Anda di halaman 1dari 93

PERENCANAAN GEDUNG BIOSKOP MINI

DI KOTA KENDARI

TUGAS AKHIR

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Ahli Madya Arsitektur (A.Md.Ars) Pada Program Studi
D3 Teknik Arsitektur Program Pendidikan Vokasi
Universitas Halu Oleo

Oleh :

ANDI AKBAR
E3 B1 12 002

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK ARSITEKTUR


PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI
UNIVERISTAS HALU OLEO
KENDARI
2016
ABSTRAK

ANDI AKBAR (E3B1 12 002). Perencanaan Gedung Bioskop Mini di Kota


Kendari. Dibimbing oleh ALIM BAHRI, ST, M.Sc selaku Pembimbing.

Maksud dan tujuan Karya Ilmiah ini adalah untuk menyusun dan
meningkatkan suatu landasan konseptual yang diarahkan guna mendapatkan
faktor-faktor penentu perencanaan wadah fisik. Landasan tersebut meliputi
konsep dasar perancangan makro dan konsep dasar mikro yang selanjutnya
ditransformasikan kedalam desain grafis.
Metode Karya Ilmiah yang dipakai menggunakan analisa sintesa dengan
menguraikan hal-hal yang berhubungan dengan pokok-pokok bahasan melalui
cara memaparkan data-data yang berdasarkan studi literatur, wawancara dan
observasi lapangan yang berhubungan dengan materi penelitian ini.
Karya hasil ilmiah ini berupa PERENCANAAN GEDUNG BIOSKOP
MINI yang representatif ditinjau dari segi arsitektual, dimana berkesan
komersial. Rekreatif yang bercirikan modern, dan ditinjau dari segi fungsi serta
intensitasnya yang dapat menampung seluruh aktivitas yang terselenggara
didalamnya serta menyediakan fasilitas penunjang dan perlengkapan bangunan
serta prasarana utilitas yang lengkap.

Kata Kunci : Gedung Bioskop Mini

ABSTRACT
The purpose and goal of this scientific work is to develop and promote a
conceptual foundation aimed to obtain determinants of physical planning of
container . The cornerstone of the design covers the basic concepts of macro and
micro base concepts are further transformed into graphic design .
Scientific methods used to use synthesis analysis by outlining things that
are associated with the main points of discussion by exposing data based on
literature studies , interviews and field observations related to the study material .
The work is in the form of scientific results BUILDING DESIGN OF
CINEMA MINI representative in terms of arsitektual , where commercial
impression . Recreational characterized by modern , and in terms of functionality
and intensity that can accommodate all the activities held therein and to provide
supporting facilities and equipment as well as infrastructure building complete
utilities .

Keywords: Cinema Mini

iv
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh


Puji Syukur Penulis panjatkan ke Hadirat Allah S.W.T, karena berkat Taufik dan

Hidayahnya pula penulisan dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul :

“Perencanaan Gedung Bioskop Mini Di Kota Kendari” dengan baik.

Laporan Karya tulis ini merupakan perwujudan Tugas Akhir untuk menyelesaikan

studi tahap Diploma pada Program Studi Diploma Tiga Teknik Arsitektur, Program

Pendidikan Vokasi Universitas Haluoleo Kendari. Dalam Proses penyusunan Tugas

Akhir ini, penulis banyak mendapatkan masukan dari berbagai pihak baik secara

langsung maupun tidak langsung ikut membantu dalam penyempurnaan tulisan ini.

Penulis merasa masih banyak terdapat kekeliruan dan kesalahan – kesalahan baik karena

kurangnya literatur yang ada maupun karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh

karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi

pembelajaran dan kesempurnaan dimasa yang akan datang.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini berbagai kendala

dihadapi, namun semua dapat teratasi berkat saran dan bantuan yang diberikan berbagai

pihak. Karena itu dengan segala kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Prof. Usman Rianse, M.Sc Selaku Rektor Universitas Haluoleo.

2. Bapak Arman Faslih, ST, MT selaku Direktur Pendidikan Vokasi Universitas Halu

Oleo.

v
3. Bapak Ainussalbi Al Ikhsan, ST, M.Sc selaku Ketua Program Studi D3 Teknik

Arsitektur Universitas Halu Oleo.

4. Bapak Alim Bahri, ST, M.Sc selaku Pembimbing yang telah banyak memberikan

arahan dan bimbingan yang sangat berarti dalam proses penyusunan Tugas Akhir ini.

5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Vokasi Khususnya dosen Jurusan

Arsitektur yang telah membimbing, memotivasi dan membagi ilmunya selama studi

di Pendidikan Vokasi.

6. Kedua Orang Tua saya, Andi Untung dan Nurnia serta saudara/i saya yang telah

memberikan bantuan moral maupun material, kasih sayang dan dorongan serta doa

yang terucap dari hati yang paling dalam.

7. Buat teman-teman dan letingku di D-III Teknik Arsitektur 2012 yang selalu

memberikan semangat, motivasi dan saran-saran yang positif..

Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terimakasih yang setinggi – tingginya,

mudah – mudahan segala amal perbuatan kita mendapatkan ridho Allah SWT. Amin........

Kendari Februari 2016


Wassalam

Andi Akbar

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iii

ABSTRAK ...................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi

DAFTAR TABEL........................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................... 1

B. Rumusan Masalah...................................................................... 2

C. Tujuan dan Sasaran Pembahasan

1. Tujuan Pembahasan ........................................................... 2

2. Sasaran Pembahasan .......................................................... 3

D. Batasan Masalah ........................................................................ 3

E. Metode dan Sistematika Pembahasa

1. Metode Penulisan ............................................................... 3

2. Sistematika Penulisan......................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Judul .......................................................................... 5

B. Tinjauan Umum Grdung Bioskop Mini

1. Tujuan Dan Hakekat .......................................................... .. 6

vii
2. Pengertian Gedung Bioskop Mini ......................................... 6

3. Pelaku Kegiatan .................................................................... 7

4. Bentuk Pelayanan .................................................................. 7

5. Jenis/Macam Kegiatan .......................................................... 8

6. Sifat Pelayanan Kegiatan ...................................................... 8

7. Kapasitas Tempat Duduk ...................................................... 9

8. Desain Bioskop ..................................................................... 10

9. Tempat Duduk....................................................................... 13

10. Lorong (Aisles) ..................................................................... 15

11. Studi Banding ........................................................................ 16

BAB III TINJAUAN LOKASI

A. Tinjauan Umum Terhadap Kota Kendari

1. Kondisi Fisik Kota Kendari .................................................. 31

2. Kondisi Tanah ....................................................................... 33

3. Kependudukan Sosial Kota Kendari ..................................... 35

4. Tinjauan Tata Ruang Kota .................................................... 36

B. Tinjauan Khusus Kota Kendari

1. Tinjauan Lokasi ..................................................................... 40

2. Pemilihan Site ....................................................................... 42

3. Pengolahan Site ..................................................................... 44

4. Sistem Sirkulasi dalam Bangunan ......................................... 45

5. Pola Tata Lingkungan .......................................................... 47

6. Pola Tata Ruang Luar............................................................ 47

viii
7. Penampilan Bangunan ........................................................... 48

8. Penataan Ruang Luar ............................................................ 49

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

A. Filosofi Dasar Perencanaan Dan Perancangan .......................... 52

B. Konsep Pendekatan Makro

1. Konsep Penentuan Lokasi ................................................... 52

2. Pemilihan Site ...................................................................... 53

3. Kriteria Tapak ...................................................................... 55

4. Faktor-Faktor Penunjang ..................................................... 55

5. Konsep Sistem Sirkulasi ...................................................... 57

6. Konsep Tata Lingkungan dan Analisa tapak ....................... 58

7. Konsep Penampilan Bangunan ............................................ 59

C. Konsep Pendekatan Mikro

1. Kebutuhan Ruang ................................................................ 60

2. Pengelompokan Ruang ........................................................ 61

3. Konsep Pola Hubungan Ruang ............................................ 63

4. Konsep Pola Organisasi Ruang ........................................... 64

5. Konsep Besaran Ruang ........................................................ 65

6. Konsep Pola Tata Ruang Luar ............................................. 70

7. Struktur Bangunan ............................................................... 71

8. Sistem Utilitas Dan Kelengkapan Bangunan....................... 72

9. Sistem Pencegahan Kriminal ............................................... 76

10. Sistem Envirounment .......................................................... 77

ix
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 79

B. Saran ......................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jenis Bioskop Melingkup 360 0..................................................... 10

Gambar 2.2 Jenis Bioskop Tanggan Terbalik ................................................. 11

Gambar 2.3 Jenis Bioskop Melingkup Antara 2100-2200 ................................ 11

Gambar 2.4 Jenis Bioskop Melingkup 1800..................................................... 12

Gambar 2.5 Jenis Bioskop Melingkup 900 ....................................................... 12

Gambar 2.6 Jenis Bioskop tak melingkup........................................................ 13

Gambar 2.7 Tamapak Depan............................................................................ 19

Gambar 2.8 Ruang obby .................................................................................. 20

Gambar 2.9 Ruang penjualan Karcis ............................................................... 20

Gambar 2.10 Ruang Proyektor ......................................................................... 21

Gambar 2.11 Ruang Studi ................................................................................ 21

Gambar 2.12 Ruang Pepsi ................................................................................ 22

Gambar 2.13 Ruang Toilet ............................................................................... 23

Gambar 2.14 Ruang Karyawan ........................................................................ 23

Gambar 2.15 Ruang Direktur ........................................................................... 24

Gambar 2.16 Ruang Direktur ........................................................................... 24

Gambar 2.17 Roll Film .................................................................................... 25

Gambar 2.18 Proyektor .................................................................................... 25

Gambar 3.1 Peta KotaKendari ......................................................................... 31

Gambar 3.2 Peta BWK Kota Kendari .............................................................. 42

Gambar 3.3 Lokasi Perencanaan Gedung Bioskok Mini ................................. 44

Gambar 4.1 Site Lokasi .................................................................................... 55

xi
Gambar 4.2 Orientasi Iklim.............................................................................. 56

Gambar 4.3 View Tapak .................................................................................. 56

Gambar 4.4 Noise Tapak.................................................................................. 57

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Luas Wilayah Kota Kendari Menurut Kecamatan ........................... 33

Table 3.2 Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Kendari Tahun 2000-2014 .......... 34

Table 3.3 Arahan Fungsi Dan Pengembangan Bagian Wilayah

Kota Kendari.................................................................................... 37

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, yang terus

menerus berusaha untuk meningkatkan hasil yang maksimal dalam bidang

perekonomian dan pengembangan disegala bidang terutama didalamnya

adalah pengembangan jasa hiburan untuk menunjang bidang pariwisata.

