id
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh :
ANINDIANZI JULLIANA
I0206036
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan berkat, rahmat
dan karunianya sehingga dapat terselesainya Tugas Akhir ini dengan baik sebagai salah
satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Teknik di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret.
Penyusun
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR SKEMA
xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Skema V.21 : Pola Hubungan Kelomok Ruang Kegiatan Penunjang / Servis .......... 128
Skema V.22 : Pola Hubungan Kelompok Ruang Dalam Auditorium ....................... 129
Skema V.23 : Instalasi Air Bersih ............................................................................. 158
Skema V.24 : Instalasi Drainase ............................................................................... 159
Skema V.25 : Instalasi listrik..................................................................................... 159
Skema V.26 : Instalasi AC ........................................................................................ 160
Skema V.27 : Jaringan Telekomunikasi .................................................................... 163
Skema V.28 : Instalasi pemadam kebakaran ............................................................. 164
Skema V.29 : Instalasi pengolahan sampah .............................................................. 164
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
A. JUDUL
B. PEMAHAMAN JUDUL
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
C. LATAR BELAKANG
1. Perkembangan Perfilman
Keberadaan film saat ini, tidak terlepas dari kebutuhan masyarakat akan hiburan.
Film merupakan produk hiburan tontonan yang rutin terus menerus ada. Awal mula
perkembangan perfilman dunia berasal dari dunia barat dimana ditemukannya kamera
rekam pertama di dunia. Seiring berkembangnya jaman, teknologi serta alat rekam
gambar yang semakin canggih, perfilman dunia juga semakin maju.
Semakin banyak karya karya film bemutu dan berseni tinggi inilah yang
mendorong komunitas pecinta film membentuk berbagai ajang penghargaan perhargaan
film internasional untuk menghormati insan perfilman serta sebagai bentuk aspirasi
mereka terhadap film film bermutu. Tercatat, ajang penghargaan bidang film paling
bergengsi di dunia adalah Academy Award, selain itu juga terdapat ajang penghargaan
lain seperti Asian-Pacifik award, Bear award, dan sebagainya. Selain itu, juga terdapat
berbagai festival festival film sebagai ajang penghargaan hasil hasil seni film bermutu
tinggi dari berbagai belahan dunia seperti Jiffest, Festival film Berlin, FFI, dan lain-lain.
Kemajuan perfilman barat ditunjang dengan berbagai peralatan produksi serta
studio produksi yang lengkap. Sebagai pusat perfilman barat adalah Hollywood yang
merupakan industry sekaligus bisnis hiburan film terbesar di dunia. Sampai saat ini,
dunia animasi juga mulai merambah ke perkembangan industry film, sebut saja
beberapa PH PH besar Internasional yang kerap kali memproduksi berbagai jenis film
seperti Walt Disney, Pixar, Cinema Picture, dll. Perusahaan perusahaan film raksasa ini
tidak hanya menghasilkan karya film sebagai tuntutan hiburan masyarakat belaka, tetapi
juga sebagai bentuk ekspresi diri dalam berkarya seni melalui media film.
Sejak awal tahun 2000, Indonesia mengalami perkembangan signifikan di
berbagai bidang. Salah satunya di bidang industry perfilman. Dilihat dari tahun ke
tahun, laju perkembangan dunia perfilman di tanah air semakin maju, khususnya
peningkatan produktifitas film film Nasional baik dilihat dari segi kuantitas maupun
kualitasnya. Meski begitu pada tahun tahun belakangan ini industry film sempat
mengalami penurunan kualitas produksi. Hal ini disebabkan kurangnya sarana
penunjang, seperti studio produksi, aspek kinerja moviemaker dan fasilitas produksi.
commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
Dengan ditutupnya Pusat perfilman sekaligus studio film Usmar Ismail pada
tahun 1957, maka Indonesia tidak lagi mempunyai sarana dan prasarana serta fasilitas
infastruktur untuk menunjang laju perkembangan perfilman nasional. PH PH
Independen yang semakin menjamur tidak dapat menjamin kualitas produksi yang
bagus dikarenakan minimnya dukungan pemerintah serta umumnya PH independen
tidak dilengkapi Lab Film atau studio produksi yang baik. Bahkan beberapa PH PH
local sering menyewa studio studio produksi lain yang mana secara aspek akustik masih
kurang memenuhi syarat.
Mengingat perkembangan pesat dunia perfilman nasional saat ini, dibutuhkan
suatu wadah khusus yang dapat menampung segala aktifitas perfilman baik dari
kegiatan produksi maupun kegiatan apresiasi film. Pusat Perfilman Nasional sebagai
wadah kegiatan perfilman bertujuan untuk memberikan saran prasarana berkaitan
dengan kegiatan produksi film dan apresiasi film. Kegiatan produksi film merupakan
kegiatan utama industry perfilman, yaitu suatu proses membuat atau menghasilkan film
dimana hasil produksi yang bermutu dapat ditinjau dari segi audio visual, isi pesan
(moral) serta pemasarannya. Sedang kegiatan apresiasi film lebih merupakan bentuk
kegiatan hiburan film bagi masyarakat umum serta penghargaan bagi insan perfilman
nasional.
Dalam industry film, kegiatan utama yang ada didalamnya adalah proses
produksi dimana proses ini meliputi Pra produksi, produksi (shooting) dan pasca
produksi (editing,dan lain-lain). Dari sini elemen ruang paling penting didalam sebuah
bangunan perfilman salah satunya adalah Studio produksi indoor.
Kurangnya sarana penunjang, seperti studio produksi, aspek kinerja moviemaker
dan fasilitas produksi adalah beberapa sebab menurunnya kualitas hasil produksi film
nasional. Dengan ditutupnya Pusat Perfilman Usmar Ismail menambah semakin
memperburuk kondisi prasarana produkstifitas film. Beberapa studio produksi yang
berdiri secara indepeden di Indonesia kurang memperhatikan segi perancangan akustika
peruangan serta hanya menampilkan fungsi tunggal. Sebagian besar pembangunan
studio produksi baik itu lab produksi film maupun studi siaran televisi memakai sistem
akustik sama dengan auditorium. commit
Meskito user
kedua ruang tersebut hampir memilki
karakteristik ruang sama, tapi dalam penggunaan fungsi ruang sangat berbeda. Sebagai
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
contoh penggunaan aplikasi material akustik yang sama dengan auditorium sehingga
dalam beberapa kasus, banyak studio produksi mengalami cacat akustik dan harus
mengalami rehab ruang. (Kompas Online).
Dalam aspek arsitektural, perencanaan sebuah studio produksi harus memiliki
kriteria-kriteria peruangan sendiri baik dari volume ruang, struktur konstruksi ruang
serta akustika ruang. Beberapa studio produksi yang ada, baik didalam negri maupun
diluar, umumnya hanya memilki satu fungsi tunggal yaitu sebagai ruang penampung
kegiatan produksi saja. Sehingga seringkali memakan banyak lahan hanya untuk
pembuatan beberapa studio saja yang memang mempunyai besaran ruang yang cukup
lebar (Hollywoodpress.com). Tetapi di lain pihak, ada beberapa perusahaan film yang
memanfaatkan studio-nya menjadi fungsi lain, seperti studio produksi Cinema yang
berada di Italia yang mempunyai fungsi ganda selain menjadi studio produksi film juga
menjadi studio teater / pertunjukan drama. Ruang dalam studio juga didesain lebih
fleksibel dengan pemakaian material akustik bongkar pasang serta bahan peredam
dengan tingkat RT yang disamakan.
Dari hanya sebuah desa kecil yang didirikan pada tahun 1810 “desa” Bandung
telah berkembang menjadi sebuah kota yang luas. Wilayahnya bertambah luas dan
penduduknya bertambah padat dari tahun ke tahun. Bandung yang saat ini tengah
berkembang menjadi sentra industry wisata dan jasa merupakan salah satu kota penting
penyangga ibukota di propinsi Jwa Barat. Jika kita menyimak film-film penting dalam
perjalanan sejarah film Indonesia, maka akan nampak bahwa pesona Jawa Barat
menjadi bagian yang tak terpisahkan. Film cerita pertama yang dibuat di Indonesia
adalah film berdasarkan cerita legenda dari Jawa Barat. Seperti dinyatakan Edison
Nainggolan Ketua Forum Film Bandung, film nasional pertama diproduksi di Bandung
tahun 1926 yaitu Lutung Kasarung. Sehingga kota Bandung bisa disebut juga sebagai
kota pelopor produksi film nasional.
Saat ini demam membuat film sedang merambah anak-anak muda Bandung,
mulai dari siswa sekolah menengah pertama (SMP) hingga para mahasiswa. Beberapa
sekolah bahkan telah mengaplikasikan pembuatan film sebagai tugas sekolah. Di
commit
beberapa daerah di Bandung, mulai to user
banyak pembuat film-film Indie bermunculan,
bahkan beberapa penghargaan film local mengapresiasi karya film yang banyak
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
dihasilkan oleh usia sekolah serta para mahasiswa kota Bandung. Tingginya antusiasme
masyarakat Bandung dalam membuat film diakui pengamat dan pelaku industry film
nasional. Melihat potensi kaum muda Bandung dalam membuat film, optimisme
perkembangan film di Bandung dua tahun kedepan akan sangat pesat. Masyarakat telah
menganggap film sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Potensi yang ada di
Bandung mampu menghasilkan sebuah festival film sendiri sehingga wahana apresiasi
sineas Bandung semakin banyak dan beragam. Sebut saja salah satu wadah apresiasi
film di Bandung adalah Festival Film Bandung yang rutin diadakan tiap tahunnya,
kemudian tiap tahun diadakan FFI dibeberapa kota besar termasuk kota Bandung.
1. Permasalahan
2. Persoalan
Bagaimana menentukan peruangan yang dapat mewadahi kegiatan produksi film dan
aspirasi film secara optimal untuk menciptakan ruang-ruang efisien dan fleksibel
baik secara penggunaan maupun sistem akustiknya ?
Bagaimana penerapan fleksibilitas akustik ruang menjadi dasar pembentukan ruang
multifungsi untuk mewadahi perubahan kegiatan dan sistem akustik menjadi satu
kesatuan ruang ?
Bagaimana aplikasi sistem ruang dan sistem akustik sesuai konsep multifungsi ruang
ruang produksi & apresiasi film ?
Bagaimana penataan site berdasar eksisting site serta sesuai konsep ruang
multifungsi dengan prinsip Fleksibilitas Akustik Ruang sebagai orientasi olah site?
Bagaimana system struktur konstruksi serta sistem utilitas bangunan Pusat Perfilman
commit to user
Nasional dengan pendekatan fleksibilitas akustik ruang?
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
1. Tujuan
2. Sasaran
Konsep peruangan kegiatan produksi film dan aspirasi film untuk menciptakan
ruang-ruang efisien dan fleksibel baik secara penggunaan maupun system
akustiknya.
Konsep fleksibilitas akustik ruang sebagai dasar pembentukan ruang multifungsi
untuk mewadahi perubahan kegiatan dan system akustik menjadi satu kesatuan
ruang.
Sistem ruang dan sistem akustik dalam aplikasi konsep multifungsi ruang ruang
produksi & apresiasi film
Tata site berdasar eksisting site serta sesuai konsep ruang multifungsi dengan prinsip
Fleksibilitas Akustik Ruang sebagai orientasi olah site.
System struktur konstruksi dan system utilitas bangunan Pusat Perfilman Nasional
dengan pendekatan fleksibilitas akustik ruang.
System dan penampilan bangunan yang mampu berinteraksi sinergis dengan kota
Bandung sebagai lokasi terpilih perencanaan bangunan Pusat Perfilman Nasional.
1. Lingkup Pembahasan
commit to
Lingkup pembahasan perencanaan user
dan perancangan Pusat Perfilman Nasional
ini dicakupkan pada disiplin ilmu arsitektur diutamakan pada system peruangan sebagai
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
dasar orientasi perancangan ruang pada site plan dengan penerapan prinsip fleksibilitas
akustik ruang. Aspek lain di luar ilmu arsitektur akan dibahas sejauh yang diperlukan
serta dibahas sebagai penunjang sejauh masih berkaitan dengan permasalahan terhadap
konsep perenecanaan & perancangan.
2. Batasan Pembahasan
Metoda & strategi rancang bangun yang digunakan dalam pembuatan konsep
perencanaan & perancangan Bangunan Pusat Perfilman Nasional di Bandung dengan
pendekatan desain Fleksibilitas Akustik Ruang, sebagai berikut :
1. Deskripsi Kutub-Kutub
commit to user
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
Perkembangan
Perfilman Nasional
MAIN IDEA
Fleksibilitas akustik
Kota Bandung
ruang
2. Studi Eksplorasi
Tahap pencarian ide-ide awal dan pengumpulan data-data dalam penyusunan konsep
perencanaan & perancangan sesuai Main idea, meliputi :
a. Studi Literatur
meliputi :
Peruangan, karakter ruang, karakter akustik serta fungsi ruang terhadap
kegiatan film didalam bangunan perfilman.
Sistem fleksibilitas akustik ruang dan penerapan prinsip-prinsipnya terhadap
ruang.
Aplikasi penerapan prinsip desain Fleksibilitas Akustik Ruang terhadap ruang
ruang utama meliputi Auditorium, std sinema indoor, studio produksi untuk
membentuk ruang multifungsi sebagai orientasi dalam perencanaan site.
b. Pengumpulan data
Obervasi lapangan untuk mendapatkan data primer mengenai kondisi fisik
dan permasalahan di kota Bandung menyangkut perkembangan industri film.
Wawancara terhadap pihak-pihak terkait sebagai bahan refrensi untuk
penyusunan konsep yangcommit
sesuaitoterhadap
user kebutuhan dalam bidang industri
film.
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
BAB I Pendahuluan
Mengemukakan tinjauan kota Bandung dari kriteria lokasi dan potensi budaya
dan masyarakat kota Bandung sebagai pendukung keberadaan bangunan Pusat
Perfilman Nasional sebagai wadah produktifitas dan apresiasi film.
12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
Analisa data dari hasil eksplorasi mengenai Industri Perfilman dan system
fleksibilitas akustik ruang serta tinjauan kota Bandung dengan analisa
pendekatan desain fleksibilitas akustik ruang terhadap ruang Auditorium,
studio produksi dan Ruang sinema indoor. Analisa ini meliputi : Analisa
peruangan, Analisa sistem fleksibilitas akustik ruang, Analisa site terpilih dan
penataan site, Analisa tata massa dan penampilan, Analisa strukur dan utilitas.
BAB VI Analisa Tranformasi Desain
commit to user
13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
BAB II
TINJAUAN UMUM
14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
Pembuatan suatu genre film didasarkan pada penggolongan jenis film yang
direncanakan. Berikut beberapa jenis-jenis film yang umumnya diproduksi untuk
berbagai keperluan, antara lain :
Film cerita pendek merupakan film yang berdurasi kurang dari 60 menit.
