. Jakarta: Teknosain.
Peraturan Daerah Kabupaten Morowali No. 10 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Morowali Tahun 2012-2032.
Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi tengah No. 10 Tahun 2017 Tentang Rencana Zonasi
Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Sulawesi Tahun 2017-2037.
Sugiyono. 2014. “Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D”. Bandung : Alfabeta.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 27
Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

41

Anda mungkin juga menyukai