Sejalan dengan pertumbuhan dan kegiatan ekonomi perkotaan yang diiringi

oleh kemajuan tebknologi yang semakin pesat saat ini pada beberapa kota

besar di Indonesia, sehingga mempengaruhi meningkatnya tingkat kesibukan

kota yang tak pernah berhenti.

Mengamati secara khusus, kota Kendari merupakan ibukota

Sulawesi Tenggara telah memperlihatkan pertumbuhan penduduk yang sangat

pesat sehingga kebutuhan akan fasilitas semakin dituntut akan keberadaannya.

Disamping itu pula keinginan masyarakat untuk menggunakan fasilitas

hiburan sangat tinggi, mengingat sarana hiburan (gedung bioskop mini) yang

masih minim di Kota Kendari, maka perlu direncanakan. Pertumbuhan yang

terjadi, serta perkembangan yang pesat dalam tata kehidupan manusia sosial,

ekonomi, budaya dan teknologi telah membawa tuntunan-tuntunan baru.

Dengan berbagai kesibukan dan aktivitas yang padat sehari-hari yang

menjemukkan sehingga pada saat waktu luang ingin melepaskan kejenuhan

dengan mendatangi tempat hiburan guna mendapatkan penyegaran kembali.

Relevansi dari akibat rutinitas sehari-hari, membuat masyarakat kota sebagian

1
besar sangat membutuhkan fasilitas hiburan dan suasana yang rileks.

Kecenderungan dari tingkat pertumbuhan dari segi sosial, budaya dan

ekonomi masyarakat Kota Kendari memperlihatkan perkembangan yang

mengikuti kemajuan zaman dan teknologi, yang dapat terlihat dalam

kebutuhan hidup sesuai dengan tingkat perekonomiannya. Kecenderungan ini

pula didukung oleh realita yang ada terlihat padatnya tempat-tempat hiburan

seperti kafeteria dimana setiap malamnya, terutama malam minggu atau hari-

hari tertentu sangat terlihat ramai.

Dari sejumlah gambaran dan uraian di atas maka kecenderungan

masyarakat Kota Kendari akan tempat hiburan sangatlah besar. Dengan

kondisi sekarang ini belum terlihat adanya pemusatan akan tempat hiburan

dalam suatu wadah, berupa bioskop untuk pertunjukan/pemutaran film.

B. Rumusan Masalah

Dengan melihat kondisi fasilitas hiburan (bioskop) di Kota Kendari

pada saat ini maka dapatlah diuraikan ungkapan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana merencanakan gedung bioskop mini yang menarik, rekreatif

dan representative ?

2. Bagaimana Menyusun RKS dan RAB gedung bioskop mini untuk Kota

Kendari ?

C. Tujuan dan Sasaran Pembahasan

1. Tujuan Pembahasan

a. Merencanakan gedung bioskop mini yang efektif dan fungsional.

2
b. Untuk menyusun RKS dan RAB dalam bangunan gedung bioskop

mini di Kota Kendari

2. Sasaran Pembahasan

Sasaran pembahasan pada penulisan ini adalah merencanakan gedung

Bioskop mini di Kota Kendari sesuai peruntukannya dan mampu

menyusun RKS dan RAB dalam perencanaan gedung Bioskop mini di

kota kendari.

D. Batasan Masalah

1. Pembahasan dibatasi pada masalah-masalah dan lingkup disiplin

Arsitektur dalam artian tidak tertutup kemungkinan untuk meninjau

disiplin ilmu namun tidak akan dibahas secara mendalam, akan tetapi

dibahas secara logika maupun berdasarkan asumsi-asumsi.

2. Gedung bioskop mini akan dibahas berdasarkan pengelompokan ruang,

kebutuhan ruang dan pola hubungan ruang. Selain itu membahas tentang

lokasi akan disesuaikan dengan kondisi Kota Kendari dan Rencana Induk

Kota (RIK) serta penampilan bangunan.

E. Metode dan Sistematika Penulisan

1. Metode Penulisan

Dalam pembahasan ini secara umum akan digunakan metode analisa yaitu

dengan mengidentifikasi masalah yang ada dan mengkaitkannya dengan

hal-hal yang saling menunjang. Karena keterbatasan bahan dan literatur

3
maka hasil wawancara, asumsi maupun komparasi akan dijadikan bahan

pegangan.

2. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dapat dikemukakan sebagai berikut :

Bab I : Latar belakang, mengenai permasalahan umum pengenalan

objek dengan ungkapan masalahnya, lingkup pembahasan yang

memberikan gambaran umum, isi dan statement yang selalu

menjadi orientasi pembahasan

Bab II : Menguraikan tinjauan umum terhadap gedung bioskop mini itu

sendiri sebagai pokok permasalahan.

Bab III : Menguraikan tinjauan khusus Kota Kendari mengenai fasilitas-

fasilitasnya untuk diadakan di Kendari serta penyesuaian

kondisi kota.

Bab IV : Membuat konsep dasar perancangan guna diterapkan kedalam

perencanaan fisik.

Bab V : Merupakan penutup dari seluruh pembahasan pada bab-bab

sebelumnya akan menjadi titik tolak ke arah tujuan dan sasaran

penulisan serta dasar perencanaan gedung.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Judul

Perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang ingin

dicapai di masa yang akan dating serta menetapkan tahapan-tahapan yang

dibutuhkan untuk mencapainya. Dengan demikian, proses perencanaan

dilakukan dengan menguji berbagai arah pencapaian serta mengkaji berbagai

ketidakpastian yang ada, mengukur kemampuan (kapasitas) kita untuk

mencapainya kemudian memilih arah-arah terbaik serta memilih langkah-

langkah untuk mencapainya.

Gedung Bioskop Mini merupakan sarana hiburan yang dilakukan di

dalam ruangan yang dapat diartikan sebagai berikut :

Gedung : Bangunan tembok yg berukuran besar

Bioskop : Gambar hidup

Mini : Kecil atau sedikit

Dari pengertian di atas maka dapat diartikan bahwa gedung bioskop

mini adalah gedung yang khusus digunakan untuk pertunjukan film yang

berukuran kecil, biasanya dilengkapi tempat penjualan tanda masuk (karcis)

dan tempat menggantungkan gambar, iklan film yang sedang atau akan

diputar.

5
B. Tinjauan Umum Gedung Bioskop Mini

1. Tujuan dan Hakekat

a. Tujuan

Sebagai salah satu fasilitas kota yang memberikan jasa

hiburan kepada masyarakat dan merupakan usaha yang dapat

meningkatkan keramaian kota, juga mendapatkan keuntungan dengan

memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada konsumen.

b. Hakekat

1) Merupakan bentuk pelayanan hiburan santai yang memberikan

kesenangan dan kesegaran.

2) Merupakan pemusatan atau tempat berhimpunnya orang atau

individu yang ingin menghibur hati.

3) Merupakan kegiatan aktivitas hiburan yang menjadi daya tarik

terhadap pengunjung.

2. Pengertian Gedung Bioskop Mini

Gedung bioskop mini merupakan bangunan terintegrasi

(assembly buildings) yang digolongkan sebagai bangunan bisnis.

Bangunan bioskop ditekankan pada keperluan pemutaran film, sehingga

menyediakan proyeksi film. Bangunan yang awalnya didesain untuk

pemutaran film, tidak akan sesuai jika digunakan untuk keperluan

pertunjukan langsung, tetapi film dapat dipertunjukkan dengan baik pada

ruang yang didesain untuk keperluan pertunjukan langsung seperti teater

6
dan auditorium sehingga desain bioskop dapat disamakan dengan desain

teater maupun auditorium.

Bangunan teater digunakan terutama untuk theatrical yang

berhubungan dengan opera dan eksibisi, diatur dengan stage yang

diangkat, panggung, loteng pemandangan yang digantung, cahaya, sumber

gambar bergerak (gambar hidup), peralatan mekanis atau perlengkapan

dan peralatan theatrical lainnya. Selain itu teater juga dilengkapi dengan

tempat duduk yang tetap serta dilengkapi dengan keperluan penggerakan

gambar.

3. Pelaku Kegiatan

a. Pengunjung

Pengunjung bioskop adalah masyarakat yang memerlukan jasa hiburan

atau ingin mendapatkan kesenangan, baik anak-anak, dewasa maupun

orang tua.

b. Pengelola

Pengelola adalah suatu organisasi yang ditugaskan oleh badan usaha

atau investor untuk mengatur pelayanan jasa gedung bioskop mini.

4. Bentuk Pelayanan

Bentuk dari hiburan ini adalah kegiatan dan pelayanannya

dilakukan di dalam ruangan seperti : ruang bioskop dan cafeteria.

7
5. Jenis / Macam Kegiatan

Secara umum jenis kegiatan gedung hiburan dapat diuraikan

sebagai berikut :

a. Kegiatan makan minum

b. Kegiatan tontonan.