Film jenis ini banyak dihasilkan oleh orang atau kelompok atau mahasiswa jurusan
film yang menyukai dunia film serta dengan tujuan berlatih membuat dan
menghasilkan film yang baik. Beberapa kelompok menyebutnya sebagai film
independent.
Film cerita panjang merupakan film yang berdurasi anatara 60 – 100 menit.
Hasil produksi film jenis ini umumnya didistribusikan kedalam Bioskop atau
bentuk kepingan digital (VCD-DVD) untuk dijual.
15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
e. Video Klip (Music Video)
Video klip dalam sejarahnya merupakan sarana bagi para produser musik
untuk memasarkan produknya melalui medium audio visual. Seiring
perkembangannya, video klip akhirnya tumbuh sebagai industry tersendiri. Saat ini
sudah banyak rumah-rumah produksi yang memproduksi videoklip dan
memilihnya menjadi bisnis utama.
Perfilman Indonesia memiliki sejarah yang panjang dan sempat menjadi raja
di negara sendiri sekitar tahun 1980, ketika film Indonesia merajai bioskop-bioskop
lokal. Ditetapkannya tanggal 30 Maret sebagai Hari Film Indonesia mempunyai
sejarah tersendiri. Film pertama kali diperkenalkan di Indonesia sekitar tahun 1900,
dimana pada saat itu kota Jakarta masih dikenal dengan nama Batavia. Film asli buatan
Indonesia pertamakali adalah film bisu berjudul ’Loetoeng Kasaroeng’ yang dirilis
tahun 1926 oleh NV Java Film Company. Sekitar tahun 1931, film-film di Indonesia
baik lokal maupun dari hollywood mulai bersuara. Tercatat film asli pertama buatan
Indonesia adalah film The Long March (Darah dan Doa) karya Usmar Ismail dan
kawan-kawannya sesama orang Indonesia pada tanggal 30 Maret 1950. Dari sinilah
makin banyak produksi film yang dirilis
commit di Indonesia. Ini menyebabkan mulai
to user
bermunculan perusahaan perusahaan film lokal, dimulai dari Usmar Ismail yang
16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
kemudian dikenal sebagai Bapak Film Indonesia mendirikan Perfini (Perusahaan film
nasional Indonesia), kemudian beberapa bulan setelahnya Jamaludin Malik mendirikan
Persari (Perseroan Artis Republik Indonesia) dan meproduksi film Marunda, serta
bermunculan perusahaan perusahaan lain seperti Halimun Film Bandung, Central Java
Film Coy (Semarang) yg memproduksi Setangan Berloemoer Darah, dll. Untuk
mengantisipasi hal tersebut, Bapak perfilman Nasional yaitu Usmar Ismail
membangun studionya pada tahun 1950.
Di awal tahun 1980-an, perfilm-an Indonesia mencapai puncaknya dengan
merajai bioskop bioskop lokal. Dari data Perpustakaan Nasional, produksi perfilman di
Indonesia yang diproduksi mencapai 83 judul atau naik 56 persen dari tahun 1987
dengan 53 judul film. Film film yang terkenal kala itu antara lain Catatan si boy, blok
M, dll. Meningkatnya produksi film nasional membuat pemerintah menurunkan kuota
film asing untuk memberi kesempatan lebih besar kepada perfilman nasional guna
berkembang, sementara untuk mengaapresiasi kualitasnya, diadakan Festival Film
Indonesia (FFI) pada 1955. Pada tahun-tahun ini juga Perfilman Indonesia mulai
mengenal istilah Genre (jenis) film. Film besutan Sjuman yang berjudul ”Kabut Sutra
Unggu” yang diangkat dari karya novel laris Ike Soepomo inilah yang memunculkan
genre drama. Kemudian muncul genre komedi yang diawali Bing Slamet dan kwartet
jaya-nya. Dari genre horor-mistik mencuatkan ikon ratu horor Suzzana. Untuk genre
action modern dan klasik dari film ”Jaka Sebung” yang menonjolkan aktor Barry
Prima, dll.
Tetapi karena satu dan lain hal perfilman Indonesia semakin jeblok pada
tahun 90-an yang membuat hampir semua film Indonesia berkutat dalam tema-tema
yang khusus orang dewasa. Film yang hadir di tengah masyarakat pun banyak
menyuguhkan adegan erotis, kekerasan serta berbau mistis. Sehingga, film Indonesia
dikenal berkualitas rendah. Pada saat itu film Indonesia sudah tidak menjadi tuan
rumah lagi di negara sendiri. Film-film dari Hollywood dan Hong Kong telah merebut
posisi tersebut. FFI sendiri juga sempat terhenti beberapa kali seiring menurunnya
produksi film nasional dan dilanjutkan lagi 1973, namun kemudian macet kembali
pada 1992. Film-film nasional yang tengah menghadapi krisis ekonomi harus bersaing
keras dengan maraknya sinetron di televisi-televisi swasta. Industri film Indonesia
commit
dilanda sepi dalam kurun waktu lama. to userpada saat yang sama, teknologi digital
Namun
mulai merambah masuk ke Indonesia. Disinilah masyarakat diberikan pilihan dalam
17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
menentukan tontonan bagi dirinya. Kehadiran Laser Disc, VCD dan DVD semakin
memudahkan masyarakat untuk menikmati film impor. Namun di sisi lain, kehadiran
kamera-kamera digital berdampak positif juga dalam dunia film Indonesia. Mulailah
terbangun komunitas film-film independen. Film-film yang dibuat di luar aturan baku
yang ada. Film-film mulai diproduksi dengan spirit militan.
Setelah "mati suri" dengan film-film panas yang meramaikan tahun 90-an,
kini perfilman Indonesia telah bangkit dari kuburnya. Petualangan Sherina (2000)
mampu mendobrak popularitas film nasional dengan gaya drama komedi musikal pada
akhir tahun 90-an. Setelah itu muncul film film lain yang lain dengan segmen yang
berbeda-beda yang juga sukses secara komersil, misalnya film Jelangkung yang
merupakan tonggak tren film horor remaja yang juga bertengger di bioskop di
Indonesia untuk waktu yang cukup lama. Selain film-film komersil itu juga ada banyak
film film nonkomersil yang berhasil memenangkan penghargaan di mana-mana yang
berjudul Pasir Berbisik yang menampilkan Dian Sastrowardoyo dengan Christine
Hakim dan Didi Petet. Selain dari itu ada juga film yang dimainkan oleh Christine
Hakim seperti Daun di Atas Bantal yang menceritakan tentang kehidupan anak
jalanan. Genre film juga kian variatif, meski tema-tema yang diusung terkadang
monoton. Dengan variasi yang diusung, itu memberikan kesempatan media film
menjadi sarana pembelajaran dan motivator bagi masyarakat. Seperti film King,
Garuda di Dadaku, serta Laskar Pelangi. Bahkan, Indonesia sendiri saat ini sudah
memulai masuk ke industri animasi. Membaiknya kondisi itu mendorong pelaku
perfilman menghidupkan lagi FFI pada 2004 hingga terjadi "kecelakaan sejarah" saat
beberapa Piala Citra dikembalikan para insan film. Festival film di Indonesia sendiri
dianggap penting dalam dinamika kegiatan perfilman, dimana didalamnya merupakan
salah satu bentuk apresiatif bagi para filmmaker, penonton, penyelenggara, dan
berbagai pihak yang berkepentingan atasnya. Sejak tahun 1955, FFI adalah satu-
satunya tolok ukur pencapaian terbaik film Indonesia. Penghargaan apa pun di ajang
FFI memberi wacana dalam perkembangan perfilman Indonesia. Makna historis pada
penghargaan FFI melekat baik pada karya film maupun seniman filmnya. Itulah alasan
munculnya harapan besar bahwa film Indonesia akan maju kembali saat FFI kembali
ada setelah mati suri selama sebelas tahun.
commit to
Dari sekian panjang perjalanan user perfilman Indonesia, dapat dilihat hal
sejarah
yang mempengaruhi buruknya kondisi perfilman Indonesia termasuk didalamnya
18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
mempengaruhi penurunan jumlah dan minat penonton adalah rendahnya mutu film
nasional salah satunya, dimana berkaitan dengan rendahnya kualitas teknis pekerja
film. Para sineas yang kerjaannya menulis naskah dengan tuntutan idealismenya
mengalami tarik menarik dengan tuntutan komersil para produser atau Production
House, di sisi lain sineas dan Rumah Produksi tidak berani mengambil resiko
berurusan dengan pemerintah dan lebih mengedepankan selera pasar, ketimbang
moralitas sehingga hasilnya bisa dilhat dari rendahnya mutu dan kualitas film-film
nasional. Disamping itu, peningkatkan mutu film Indonesia dan pengetahuan para
sineas serta daya kritis masyarakat yang digaung-gaungkan oleh pemerintah maupun
masyarakat film terlihat berbanding terbalik dengan ketidakmerataan penyebaran dan
penerimaan informasi mengenai dunia perfilman. Literature mengenai film berbahasa
Indonesia sangat terbatas jumlahnya. Ada lebih dari 1000 judul buku berbahasa inggris
tentang Sinematografi dan produksi film. Namun, tidak sampai 20-30 judul buku untuk
hal yang sama ditulis dalam bahasa Indonesia. Kebanyakan buku-buku yang beredar
mengenai film hanya membahas seputar kritik, apresiasi dan sejarah film, sedang buku
yang membahas mengenai produksi film sangat jarang ditemui. Hal inilah yang juga
berperan dalam menghambat kesempatan belajar dan memproduksi sebuah film yang
bermutu.
Film ditonton karena di sana ada pikiran yang menghibur. Film dihargai
karena di sana ada pikiran yang menawarkan cara melihat dan menghadapi dunia
secara lain, sebuah cara baru yang memperkaya perbendaharaan kultural kita. Dengan
semakin meningkatnya produksi film dengan mutu rendah, otomatis secara tidak
langsung juga akan mematikan rasa serta nalar penonton. Dengan indikasi makin
banyaknya film dan tokoh film Indonesia yang berlaga di ajang festival berskala
internasional, film bioskop tentu juga harus pandai-pandai merebut minat masyarakat
untuk mau menonton film. Persepsi mengenai film pun berubah. Tidak lagi sekedar
sebagai media penghibur belaka. Ujung-ujungnya, hanya film-film dengan kualitas
baik yang akan ditonton orang. Dari sinilah peningkatan mutu film dari genre-genre
film nasional yang laris sekarang ini dapat meningkatkan daya apresiasi film bermutu
di lingkungan penonton urban yang marginal ini, tetapi mungkin juga dapat ditonton
oleh golongan penonton yang terpelajar dan intelektual. Selain itu juga dibutuhkan
commit
para pekerja film yang memenuhi to user
standar kualitas moviemakers yang bagus dan
bertalenta.
19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
3. Lingkup Kegiatan Industri Film
Dilihat dari bentuk dan sifat fisiknya, Industri Perfilman bersifat komersial.
Hal ini dapat ditinjau dari beberapa kegiatan yang lebih menekankan komersialitas.
Selain itu, Industri Perfilman juga terbuka terhadap berbagai jenis film ( dalam hal ini
film-film terpinggirkan ) dengan memberikan kesempatan luas pada apresiasi film-film
alternatif non komersil. Secara umum, lingkup kegiatan dalam industri film sangatlah
luas. Akan tetapi, dalam hal ini, lingkup kegiatan indutri film disini akan dibatasi pada
3 kegiatan utama saja, yaitu meliputi :
20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
Orang yang memproduksi film, yaitu yang merumuskan suatu proyek film,
menyusun dan memimpin tim produksi agar proyek tersebut mencapai tujuan-
tujuan yang telah ditetapkan.
► Director (Sutradara)
► Camera Operators
21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
Asisten operator kamera. bertanggung jawab untuk mengatur fokus kamera
(untuk kamera film).
► Assistant Directors
► Sound Mixers
► Video Techs
► Gaffers
► Electricians
Melakukan penataan rias untuk para pelaku adegan, termasuk penataan rambut.
commit to user
► Wardrobe/Costume Designer
22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
Merancang pakaian untuk para pelaku adegan, sesuai dengan setting cerita
dalam skenario.
Mendesain ilustrasi musik untuk film, dapat berasal dari ciptaan sendiri atau
karya orang lain yang ditata ulang.
► Editor
Merupakan ide awal dan catatan tertulis secara garis besar yang dimasukan
kedalam cetak biru untuk kemudian dikembangkan menjadi sebuah film.
23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
Merupakan perencanaan semua kegiatan sampai dengan awal pelaksanaan
produksi. Yang termasuk didalamnya yaitu :
~ Technickal meeting
~ Set up & Rehearseal
PRA PRODUKSI
Kantor Produksi
(Office)
Skenario
Desain Produksi
Shooting format
Persiapan Proposal
commit to user
iii. Production
24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
Merupakan seluruh kegiatan utama yang mencakup kegiatan liputan (shotting)
untuk visualnya dan perekaman (recording) untuk audionya, kedua kegiatan ini
bisa dilakukan baik di studio indoor maupun outdoor. Bisa dikatakan juga
bahwa produksi adalah suatu upaya merubah bentuk naskah menjadi bentuk
audiovisual.
Karakter produksi dapat ditentukan menurut lokasi pembuatannya :
PRODUKSI
Call Street
Artis
Skema II.3 : Proses dan perlengkapan kegiatan produksi
Sumber : Analisa pribadi
iv. Post Production
25
Tata Suara Editing Sutradara Post Prod. Promosi / Distribusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
commit to user
► Perlatan suara (sound system)
26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
Peralatan sound pada proses produksi berbeda dengan sound pada kegiatan
lain. Sound system production berupa alat rekam suara yang disinkronkan
dengan pengambilan gambar pada saat proses shooting. Umumnya
menggunakan Clapper Boards yaitu Sepasang papan berengsel yang
diketukkan saat syuting dialog ketika kamera gambar dan alat rekam suara
berputar dalam kecepatan yang sinkron.
Peralatan suara sendiri berupa set mikrofon, Fishpole Boom yaitu sebuah tiang
fleksible penyangga mikrofon, Magnetic Recorder (alat perekam magnetic),
Sound camera (peredam bunti yang dhasilkan oleh kinerja kamera), Tone Track
yaitu background sound dalam suatu proses produksi.
► Alat rekam suara lengkap dengan mixer dan Video digital optic (efek khusus)
► Time base corrector
► Proyektor dan play back facilities
► Chroma Key
► Video cassette
► Penyangga / tripod kamera dan peralatan penunjang lainnya.
commit to user
c. Kegiatan Apresiasi Film
27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
Kegiatan apresiasi adalah suatu bentuk kegiatan yang bertujuan sebagai
penghargaan serta peningkatan terhadap kualitas, dimana dalam hal ini adalah hasil
karya produksi sebuah film, yang dinilai secara khusus baik oleh pengamat film,
kritikus, pelaku industri film ataupun orang awam tanpa melupakan sisi
entertainnya. Beberapa kegiatan yang termasuk didalamnya sebenarnya ditujukan
juga sebagai bentuk hiburan bagi masyarakat awam khususnya penikmat dan
pecinta film. Beberapa kegiatan Apresiasi di bidang perfilman meliputi :
Merupakan salah satu kegiatan utama Movie Center di bidang hiburan. Sasaran
lingkup kegiatan adalah untuk umum atau publik dengan tingkat nilai dan
komersial yang tinggi. Film film yang diputar umumnya merupakan film
komesial baik dari lokal maupun luar negri, tetapi tidak menutup kemungkinan
dipilih film alternatif yang bermutu dan telah melewati seleksi.
Kegiatan pemutaran ini dapat meliputi pemutaran indoor (bioskop) yang
merupakan kegiatan tetap dan terjadwal serta bersifat semi publik, kemudian
pemutaran Outdoor yang merupakan kegiatan temporal dan sifatnya terbuka
untuk umum.
► Kine Klub
28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
Pada kegiatan ini terdapat 3 golongan yaitu :
Kegiatan yang berkaitan dengan edukasi tentang dunia film ( proses kreasi,
teknik pembuatan, behind the scene, dsb).
Berisi kegiatan komunikasi antar sineas dalam dan luar negri (komunikasi
budaya).
commit to user
a. Kegiatan Produksi
29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
Didalam proses kegiatan produktifitas film, selain peralatan peralatan
produksi yang dibutuhkan, juga diperlukan wadah untuk menampung proses yang
terjadi, antara lain:
► Perusahaan film
► Offices
Area perkantoran film dimana didalamnya terdapat beberapa unsur tenaga kerja
yang berperan pada commercial film making yang dikerjakan oleh orang-orang
khusus di bidang kompetensinya masing-masing. Production Department yang
umumnya berada didalamnya antara lain :
Art Departement
Camera Departement
Commercial Departement
commit to user
Costume & Make-Up Departement
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
Bagian yang merancang dan memastikan produksi kostum secara
sementara maupun permanen serta bertanggung jawab terhadap
penampilan artis-aktor yang sesuai untuk sebuah film.
Editorial Departement
Electric Departement
Production Departement
Script Departement
Distributor Departement
commit to user
► Studio produksi
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
Merupakan ruang produksi yang di dalamnya telah dilengkapi oleh berbagai
fasilitas sarana saat proses produksi dimulai. Ruang produksi adalah salah satu
hal penting dan sangat dibutuhkan di dalam suatu bangunan industri film,
mengingat kelengkapan fasilitas produksi dapat mengehemat minimal 30 %
dari seluruh biaya produksi. Adapun pengguna studio produksi sebagai berikut:
► Art Dept/Costume
► Suporting Business
Merupakan bagian dari mitra bisnis film, umumnya bersifat bisnis dan
kerjasama. Mitra bisnis ini bisa jadi satu dengan pihak swasta yang mengelola
studio produksi ataupun bisa terpisah. Tidak menutup kemungkinan juga
berasal dari luar negeri.
► Perusahaan bioskop
b. Kegiatan Apresiasi
32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
Merupakan salah satu bentuk fasilitas pertunjukan film yang dikelola secara
komersiil dalam suatu perusahaan.
Beberapa kegiatan yang bersifat apresiatif terhadap hasil karya film banyak
dilakukan oleh para pecinta film atau umumnya disebut komunitas film yang
terdiri dari masyarakat umum, moviegoers, kritikus, sineas dan juga insan
perfilman. R. kine klub berfungsi sebagai area berkumpul, menonton,
berdiskusi, mengkritisi hasil hasil karya film.
Perpustakaan dan videotek adalah fasilitas industry film yang berfungsi untuk
sumber penelitian dan informasi yang dibutuhkan oleh komunitas film dalam
menggali informasi film. Berikut fasilitas yang ada dalam perpustakaan &
videotek antara lain :
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
Merupakan fasilitas penunjang yang dikelola oleh perorangan atau kelompok
untuk tujuan komersiil dan juga berfungsi untuk kegiatan distribusi &
publisitas produk film yang akan edar. Fasilitas ini meliputi :
a. Auditorium
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
1.) Denah Segi Empat
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
Bentuk denah melengkung
biasanya dihubungkan dengan
atap kubah yang sangat tinggi.
Kecuali diatur secara akustik,
dinding-dinding melengkung
dapat menghasilkan gema,
pemantulan dengan waktu tunda
yang panjang dan pemusatan
bunyi, kesemuanya dapat berperan Gambar II.7 : Denah Auditoium
melengkung
pada RT yang sangat panjang. Karena Sumber : Buku akustik lingkungan
itu, lantai melengkung harus dihindari.
commit to user
a. Bioskop Rumah (Home Theatre)
36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
yaitu sebuah bioskop mini keluarga
yang ditempatkan didalam rumah atau
ruang Kine dengan peralatan khusus
yang disesuaikan seperti berada didalam
bioskop, umumnya bersifat pribadi.
c. Bioskop Besar
commit to user
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
Layar proyeksi besar didalam bioskop diatur sesuai radius sampai urutan kursi
terakhir. Sisi layar proyeksi besar diletakkan dengan jarak minimal 60 cm di
atas lantai.
Tangga untuk sirkulasi : Tinggi anak tangga maksimal 15 cm dan Lebar anak
tangga minimal 28 cm.
Tangga panggung tempat duduk : Tinggi anak tangga standard 13 cm dan Lebar
anak tangga 80 – 115 cm.
Kemiringan lantai dengan kecondongan min 10%.
commitberikut
Persyaratan tempat duduk sebagai to user:
38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
Distribusi utama melalui 1 jalan utma diantara 2 kelompok kursi dengan
persyartan maksimal 7 kursi (4,20 m).
o Gallery
Distribusi utama melalui 2 gang way di samping kiri kanan dari kelompok
kursi dengan persyaratan meksimal 14 kursi (8,40 m).
40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
o Mixer, merubah tanggapan frekuensi sinyal listrik dari tiap komponen sumber
mencampur sinyal dan meneruskan kemudian diproses ke power amplifier.
o Amplifier
o Speaker
e. Persyaratan Keamanan
System listrik penunjang persyaratan ruang didalam ruang sinema indoor adalah :
41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
1.) Studio Penonton – Theatre Studio
commit to user
Gambar II.18 : Studio workshop
Sumber : google.net
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
commitediting
to useraudio, studio editing video dan studio
Gambar II.21 : Studio editing
Sumber : google.net
43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
editing audiovisual.
a) Tata Cahaya
Key Light
Merupakan sumber penyinaran paling dominant yang diarahkan ke objek
pengambilan atau area tertentu dari segala arah. Penempatan Key Light ini
pada sudut 300 – 450 kesamping kirir atau kanan dan 300 – 400 diatas objek
dan biasanya digunakan sinar dari tipe hard light
Base Light
Suatu penyinaran yang menyebar, rata dan hampir tidak menghasilkan
bayangan, cukup untuk dapat menghasilkan gambar di layer tetapi agar bisa
commit to user
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
menghasilkan gambar yang artisitk masih perlu ditambah dengan penyinaran
lainnya.
Fill Light
Merupakan penyinaran tambahan yang diarahkan ke objek pengambilan
dengan tujuan untuk mengurangi bayangan dari samping akibat penyinaran
dari sinar utama dan lainnya. Pemasangannya terletak 300 di sebelah view line
dengan posisi yang berlawanan deangan Key Light.
Cross Light
Penyinaran yang sama kuat kearah suatu objek dari dua arah yang
mempunyai sudut penyinaran yang sama terhadap sumbu optik kamera pada
bidang horizontal.
Eye Light
Penyinaran terhadap seseorang agar bisa menghasilkan pantulan mata, gigi
atau lainnya tanpa menambah jumlah cahaya yang berarti terhadap objek itu,
biasanya berasal dari lampu berdaya kecil yang terpasang pada kamera.
Set Light
Penyinaran untuk latar belakang atau set yang terpisah dari penyinaran objek
utamanya.
Ada empat buah lampu yang digunakan pada pencahayaan stage yaitu :
45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
4. Follow spats
Lampu ini digunakan untuk obyek yang bergerak seperti penari panyanyi, skater
dan lain-lain.
b) Tata suara
46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
o Ruang pendukung, meliputi ruang operator, ruang kontrol audio dan
lighting, ruang pengumuman, dll.
o Ruang servis, meliputi lobby, kamar mandi, ruang generator dan ruang
property.
c) Tata Arstistik
47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
kamera. Yang membuat penempatan posisi kamera tersebut adalah Director
yang bekerjasama dengan D.O.P (Director of Photography).
1. Sistem Akustik
a. Teori Akustik
Kata Akustik berasal dari bahasa Yunani Akoustikos yang berarti segala
sesuatu yang bersangkutan dengan pendengaran pada suatu kondisi ruang yang dapat
mempengaruhi mutu bunyi. Dalam arsitektur, pengertian Akustik berasal dari kata
Akustika yaitu cabang ilmu fisika yang menyelidiki penghasilan, pengendalian,
penyampaian, penerimaan dan pengaruh bunyi.
Dalam system akustik ini, kita mengenal kata ‘bunyi’. Bunyi sendiri
adalah gelombang getaran getaran mekanis yang melewati media padat, cair dan gas
yang dapat ditangkap oleh telinga manusia pada umumnya, yaitu pada frekuensi 16 –
20.000 Hz. Variasi bunyi terjadi karena tekanan udara berupa rapatan atau
renggangan molekul udara olehcommit to user
gangguan pada media elastic yang menyebar ke
segala arah. Sumber bunyi dari suatu kegiatan manusia atau mesin akan menimbulkan
48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
dampak yang enak didengar dan tidak enak didengar (gaduh / bising). Kebisingan ini
merupakan dampak bunyi yang akan mempunyai pengaruh dalam kenyamanan fisik
suatu wadah kegiatan (bangunan) yang tingkat bisingnya berbeda antara satu dengan
yang lainnya sehingga untuk mengantisipasi hal ini perlu adanya konsep perencanaan
dan perancangan arsitektur yang memperhatikan akustik.
Bunyi sendiri dibedakan menjadi dua macam. Pertama bunyi udara (airborne
sound) adalah bunyi yang ditransmisi lewat udara saja. Kedua bunyi benturan (impact
sound) adalah bunyi yang tidak hanya memancarkan energinya lewat udara tetapi juga
secara serentak menyebabkan bagian bagian kerangka bangunan yang padat bergetar.
Bunyi sendiri merupakan factor utama penyebab adanya sumber bising.
Sumber bising utama lingkungan diklasifikasikan dalam dua kelompok, pertama
bising interior, berasal dari manusia, peralatan dalam gedung, mesin mesin gedung;
kedua bising luar (outdoor) berasal dari lalu lintas, transportasi, industri, alat alat
mekanis, perbaikan jalan dan kegiatan lain diluar gedung. Disisi lain, telinga normal
manusia peka terhadap bunyi yang memiliki frekuensi audio antara 20-20.000 Hz.
Jangkauan tangkap bunyi setiap orang berbeda-beda tergantung dari usia, jenis
kelamin, dan lain sebagainya. Berikut adalah jenis tingkat keras bunyi :
49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
Bunyi diluar batas kemampuan dengar manusia akan menimbulkan dampak
buruk bagi kesehatan manusia. Efek bunyi depat menjadi sangat buruk bila terjadi
komplikasi.
Terdapat empat terminology akustik yang diketahui secara umum, antara lain :
1. Reverberation (Gema)
Pada area terbuka, ada waktu dimana suatu sumber bunyi berhenti
memancarkan energy. Pada saat itulah saat dimana bunyi tidak dapat didengar
(inaudible). Perpanjangan bunyi pada ruang ini disebabkan oleh lanjutan pantulan
berulang yang disebut Reverberation. Reverberation time (waktu gema) memiliki
peranan penting untuk menentukan kualitas suara atau music dalam suatu ruangan.
Gema yang panjang akan menimbulkan tingkat kebisingan yang tinggi. Efek
waktu gema tergantung pada kondisi kebisisngan yang dihasilkan suara atau bunyi.
Waktu gema yang maksimum dapat dipakai di pertunjukan music outdoor tetapi
hal ini juga akan memberikan nilai yang berbeda pula pada suatu ruang auditorium.
Kondisi seperti ini juga dapat berlaku sebaliknya. Sehingga harus ada perencanaan
akustik tepat untuk memanfaatkan kondisi diatas.
commit to user
50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
2. Reflections (Pemantulan)
commit to user
Gambar II.26 : Perbandingan tingkat sumber bunyi
Sumber : buku Akustika Lingkungan
51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
4. Sound Transmission Class (STC)
Ruang NR
Teater 15 – 25
R. serbaguna 25
R. konferensi 25
Perpustakaan 25 – 30
R. kelas 30
R. rapat 30
Cafetaria 40
Sirkulasi 40
Dari aktifitas suatu pusat perfilman juga diketahui bahwa sumber bising
dibedakan menjadi 2, yaitu :
commit to user
52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
a.) Bising Eksterior
Yaitu bising yang bersumber dari luar bangunan, dalam hal ini selain lalu lintas
juga adanya kegiatan shooting outdoor yang berpotensi menimbulkan bising di
lingkungan sekita. Usaha untuk mereduksinya adalah dengan pengolahan tapak,
antara lain dengan penempatan masa bangunan utama pada zone yang tenang,
pemakaian barier, misal vegetasi, pagar, dan sebagainya disekitar tapak.
Merupakan bising yang bersumber pada bangunan itu sendiri. Misalkan suara
manusia, suara audio, suara mesin mesin dalam bangunan, dan lain-lain. Usaha
reduksi dalam dilakukan dengan cara memperkecil saluran dan peletakan sumber
bunyi langsung pada tanah, pelapisan ruangan yang berpotensi bising dengan
peredam, misal ruang bioskop.
Yang dimaksud disini adalah penanggulangan bising yang berasal dari luar
ruangan untuk kenayamanan audio baik dalam ruangan ataupun sekitar bangunan.
Reduksi bising ini tiidak hanya memperhatikan lemen elemen yang menempel atau
berada pada bangunan, namun juga merancang ruang luar yang mampu Manahan atau
mengurangi dari luar / jalan kedalam lahan bangunan. Langkah langkah perancangan
akusti luar ruangan yang dapat ditempuh sebagai berikut :
- Menciptakan jarak sejauh mungkin antara dinding muka bangunan dengan jalan pada
lahan yang tersedia melalui siasat penataan (layout) bangunan.
- Menempatkan elemen terbuka tidak secara langsung menghadap ke jalan.
- Mendirikan penghalang untuk menahan atau mengurangi perambatan kebisingan.
- Memilih material dinding muka bangunan dengan kombinasi elemen desain bernilai
insulansi tinggi.
53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
Macam : Akasia, Damar, Cemara angin, Tanjung, Bungur, dll.