Untuk kegiatan pengelola dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Mengatur, mencatat administrasi perusahaan

b. Menyediakan bahan keperluan operasional

c. Menerima pengunjung dan melayani maupun membantu mengadakan

keperluan pengunjung untuk lebih santai dalam menikmati hiburan

d. Mengawasi karyawan baik dalam hal keuangan maupun pelayanan

yang diberikan kepada pengunjung

e. Menjaga keamanan pengunjung

f. Memelihara dan merawat semua peralatan fasilitas gedung bioskop

mini

g. Membersihkan dan merawat semua alat atau lavatory yang digunakan

oleh pengunjung.

6. Sifat Pelayanan Kegiatan

Yang dimaksud dengan sifat pelayanan kegiatan hiburan adalah

karakteristik atau hal yang spesifik menyangkut hal pelayanan dimana

karakteristik pelayanannya akan mengungkap spesifikasi gedung bioskop

mini.

8
Secara umum sifat dan pola gedung bioskop mini dapat

dijelaskan sebagai berikut :

a. Rekreatif

Dimana sifat pelayanannya dapat menimbulkan suasana senang,

gembira, santai, nyaman dan bebas yang dapat menjamin

keseimbangan dan kesegaran jasmani maupun rohani bagi pelaku

kegiatan.

b. Komersial

Diartikan bagaimana pola sifat pelayanan seoptimal mungkin yang

dapat digunakan untuk efektivitas dan efisiensi kepada pelaku kegiatan

agar lebih mengundang pengunjung untuk tertarik akan fasilitas yang

disediakan.

c. Eksklusif

Penyediaan kebutuhan-kebutuhan maupun keinginan pengunjung

dalam memilih, mendapatkan dan melakukan rekreasi dengan berbagai

macam bentuk fasilitas suasana serta penampilan wadah fisik yang

eksklusif.

7. Kapasitas Tempat Duduk

Ukuran bioskop tidak saja ditentukan oleh kapasitas tempat

duduk, namun ukuran tingkatan, fasilitas produksi yang mendukung, dan

skala ruang yang disiapkan untuk pengunjung juga mempengaruhi ukuran

9
bioskop. Namun sebagai panduan, maka di bawah ini digolongkan

terminologi ukuran bioskop berdasarkan jumlah tempat duduk :

Sangat besar : 1500 atau lebih tempat duduk

Besar : 900 – 1500 tempat duduk

Sedang : 500 – 900 tempat duduk

Kecil : dibawah 500 tempat duduk

8. Desain Bioskop

Jarak maksimum dari pusat efektif daerah acting/layar film

sampai tempat duduk terdepan dalam bioskop memiliki batas pandang dan

dengar. Batasan tersebut bervariasi bergantung pada jenis permainan/film

yang ditampilkan.

Adapun jenis-jenis teater/bioskop sebagai berikut :

a. Melingkup 360

Para penonton berada di sekeliling areal akting/layar film.

Bentuk ini juga dikenal sebagai teater melingkar, arena, atau tanggaan

memusat yang tidak memiliki latar belakang. Panah menunjukkan

jalan masuk dan keluar.

Gambar 2.1. Jenis Bioskop Melingkup 360


Sumber : Roderick Ham AADipl RIBA (1974), Theatre Planning

10
b. Tanggaan Terbalik

Para penonton duduk pada dua sisi yang berhadapan. Model

ini jarang dipakai. Panah menunjukkan jalan masuk dan keluar.

Gambar 2.2. Jenis Bioskop Tanggaan Terbalik


Sumber : Roderick Ham AADipl RIBA (1974), Theatre Planning

c. Melingkup antara 210 - 220

Teater-teater Yunani dan Helenistik menggunakan model ini.

Jalan masuk dapat dibuat tegak lurus terhadap dinding atau pada sisi

yang terbuka, tetapi pada prinsipnya areal akting/layar film berada

pada fokus penonton. Model Yunani ini kebanyakan digunakan pada

daerah terbuka. Panah menunjukkan jalan masuk dan keluar.

Gambar 2.3. Jenis Bioskop Melingkup antara 210 - 220


Sumber : Roderick Ham AADipl RIBA (1974), Theatre Planning,

11
d. Melingkup 180

Model ini populer di zaman Romawi dan awal Renaisance.

Teater umum Elishabetian dipercayai dikembangkan dari model ini.

Panah menunjukkan jalan masuk dan keluar.

Gambar 2.4. Jenis Bioskop Melingkup 180


Sumber : Roderick Ham AADipl RIBA (1974), Theatre Planning

e. Melingkup 90

Model ini seperti kipas yang terbuka. Modelnya dapat

divariasi, tetapi arah pandang penonton terbatas.

Gambar 2.5. Jenis Bioskop Melingkup 90


Sumber : Roderick Ham AADipl RIBA (1974), Theatre Planning

12
f. Tak melingkup (zer o encirclement)

Model ini juga dikenal dengan nama tangga akhir. Hanya

terdapat satu tangga terbuka dan areal akting/layar film sama dengan

areal tempat penonton. Garis pandang tidak terbatas, namun secara

fisik model strukturnya terbatas.

Gambar 2.6. Jenis Bioskop Tak Melingkup


Sumber : Roderick Ham AADipl RIBA (1974), Theatre Planning

Dengan derajat lingkupan di atas 120, maka tampilan tak

akan dapat dilihat secara sempurna oleh penonton, bahkan sesama

penonton dari satu sisi tanggaan deretan kursi akan saling bertatapan

dengan penonton yang berada di sisi yang berhadapan. Keterbatasan

lain yang dapat terjadi adalah arah pandang dan pencahayaan yang

berdampak pada ketidaknyamanan penonton.

9. Tempat Duduk

Jarak tempat duduk sangat penting diperhatikan dalam desain

teater/bioskop karena akan berkaitan dengan kenyamanan dan sirkulasi

pemakai/penonton, tetapi jika jarak tersebut dibuat lebih, maka akan

menjadi tidak ekonomis karena akan mengurangi kapasitas ruangan

13
teater/bioskop tersebut. Desain tempat duduk memperhatikan ketentuan

sebagai berikut :

a. Jarak antar barisan kursi harus disiapkan ruang yang tidak kurang dari

12 inch (30,5 cm) yang diukur dari proyeksi terbelakang suatu kursi

sampai proyeksi terdepan kursi lainnya.

b. Barisan kursi antara lorong (aisle) tidak lebih dari 14 kursi.

c. Barisan kursi yang hanya memiliki jalan keluar pada satu lorong (aisle)

tidak boleh lebih dari 7 kursi.

d. Kursi tanpa lengan pemisah, kapasitas ruangnya sekitar 18 inch (45,7

cm) per orang. Jenis ini berlaku untuk bangku panjang seperti bangku

gereja. Bangku seperti ini yang berukuran panjang 21 ft (6,4 m) untuk

14 orang (14 x 45,7 cm) antar lorong (aisle) dan untuk barisan kursi

yang keluarnya hanya dari satu lorong (aisle) ukuran panjang 10,5 ft

(3,2 m) untuk 7 orang (7 x 45,7 cm).

e. Jika tempat duduk tanpa sandaran belakang seperti stadion atau tribun,

maka jarak antara barisan kursi tidak kurang dari 22 inch (55.9 cm)

dan juga tidak lebih dari 30 inch (76 cm) dari belakang kursi ke

belakang kursi yang di depannya. Lorong pembatas antar baris harus

diadakan jika barisan kursi lebih dari 11 baris.

f. Continental seating (tempat duduk kontinetal)

1) Tempat duduk kontinental, jarak baris tempat duduk dari kursi

yang tidak ditempati perlu disediakan lebar yang jelas antara baris

yang diukur secara horisontal, yaitu sebagai berikut : jarak antara

14
baris adalah 18 inch (45,7 cm) untuk 18 kursi atau dibawahnya; 20

inch (50,8 cm) untuk 35 kursi atau dibawahnya; 21 inch (53,3 cm)

untuk 45 kursi atau dibawahnya; 22 inch (55,9 cm) untuk 46 kursi

atau lebih.

2) Tidak lebih dari 100 kursi pada suatu baris antara lorong pada

tempat duduk yang terdiri dari dua sisi.

3) Pintu keluar harusnya disediakan sepanjang setiap sisi barisan kursi

dan pada setiap 5 baris kursi harus terdapat satu pintu keluar. Jadi

setiap pasangan pintu terdapat 5 barisan kursi. Lebar minimum

pintu keluar 66 inch (168 cm).

10. Lorong (Aisles)

Setiap bagian dari bangunan terintegrasi yang berisi

teater/bioskop dan jenis fasilitas dengan tempat duduk sejenis dilengkapi

dengan aisle (lorong) sebagai jalan keluar. Pada setiap 60 kursi, lebar

lorong harusnya tidak kurang dari 3 ft (91 cm) untuk jangkauan yang

hanya satu arah dan untuk jangkauan yang terdiri dari dua arah, lebar

lorong tidak kurang dari 3 ft 6 inch (107 cm). Lebar minimum harus

diukur dari pintu keluar, berpotongan lorong, atau serambi dan seharusnya

lebar lorong bertambah 1.5 inch (3,8 cm) untuk setiap jarak 5 ft (152 cm)

ke arah ke luar, berpotongan lorong, atau serambi. Jika tempat duduk

hanya 60 atau di bawahnya, lebar lorong harus tidak kurang dari 30 inch

15
(76 cm). Pada lorong dengan arah keluar bervariasi, maka lebar lorong

harus seragam.

Pada teater/bioskop dengan model duduk, lebar aisle harus dapat

mengakomodasi kapasitas keluar masuk untuk koridor dan sebaiknya lebar

tidak kurang dari 36 inch (914 mm) untuk satu sisi layanan dan tidak

kurang dari 42 inch (1067 mm) untuk dua sisi layanan. Lebar ini diukur

dari titik terjauh dari exit dan sebaiknya berkurang setiap ½ inch (38 mm)

pada setiap 5 kaki (1,542 mm) sepanjang menuju exit.

Lorong berakhir pada persimpangan lorong, serambi, atau pintu keluar.