Bunyi yang terjadi ataupun yang terdengar didalam ruang tertutup merupakan
kombinasi dari bunyi asli dan bunyi hasil pantulan. Perilaku penyebaran bunyi
didalam ruang sebagai pengetahuan dasar untuk mengatasi kebisingan yang
muncul dalam ruang serta untuk meningkatkan kualitas bunyi yang dikehendaki.
Gejala-gejala akustik didalamcommit to user antara lain :
ruang tertutup,
54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
Pemantulan bunyi
Yang dimaksud dengan gejala pemantulan bunyi ini, dimana sumber bunyi
datang dan pantul terletak dalam bidang datar sama dan sudut gelombang
bunyi datang sama dengan sudut gelombang bunyi pantul. Desain ruangan
(auditorium) ukuran sedang dan besar, kondisi mendengar dapat banyak
diperbaiki dengan penggunaan pemantul pemantul yang ditempatkan dengan
cermat.
Penyerapan bunyi
Pengendalian akustik bangunan yang baik membutuhkan penggunaan bahan
bahan dengan tingkat penyerapan bunyi yang tinggi. Dalam akustik
lingkungan terdapat unsur-unsur yang dapat menunjang penyerapan bunyi,
antara lain :
Lapisan permukaan dinding, lantai dan plafond; Isi ruangan seperti penonton,
bahan tirai, lapisan tempat duduk; Udara dalam ruang.
Diffusi bunyi
Diffusi bunyi yang cukup adalah ciri akustik yang diperlukan pada ruang
ruang tertentu, seperti ruang
commitkonser,
to user studio produksi, teater, dll karena
55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
membutuhkan distribusi bunyi yang merata yang mengutamakan kualitas
suara / bunyi.
Difraksi bunyi
Difraksi merupakan gejala akustik yang menyebabkan gelombang bunyi
dibelokan atau dihamburkan sekitar penghalang seperti sudut, kolom,
tembok. Difraksi yang terjadi disekeliling penghalang lebih nyata pada
fekuensi rendah.
Dengung
Dengung adalah bunyi yang berkepanjangan sebagai akibat pemantulan
berturut turut dalam ruang tertutup setelah sumber bunyi berhenti.
Dengung yang berlebihan akan menimbulkan efek merusak pada
inteligibilitas suara dalam suatu ruangan.
Resonansi ruang
Suatu ruang tertutup dengan permukaan interior pemantul bunyi tanpa
diinginkan menonjolkan frekuensi frekuensi tertentu yang disebut ragam
getaran normal ruang. Efeknya akan mengganggu terutama pada
jangkauan frekuensi rendah dimana ragam ini tidak didistribusikan secara
sama.
Pengaruh yang merusak dapat dikurangi dengan cara membagi ruang yang secara
akustik disukai, Menempatkan dinding dinding ruang secara tidak teratur,
Menggunakan permukaan tidak teratur secara maksimal, Mendistribusikan elemen
penyerap secara merata pada dinding dinding batas. Berikut adalah gambaran
mengenai ciri perilaku bunyi pada ruang tertutup.
Keterangan :
1. Pemantulan bunyi
2. Difusi bunyi
3. Penyerapan bunyi
4. Transmisi bunyi
5. Resonansi ruang
6. Difraksi bunyi
commit
Gambar II.28 : Gejala akustik to user
ruang
tertutup
Sumber : Buku Akustika Bangunan
56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
2.) Cacat Akusik
Sebuah ruangan tertutup yang didesain untuk suatu fungsi tertentu, baik yang
mempertimbangkan aspek akustik maupun yang tidak, seringkali dihadapkan pada
cacat akustik ruang yang diakibatkan oleh perilaku bunyi sebagai berikut:
57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
External Noise (Bising)
Cacat ini dihadapi oleh hampir seluruh ruangan yang didesain, karena pada
umumnya ruangan dibangun di sekitar sistem-sistem yang lain. Bising dapat
menjalar menembus sistem dinding, langit-langit dan lantai, disamping
menjalar langsung melewati hubungan udara dari luar ruangan ke dalam
ruangan (lewat jendela, pintu, saluran AC, ventilasi, dsb). Konsep
pengendaliannya berkaitan dengan desain insulasi (sistem kedap suara).
Pada ruangan-ruangan yang critical fungsi akustiknya, biasanya secara
struktur ruangan dipisahkan dari ruangan disekelilingnya, atau biasa disebut
box within a box concept.
Bahan Penyerap Suara (Absorber) yaitu permukaan yang terbuat dari material
yang menyerap sebagian atau sebagian besar energi suara yang datang
padanya. Misalnya glasswool, mineral wool, foam. Bisa berwujud sebagai
material yang berdiri sendiri atau digabungkan menjadi sistem absorber
(fabric covered absorber, panel absorber, grid absorber, resonator absorber,
perforated panel absorber, acoustic
commit tiles, dsb).
to user
58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
Tiap material akustik ruang memilki koefisien absorpsi berbeda-beda.
Dinding
Batu bata diplester halus 0.02
Batu bata diplester kasar 0.01
Batu bata ekspose 0.06
Papan kayu 0.10
Kolom beton dicat 0.04
Kolom beton tidak dicat 0.06
Tirai kain tipis / sedang / tebal 0.11/0.49/0.55
Kaca halus 0.01
Kaca kasar / buram 0.04
Plafon
Beton dak 0.015
Eternit 0.17
Gypsum 0.05
Alumunium, furniture, dll 0.01
Bahan Pemantul Suara (reflektor) yaitu permukaan yang terbuat dari material
yang bersifat memantulkan sebagian besar energi suara yang datang
kepadanya. Pantulan yang dihasilkan bersifat spekular (mengikuti kaidah
Snelius: sudut datang = sudut pantul). Contoh bahan ini misalnya keramik,
marmer, logam, aluminium, gypsum board, beton, dsb.
Bahan pendifuse/penyebar suara (Diffusor) yaitu permukaan yang dibuat tidak
merata secara akustik yang menyebarkan energi suara yang datang kepadanya.
Misalnya QRD diffuser, BAD panel, diffsorber dan sebagainya.
commit to user
59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
4.) Sistem Penguat Bunyi
Mikrofon
Mikrofon merupakan salah satu alat perkuatan bunyi serta perekam bunyi.
Kualitas yang diteriam oleh mikrofon tergantung kualitas sumber bunyi dan
kualitas mikrofon. Untuk menghindari feedback suara, peletakan mikrofon
sangat penting. Menurut mobilitasnya, perletakan mikrofon dibedakan menjadi:
- Peletakan statis, yaitu system peletakan tetap tanpa bisa diubah-ubah oleh
jangkauan manusia.
- Peletakan semistatis, yaitu peletakan mikrofon dengan menggunakan
penyangga (stand).
- Peletakan dinamis, yaitu peletakan yang bisa dipindah atau dibawa
menurut kebutuhan.
Penguat dan control / Amplifier
Alat ini berfungsi untuk memeperkuat masikan (input) bunyi yang telah
ditangkap oleh mikrofon. Amplifier digunakan untuk memperkuat atau
mengeraskan bunyi sehingga untuk mendapatkan kualitas suara yang lebih baik
harus melalui proses perbaikan dengan sistem ekualisasi.
Rangkaian lengkap system ekualisasi terdiri atas :
- Mixer pre-amplifier - Power amplifier
commit to user
- Equalizer - Speaker
60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
Pengeras suara
Pengeras suara atau disebut juga loudspeaker merupakan rangkaian terakhir
sound system yang berfungsi untuk memperkeras hasil sumber bunyi. Seperti
halnya mikrofon, peletakan speaker harus dipertimbangkan secara tepat.
Adapun cara peletakan speaker menurut Egan (1976) dibedakan menjadi:
- Peletakan terpusat
- Peletakan menyebar
- Monitor speaker
Fleksibilitas akustik bisa dikatakan salah satu bagian dari ilmu akustik yang mana
merupakan ilmu yang mempelajari kenyamanan audio bagi perancangan lingkungan
buatan, khususnya didalam ruangan. Ditinjau dari kata fleksibel, didalam arsitektur
umumnya mengacu pada perencanaan desain ruang yang dinamis dan efisien. Disisi lain,
ilmu akustika merupakan ilmu yang menerapkan desain kenyamanan dan pengendalian
audio (bunyi) dalam ruang tertutup (skala mikro).
Fleksibilitas akustik ruang disini bisa dipahami sebagai penerapan perancangan
akustik berkonsep satu ruang multifungsi yang dapat mengakomodasi perubahan
bermacam fungsi ruang tersebut dengan penerapan tata akustik semi permanen serta
dinamis dalam ruang. Terdapat 2 komponen didalam Fleksibilitas Akustik Ruang, yaitu :
Fleksibilitas ruang
61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
Ada tiga konsep fleksibilitas, yaitu :
- Ekspansibilitas adalah konsep fleksibilitas yang penerapannya pada ruang atau
bangunan yaitu bahwa ruang dan bangunan yang dimaksud dapat menampung
pertumbuhan melalui perluasan.
- Konvertibilitas, ruang atau bangunan dapat memungkinkan adanya perubahan tata
atur pada satu ruang.
- Versatibilitas yaitu ruang atau bangunan dapat bersifat multi fungsi.
Perencanaan dan perancangannya didesain dengan mempertimbangkan fungsi ruang
sehingga akan berpengaruh terhadap system akustik, material, dan desain ruang itu
sendiri.
Ruang akustik
Merupakan istilah dalam medefiniiskan bangunan atau ruang-ruang yang
membutuhkan dan memerlukan penanganan aksutik secara cermat karena
tuntutan aktifitas didalamnya. Ada Terdapat 3 unsur utama dalam perancangan
akustik ruang adalah sumber bunyi, medium perambataan dan penerimanya.
Bunyi atau suara yang akan didengar didalam ruang akustik adalah :
1. Dialog.
2. Musik.
commit
3. Campuran antara musiktodan
user
dialog.
4. Campuran antara Musik, dialog dan noise.
62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
Berdasarkan list suara yang di dengar oleh audiens diatas – arsitek dan akustisi
membagi fungsi ruang serta RT minimum dan maksimal untuk masing–masing
ruangan sebagai berikut:
Tabel II.5 : Tingkat RT Ruangan
Ruang Bunyi RT min-
maks
Ruang konferensi Dialog 0.6 – 1.3 (detik)
Cinema dialog, noise dan music 0.6 – 1.2 (detik)
Theater dialog dan music 1 – 1,8 (detik)
Ruang konser musik musik dengan pengeras suara 1.4 – 2 (detik)
pop/rock/jazz musik akustik tanpa pengeras 1.6 – 3 (detik)
Ruang konser orchestra suara 1.8 – 3.2 (detik)
Ruang ibadah dialog dan music 1.8 (detik)
Rumah makan dialog dan background music 0.6 – 1.6 (detik)
Night Club musik dengan SPL relatif tinggi
Berdasar fungsi ruangnya pada kegiatan perfilman, terdapat karakter serta prinsip
akustik ruang yang berpengaruh terhadap perencanaan & perancangan fleksibilitas
ruang. Berikut karakter akustik peserta penerapan prinsipnya terhadap ruang ruang
kegiatan film, antara lain :
1.) Auditorium
63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
Pada Auditorium multifungsi harus dapat berfungsi maksimal bagi bermacam
macam kegiatan didalamnya. Sehingga desain interior ruangan harus bisa bersifat
fleksibel yang dapat menyajikan waktu dengung yang ideal secara berbeda beda.
Pelapis dinding, lantai dan plafon interior harus mudah diganti, biasanya dengan
model system geser (sliding), gulung (rolling), buka-tutup, dll.
64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
2.) Ruang Sinema indoor
► Lantai
Lantai harus dibuat cukup landai atau miring.
Sudut kemiringan lantai minimal 300. Sudut ini ditentukan berdasarkan selisih
ketinggian garis mata penonton di atas (misal kursi ke-n) dengan garis mata
penonton dibawahnya (kursi ke (n-1)) yaitu 12,5-13 cm. Jarak antar penonton
secara horizontal 80 – 115 cm, untuk mendekatkan jarak antara penonton
denga layar secara baik.
Lantai penonton dibuat lebih curam pada bagian belakang untuk menyediakan
garis pandangan yang jelas untuk seluruh penonton, dengan demikian
menyediakan pangadaan bunyi langsung yang banyak.
Luas lantai harus dibuat cukup kecil agar jarak yang harus ditempuh bunyi
langsung dan bunyi pantul lebih pendek.
Sisi bawah konstruksi lantai di atas dibiarkan telanjang dan diatur secara
aksutik untuk menyediakan insulasi bunyi yang cukup terhadap bisisng dari
atas tanpa langit langit gantung.
commit
Gambar II.33 to userlantai Ruang Sinema Indoor
: Ketinggian
Sumber : Data Arsitek jilid 1
65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
► Dinding
► Plafond
Karena ketinggian ruang selalu kurang cukup, maka disarankan agar tidak
menggunakan langit langit gantung.
Penataan orientasi plafon agar pemantulan bunyi ke arah area penonton
tertentu meperkuat energi bunyi tambahan.
Langit langit dengan permukaan cekung yang luas dan tidak terpotong
dihindari, agar tidak terjadi pemusatan bunyi.
Langit langit dengan bentuk kubah / setengah bola dihindari agar tidak terjadi
serambi bisiskan (whispering gallery) atau efek gema yang merambat.
Difusi (penyebaran) bunyi dengan bentuk langit-langit yang tidak teratur.
Pemantulan tambahan di langit langit cukup diaahakan ke depan layar.
commit to user
66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
3.) Studio Produksi
Hal ini terjadi karena antara bunyi langsung dengan bunyi pantulan pada
beberapa tempat tertentu selalu terjadi selisih waktu. Terutama bagian tengah di
mana antara bunyi langsung yang sudah melemah kabur dengan bunyi pantulan
yang masih kuat.
67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
Pada studio juga tidak boleh terjadi kebocoran bunyi dari luar yang bisa
terjadi melalui ventilasi, sela-sela pintu, langit-langit, dari lubang kunci dan lain-
lain. Di mana hal tersebut akan mempengaruhi dalam ruangan. Flutter juga tidak
boleh terjadi, yaitu suatu keadaan di mana pantulan suara berkumpul kembali
menjadi titik atau terjadi pengumpulan suara. Bila pantulannya berkumpul menjadi
satu dan jatuhnya di atas lantai, maka suara akan menjadi tidak terdengar, Minimal
titik mati harus jatuh pada lantai.
Lantai
Pola lantai juga ikut menentukan kualitas penyebaran bunyi karena pola
lantai suatu gedung akan mempengaruhi letak dinding-dinding yang berdiri
di atasnya. Pada studio produksi penentuan lantai harus mendukung tempat
akustik.
Dinding
Karena kemampuan untuk mencari datangnya suara-suara dengan arah
horisontal lebih besar daripada arah vertikal, maka perencanaan dinding
harus mendapat prioritas pertama sebagai peredaman.
68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
Elemen dinding fleksibel multifungsi yang dapat diatur sebagai penyerap maupun
pemantul bunyi dengan sistem rooling ataupun sladding.
Elemen lantai berkontruksi trap dan juga rata mendatar secara fleksibel.
Penyelesaian desain akustik luar ruangan agar mendapatkan kualitas akustik dalam
ruang auditorium secara maksimal.
Pemakaian bahan material berwarna gelap.
a) Auditorium sebagai ruang multi fungsi meliputi kebutuhan pengguna akan ruang
cinema, ruang seminar dan Hallroom.
b) Studio sebagai ruang multifungsi untuk kebutuhan studio produksi musik film
(Scoring music) dan studio Theatre (live action).
1.) Auditorium
commit
akustik adalah bentuk denah kipastodan
user
bentuk denah tak teratur.
69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
- Sebagai Auditorium multifungsi diharuskan memilki tata interior fleksibel
(dapat diubah-ubah) untuk mampu menyajikan waktu dengung ideal yang
berbeda-beda. Tata interior ruang fleksibel meliputi :
o Lantai
Pada lantai dapat dibuat bertrap serta dibuat dengan konstruksi yang dapat
dirapatkan kembali sehingga diperoleh ruang dengan lantai rata-mendatar
yang cukup luas untuk auditorium multifungsi.
o Dinding
Dinding auditorium multifungsi dapat didesain fleksibel yang bisa diatur
secara otomatis sebagai penyerap maupun pemantul dengan sistem
dinsing buka tutup atau dinding geser (rolling).
o Plafond
Penyelesaian plafond pada auditorium multifungsi terbagi menjadi 2
yaitu plafond yang mengarah ke panggung (untuk fungsi percakapan)
sebaiknya menggunakan bahan penyerap atau kemampuan pemantul
rendah sedangkan untuk plafond mengarah ke penonton sebaiknya
didesain memantul atau berbahan pemantul tinggi. Umumnya dengan
penyelesaian plafond tersebut, bentuk perencanaan plafond disarankan
dengan bentuk bergerigi.
► Sistem Akustik
Berdasar kegiatan yang akan diwadahi didalam Auditorium multifungsi ini, maka
didapat Noise Criteria ruangan sebagai berikut :
commit to user
70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
Sesuai Noise Criteria (NC) fungsi ruang yang disebutkan diatas, didapat juga
karakter akustik tiap kegiatan, meliputi :
- Sinema Indoor pemutaran audiovisual
Ruang sinema indoor adalah salah satu bentuk Auditorium berfungsi tunggal.
Dalam ruang ini tingkat kebisingan lebih bisa ditolerir karena sumber bunyi
atau produksi suara berasal dari pengeras suara yang diatur melalui ruang
kontrol. Dengan tingkat kebisingan yang tinggi diperlukan penanganan akustik
dengan daya penyerap maksimal. Meski begitu, penggunaan bahan peredam
harus disesuaikan dengan volume ruang tersebut. Untuk meningkatkan
kualitas bunyi, pada area plafond umumnya dibuat bergerigi serta dibuat
reflektif.
- Ruang seminar percakapan umum
Ruang seminar memilki karakteristik Auditorium dengan kebutuhan
percakapan. Umumnya percakapan memerlukan kualitas bunyi dan dengar
yang baik. Sehingga elemen dalam ruang harus mempunyai derajat
pemantulan bunyi sempurna kearah audience sebagai pendengar. Meski begitu
terkadang pemantulan berulang akan menimbulkan Echo (gema) sebagai cacat
akustik yang mengganggu.
- Hall room / Concert hall percakapan, pidato, music
Pada ruang ini, kebutuhan penanganan akustik bermacam-macam, sehingga
elemen akustik ruang harus mampu menjadi penyerap dan pemantul serta
dimungkinkan juga untuk penggunaan penguat bunyi buatan.
- Bahan akustik (papan akustik) disetiap elemen ruang harus memilki tingkat
koefisien serap dan pantul secara baik dan maksimal.
- Tahan terhadap api dan awet.
- Penentuan konstruksi bangunan dengan bahan yang memilki tingkat insulasi
tinggi.
- Dimungkinkan pemilihan material akustik bongkar pasang, seperti partisis
commit
Fort akustik system dengan to user
system modul magnetic, dapat dimodifikasi dan
lebih fleksibel.
71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
- Penggunaan material berwarna gelap pada interior ruang akustik bangunan
untuk menunjang penerapan akustik ruang.
- Memilki bilangan pantul cahaya sesuai dengan rancangan pencahayaan ruang.
► Sistem penghawaan
Ruang Auditorium secara ideal dirancang menggunakan penghawaan buatan
(AC). Peletakan lubang ventilasi AC tidak perlu memilki dimensi yang signifikan
tetapi penempatannya harus mampu mengurangi kemungkinan masuknya
kebisingan dari luar bangunan. Beberapa pertimbangan untuk instalansi AC,
antara lain :
- Pemakaian lubang diffuser yang lebar akan mengurangi desis pada kecepatan
angin yang rendah.
- Disarankan penggunaan AC model sentral.
- Permukaan bagian dalam saluran udara (duct) harus dilapisi peredan dan
dibelokan.
2.) Studio
72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
Tabel II.8 : Perbandingan ukuran studio
► Sistem Akustik
Dasar pertimbangan akustik dalam ruang studio, yaitu :
- Cacat akustik harus dicegah serta bising dan getaran harus dihilangkan.
- Derajat difusi harus tinggi serta karakteristik dengung terjaga.
- Penerapan sistem Raised floor pada lantai.
- Penggunaan dinding ganda serta penempatan material pemantul pada derajat
ruang tertentu untuk kebutuhan teater.
- Studio produksi, matrial bangunan dan perabot ruang harus memiliki kondisi
akustik berkemampuan penyerap dan pemantul suara pada derajat tertentu,
seperti panel penyerap bunyi variabel.
- Pemilihan material akustik bongkar pasang, seperti partisis Fort akustik
sistem dengan system modul magnetic, dapat dimodifikasi dan lebih
fleksibel.
► Sistem penghawaan
Pemasangan penghawaan buatan pada
ruang studio dan ruang control perlu
diatur dengan menggunakan peralatan
yang terpisah antara unit indoor dan
unit outdoor (AC Spilt). Saluran AC
(duct) sebaiknya dibuat terpisah untuk
meminimalisir perambatan kebisisngan
Gambar II.36 : Sistem penghawaan
yang terjadi antar kedua ruangan. buatan studio
commit to user Sumber : Buku Akustika Bangunan
73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
C. STUDI BANDING
Department Kostum
commit to user
74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
Department Lighting
Film Location
Merupakan replica setting dari beberapa tempat di kota kota besar seperti New York.
75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
Studio Audio Mixing
Department Audio bertugas untuk, mixing, editing dan restorasi film dan televisi
pemrograman untuk Home Theatre. Tim dari FOX memberikan kualitas tertinggi
dalam mixing dan mastering audio untuk SD dan format HD DVD dan Blu-Ray.
* 3 Fitur Dubbing Teater (dipimpin oleh: Howard Hawks, John Ford dan Robert
Wise)
* Setiap teater dilengkapi dengan Neve Digital Film Konsol (DFC)
* Ruang Konferensi
* Maximum Comfort Producer’s Booths
* Kitchen/Cafe Facility
Studio Scoring
Studio scoring film untuk membuat karya score film, dengan akustik ruangan yang
kompatibel apabila membutuhkan orang banyak dan ditunjang dengan Mixer Stem
Maker 96 Channel.
76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
Studio Screening
Sebelum film dilepas ke pasaran, para crew yang berjumlah 30 orang nonton bareng
dulu guna mengevaluasi film sebelum di tonton orang banyak. Baru setelah film
dianggap layak, film baru di publikasikan ke khalayak ramai.
Umar Ismail Hall – Konsep Akustik Duo Kombinasi Cinema Dan Concert Hall
Cinema sebagai satu-satunya ruang pertunjukkan,
sekaligus bagian yang terpenting di Gedung Pusat
Perfilman Haji Usmar Ismail, merupakan hasil
renovasi cinema room dengan konsep dwifungsi
yaitu ruang cinema & Concert Hall. Untuk
memenuhi standar kualitas commit
akustik ruang
to user
Gambar II.46: Ruang Cinema
Sumber : www.IsmailStudios.com
77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
perancangan didalam mengutamakan akustik sebagai pendekatan dalam penataan
interiornya.
Perancangan akustik ruang :
- Analisa reverberation time and diffuse sound field.
- Pemilihan detail material runagan, termasuk bentuk dan ukuran pun disesuaikan
dengan kebutuhan akustik.
- Dinding ruangan ini didesain dengan prisma-prisma yang menonjol untuk titik-titik
pemantulan suara.
- strategi ketika ruangan difungsikan sebagai cinema yang membutuhkan penyerapan
suara. Gorden-gorden dengan ketebalan dan berat khusus berwarna merah marun
yang menutupi dinding-dinding prisma sisi samping ruangan tersebut.
commit to user
78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
BAB III
Kota Bandung adalah ibu kota provinsi Jawa Barat. Kota ini merupakan kota
terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta, dan Surabaya. Kota ini juga merupakan kota
metropolitan terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Rencana umum tata ruang kota
Bandung mengenai kota, kependudukan, pengembangan sector sector wilayah kota
sehingga menjadikan kota Bandung sebagai pusat kegiatan bisnis, pendidikan, politik
dan sosial, yang dihuni sekitar 2 juta jiwa,todengan
commit user aktifitas sekitar 3 juta orang setiap
hari. Saat ini kota Bandung dirancang sebagai Pusat Distribusi Regional dimana Kota
79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
Bandung menjadi tempat berkumpulnya semua aktifitas perdagangan, industri dan jasa
bagi daerah daerah sekitarnya.
80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
1990 terdapat 7 jenis, antara lain tanah milik 80 %, tanah carik 10 %, tanah Negara 8 %,
tanah public, tanah wakaf, tanah sewa dan tanah kehutanan.
Kota Bandung sebagai ibukota propinsi daerah tingkat 1 Jawa Barat dibagi
dalam 6 wilayah pemerintahan.
Tabel III.1 : Wilayah Pemerintahan Kota Bandung
81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
Untuk utilitas kota Bandung, meliputi Air bersih dan tenaga listrik. Sumber air
minum kota berasal dari 10 mata air, 45 sumur dan pengolahan air sungai Cisangkuy.
Sedang sumber tenaga listrik berasal dari PLTA yang dikelola langsung oleh PLN. Daya
listrik yang terpasang 2.760.910.007 Mwh dengan pemakaian 136.426.905 KVA.. Saat
ini, sebagian besar rumah dan bangunan telah mendapat aliran listrik.
Bandung saat ini menjadi salah satu kota tujuan utama pariwisata dan
pendidikan. Sebagai penyumbang PAD terbesar bagi Kota Bandung, dunia pariwisata
memiliki pasar yang sangat potensial. Guna menunjangnya Kota Bandung sebagai kota
berwawasan international, Kota Bandung masih memerlukan tambahan beragam
infrastruktur, termasuk didalamnya dalam bidang jasa komersiil.
Kota bandung yang berfungsi juga sebagai ibukota Jawa Barat tumbuh
berkembang menjadi kota metropolitan dikarenakan letaknya yang tidak terlalu jauh
dengan ibukota Negara Indonesia. Hal inilah juga yang menjadi factor pendukung
pertumbuhan ekonomi kota sebagai roda penggerak perkembangan kota. Aspek ekonomi
kota Bandung memilki karakteristik ekonomi perkotaan sebagai berikut :
- Image kota Bandung sebagai kota tujuan wisata belanja dan kuliner.
- Objek wisata berskala nasional seperti museum geologi, Cibaduyut, dll.
- Tingkat perkembangan kota Bandung yang cepat dan fluktuatif.
- Perekonomian kota cenderung berkembang dengan kontribusi terbesar dari sektor
perdagangan-hotel-restauran sebesar 33,65% dan sektor industri sebesar 31,15%.
Dilihat dari segi fungsi peranan dan perencanaan tata ruang wilayah kotanya,
maka Bandung memilki potensi-potensi yang besar dan strategis yang sekaligus modal
pengembangan pembangunan kota.
commitsehat,
terciptanya iklim investasi yang to userkepastian hukum yang jelas untuk
82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
berinvestasi, infrastruktur kota kelas satu dan struktur biaya yang sangat kompetitif
membuat iklim investasi di Kota Bandung cukup baik dan menjanjikan.
► Letak Kota Bandung yang menguntungkan dalam system kewilayahan Nusantara
merupakan potensi bagi pelayanan jasa-jasa umumnya dan dalam pelayanan jasa
angkutan khususnya, baik hubungan darat, laut maupun udara.
► Bandung memiliki fasilitas yang mendukung menjadikan Bandung sebagai Kota Jasa
serta prospek pengembangan potensi wisata termasuk wisata rekreasi meliputi
Wisata Rekreasi / Hiburan; Wisata Agro, Wisata Taman Skala Kota, Galeri,
Gedung Pertunjukan, Taman lalu lintas, Gedung Bersejarah, Lingkung seni-budaya,
Olahraga Khusus (Billyar, Bowling), dan tempat-tempat hiburan lainnya.
► Tersedianya fasilitas yang cukup memadai, yang meliputi fasilitas olah raga,
kesehatan,pendidikan, kesenian dan berbagai utilitas perkotaan, merupakan potensi
dalam kedudukan kota Bandung sebagai kota niaga, jasa, pendidikan, industri, serta
pariwisata.
► Dengan adanya arus urbanisasi serta pertumbuhan penduduk yang cepat tiap
tahunnya, Sumber daya manusia yang cukup besar, dimana melalui pembinaan dan
mobilisasi secara tepat akan merupakan modal pembangunan yang menguntungkan
bagi usaha-usaha pembangunan di segala bidang.
Berdasar Perda No.2 tahun 2004 tentang RTRW, menyatakan bahwa
pengembangan struktur tata ruang kota didasarkan pada pusat kegiatan yang
dikembangakan dan pusat kegiatan yang dikendalikan, sehingga terbagi menjadi dua,
yaitu :
Wilayah pengembangan pusat primer, meliputi inti pusat kota & sekitarnya serta
wilayah Gedebage & sekitarnya
Wilayah pengembangan pusat sekunder, meliputi wilayah Sentasari, Sadang serang,
Kopo kencana, Turangga, Arcamanik dan Margasari.
83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
Pengembangan kawasan budidaya
Pengembangan kawasan perdagangan
Pengembangan kawasan pendidikan
Pengembangan kawasan industri dan jasa
Pengembangan kawasan wisata dan rekreasi
Pengembangan kawasan kesehatan
Rencana struktur pemafaatan ruang di kota Bandung sampai tahun 2013 meliputi :
Tabel III.2 : Struktur Ruang Kota Bandung
Struktur Sistem Fungsi Skala Bentuk Lokasi
Pusat
Pusat Primer pemerintahan Kota -Regional, Perkantoran, Historikal Alun-alun dan
Pusat Kota Komersial Nasional, building, reservasi sekitarnya.
Perdagangan Internasional kawasan, rekreasi.