Lebar persimpangan lorong, serambi, atau pintu keluar harusnya tidak

kurang lebar lorong terbesar yang ada ditambah 50 % dari total lebar yang

diperlukan.

11. Studi Banding Gedung Bioskop

a. Gedung Hollywood Sineplek di Kendari

Hollywood Sineplek merupakan sebagian bahan

perbandingan dan literatur dalam penulisan dilakukan studi banding

yang ada di kota Kendari. Dalam studi banding yang dilakukan tidak

berdasarkan perbandingan fasilitas maupun klasifikasi bentuk yang

dimiliki, tetapi lebih dominant untuk mudah membuat acuan

perancangan. Sesuai penelitian gedung ini memiliki dua studio yaitu

studio satu dan studio dua yang memiliki kapasitasnya 158 kursi.

16
1) Lokasi

Lokasi gedung bioskop di kendari tepat di jalan saranani yang

sesuai dengan arahan fungsi BWK 1 Kota Kendari. Luas tanah

yang digunakan sekitar + 2000 m2 penampilan bangunan sangat

sederhana dan minimalis.

2) Kebutuhan ruang gedung bioskop di Kota Kendari

Adapun kebutuhan ruang yang ada di dalam gedung bioskop Kota

Kendari yaitu :

a) Ruang lobby

b) Ruang penjualan tiket

c) Ruang studio

d) Ruang proyektor

e) Ruang karyawan

f) Kantin

g) Toilet

17
STRUKTUR ORGANISASI PENGELOLA
GEDUNG BIOSKOP

DIREKTUR

SEKRETARIS WAKIL BENDAHARA

STAF

CLEANING MANAJER MANAJER KEAMANAN


SERVICE OPEATOR FASILITAS

ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA

20
3) Fasilitas yang lain di luar gedung bioskop yaitu ruang swalayan

dan pepsi

4) Foto-foto hasil penelitian di dalam dan diluar gedung bioskop

Gambar 2.7. Tampak Depan


Sumber : Hasil Tinjauan Lapangan

Tampak depan gedung bioskop Hollywood Sineplek kota

Kendari dengan bentuk yang sederhana dan minimalis.

19
Gambar 2.8. Ruang Lobby
Sumber : Hasil Tinjauan Lapangan

Ruang Lobby dengan asumsi luas + 250 m2 dimana

pengunjung bisa menunggu di area lobby untuk pemutaran film,

juga dilengkapi dengan jadwal film yang akan diputar. Ruang-

ruang yang tersedia seperti ruang penjualan karcis, kantin, dan

toilet.

Gambar 2.9. Ruang Penjualan Karcis


Sumber : Hasil Tinjauan Lapangan

20
Penjualan karcis dengan asumsi luas + 15m2 dimana

pengunjung disediakan 2 loket untuk pengambilan karcis, terdiri

dari dua studio yaitu studio 1 dan studio 2.

Gambar 2.10. Ruang Proyektor


Sumber : Hasil Tinjauan Lapangan

Ruang proyektor dengan asumsi luas + 20 m2 dilengkapi

dengan 2 mesin proyektor untuk masing-masing studio.

Gambar 2.11. Ruang Studi


Sumber : Hasil Tinjauan Lapangan
Ruang studio dengan asumsi luas + 140 m2 dengan

kapasitas kursi 158 buah, dilengkapi dengan layar dengan ukuran 3

21
x 8 meter, pintu darurat, loudspeaker sebanyak 6 buah, AC sentral

2 unit. Tinggi dinding dari depan 9 meter dari belakang 6 meter

dan jarak lorong 120 cm. Plafond berbentuk peredam dari bahan

gypsum, gllas bull, dan karpet dengan tebal + 5 cm serta lampu

pijar sebanyak 12 buah. Dinding juga dikelilingi peredam suara

dengan ketebalan + 10 cm. Untuk lantai menggunakan dasar semen

dilapisi under layer dan karpet.

Gambar 2.12. Ruang Pepsi


Sumber : Hasil Tinjauan Lapangan

Ruang pepsi dengan asumsi luas + 120 m2 digunakan

untuk kegiatan makan/minum, bagi pengunjung bioskop maupun

pengunjung lain.

22
Gambar 2.13. Ruang Toilet
Sumber : Hasil Tinjauan Lapangan

Ruang toilet dengan asumsi luas + 25 m2 memiliki empat

urinoir, 3 toilet untuk pria sedangkan untuk wanita memiliki 3

toilet.

Gambar 2.14. Ruang Karyawan


Sumber : Hasil Tinjauan Lapangan

Ruang karyawan dengan asumsi luas + 80 m2 banyak

karyawan yaitu 15 orang, sedangkan untuk bagian khusus bioskop

8 orang. Ruang karyawan dilengkapi juga fasilitas alat olahraga

seperti barbell dan lain-lain.

23
Gambar 2.15. Ruang Direktur
Sumber : Hasil Tinjauan Lapangan

Ruang Direktur dengan asumsi luas + 20 m2. Ruang

utama untuk Direktur yang dapat mengontrol semua aktivitas

kegiatan dalam gedung.

Gambar 2.16. Ruang Direktur


Sumber : Hasil Tinjauan Lapangan

Pada ruang jadwal pemutaran film pengunjung dapat

melihat langsung di area lobby jadwal film yang akan

ditayangkan.

24
Gambar 2.17. Roll Film
Sumber : Hasil Tinjauan Lapangan

Panjang roll film 2.700 meter dengan durasi 1,5 jam.

Jenis mesin yaitu Cinema Kanika (Italy).

Gambar 2.18. Proyektor


Sumber : Hasil Tinjauan Lapangan

Mesin proyektor sebanyak 2 unit untuk pemutaran film

masing-masing studio.

25
b. Pusat Perfilman Usmar Ismail

Dibangun di atas tanah seluas 1,8 Hadi kawasan Kuningan

Jakarta Selatan. Luas bangunan seluruhnya meliputi 11.550 m 2 yang

terdiri dari :

1) Bangunan induk (perkantoran) seluas 1.620 m 2 terdiri dari 3 lantai

a) Lantai 1 disewakan untuk kantor-kantor perusahaan perfilman

b) Lantai 2 untuk kantor-kantor organisasi perfilman

c) Lantai 3 untuk kantor pusat perfilman dan Sinematek

2) Ruang preview, lobby, ruang proyektor, kafetaria dan ruang sidang

sebanyak 3 buah seluruhnya seluas 1.250 m 2. Ruang preview

berkapasitas 200 orang dan dapat berfungsi sebagai ruang sidang

dan pertemuan.

3) Gedung bioskop seluas 3.400 m2 dengan kapasitas 800 orang yang

terdiri dari ruang mekanik, ruang menyimpan film, lobby dan

gudang.

Kompleks pusat perfilman terdiri dari 3 buah gedung yaitu :

a) Gedung bioskop yang terletak pada bagian depan kompleks

menghadap jalan Rasuna Said.

b) Ruang preview room terletak di bagian belakang kompleks.

c) Gedung pusat perfilman yang terdiri dari kantor organisasi dan

perusahaan perfilman, kantor pusat perfilman, dan sinematek.

26
Gaya bangunan seperti bangunan-bangunan perkantoran yang

dibangun pada tahun 70-an bergaya internasional style, bercat putih

dengan dominasi garis-garis horizontal. Bangunan ini baik eksterior

maupun interiornya tidak mencerminkan bangunan kesenian yang

umumnya representatif.

c. Media Center, Hamburg, Germany

Ide membuat media center ini datang dari The Hamburger

Filmburo, sebuah badan yang menyokong pembuat film swasta yang

membutuhkan sarana perkantoran dan studio.

Media center ini merupakan restrukturisasi dari bangunan

lama yang sejak tahun 1868 berfungsi sebagai pabrik besi baja yang

memproduksi baling-baling kapal. Pabrik ini bangkrut dan diubah

fungsinya menjadi media center. Sejak tahun 1970 medium

Architekten, Peter Wiesner, Thiess Jentz, Heiko Popp dan Jan Stormer

menitikberatkan pada pembentukan kembali, pengembangan dan

penambahan struktur bangunan tambahan yang dapat melayani

penggunaan modern. Mereka menggambarkannya sebagai Soft

Architecture yang mencangkokkan fungsi dan bentuk-bentuk baru

pada bangunan lama. Hasilnya berupa ekspresi dari struktur bata

merah yang masih dengan rangka baja yang diekspos seperti struktur

pabrik.

27
Di bagian manapun dari bangunan dapat terbaca masa lalu

dan kekinian. Bangunan ini lebih sebagai sebuah sculpture daripada

arsitektur. Seperti dalam perancangannya, arsitek selalu membawa

kapur dan menggambarkannya langsung di lokasi.

Ruang-ruang :

1) Film kafe

2) Toko-toko dengan perkantoran di atasnya

3) Kompleks bioskop

4) Perkantoran untuk perusahaan perfilman

5) Eisenstein restoran

6) Lembaga film dan teater

7) Perpustakaan film dan video untuk umum

d. Arts Library, Seoul Arts Center

Merupakan bagian dari kompleks Seul Art Center yang terdiri

dari concert hall, calligraphy hall, festival hall, arts gallery, korean

music center dan arts library. Kompleks ini dibangun di atas tanah

seluas 234.385 m2 dengan luas total bangunan 120.000 m2. Arts library

ini memiliki total luas 23.175 m2 yang dibagi menjadi 4 lantai.

Pada lantai basement terdapat perpustakaan film yang

memiliki 2 bioskop dengan kapasitas 100 dan 140 orang, studio

workshop, ruang kuliah, ruang penyimpanan film, dan perpustakaan

rujukan. Perpustakaan ini menjadi tempat untuk mencari informasi,

28
mempelajari, mengembangkan dan menyajikan program-program film

dimana film dinikmati dan dipelajari sebagai salah satu bentuk seni.