Sosial budaya
Pusat Primer Pemerintahan Regional- Perkantoran, Stadion, Gedebage dan
Gedebage Niaga Internasional,Kota Pasar, Bangunan sekitarnya.
Pendidikan, kesehatan komersiil, sekolah, dll.
Rekreasi
Sosial
Industri jasa
Transportasi
84
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
Pemukiman sungai, Taman.
Kawasan lindung
Bandung saat ini tengah berkembang menjadi sentra industri wisata dan jasa
merupakan salah satu kota penting penyangga ibukota di propinsi Jawa Barat. Jika kita
menyimak film-film penting dalam perjalanan sejarah film Indonesia, maka akan
nampak bahwa pesona Jawa Barat menjadi bagian yang tak terpisahkan. Film cerita
pertama yang dibuat di Indonesia adalah film berdasarkan cerita legenda dari Jawa
Barat. Seperti dinyatakan Edison Nainggolan Ketua Forum Film Bandung, film nasional
pertama diproduksi di Bandung tahun 1926 yaitu Lutung Kasarung. Sehingga kota
Bandung bisa disebut juga sebagai kota pelopor produksi film nasional.
Saat ini demam membuat film sedang merambah anak-anak muda Bandung,
mulai dari siswa sekolah menengah pertama (SMP) hingga para mahasiswa. Beberapa
sekolah bahkan telah mengaplikasikan pembuatan film sebagai tugas sekolah. Di
beberapa daerah di Bnadung, mulai banayak pembuat film film Inide bermunculan,
bahkan beberapa penghargaan film local mengapresiasi karya film yang banyak
dihasilkan oleh usia sekolah serta para mahasiswa kota Bandung. Tingginya antusiasme
masyarakat Bandung dalam membuat film diakui pengamat dan pelaku industri film
commit to user
nasional. Melihat potensi kaum muda Bandung dalam membuat film, optimisme
85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
perkembangan film di Bandung dua tahun kedepan akan sangat pesat. Masyarakat telah
menganggap film sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Potensi yang ada di
Bandung mampu menghasilkan sebuah festival film sendiri sehingga wahana apresiasi
sineas Bandung semakin banyak dan beragam. Sebut saja salah satu wadah apresiasi film
di Bandung adalah Festival Film Bandung yang rutin diadakan tiap tahunnya, kemudian
tiap tahun diadakan FFI dibeberapa kota besar termasuk kota Bandung.
Banyaknya event dan festival film seperti Jiffest, British Film Festival, Festival
Sinema Perancis, indie film dan lain sebagainya memberikan pengaruh besar bagi
peminat film di Bandung. Selain dapat menyaksikan film-film festival, ruang apresiasi
mereka menjadi lebih terbuka. Kegiatan apresiatif ini juga diharapkan memberikan darah
segar bagi sineas lokal dalam menuangkan ide mereka melalui film. Umumnya
penyelenggaraannya berada di gedung pertemuan ataupun kampus-kampus besar di
Bandung. Koordinator lokal JiFFest Traveling Bandung Tarlen Handayani menyatakan,
kampus dipilih sebagai lokasi pemutaran film-film JiFFest karena komunitas film di
kampus mulai tumbuh.. Kampus juga dipilih karena beberapa kampus memiliki fasilitas
yang memadai untuk memutar film. Proses perizinannya pun lebih mudah, tidak terlalu
birokratis. Di samping itu, kampus juga lebih longgar terhadap materi film.
Dari hiruk pikuk event film yang digelar, juga kemunculan baru komunitas-
komunitas film di Bandung, ini menjadi pertanda, geliat komunitas film Bandung bukan
sekedar gerakan malas-malasan yang sesudah itu kembali tidur, tapi lebih pada
keberanian untuk menjadi diri sendiri, menampilkan identitas kulturalnya sebagai bagian
dari masyarakat global.
Saat ini kota Bandung tengah berkembang pesat menjadi kota metropolitan dan
berfungsi pula sebagai kota pendukung ibukota Jakarta. Fasilitas umum kota yang
berkaitan dengan industri komersial, barang dan jasa harus mampu menyesuaikan
dengan laju perkembangan kota. Salah satunya di bidang industri jasa komersial yaitu
industri film. Bandung sebagai kota kreatif yang tak pernah mati mempunyai potensi-
potensi besar dalam mendukung perkembangan industri film nasional. Adapun motivasi
commit to Pusat
kedudukan kota Bandung dalam perencanaan user Perfilman Nasional antara lain :
86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
Bandung mempunyai nilai strategis terhadap daerah-daerah di sekitarnya, sehingga
memilki tingkat komersialitas yang tinggi.
Potensi apresiasi film di Bandung cukup besar, hal ini terlihat dari sekian banyak
komunitas film di Bandung meskipun komunitas film di Bandung masih maju
sendiri-sendiri.
Pemasukan pendapatan pemutaran film di kota ini terbesar kedua setelah Jakarta,
sehingga dapat dikatakan daya aspirasi masyarakat Bandung terhadap hasil karya-
karya film sangat tinggi.
Bandung sering sekali menjadi lokasi shooting baik sineas dalam negri dan sineas
luar serta didukung banyaknya jumlah Production House mencapai 25-30 PH baik
local maupun PH besar, jumlah ini belum termasuk PH-PH indie.
Kota kedua setelah Jakarta sebagai pusat penyelenggaraan festival film seperti
Jiifest, Festival Film Indonesia, Festival Film Asia, dll.
Dilihat dari segi komersialitas kota yang tinggi, kota Bandung sangat berpotensi
menarik investor-investor asing masuk dan menanamkan modalnya ke dalam kota.
commit to user
87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
BAB IV
A. PEMAHAMAN
88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
- dll
vi. Festival film : - Pemutaran film film khusus
- Penghargaan bidang perfilman
vii. Pengelolaan : - Manajemen Production
House
- Manajemen artis
- Manajemen yayasan film
viii. Kegiatan penunjang
1. Fungsi
2. Misi
Pusat Perfilman Nasional sebagai pusat produksi dan apresiasi perfilman nasional
mempunyai beberapa misi sesuai fungsi utama bangunan, antara lain :
► Secara ideal
89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
► Secara material
Ideal
SKEMA :
Output :
MISI
Pusat Film ~ Film
Nasional
~ Hiburan
Material
3. Peranan
Dilihat dari bentuk dan sifat fisiknya, Pusat Perfilman Nasional bersifat
komersial. Hal ini dapat ditinjau dari beberapa kegiatan yang lebih menekankan
komersialitas. Selain itu, Pusat Perfilman Nasional juga terbuka terhadap berbagai jenis
film (dalam hal ini film-film terpinggirkan) dengan memberikan kesempatan luas pada
apresiasi film-film alternatif non komersiil. Kegiatan ini diwadahi dengan tawaran ruang
seperti ruang Kine klub, kepustakaan dan videotek, seminar, dll.
commit to user
90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
1. Pelaku
Pelaku kegiatan didalam Pusat Perfilman Nasional ini terbagi atas 4 kelompok, yaitu :
a. Pengelola Perusahaan
Pihak pengelola didalam perusahaan Pusat Perfilman Nasional meliputi Pengelola
utama, Departement Offices dan Staf Offices.
► Pengelola utama
Direktur Utama
Merupakan pemilik sekaligus pimpinan tertinggi di Pusat Perfilman Nasional.
Direktur utama bisa juga sebagai penyandang dana terbesar di dalam
perusahaan. Umumnya adalah salah satu anggota yayasan perfilman nasional.
Wakil direktur
Merupakan pemimpin kedua setelah Direktur utama, berfungsi sebagai wakil
sekaligus membantu pekerjaan Direktur utama.
Sekretaris
Merupakan tangan kanan dari Wakil direktur serta bertanggung jawab
terhadap Direktur utama. Dibawah pengawasan Wakil direktur, jabatan ini
membawahi departemen-departemen penunjang perusahaan.
► Department office
Merupakan pihak inti penunjang kinerja perusahaan yang terbagi atas beberapa
departemen, yaitu :
Departemen produksi
Dalam kegiatan kerjanya, departemen bagian produksi ini berkerja sama
dengan mitra kerja produksi. Terdiri atas :
- Kepala pengelola
- Staf praproduksi ( Script departement, Art departement, Location
departement, casting departement, dan lain-lain)
- Staf produksi
commit to user
91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
Merupakan sarana kegiatan proses produksi film untuk skala nasional, dimana
kegiatan didalamnya meliputi :
Di kegiatan produksi film kegiatan yang akan diwadahi didalam Pusat Perfilman
Nasional terdiri dari 3 bagian yaitu :
► Kegiatan perencanaan / Pra produksi, meliputi :
- Penuangan ide ke dalam Outline
- Perumusan format / skenario, script
- Program dan planning meeting
- Production meeting
- Technical meeting
- Casting
- Set up & Rehearseal
- Administrasi produksi
► Kegiatan produksi, meliputi :
- Shotting
- Recording
- Taping
► Kegiatan pasca produksi, meliputi :
- Visual editing
- Audio editing
- Visualisasi grafik dan special efek
- Manipulating
- Sound mixing dan Sound effect
- Ilustrasi & animasi
- Tittle & subtitle
commit to user
- Evaluation – preview - komersial
- Pengarsipan
94
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
b. Kegiatan Pengelolaan
c. Kegiatan Servis
95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
a. Kegiatan Hiburan
meliputi :
- Pemutaran indoor
- Penjualan & persewaan DVD/VCD
- Entertainment
- Peminjaman literatur film
b. Kegiatan Apresiasi
d. Kegiatan Servis
- Service
- Keamanan
Berdasar kegiatan diatas, maka ruang-ruang untuk kegiatan apresiasi film secara umum
meliputi :
Studio sinema indoor
Mini studio sinema
Auditorium
Retail shop
Perpustakaan-videotek
commit to user
Gallery
96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
4. Struktur Organisasi
Staf teknik
Departemen
. teknik (P)
Staf property
commit to user
97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
Go-Fer
Producer (P)
Pra Produksi /
Director (D)
perencana
Set designer
Set
construction
Sekretaris
Staf kineklub
commit to user
Staf komersial-distribusi
98
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
- Studio Produksi
- Bioskop
- Auditorium
commit to user
99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
Fleksibilitas ruang
Penerapan beberapa fungsi ruang yang berbeda pada satu wadah atau ruang yang
direncanakan serta diwujudkan pada satu ruang Auditorium multifungsi.
Ruang akustik
Tiga fungsi ruang yang diwadahi merupakan ruang-ruang yang membutuhkan
perencanaan dan perancangan sistem akutik, meliputi :
- Auditorium
- Studio produksi teater
- Studio sinema indoor.
Penerapan desain fleksibilitas akustik ruang pada peruangan utama ini sebagai
orientasi utama dalam olah site untuk perancangan bangunan Pusat Perfilman Nasional
di Bandung. Orientasi olah site meliputi tata ruang dan tata massa sehingga dapat
membentuk satu kesatuan ploting site dan bangunan yang dinamis.
commit to user
100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
BAB V
Technical meeting
Break / istirahat
Shooting
Parkir
Makeup & costume call ISHOMA &
METABOLISM
E
Set production
Pergi
Pemotretan artis Editing graphic
Pembuatan production
report
Dubbing sound
Animation production
Theatre production
Inap
101
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
Aktris-aktor
Datang Casting
ISHOMA &
Menunggu METABOLISME
Pemotretan
Make up &
costume pass
Pergi Shooting
Latihan teaterikal
Premiere/preview
film
Datang
Workshop /
Seminar
Hiburan
Parkir Informasi Rapat/diskusi
ISHOMA &
Menunggu Kontrak kerja
METABOLISME
Preview film
Pergi
Datang
Production work
Kontrak kerja
Preview film
Pergi
Inap
102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
Menonton
ISHOMA &
Parkir Informasi Membeli makan/minum METABOLISME
Literatur
Hiburan lain
Datang
Administrasi
Nonton film
Menunggu
Pergi Literature
Diskusi
103
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
Production meeting
Kegiatan personalia
Pengarsipan
Distribusi pemasaran
Manajemen promosi
Pengarsipan
Pergi
Pengadaan festival film
Penyediaan jasa
komersil
Menerima tamu/klien
Datang Pra Prodc. meeting
Rapat internal
Administrasi artis
Pergi
commit toPengelola
Skema V.10: Kegiatan user Manajemen Artis
Sumber : Analisa pribadi
104
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
Melayani fasilitas
Datang bioskop
Melayani fasilitas kine
Melayani fasilitas
literature ISHOMA &
Parkir Informasi Kerja Melayani fasilitas METABOLISM
premiere E
Melayani fasilitas
workshop/seminar
Rapat internal
Kegiatan personalia
Manajemen promosi
Menjaga informasi
105
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
Apresiasi
Pra Produksi
- Pemutaran film
Produksi - Pameran film
- Workshop-seminar
- Kineklub
- Festival film
Pasca Produksi Distribusi Promosi
- Pertunjukan film teater
- Distribusi komersil
Servis
2. Analisa Peruangan
a. Konsep Kebutuhan Ruang
Berdasar pola kegiatan pengguna bangunan diatas, didapat table kebutuhan ruang
pada bangunan Pusat Perflman yang direncanakan sebagai berikut :
106
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
Kelompok
Produksi Kantr prod II, retail office
Staf produksi, mitra Kerja (Report production, penetapan exposed, dsb) Ruang tunggu
kerja, kru produksi, Menunggu Ruang brifieng prod.
Aktris, klien Brifieng produksi Ruang property
Persiapan set & property Studio produksi
Shooting Ruang break
Break shooting
Ruang tunggu/ganti artis
Aktor-Aktris Menunggu Ruang costume
Costume & makeup pass Studio produksi film
Shooting film Std. produksi film teater
Shooting teatrikal Studio foto
Pemotretan Ruang istirahat artis
Istirahat
Kantor Prod. Animasi
Staf prod. animasi Pembuatan film animasi Studio rekaman
Aktris – actor Dubbing & pengisian suara animasi
Kantor Prod. Teater film
Staf produksi teater Perencanaan film teater Ruang property teater
Persiapan set & property Studio produksi teater
commit to user
Pertunjukan film teater
107
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
Kelompok
Pasca Produksi
Staf produksi, Kerja (Persiapan pasca produksi, penetapan final exposed Kantor staf produksi III
editor film, release print, dsb)
Editing audio Studio audio editing
Editing video Studio video editing
Final editing audio-video, animasi grafik, dll Studio animated
Staf prod, pemusik Pembuatan score music Studio music
Dubbing sound & mixed sound Studio music
commit to kegiatan
Kerja & personalia (Persiapan user Apresiasi & Kantor staf apresiasi
penunjang) Stand-stand, office retail
108
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
109
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
110
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
commit to user
Staf mekanikal- Pengoperasian Utilitas Ruang control utama
111
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
112
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
(Sumber: DA)
113
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
114
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
115
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
116
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
DISTRIBUSI FILM
Ruang Kebutuhan ruang Kapasitas Luas Sumbe
(m2) r
Kantor staf DEPT Meja, kursi 20 orang 48,6 AD
MARKETING Computer Flow 30 % A
Sekat ruang kerja @ 1.2m2
Area rapat (AD)
0.6m2/org X 10 org = 6m2
Flow 30%
LuasT = 7,8m2
Ruang tunggu tamu(AD)
1,6m2/org X 5 org = 8m2
Flow 20 %
LuasT = 9,6 m2
117
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
APRESIASI FILM
Ruang Kebutuhan ruang Kapasitas Luas Sumbe
(m2) r
Plaza penerima Area commit
public dg to user
kapasitas 15 % dari 2000 624 TS
pengunjung 2000 orang. Asumsi pengunjung. A
diambil 15% dari total pengunjung.
118
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
119
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
120
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
PENGELOLA
Ruang Kebutuhan ruang Kapasitas Luas Sumbe
(m2) r
Hall penerima Standar 1.6 m2/org 30 orang 48 AD
office
121
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
SERVIS
Ruang Kebutuhan ruang Kapasitas Luas Sumbe
(m2) r
Area parker public Kapasitas 1500-2000 orang, dg 175 mobil 3625 AD
asumsi cara datang : 500 motor A
- 35 % mobil = 700 org, @mobil =
4 org, 175 mobil.
- 50% motor = 1000 org, @motor=
2 org, 500 motor.
commit
- 15 % kend umum & to userkaki
pejalan
= 300 org.
- L @mobil 15 m2. @motor 2m2.
122
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
Ruang karyawan Loker & R. ganti karyawan, 1.5 Kapasitas 30 org 106 AD
m2/org. A
R. istirahat 1 X 12 m2.
Pantry 1 X 6 m2.
Gudang barang 1 X 25 m2.
Lavatory pegawai, terdiri atas
lavatory pria (2 toilet, 1 urinoir,
1 wastafel) dg luas asumsi 9 m2.
Lavatory wanita dianggap
sama.
123
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
124
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
Hall entrance
Resepsionis
R. Tunggu Umum
Kantor produksi
Retail Office
Ruang briefing
Ruang rapat
R. meeting produksi
Studio teater
Ruang set up
Ruang kostum
Studio produksi
Ruang break
Ruang property
Studio foto
R. property teater
R. Istirahat artis
Studio rekaman
Std. animated
Lavatory kantor
Café, mushola
Area servis
commit to user
126
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
Ruang data
Ruang perpustakaan
Area sinema
Area pustaka
Galery
Area Kine
Café, restauran
Skema V.19 : Pola Hubungan Kelompok
Ruang ibadah/mushola
commit to user Ruang Kegiatan Apresiasi Film
Lavatory Sumber : Analisa pribadi
Area servis
127
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
Hall Entrance
Hubungan Kurang Erat
Resepsionis
Ruang rapat
Ruang briefing
Ruang arsip
R. rehearsel property
Cafeteria
Mushola
Skema V.20 : Pola Hubungan Kelompok
Lavatory Ruang Kegiatan Pengelola
Area servis Sumber : Analisa pribadi
Hall Entrance ME
commit to user
128
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
Great Auditorium
Ruang artis
Ruang property
129
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
1.) Denah
Bentuk denah ruang dalam Auditorium multifungsi yang digunakan dalam
perancangan sesuai persyaratan akustik adalah bentuk denah kipas.
Berdasar fungsi ruang yang multifungsi, maka sistem fleksibilitas yang akan
diterapkan pada peruangan denah meliputi :
- Membutuhkan 3 macam peruangan yang dapat dikombinasikan dan berubah
secara fleksibel sesuai persyaratan akustik ruang berdasar masing-masing
fungsi yang akan digunakan di dalam ruang.
- Bentuk ruang berdasar persyaratan akustik ruang, menggunakan kombinasi
bentuk denah kipas dan bentuk lingkaran.
- Disamping peruangan yang bersifat fleksibel, sistem ruang multifungsi dibagi
menjadi 3 ruang :
Ruang utama meliputi ruang fleksibel Auditorium, studio sinema indoor
dan studio produksi teater. Di dalam ruang terdiri atas stage panggung
dan area penonton.
Ruang penunjang, meliputi ruang control utama, toilet, ruang setup,
ruang property dan ruang persiapan.
Ruang servis, meliputi ruang utilitas.
- Penerapan konsep desain ruang dalam ruang sesuai kebutuhan ruang
Auditorium multifungsi.
- Skematik model stage mengacu pada Auditorium yang akan digunakan dalam
ruang adalah Stage Extended.
130
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
Plafon bergerigi/bertrap,
memungkinkan pantulan
suara yang tak teratur dapat
mengarah pada penonton.
commit to user
131
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
132
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
Lantai
Penyelesaian lantai ruang Auditroium multifungsi dengan daya tampung
penonton banyak diperlukan penataan lantai miring (Sloped) atau bertrap
(inclined). Model ini memungkinkan suara sampai ke arah yang dituju dan
memberikan pandangan visual lebih baik.
commit to user
133
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
Dinding
Pada dinding digunakan sistem double panel sebagai lapisan
akustik dalam ruang setelah dinding bata. Pada dinding
menggunaan bentuk sirip sehingga memungkinkan penggunaan
model sistem buka tutup untuk pergantian panel material akustik.
Lantai
Lantai terbagi atas stage panggung pertunjukan, area property
dan stage penonton. Saat berfungsi sebagai Auditorium stage
panggung dinaikkan, stage property dirubah menjadi stage penonton
dengan penggunaan lapisan akustik penyerap. Stage penonton yang
bertrap dinaikkan dengan teknologi hidrolik.
- Sistem tata suara buatan yang direncanakan yaitu stereofonik
(penempatan speaker di kanan-kiri penonton) hanya dimungkinkan
sebagai tata suara dalam studio sinema indoor serta penguat suara
dalam fungsi ruang lain.
3.) Teknologi Peruangan
Teknologi yang digunakan berhubungan dengan sistem fleksibilitas akustik
ruang dalam ruang multifungsi. Penerapan teknologi ruang meliputi :
- Penggunaan sistem teknologi mesin motor untuk menggerakkan perputaran
stage panggung serta penggerak buka tutup pada dinding double panel saat
pergantian fungsi ruang.
- Penggunaan sistem teknologi hidrolik untuk menaikkan stage panggung,
stage area penonton dan menurunkan plafond saat pergantian fungsi ruang.
Teknologi ini dimodifikasi untuk dapat menurunkan dinding absorbfer
(penyerap) sebagai pembatas interior ruang studio sinema indoor.
- Penggunaan sistem sliding (geser) pada pergantian plafond ruang dari fungsi
Auditorium ke studio sinema indoor atau sebaliknya.
b. Konsep Tata Ruang / Pendenahan
Dasar pertimbangan pendenahan secara makro, yaitu :
- Pendekatan desain fleksibilitas akustik ruang pada konsep ruang multifungsi.
- Kedekatan hubungan antar ruang.
- commit to user
Pertimbangan kebisingan (noise).
- Pertimbangan klimatologis.
134
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
135
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
commit to user
136
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
137
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
Analisa bentuk masa berdasar teori F.DK.Ching terdapat menjadi tiga macam
bentuk primer, meliputi :
138
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
bentuk.
Pengolahan struktur cukup
sulit.
Konsep tata masa pada bangunan Pusat Perfilman Nasional sesuai bentuk masa
yang didapat pada ruang multiungsi berdasar fleksibilitas akustik ruang, meliputi :
− Komposisi masa yang diterapkan pada ruang multifungsi bangunan Pusat
Perfilman Nasional merupakan modifikasi dan pengembangan gabungan dari
bentuk lingkaran dan persegi serta bentuk denah kipas.
− Pengelompokan masa ruang bangunan sesuai kondisi akustik masing-masing
ruang untuk meminimalisir kebisingan baik mikro (kearah bangunan)
maupun makro (keluar bangunan).
commit to user
139
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
140
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
141
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
142
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
− Kelengkapan sarana penunjang utilitas kota seperti jariangan listrik, jaringan air
bersih dan air kotor, sanitasi (sampah), jaringan telekomunikasi serta pemadam
kebakaran.
− Berdekatan fasilitas umum dan kawasan komersil, seperti fasilitas pendidikan,
fasilitas perdagangan, perkantoran, sarana transportasi.
− Kelancaran akses yang mudah dijangkau baik oleh kendaraan pribadi serta sarana
transportasi umum serta berdekatan dengan jalan arteri primer Jl. Soekarno-Hatta.
143
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
Berdasar kriteria site diatas, site terpilih yang dianggap sesuai dan memenuhi
persayaratan adalah area site yang berdekatan dengan Jl. Soekarno-Hatta,, yaitu kawasan
kecamatan Rancasari dan kecamatan Gedebage dimana kedua wilayah ini merupakan
kawasan yang dikembangkan sebagai zona industri jasa, perdagangan, komersil dan
pemukiman.
commit to user
144
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
commit tojalan
Jalan Soekarno-Hatta ini merupakan user arteri primer yang berfungsi sebagai
jalan lingkar selatan kota Bandung dan sebagai penghubung antara pusat kota dan WP
145
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
Gedebage sehingga menjadi salah satu jalur sirkulasi utama. Terdapat dua alternatif
pemilihan site yang berada di sekitar Jl. Soekarno-Hatta, kecamatan Rancasari, WP
Gedebage.
3. Site Terpilih
Berdasar analisa karakter dan penilaian pada masing-masing alternatif site, maka
site yang terpilih adalah Site 1.
146
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
− Area site cukup jauh dari kawasan perumahan sehingga dapat menunjang sistem
akustik lingkungan didalam bangunan.
− Berdekatan dengan fasilitas pendukung serta mempunyai jaringan utilitas yang
memadai.
− Permasalahan site masih dapat diselesaikan dengan pengolahan tapak.
147
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
peralihan ruang.
Pencapaian Samping
Pencapaian yang memberi pengarahan tidak
langsung, pencapaian dapat dibelokkan
beberapa kali untuk memberikan suatu peralihan
dalam menonjolkan objek.
Gambar V.16 : Pencapaian Samping
Sumber : Analisa pribadi
Pencapaian Memutar
Pencapaian dengan memberikan suatu peralihan,
serta memberi kejutan dan menjaga privasi
bangunan atau sering digunakan untuk menunjang
kegiatan promosi.
Gambar V.17 : Pencapaian Memutar
Sumber : Analisa pribadi
b. Sirkulasi
Penataan Sirkulasi bertujuan untuk mengatur jalannya sirkulasi agar tercipta kondisi
sirkulasi yang aman, nyaman dan tidak terjadi crowded. Sirkulasi di Pusat Perfilman
Nasional ini direncanakan menjadi 3 sirkulasi, yaitu sirkulasi dalam site (internal),
commit
sirkulasi luar site (eksternal) dan to user
sirkulasi dalam bangunan.
Sirkulasi dalam Site (internal)
148
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
Sirkulasi didalam site harus memperhatikan pengguna (user) serta pola kegiatan
didalamnya, meliputi :
− Sirkulasi Pengunjung
Memerlukan jalur sirkulasi yang mudah dicapai dan langsung menuju
kearah plaza penerima (publik). Jalur entrance harus mudah diawasi dan
diatur.
− Sirkulasi Pengelola & staf produksi
Membutuhkan akses sirkulasi yang mudah dan efisien serta tidak
memerlukan pencapaian langsung ke ruang pengelola.
− Sirkulasi Tamu, Klien, Artis
Memerlukan pencapaian dan akses sirkulasi yang mudah tanpa terganggu
oleh sirkulasi pengguna fasilitas bangunan lain.
− Sirkulasi Servis
Sirkulasi servis termasuk didalamnya sirkulasi karyawan, kendaraan barang
dan sikulasi darurat (emergency). Sedapat mungkin harus dipisahkan dari
sirkulasi pengunjung public serta memerlukan koridor yang lebar dengan
tikungan-tikungan yang tidak tajam dan bebas hambatan. Troli-troli barang
membutuhkan ramp dan elevator untuk mengatasi masalah perbedaan tinggi
lantai.
Dalam kondisi darurat diperlukan sirkulasi darurat menuju ke luar site yang
aman dan bebas hambatan.
Sistem sirkulasi dalam site membutuhkan pembedaan sirkulasi yang jelas antara
pejalan kaki dan kendaraan. Sistem sirkulasi pejalan kaki diterapkan pada jalan-
jalan pedestrian.
149
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
– Parkir yang diterapkan di tapak adalah sistem parkir yang ditempatkan pada
area sekitar massa bangunan dan lantai basement.
– Pemisah anatara parkir pengunjung, tamu-klien-artis serta pengelola/staf
produksi.
– Pemisahan anatara area psrkir roda empat dan roda dua.
Berdasar Data Arsitek Neufert, sistem parkir terbagi menjadi 3 jenis, yaitu :
parkir parallel
Karakter :
- Efisien diterapkan di badan jalan.
- Sirkulasi keluar-masuk sulit. Gambar V.19 : Sistem parkir
paralel
- Daya tampung kendaraan sedikit. Sumber : Analisa pribadi
Sistem parkir menyudut 450
Karakter :
- Efisien diterapkan di area parkir, seperti
Gambar V.20 : Sistem parkir
bassement dan area parkir.
menyudut 450
- Sirkulasi keluar-masuk cukup lancar. Sumber : Analisa pribadi
Secara umum, sirkulasi dalam site mengikuti penataan dalam site serta tata
zonifikasi site, meliputi fungsi public, apresiatif, produksi, pengelola dan servis.
Sesuai jenis dan karakternya, sistem parkir yang akan digunakan dalam perencanaan
bangunan adalah sistem parkir menyudut 900.
Sirkulasi luar Site (eksternal)
Jalur sirkulasi ekternal mengikuti eksisting lingkungan tapak site. Secara umum
terbagi menjadi 3, yaitu :
− Sirkulasi jalan utama sebagai jalur sirkulasi utama untuk kendaraan baik
pribadi maupun umum commit to user
serta trotoar sebagai jalur lambat roda dua. Jalur ini
cocok sebagai jalur entrance site public.
150
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
− Sirkulasi jalan lingkungan sebagai jalan alternatif kedua setelah jalan utama
untuk lalu lintas kendaraan pribadi dan umum.
− Pedestrian sebagai jalur pejalan kaki.
Jalur eksternal sirkulasi site mengikuti pola eksisting jalan di sekitar area tapak.
Jalur utama dipergunakan sebagai entrance utama sirkulasi pengunjung umum,
sirkulasi jalan lingkungan sebagai side entrance baik pengelola, tamu maupun
servis yang harus memilki sirkulasi khusus tanpa mengganggu jalur publik.
Sirkulasi dalam Bangunan
Berdasarkan arah pergerakannya, sirkulasi pada bangunan dapat dibagi menjadi
2 jenis sirkulasi, yaitu :
→ Sirkulasi Horizontal
Sirkulasi secara horizontal pada bangunan menggunakan sistem koridor
yang menghubungkan fungsi-fungsi yang ada pada lantai dengan level yang
sama. Yang harus diperhatikan dalam perencanaan koridor ini meliputi :
− Macam kegiatan utama yang diwadahi.