Pada lantai 1 terdapat ruang pelayanan referensi yang

menyediakan berbagai informasi tentang seni. Di lantai ini juga

terdapat perpustakaan anak yang dimaksudkan untuk memperkenalkan

seni pada anak-anak sejak dini.

Pada lantai 2 terdapat perpustakaan seni, koleksi barang

cetakan dan ruang mikro film. Perpustakaan ini menggunakan sistem

pelayanan komputer untuk memudahkan pencarian informasi. Ruang

audio visual terdapat di lantai 3 yang dilengkapi dengan ruang-ruang

saji untuk perorangan maupun kelompok.

Konsep arts library ini mengikuti master plan konsep seoul

arts center yaitu sebuah tempat interaksi antara tua dan muda, Barat

dan Timur, dan interaksi antara masa lalu dan masa kini. Hal ini

terlihat dari ekspresi bangunan yang mencerminkan kombinasi antara

teknologi Barat dengan bentuk-bentuk eksotis dunia Timur.

e. Bioskop Bandung

Bagi sebagian orang, gedung bioskop merupakan tempat

alternatif untuk melepas kepenatan setelah lelah beraktivitas seharian.

Namun, sebagian lagi menganggap gedung bioskop sebagai tempat

untuk menyalurkan hobi menontonnya. Bahkan, di bioskop orang bisa

memperoleh pengetahuan baru dari film yang ditontonnya.

29
Beribu alasan orang datang menonton di gedung bioskop.

Lebih lebar layarnya dibandingkan layar televisi, lebih fokus

menontonnya, lebih mantap suaranya, juga lebih nyaman rasanya.

Tidak jarang, banyak juga yang datang hanya untuk berpacaran selain

untuk menikmati hiburan.

Gedung bioskop di Bandung sudah dikenal sejak masa

kolonial Belanda. Sebut saja gedung Bioskop Elita yang terletak di

jalan Alun-Alun dan Bioskop Majestic di jalan Braga yang sudah

tersohor di tahun 1920-an. Dari tahun ke tahun, hingga tahun 1970,

jumlah bioskop di kota Bandung mencapai 30 gedung dengan berbagai

kelas dan kualitas. Salah satu gedung bioskop yang paling top pada

masanya, menurut Subakti, seorang pengusaha bioskop dari tahun

1970, adalah Nusantara dan Paramount. Kedua gedung itu punya

kelebihan masing-masing, awal tahun 1980-an, Nusantara

menawarkan gedung gaya Belanda dengan daya tampung 1.200 kursi,

sedangkan Paramount berkapasitas 1.006 kursi, hadir dengan gedung

baru yang modern pada masa itu.

30
BAB III
TINJAUAN LOKASI

A. Tinjauan Umum Terhadap Kota Kendari

1. Kondisi Fisik Kota Kendari

Gambar 3.1. Peta Kota Kendari


(Sumber : www.kendari .com)

31
a. Letak Geografis

Kabupaten Kota Kendari dengan ibukotanya Kendari dan

sekaligus juga sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara secara

astronomis terletak dibagian selatan garis katulistiwa berada diantara

30 54` 30`-40 3`11`` Lintang Selatan dan membentang dari Barat ke

Timur diantara 1220 23`-1220 39` Bujur Timur.

b. Batas Wilayah

Kota Kendari memiliki batas-batas pada sebelah Utara

berbatasan dengan kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe, sebelah

Timur berbatasan dengan Kecamatan Moramo, Kabupaten Konawe

Selatan dan Laut Banda, sebelah Selatan berbatasan dengan

Kecamatan Konda dan Ranomeeto, Kabupaten Konawe Selatan dan

sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sampara, Kabupaten

Konawe Selatan.

c. Luas W ilayah

Kabupaten Kendari secara administratif terdiri dari 10

kecamatan definitif, selanjutnya terbagi atas 64 kelurahan. Luas

daratan Kabupaten Kendari seluas 295,89 km² atau 0,70 persen dari

luas daratan Provinsi Sulawesi Tenggara. Wilayah Kota Kendari

terletak di jazirah Tenggara Pulau Sulawesi. Wilayah daratannya

sebagian besar terdapat di daratan Pulau Sulawesi mengelilingi Teluk

Kendari dan terdapat satu pulau yaitu Pulau Bungkutoko.

32
Luas wilayah Kota Kendari yang dibagi menurut jumlah kecamatan

yang ada, yaitu dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel III.1
Luas Wilayah Kota Kendari menurut Kecamatan
Kecamatan Luas Area Persentase
No. 2
(Districts) (Km ) (Percentage %)
01 02 03 04
1. Mandonga 20,77 7,77
2. Baruga 48,00 17,95
3. Puuwatu 39,72 14,86
4. Kadia 6,71 2,51
5. Wua-wua 11,16 4,17
6. Poasia 37,74 14,12
7. Abeli 43,85 16,40
8. Kambu 24,63 9,21
9. Kendari 15,68 5,86
10. Kendari Barat 19,11 7,15
Jumlah 267,37 100,00

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tenggara 2014

2. Kondisi Tanah

a. Topografi

Secara Topografi Wilayah Kota Kendari pada dasarnya

bervariasi antara datar dan berbukit, dimana untuk daerah datar hanya

terdapat dibagian barat dan selatan Teluk Kendari sedangkan daerah

perbukitan terletak disebelah utara Teluk Kendari yang dikenal dengan

pegunungan Nipa-Nipa. Ketinggian pegunungan tersebut mencapai

kurang lebih 459 m dari garis pantai, sedangkan kearah selatan tingkat

kemiringan antara 5% sampai 30% yang wilayah tersebut berada di

33
Kecamatan Kendari. Selanjutnya pada bagian barat yaitu di Kecamatan

Mandonga dan pada bagian Selatan Kota yaitu di Kecamatan Poasia

memiliki karakteristik wilayah yang berbukit bergelombang rendah

dengan kemiringan kearah Teluk Kendari.

Ditinjau dari segi demografi Kota Kendari memiliki jumlah

penduduk sebesar 200,390 jiwa pada tahun 2000 yang tersebar pada

masing-masing kecamatan yaitu 57,997 jiwa di Kecamatan Kendari,

45,746 jiwa di Kecamatan Mandonga, 45,775 jiwa di Kecamatan

Poasia dan 50,892 jiwa di Kecamatan Baruga.

Tabel 3.2 Proyeksi Jumlah Pertumbuhan Penduduk Kota kendari


Tahun 2000 – 2014
Jumlah Penduduk
Tahun
Jiwa Pertumbuhan (%)
2000 181.775
2001 188.252 3,56
2002 195.343 3,77
2003 203.110 3,94
2004 211.619 4,19
2005 220.946 4,41
2006 231.172 4,63
2007 242.391 4,85
2008 254.704 5,08
2009 268.224 5,31
2010 289.996 3,54
2011 295.737
2012 304.862 3,09

34
2013 314.126 3,039
2014 335.889 3,51
Sumber : Kantor Badan Pusat Statistik Kota Kendari.

b. Iklim

Sebagaimana daerah-daerah lain di Indonesia, Kota Kendari

hanya dikenal dua musim yakni musim kemarau dan musim hujan.

Keadaan musim sangat dipengaruhi oleh arus angin yang bertiup di

atas wilayahnya.

Menurut data yang diperoleh dari Badan Meteorologi,

Klimatologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Maritim Kendari

tahun 2014 terjadi 172 hari hujan dengan curah hujan 2.263,6 mm dan

2.102,6 jam penyinaran matahari.

Suhu udara dipengaruhi oleh berbagai macam faktor.

Perbedaan ketinggian dari permukaan laut, daerah pegunungan dan

daerah pesisir mengakibatkan keadaan suhu yang sedikit beda untuk

masingmasing tempat dalam suatu wilayah. Secara keseluruhan,

wilayah Kota Kendari merupakan daerah bersuhu tropis.

3. Kependudukan Sosial Kota Kendari

Ditinjau dari segi demografi Kota Kendari memiliki jumlah

penduduk sebesar 181,775 jiwa pada tahun 2000 yang tersebar pada

masing-masing kecamatan yaitu 57,997 jiwa di Kecamatan Kendari,

35
45,746 jiwa di Kecamatan Mandonga, 45,775 jiwa di Kecamatan Poasia

dan 50,892 jiwa di Kecamatan Baruga.

4. Tinjauan Tata Ruang Kota

Rencana struktur tata ruang pada dasarnya merupakan arahan tata

jenjang fungsi-fungsi pelayanan didalam kota yang merupakan rumusan

kebijaksanaan tentang pusat-pusat kegiatan fungsional kota berdasarkan

jenis, intensitas, kapasitas dan lokasi pelayanannya. Jenjang kegiatan

tersebut secara keseluruhan disusun sesuai dengan fungsi kota yang telah

dirinci dalam skala pelayanan kota, regional, nasional dan internasional.

Konsep Dasar Pengembangan Kota Kendari yang sudah

dirumuskan, secara keseluruhan merupakan arahan bagi penyusunan

struktur pelayanan kegiatan kota dan konsep tersebut telah disusun dengan

mempertimbangkan aspek-aspek :

a) Potensi lokasi dalam menampung kegiatan-kegiatan fungsional

berdasarkan jenis kegiatan dan skalanya.

b) Keterkaitan antar jenjang kegiatan-kegiatan fungsional.

c) Sifat fleksibilitas kegiatan fungsional perkotaan bersangkutan.

Adapun pengelompokan kegiatan-kegiatan fungsional tersebut

disesuaikan dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang berpengaruh

seperti kegiatan fungsional yang ada, aksesibilitas, ketersediaan lahan,

sebaran dan jarak antar pusat-pusat kegiatan fungsional skala pelayanan

kegiatan, pola pemanfaatan ruang yang ada dan kecenderungan

36
perkembangannya dan sebaran dari pusat-pusat kegiatan yang

direncanakan.