− Kemudahan pencapaian dari ruang-ruang yang diwadahi
− Efisiensi dan efektifitas
− Karakteristik ruang yang ada.
→ Sirkulasi Vertikal
sirkulasi vertikal lebih ditujukan untuk transisi antar lantai. Pada bangunan
tinggi sirkulasi vertikal ada beberapa macam, yaitu :
− Eskalator
− Elevator
− Tangga
− Ramp
c. Kebisingan
Untuk analisa konsep kebisingan (Noise), berdasar sumber bunyi dibedakan
menjadi dua, yaitu :
Bising eksterior (Lingkungan)
Merupakan bisisng yang bersumber dari luar bangunan, seperti lalu lintas,
industri, mesin mekanik dan lain sebagainya. Umumnya bisisng yang terjadi
lingkungan site bangunan commit to user
merupakan bunyi bising dari lalu lintas jalan serta
bisisng lingkungan yang berpotensi masuk dan mengganggu kedalam ruang.
151
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
152
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
– Orientasi kedalam
Kelebihan dari orientasi ke dalam adalah
keamanan yang dapat terjaga, namun
– Orientasi keluar
Kebalikan dari orientasi ke dalam, model orientasi SITE
keluar cenderung terbuka terhadap interaksi dengan
lingkungan sekitar, namun keamanan akan lebih sulit
LINGKUNGAN
terjaga. Gambar V.24 : Orientasi keluar
Sumber : Analisa pribadi
LINGKUNGAN
153
Gambar V.25 : Orientasi
kedalam & keluar
Sumber : Analisa pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
Mikro (Ruang/pendenahan)
Orientasi mikro merupakan pengarah penataan ruang (pendenahan) sebagai
pembentuk siteplan didalam site yang direncanakan. Sesuai konsep pendekatan
desain Fleksibilitas Akustik ruang pada ruang multifungsi utama, maka
orientasi utama peruangan diarahkan pada ruang multifungsi utama.
Selain itu, orientasi tata denah juga harus memeprhatikan beberapa hal sebagai
berikut :
− Pencapaian serta jalur sirkulasi user sesuai pola kegiatan masing-masing.
− Sistem akustik atau kebisingan (noise) baik dari dalam maupun dari luar site.
− Kelancaran akses dan view atau arah pandang kedalam tapak.
e. Zonifikasi
Analisa konsep sistem zonifikasi site Zona
pada perencanaan Pusat Perfilman Nasional Pengelola
Zona Zona
bertujuan untuk menata dan menciptakan Apresiasi Produksi
kelompok ruang sesuai kegiatan pada Zona
bangunan agar tidak terjadi overlapping Servis
TAPAK SITE
antar zona dan tercipta kehamonisan fungsi
Gambar V.26 : Zonifikasi dalam site
antar fasilitas. Dalam penzoningan site ini, Sumber : Analisa pribadi
potensi dan keadaan tapak kawasan sangat
berpengaruh terhadap hasil penzoningan, sehingga sesuai kegiatan serta fungsi
yang akan diwadahi didalamnya, penzoningan site terbagi atas :
Zona Apresiasi
Merupakan zona untuk kelompok kegiatan publik komersil dan aktifitas
apresiatif film. Bersifat terbuka dan umum sehingga dimungkinkan
penempatan pada area depan site.
Zona Produksi
Merupakan zona untuk kelompok kegiatan produksi. Bersifat privat
commit toakses
tertutup dan harus mempunyai user terbatas dan terpisah dari pengunjung
154
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
Zona Servis
Merupakan zona kelompok kegiatan servis untuk menunjang kegiatan dari
fasilitas-fasilitas lain dan tertutup bagi public, seperti MEE, keamanan dan
utilitas.
Sedang dalam perencanaan bangunan, sistem zoning terbagi atas 2, yaitu :
zoning horizontal
Dalam sistem zoning horizontal terdapat 3 zona, yaitu :
− Zona Publik
Menampung kegiatan yang bersifat PUBLIK
umum atau ruang-ruang pelayanan SEMI PUBLIK
umum.
PRIVAT
− Zona semi publik
Menampung kegiatan yang tidak
sepenuhnya terbuka hanya atau untuk
kalangan tertentu. Gambar V.27 : Zonifikasi
horisontal
− Zona Privat Sumber : Analisa pribadi
Menampung kegiatan yang bersifat individu atau pribadi.
zoning vertical
Sedangkan zonifikasi vertical juga dibagi menjadi tiga zona, yaitu :
− Zona tenang
Untuk kegiatan yang memerlukan ketenangan
tinggi seperti tempat tidur, ruang rapat dan
ruang-ruang privat. TENANG
− Zona transisi
commit to user
TRANSISI
PUBLIK
155
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
Sumuran
Mendukung bangunan berlantai banyak, dapat
digunakan pada berbagai jenis tanah, dimensi yang
besar dan banyak membuang tanah galian.
Gambar V.30 : Pondasi Sumuran
commit to user Sumber : Analisa pribadi
156
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
Tiang Pancang
Mendukung bangunan berlantai banyak, cocok untuk
tanah yang cukup keras, penggalian tanah untuk
pondasi cukup dalam.
157
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
- Kolam buatan
- Lavatory
- Aktivitas servis serta pemeliharaan bangunan dan area hijau binaan
Sumber air yang digunakan adalah Sumur dalam / deep well sebagai
sumber utama dan air dari PDAM sebagai cadangan, dengan pertimbangan
suplai air dapat disesuaikan terhadap kebutuhan. Jaringan distribusi
menggunakan Down Feed Distribution, dimana air tanah tidak terus-
menerus dipompa ke atas (seperti pada Up Feed Distribution), tetapi
ditampung dalam tangki-tangki air yang diletakkan pada beberapa menara
kemudian didistribusikan. Keuntungan menggunakan ini adalah mampu
memperhitungkan jangkauan distribusi dengan membagi area pelayaran
terhadap luasan tapak. ini digambarkan sebagai berikut:
Water Distribusi
tank seluruh
Sumur pompa Pompa commit to user
Water tapak
treatment
Pompa
PDAM 158
Ground
Reservoir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
159
Genset Automatic Sekering Panel Panel
switch&SEB utama distribusi cabang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
Udara Exhauster
commit Ruang
to user
Cooling Tower
AHU
160
Condensor Compressor CHILLER Blower
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
161
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
Fluoresence
Digunakan pada ruang-ruang yang menuntut kuat
penerangan tinggi. Sehingga dipilih fluoresence
jenis daylight atau white deluxe dengan berbagai
Lampu Pijar
Digunakan pada ruang-ruang yang menuntut kuat
penerangan sedang, seperti lavatory, mini pantry dan
ruang penjaga.
Gambar V.34 : Lampu Lampu Spot juga dapat digunakan dalam ruang
Spot studio sebagai penerangan untuk keperluan
Sumber : www.google.net
produksi.
e. Sistem Telekomunikasi
Sistem telekomunikasi yang digunakan didalam bangunan meliputi :
komunikasi didalam tanpa akses keluar kompleks menggunakan intercom,
PABX (Public Automatic Branch Machine) dan CTV Monitor (Close Circuit
commit to user
Television).
162
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
komunikasi
PLN dariTrafo
/ keluar kawasan atau lokasi site menggunakan
Sub Trafo Sekering layanan line
Operator
Telepon
Terminal & kontrol
TELKOM Faksimile
panel
Internet
SLJJ
163
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
Suhu Thermal
Distribusi
>750C Detector
Sampah organik
Compactor
Floor control TPA
Shaft
panel
Sampah nonorganik
Container Truk sampah
164
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
commit to user
165
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB VI
BAB VI
A. HIRARKI RUANG
Tujuan :
Dasar Pertimbangan :
commit to user
166
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB VI
commit to user
167
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB VI
Pre Desain
R. Sinema Indoor
R. Auditorium multifungsi-Std
produksi teater R. Auditorium Seminar
commit to user
168
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB VI
2. Orientasi mikro
Tujuan :
Untuk menentukan orientasi peruangan sebagai pembentuk ploting denah pada site
sesuai konsep ruang Auditorium Multifungsi.
Dasar Pertimbangan :
Konsep orientasi mikro site
Manifestasi desain peruangan Aditorium Multifungsi pendekatan fleksibilitas
akustik ruang.
System akustik ruang.
Proses :
Pre Desain
commit to user
169
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB VI
Tujuan ;
Merancang penataaan ruang-ruang bangunan perfilman secara tepat untuk fungsi
masing-masing fasilitas kegiatan serta sesuai dengan konsep orientasi ruang
terhadap ruang Auditorium multifungsi.
Dasar Pertimbangan :
Perletakan kedekatan ruang adalah berdasarkan kedekatan fungsi kegiatan
dalam masing - masing ruang.
Perancangan desain ruang Auditorium Multifungsi.
Perancangan desain orientasi.
Proses :
commit to user
170
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB VI
4. Ekspresi ruang
Tujuan :
Dasar Pertimbangan :
Konsep perencanaan ruang Auditorium multifungsi.
Karakter dan sifat kegiatan tiap fasilitas dalam ruang.
Persyaratan akustik ruang.
Proses :
commit to user
171
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB VI
1. Site Terpilih
Tujuan
Mendapatkan bentuk eksisting dari site terpilih yang akan diolah menjadi site
bangunan Pusat Perfilman Nasional.
Dasar Pertimbangan
Konsep lokasi dan site terpilih.
Luasan site berdasar perhitungan besaran ruang yaitu 4-5ha.
Kondisi eksisting area site.
Potensi site terpilih dalam konteksnya untuk menunjang keberadaan bangunan
Pusat Perfilman Nasional.
Konsep desain peruangan
Proses
commit to user
172
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB VI
4
Perencanaan area site terpilih
harus dapat menunjang dan
mendukung perkembangan
perencanaan bangunan Pusat
Perfilman Nasional kedepannya.
Tidak berdekatan dg lingkungan
industry dan pemaksimalan lahan
kososng disekitar area site untuk
perkembangannya.
5
Site terpilih yang dirasa tepat dan
sesuai berdasar pertimbangan letak
dan eksisting site serta bentuk site
yang paling sesuai berdasar
rencana bentuk ploting denah yang
telah direncanakan sebelumnya.
commit to user
173
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB VI
commit to user
U
174
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB VI
Batas-batas site
Utara : Bangunan toko Mebel, terminal bus, pertokoan, dan Jalan Soekarno-Hatta.
Potensi Site
Peraturan bangunan dan rencana ketinggian bangunan yang direncanakan di sekitar Jalan
2. Tata Site
a. Pencapaian
Tujuan
Untuk menentukan pencapaian ke dalam site yang efektif yang dapat digunakan untuk
175
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB VI
Dasar Pertimbangan
Proses
commit to user
176
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB VI
b. Orientasi
Tujuan
Merencanakan arah orientasi keluar site agar tercipta keseimbangan antara interaksi
Dasar Pertimbangan
commit to user
177
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB VI
c. Noise/Kebisingan
Tujuan
Mendapatkan kenyamanan audio didalam site dan bangunan baik dengan reduksi bising
lingkungan di area sekitar site serta mencegah bising daridalam bangunan site keluar.
Dasar Pertimbangan
Proses
Publik
Rencana
Bangunan
Tenang Bising
Bising
sedang
sedang
commit to user
178
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB VI
d. Sirkulasi Ekternal
Tujuan
Mendapatkan jalur sirkulasi ekternal area site untuk menentukan jalur sirkulasi ke arah
Dasar Pertimbangan
Pencapaian site.
Proses
commit to user
179
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB VI
e. Zoning
Tujuan
Analisa sistem zonifikasi tapak pada site Pusat Perfilman ini dibuat agar tidak terjadi
overlapping antara zona satu dengan zona yang lain sehingga tercipta persatuan fungsi
Dasar Pertimbangan
Pencapaian site.
Orientasi.
Kebisingan (noise).
Sirkuasi eksternal
Proses
commit to user
180
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB VI
f. Sirkulasi Internal
Tujuan
Untuk merencanakan pola sirkulasi dalam site yang efektif dan terintegrasi dengan
sirkulasi lingkungan di sekitar site serta mampu menjamin keamanan dan kenyamanan
Dasar Pertimbangan
Zonifikasi site
Sirkulasi eksternal
commit to user
181
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB VI
Proses
Perancangan desain sirkulasi internal didalam site berdasar hasil analisis zonifikasi serta
eksisiting sirkulasi lingkungan sekitar site. Pola sirkulasi didapat pola linier langsung
untuk pengunjung public sedang pola sirkulasi memutar diterapkan pada sirkulasi
Pre Desain
commit to user
182
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB VI
g. Lansekap
Tujuan
didalam site.
Dasar Pertimbangan
Ploting site
Sirkulasi
Zoning
Proses
Sumber kebisingan utama berasal dari sirkulasi Jalan arteri Soekarno-Hatta, sehingga
tata lansekap dibuat mengelilingi bangunan untuk mereduksi bising dari dalam keluar
commit to user
183
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB VI
1. Tata Massa
Tujuan
Membuat desain permasaan dalam Pusat Perfilman Nasional sesuai konsep ruang
Dasar Pertimbangan
Proses
commit to user
184
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB VI
2. Tampilan Bangunan
Tujuan
Dasar Pertimbangan
akustik.
Proses
185
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB VI
Pre Desain
Pengembangan bentuk
metafora rol film pada
bangunan tipika Office.
D. HIRARKI KOMPLEMENTER
1. Struktur Bangunan
Tujuan :
Dasar Pertimbangan :
Tata site
186
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB VI
Proses
Struktur atas
Struktur lanjut yang dapat dijadikan sebagai struktur atap diantaranya yaitu :
dengan karakteristik dari kedua jenis struktur konstruksi penutup atap tersebut, maka
Struktur tengah
Dengan mempertimbangkan analisa pola tata massa dan struktur penampilan bangunan
dengan karateristik dari kedua jenis struktur tersebut, maka struktur yang digunakan
pada bangunan Wadah Apresiasi Film Indie ini adalah sistem struktur rangka.
Struktur bawah
Sesuai bentuk bangunan dengan bentang relative lebar serta fungsi kegiatan yang
commit to user
187
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB VI
Pre Desain
2. Utilitas Bangunan
Tujuan
188
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB VI
Dasar Pertimbangan
Proses
commit to user
189
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB VI
commit to user
190
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Effendy, Heru. 2002. Mari Membuat Film. Panduan dan Yayasan Konfiden : Yogyakarta.
Perda Kota Bandung no.2 th.2004-2013 : Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung.
Daftar Website
http://Google net.com
http://Indomovie.com : massage _ Perkembangan film nasional
http://Kompasonline.com
http://www.bandung.go.id
http://www.googleearth.com
http://www. Pemkot Bandung.go.id
http://Wikimapia.com
http://www.Wikipedia.com_sejarah film
xix