Berdasarkan semua hal tersebut, maka perincian kegiatan-kegiatan

fungsional perkotaan pada masing-masing Bagian Wilayah Kota (BWK)

selain telah mempunyai fungsi yang dominan juga setiap BWK tersebut

telah diupayakan merupakan satu kesatuan fungsional dan mempunyai

karakteristik tertentu yang mendukung pembangunan Kota Kendari, baik

dibidang ekonomi, sosial, fisik maupun lingkungan.

Pada tabel di bawah dapat dilihat arahan fungsi tiap Bagian

Wilayah Kota (BWK) sebagai hasil penjabaran dari konsep dasar

pengembangan Kota Kendari yang secara keseluruhan memperhatikan

struktur kegiatan utama masing-masing BWK dalam mendukung arah

pengembangan dan pembangunan Kota Kendari

Tabel 3. 2: Arahan Fungsi dan Pengembangan Bagian Wilayah Kota


Kendari
Potensi
Arahan
BWK Cakupan Wilayah Kelurahan Arahan Fungsi Penggunaa
Pusat BWK
n Lahan
1 2 3 4 5
Mencakup Kecamatan - Pusat BWK - Pemerintahan
Mandonga dan Kecamatan di Kota Kendari
Baruga yang meliputi kompleks - Perdagangan Luas
I Kelurahan: Punggaloba kantor dan Jasa skala 17,046
(sebagian), Tobuaha, Mandonga, Pemerintah kota km2
Korumba, Anggilowu an Walikota - Olahraga
(sebagian), Alolama (sebagian), Kendari - Pariwisata

37
Wawombalata (sebagian), Kadia - Sub-Pusat - Perumahan
dan Bende. di pasar (penunjang)
Wau-Wau

Mencakup Kecamatan Kendari Kendari - Pariwisata


dan Kecamatan Mandonga yang Beach - Perkantoran Luas
II meliputi kelurahan: Kemaraya, dan Hotel 12,914k
Watu-Watu, Tipulu, Punggaloba, - Perumhan m2
dan Alolama (sebagian) mewah
Mencakup Kecamatan Kendari - Pusat BWK - Perdagangan
yang meliputi Benu-Benua, di Pasar dan Jasa
Sodohoa, Sanua, Dapu-Dapura, Kota Lama - Pelabuhan Laut
Luas
Kandai, Kendari Caddi, Kendari dan Peti Kemas
III 24,90
Kasilampe, Gunung Jati, - Sub-Pusat - Industri Kimia
km2
Mangga Dua, Matta dan BWK di dan Logam.
Purirano. Purirano - Perumahan
(penunjang)
Mencakup Kecamatan Poasia - Pusat BWK - Industri Kimia
yang meliputi Todonggeu, di suatu dan Logam
Sambuli, Nambo, Petoaha, areal di (bagian barat,
Bungkutoko, Talia, Poasia, perpotonga mencakup
Lapulu, Pudai, Matabubu, Abeli, n antara Kelurahan Luas
IV Anggomelai, Tobimeita, Benua jalan Poros Sambuli dan 90,24km
Nirai dan Anggoeya. Anduonohu Todonggeu) 2
dan Poros - Industri
Lepo-Lepo Perikanan di
Kelurahan Kawasan PPS
Petoana. Kendari

38
- Sub-Pusat (Pundai)
di - Pariwisata di
Todonggeu Nambo dan
Bungkutoko
- Rumah Kebun
(pertanian)

Mencakup Kecamatan Poasia Pusat BWK - Pemerintahan


dan Kecamatan Baruga yang di Kantor propinsi
Luas
meliputi Kelurahan: Propinsi - Pendidikan
V 49,02km
Rahanduona, Anduonohu, - Kesehatan
2
Mokoau, Kambu, Lepo-Lepo - Rumah Kebun
(sebagian) - Pertanian
Mencakup Kecamatan Baruga - Pusat BWK - Aneka
(sawah)Industri,
dan Kecamtan Mandonga yang di Pasar - Industri
Hutan Wisata
meliputi Kelurahan: Lepo-Lepo Baruga Kerajinan dan
(sebagian), Baruga, Bonggoeya, sekarang Agro Indusri
Wua-Wua, Puwatu (sebagian), - Sub-Pusat - Industri
Watulondo (sebagian) dan Kadia BWK di Gembol Luas
VI (sebagian). Terminal - Perdagangan 49,867k
Type B Grosir m2
Abeli - Transportasi
Sawah Regional
- Rumah Kebun
(Pertanian) dan
Agribisnis

39
Mencakup Kecamatan - Pusat BWK - Aneka Industri,
Mandonga yang meliputi di Puwatu Industri
Kelurahan: Puwatu (sebagian), - Sub-Pusat Kerajinan dan
Watulondo (sebagian), BWK Agro Industri
Punggolaka (sebagian), Labibia disediakan - Rumah Kebun
dan Wawombalata. pada suatu dan Agribisnis
areal di - Tempat Luas
VII persimpang Peristirahatan 51,9025k
an jalan ke m2
Batu Gong
dan
Matabondu
di
Kelurahan
Labibia.

B. Tinjauan Khusus Kota Kendari

1. Tinjauan Lokasi

Penentuan lokasi mempunyai tujuan agar mendapatkan lokasi yang

strategis dan mempunyai potensi untuk dikembangkan serta dapat memenuhi

kebutuhan. Untuk mendapatkan lokasi yang strategis untuk bangunan Gedung

Bioskop mini di Kota Kendari maka perlu dipertimbangkan :

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi

dengan menentukan kriteria-kriteria yang diperlukan antara lain :

a. Sesuai dengan Rencana Induk Kota (RIK)

b. Pencapaian, terjangkau oleh sarana dan prasarana kota

c. Tersedia sistem fasilitas utilitas kota

40
d. Dekat dengan aktivitas kota yang mendukung keberadaan gedung bioskop

mini tetapi tidak mengganggu daerah pemukiman penduduk.

e. Luas areal cukup, mencakup luas areal yang diperlukan.

f. Sesuai arah perkembangan kota dan penyebaran penduduk.

Berdasarkan kriteria di tersebut atas, kriteria yang paling dominan dan

memiliki nilai tertinggi adalah sesuai dengan RIK, seperti yang tergambar

dalam peta rencana pemanfaatan lahan dan kawasan Kecamatan Kendari Barat

Kelurahan Benu Benua. Lokasi gedung bioskop mini berada Kota Lama

dimana nantinya keberadaan gedung bioskop mini dapat menjadi orientasi

utama dalam memberikan pelayanan dan mempermudah akses bagi

pengunjung yang datang di Kota Kendari baik pengunjung yang datang karena

tujuan hiburan maupun tujuan wisata.

Dalam pemilihan lokasi dapat dipilih satu tempat yang sangat strategis

di daerah Kota Kendari untuk dibangun gedung bioskop mini yang dapat

dikembangkan berdasarkan fungsi dan kegunaannya, dimana lokasi terletak di

daerah Kota Kendari jalan Pembangunan Kecamatan Kendari Barat Kelurahan

Benu Benua. Lokasi tersebut letaknya sangat strategis selain mudah dijangkau

juga memiliki daya tarik dan nilai komersial yang dapat memberikan

keuntungan bagi gedung bioskop mini itu sendiri. Lokasi berada pada BWK 1

yang memiliki fugsi utama sebagai perdagangan dan jasa, pelabuhan, industry,

perumahan (penunjang).

41
Gambar 3.2. Peta BWK Kota Kendari
(Sumber : Dinas Tata Kota Dan Perumahan,Kota Kendari)

2. Pemilihan Site

Untuk memperoleh site yang tepat bagi perencanaan gedung

bioskop mini di kota Kendari berdasarkan pada :

a. Dasar Pertimbangan

1) Luasan lahan yang cukup

2) Kondisi daya dukung tanah

3) Status tanah

4) Rencana umum tata ruang kota Kendari

5) Letak site yang strategis

6) Kondisi fisik site

7) Fasilitas dan jaringan utilitas

42
b. Kriteria Penentu

1) Tersedianya lahan yang cukup dan mampu menampung

kegiatan dalam ruang gedung bioskop mini.

2) Berada pada zona peruntukan lahan yang sesuai dengan

RUTRK Kota Kendari yaitu gedung bioskop mini.

3) Site dekat sarana hiburan lainnya dan sarana pendukung

lainnya.

4) Relatif mudah dicapai dari fasilitas yang mendukung fungsi

dan kegiatan pariwisata, pedagang dan jasa.

5) Faktor lingkungan tapak yang mendukung penampilan

bangunan.

6) Kondisi lingkungan dengan tingkat kenyamanan yang

memadai.

7) Tersedia fasilitas atau jaringan utilitas kota

43
Lokasi yang
terpilih

Lippo Plaza

Gambar 3.3. Lokasi Perencanaan Gedung Bioskop Mini


sumber www.google.earth.co.id

3. Pengolahan Site

Tujuan dari pengolahan site ini adalah untuk mendapatkan

zoning kegiaan makro pada site yang terpilih sesuai kondisi dan

potensi site serta lingkungannya.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengolahan

site yaitu dengan dasar pertimbangan antra lain:

a. Penempatan Main Entrance

Main Entrance adalah jalan masuk bagi pengunjung ke

dalam site. Main Entrance dipusatkan pada jalan yang mudah

dijangkau, sedangkan untuk jalan keluar pada jalan yang tingkat

pemakainya rendah.

44
Pemisahan antara jalan masuk dan jalan keluar kendaraan

didasarkan atas beberapa pertimbangan seperti:

1) Jalur yang dilalui transportasi umum merupakan arah masuk

pengunjung yang terpadat.

2) Dengan pemisahan jalur masuk dan keluarnya kendaraan pada

jalur yang berbeda, hal ini akan memperlancar sirkulasi

kendaraan baik yang akan masuk ke tapak maupun yang akan

keluar tapak.

b. Penempatan Side Entrance

Side Entrance adalah jalan alternatif untuk masuk ke site

dan difungsikan sebagai jalan dari dalam dan keluar site. Side

Entrance ini diprioritaskan pada jalan yang aksesnya sedang.

c. Penempatan Service Entrance

Service Entrance adalah jalan alternatif yang difungsikan

untuk jalur kegiatan Service seperti pelayanan bangunan, kegiatan

persiapan, sirkulasi pemadam kebakaran, dan sebagainya.

4. Sistem Sirkulasi dalam Bangunan

Sistem sirkulasi dibagi dalam 2 bagian utama, yaitu:

a. Sirkulasi Pada Site

Sirkulusi pada side dapat dibagi menjadi beberapa bagian,

yaitu:

45
1) Sirkulasi kendaraan

a) Sirkulasi kendaraan pengujung

2) Sirkulasi kendaraan pengelola/pengurus

b) Sirkulasi kendaraan barang

3) Sirkulasi pejalan kaki

Sirkulasi untuk pejalan kaki harus dibuat seefektif

mungkin, sehingga pengunjung lebih aman, terarah dan jelas serta

diuasahakan agar menghindari terjadinya persilangan sirkulasi

(crossing circulation) dengan sirkulasi kendaraan.

b. Sirkulasi Dalam Bangunan

Sirkulasi dalam bangunan dapat dibagi menjadi beberapa

bagian, yaitu:

1) Sirkulasi Vertikal

Sirkulasi ini dapat berupa tangga beton dan lif yang

menghubungkan lantai dasar dan lantai atas, tangga ini dapat

berupa tangga umum.

2) Sirkulasi Horisontal

Sirkulasi Horisontal menggunakan selasar yang dibuat

agak lebar yang sesuai dengan sifat dan kegiatannya.

Ukurannya sekitar 240 cm – 260 cm, yang memungkinkan

untuk dilalui orang.

46
5. Pola Tata Lingkungan

Pada dasarnya unsur-unsur zoning dan tata lingkungan akan

dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:

a. Pencapaian yang efektif

b. Tingkat kebisingan (noise)

c. Tingkat privasi

d. Tingkat Environment

Begitu pula pengelolaan/penghubungan tata masa ditentukan

juga oleh beberapa faktor antara lain arah mata angin, lintasan

matahari, dan kondisi environment.

6. Pola Tata Ruang Luar

Penentuan ruang luar dimaksudkan sebagai berikut:

a. Unsur pandukung keharmonisan bangunan

b. Pembatasan lokasi bangunan

c. Pelindung dan peneduh terhadap isolasi suara dan polusi udara

d. Penyejuk penunjang view dari luar tapak

e. Sebagai ruang penerima

Perencanaan ruang luar harus memperhatikan hal-hal sebagai


berikut:
a. Dapat mencerminkan keterbukaan atau menggunakan elemen-

elemen ruang luar yang menunjukan kesederhanaan dan tidak

memberikan perasaan tertekan bagi pemakai bangunan.

47
b. Pengolahan taman dan elemen ruang luar dapat memberikan

orientsi dan arah kebangunan.

Unsur-unsur ruang luar tersebut, yaitu:

1) Area parkir

2) Taman

Prinsip penataan ruang luar ditentukan oleh fungsi-fungsi yang

digunakan, sebagai berikut :

1. Tempat parkir berfungsi untuk menyimpan kendaraan untuk


menghindari crossing dengan pengendara lain.

2. Taman berfungsi memberikan keindahan pada suatu bangunan


agar terlihat lebih indah sehingga tidak merasa jenuh.

7. Penampilan Bangunan

Penampilan luar bangunan pada bangunan Gedung bioskop mini di

pengaruhi oleh :

a. Bentuk Bangunan

1) Kesesuaian dengan sarana sebagai tempat hiburan yang

mencerminkan kesan terbuka dan menerima pencetusan

dalam penataan bangunan.

2) Mencerminkan ciri bangunan Gedung bioskop mini sebagai

bangunan yang memberikan pelayanan kepada pengunjung.

48
b. Material/Elemen Tekstur

Material/elemen tekstur pada bangunan Gedung bioskop

mini merupakan penunjang penampilan luar bangunan, material

itu antara lain :

1) Tekstur alam seperti batu kali, batu pecahan, dan kerikil

yang ditata sedemikian rupa sehingga mampu memberikan

kesan yang nyaman.

2) Tekstur buatan seperti kaca, marmer, dan sebagainya.

8. Penataan Ruang Luar

Penataan ruang luar pada bangunan Gedung bioskop mini

yaitu memberikan atau menciptakan suasana lingkungan yang

memberikan kesan menerima, formal, teratur, sejuk, dan nyaman

untuk mendapatkan tata ruang luar yang sesuai dengan karakter

bangunan yang dicapai maka hal yang perlu diperhatikan yaitu :

a. Sesuai dengan pola dan kondisi site yang ada.

b. Mengikuti peraturan bangunan setempat.

Adapun elemen landscape dapat diuraikan berdasarkan

karakter atau kesan kekerasannya, elemen landscape dibagi atas :

1) Elemen Lunak (Soft Material)

Identik dengan makhluk hidup seperti tanaman dengan berbagai

ragamnya, satwa baik yang telah ada maupun yang akan diadakan

serta manusia sebagai yang berkepentingan dan yang menikmati

49
tata landscape. Elemen lunak ini menimbulkan kesan lembut,

bersahabat dan alami.

2) Elemen Keras (Hard Material)

Kelompok ini mencakup semua elemen taman yang sifatnya atau

karakternya keras dan tidak hidup seperti Tanah, sebagai tempat

berpijak taman yang ada diatasnya

3) Batuan, dapat diperlihatkan mengenai bentuk, ukuran,

warna,tekstur dan kesan keseluruhan

4) Perkerasan/paving yaitu penutupan lantai permukaan baik dengan

kayu, batu, maupun semen.

5) Jalan setapak

6) Pagar dari berbagai bahan dan material

7) Semua furnitur taman seperti lampu taman, bangku taman, shelter,

gazebo, pergola, seluptur, kolam air mancur, jembatan, retaining

wall dan sebagainya.

Elemen keras ini memunculkan karakter yang kaku, keras,

mungkin tidak bersahabat, gersang dan sebagainya. Adapun unsur

landscape yang digunakan, yaitu :

a. Soft Material

1) Jenis Pohon

a) Kiara payung, sebagai tanaman peneduh,penahan angin

dan filtrasi matahari, dengan tinggi 12-15 m dan tajuk 8-

10 m.

50
b) Anggsana, berfungsi sebagai tanaman peneduh dan

penyaring debu.

c) Cemara lilin, berfungsi sebagai filter polusi, pengarah

jalan dan estetika.

d) Palm raja, berfungsi sebagai tanaman pengarah untuk

sirkulasi baik kendaraan maupun pejalan kaki.

e) Beringin, berfungsi mereduksi kebisingan dan penyaring

debu.

f) Tanaman penutup, berfungsi mencegah pengikisan tanah

dan penyerap panas kawasan seperti rumput manila dan

jepang.

b. Hard Material

1) Pafing blok, di gunakan pada jalur pedestrian.

2) Rabat beton, penerapannya pada sekeliling bangunan.

3) Aspal, di gunakan pada jalur kendaraan.

4) Grass blok, di gunakan pada jalur parker

51
BAB IV

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

A. Filosofi Dasar Perencanaan dan Perancangan

Pendekatan yang dimaksudkan sebagai langkah menuju penentuan

konsep perencanaan fisik gedung bioskop mini merupakan wadah rekreasi

yang sifatnya menarik, rekreatif dan memiliki kekhasan tersendiri serta

merencanakan sarana dan fasilitas yang ada dalam gedung sehingga animo

masyarakat untuk berkunjung ke gedung bioskop mini sangat meningkat.

Pendekatan konsep makro sebagai langkah penyelesaian dalam lingkungan

kaitan wadahnya terhadap aktivitas yang ditampung.

B. Konsep Pendekatan Makro

1. Konsep Penentuan Lokasi

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi

dengan menentukan kriteria-kriteria yang diperlukan antara lain :

a. Sesuai dengan Rencana Induk Kota (RIK)

b. Pencapaian, terjangkau oleh sarana dan prasarana kota Kendari

c. Tersedia sistem fasilitas utilitas kota Kendari

d. Dekat dengan aktivitas kota yang mendukung keberadaan gedung

bioskop mini tetapi tidak mengganggu daerah pemukiman penduduk.

e. Luas areal cukup, mencakup luas areal yang diperlukan.

f. Sesuai arah perkembangan kota dan penyebaran penduduk.

52
Berdasarkan kriteria di tersebut atas, kriteria yang paling dominan

dan memiliki nilai tertinggi adalah sesuai dengan RIK, seperti yang

tergambar dalam peta rencana pemanfaatan lahan dan kawasan Kelurahan

Wowawanggu Kecamatan Kadia. Lokasi gedung bioskop mini berada di

kota Kendari yang dimana nantinya keberadaan gedung bioskop mini ini

dapat menjadi orientasi utama dalam memberikan pelayanan dan

mempermudah akses bagi pengunjung yang datang.

Dalam pemilihan lokasi dapat dipilih satu tempat yang sangat

strategis di Kota Kendari untuk dibangun gedung bioskop mini yang dapat

dikembangkan berdasarkan fungsi dan kegunaannya, dimana lokasi

terletak di Kota Kendari jalan M. T. Haryono Kelurahan wowawanggu

Kecamatan Kadia. Lokasi tersebut letaknya sangat strategis selain mudah

dijangkau juga memiliki daya tarik dan nilai komersial yang dapat

memberikan keuntungan bagi gedung bioskop mini itu sendiri. Lokasi

berada di dalam pusat kota yang merupakan komponen utama dalam

perancangan gedung bioskop mini serta dalam pengembangannya

berdasarkan rencana tata guna bangunan Pemerintah Kota Kendari.

2. Pemilihan Site

Untuk memperoleh site yang tepat bagi perencanaan gedung

bioskop mini di kota Kendari berdasarkan pada :

a. Dasar Pertimbangan

1) Luasan lahan yang cukup

2) Kondisi daya dukung tanah

53
3) Status tanah

4) Rencana umum tata ruang kota Kendari

5) Letak site yang strategis

6) Kondisi fisik site

7) Fasilitas dan jaringan utilitas

b. Kriteria Penentu

1) Tersedianya lahan yang cukup dan mampu menampung kegiatan

dalam ruang gedung bioskop mini.

2) Berada pada zona peruntukan lahan yang sesuai dengan RUTRK

Kota Kendari yaitu gedung bioskop mini.

3) Site dekat sarana hiburan lainnya dan sarana pendukung lainnya.

4) Relatif mudah dicapai dari fasilitas yang mendukung fungsi dan

kegiatan pariwisata, pedagang dan jasa.

5) Faktor lingkungan tapak yang mendukung penampilan bangunan.

6) Kondisi lingkungan dengan tingkat kenyamanan yang memadai.

7) Tersedia fasilitas atau jaringan utilitas kota Kendari

54
U

Gambar 4.1. Site Lokasi


Sumber : Sketsa Pribadi

3. Kriteria Tapak

Tapak terpilih yaitu :

a. Sebelah Utara berhadapan dengan kantor simpatik dan ruko

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan perumahan penduduk.

c. Sebelah Timur berbatasan dengan ruko dan Lippo Plaza.

d. Sebelah Barat berbatasan dengan PT. GPP dan ruko.

4. Faktor-faktor Penunjang Tapak

Adapun faktor-faktor penunjang tapak harus sesuai dengan

ketentuan, kondisi dan unsur-unsur yang berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan. Adapun faktor-faktor yang dimaksud adalah :

a. Orientasi Matahari

Mengingat tapak menghadap ke arah Selatan maka

membutuhkan banyak bukaan pada bangunan.

55
U

Gambar 4.2. Orientasi Iklim


Sumber : Sketsa Pribadi

b. View

Lokasi site yang terpilih menunjang view yang baik terhadap

penampilan bangunan yang direncanakan. Hal ini disebabkan posisi

bangunan pada tapak menghadap ke arah jalan utama.

View dari jalan M. T. Haryono U


dan Kantor Simpatik
View dari arah samping
kiri yaitu Ruko PT. GPP

View dari arah samping


kanan yaitu Ruko

View dari pemukiman


penduduk

Gambar 4.3. View Tapak


Sumber : Sketsa Pribadi

56
c. Kebisingan atau Noise

Zona bising pada tapak perencanaan berhubungan langsung

dengan jalan raya yang merupakan sumber utama kebisingan. Zona ini

digunakan sebagai area parkir dengan penempatan massa bangunan

yang berada agak tengah pada tapak demi mengantisipasi kebisingan

yang berlebihan. Untuk reduksi kebisingan yang berasal dari jalur lalu

lintas kendaraan pada sisi barat maka digunakan barrier berupa pagar

dan pohon. Penempatan massa bangunan tidak terlalu dekat dengan

jalan dan meminimalisasi bukaan pada bangunan yang menghadap ke

jalan juga bisa mengatasi kebisingan yang lebih terutama pada fasilitas

gedung.

Gambar 4.4. Noise Tapak


Sumber :Sketsa Pribadi

5. Konsep Sistem Sirkulasi

Adapun faktor yang mempengaruhi dalam penataan sistem

sirkulasi pada site adalah :

57
a. Penampilan bangunan di sekitar site

b. Kemudahan dan kenyamanan pencapaian site khususnya pejalan kaki

c. Aktivitas pelaku kegiatan

d. Perletakan jalur masuk, parkir dan jalan keluar

e. Pengaturan jalur yang menghindari crossing

SERVICE ENTRANCE

PARKIR KHUSUS

GEDUNG BIOSKOP MINI SIDE ENTRANSE

PARKIR UMUM PARKIR UMUM

MAIN ENTRANCE
(KENDARAAN)
(PEJALAN KAKI)

Skema 4.1. Sirkulasi Ruang

6. Konsep Tata Lingkungan dan Analisa Tapak

Berdasarkan pada studi literatur maka untuk mendapatkan

penataan gedung bioskop mini, yang sesuai dengan tata lingkungan dan

analisa tapak harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut :

a. Mudah dilihat dari segala arah sebagai bangunan komersial

58
b. Tidak berdekatan dengan sarana-sarana pendidikan, peribadatan,

perkantoran dan kesehatan, untuk menghindari kebisingan yang

ditimbulkan oleh aktivitas hiburan.

c. Adanya space penerima ke arah bangunan

d. Berada pada lingkungan perdagangan dan jasa

7. Konsep Penampilan Bangunan

a. Bentuk Dasar

Pemilihan bentuk dasar atas pertimbangan :

1) Aktivitas / kegiatan

2) Pemanfaatan ruang yang seefektif mungkin

3) Sirkulasi/pencapaian yang efektif dan efisien

Adapun pola dasar bentuk ruang, sebagai berikut :

1) Bentuk ruang terkesan lembut

2) Penggunaan bentuk tidak fleksibel

3) Terdapat ruang yang terbuang

Bentuk ruang terkesan kuat dan stabil

1) Efektivitas ruang yang sangat optimal

2) Fleksibilitas pengembangan bentuk

3) Sesuai dengan arah pergerakan

Bentuk ruang terkesan dinamis dan

ekspresif

59
1) Menerima pengaruh psikologis yang

kuat

2) Banyak ruang yang terbuang

b. Penampilan Bangunan

Penampilan bangunan harus dapat mencerminkan fungsi

sebagai bangunan komersial dengan ciri tertentu.

1) Karakter bangunan sebagai bangunan pelayanan umum yang

berkesan mengundang.

2) Kejelasan orientasi pencapaian

3) Keserasian dengan lingkungan tapak

4) Adanya unsur estetika : kesinambungan, skala dan proporsi

C. Konsep Pendekatan Mikro

1. Kebutuhan Ruang

Kebutuhan ruang berdasarkan sifat kegiatan dari masing-masing

pelaku kegiatan, yaitu :

a. Zona Privat

Adalah Kebutuhan ruang yang mempunyai aktivitas yang sifatnya

privat atau pribadi tidak semua pengunjung dapat menikmati ruang-ruang

dalam Kebutuhan tersebut. Termasuk dalam Kebutuhan ini yaitu ruang

direktur, staff karyawan, pos keamanan, ruang rapat, ruang genzet, ruang

operator, ruang utilitas, cleaning service, AHU, dan ruang service.

60
b. Zona Semi Publik

Adalah Kebutuhan ruang untuk mempunyai aktivitas yang sifatnya

sudah agak umum, pengunjung yang mempunyai kepentingan dalam

ruang-ruang ini dapat memanfaatkannya. Termasuk dalam Kebutuhan ini

yaitu ruang pengelola, mushallah, ruang tamu, dan ruang pertemuan.

c. Zona Publik

Adalah Kebutuhan ruang yang aktivitasnya bersifat umum dan

dapat dilakukan oleh semua pengunjung gedung bioskop mini. Termasuk

dalam Kebutuhan ini adalah ruang kafetaria, bioskop, toilet, dan lobby.

Privat

Semi Publik

Publik

Dasar pertimbangan untuk menentukan Kebutuhan ruang adalah :

1) Memisahkan kelompok-kelompok kegiatan

2) Batasan faktor-faktor peralatan yang dibutuhkan

2. Pengelompokan Ruang

Sesuai dengan aktivitas yang terjadi pada kelompok-kelompok

kegiatan di atas, maka pengelompokan ruang yang ada pada gedung

bioskop mini adalah sebagai berikut :

a) Kegiatan Pengunjung :

1) R. Main Entrance

61
2) R. Main hall

3) R. Bioskop

4) R. Kafetaria

5) R. Wudhu

6) R. Mushollah

b) Kegiatan Pengelola

1) R. Tamu

2) R. Direktur

3) R. Sekretaris

4) R. Manajer Operator

5) R. Manajer Fasilitas

6) R. Loker staf karyawan

7) R. Pertemuan

8) R. Informasi / keamanan

9) R. Istirahat karyawan

c) Kegiatan servis

1) R. Cleaning service

2) R. Service (gudang)

3) R. AHU

4) R. Operator

5) R. Genset

62
3. Konsep Pola Hubungan Ruang

Bioskop

Hall/lobby

Ruang pertunjukan

Loket karcis

Ruang proyektor

Snack case service

Lavatory / toilet

Kafetaria

Hall/lobby

Ruang kafetaria

Kasir

Gudang

Dapur

Toilet

Seluruh aktivitas hiburan

Bioskop

Kafetaria

Keterangan : = Hubungan erat

= Hubungan kurang erat

= Hubungan tidak erat

63
4. Konsep Pola Organisasi Ruang

Berdasarkan pola hubungan ruang yang telah ada maka pola

organisasi ruang diwujudkan dalam :

a. Flow ke seluruh kegiatan hiburan, terbuka, luwes, teratur dan tidak

menyulitkan untuk memilih jenis hiburan yang diinginkan, adanya

pemisahan antara jenis hiburan yang bising dan yang memerlukan

ketenangan.

b. Pengaturan unit-unit kegiatan hiburan disesuaikan dengan pola

lingkungan dan sirkulasi.

PENGELOLA PENGELOLA

BIOSKOP BIOSKOP

SERVICE LOBBY SERVICE

BIOSKOP KAFETARIA

HALL

ENTRANCE

64
5. Konsep Besaran Ruang

a. Bioskop

Hollywood cineplek adalah satu-satunya bioskop yang ada di

Kota Kendari dengan kapasitas tempat duduk 158 terdiri dari 2 studio.

Masing-masing studio berkapasitas 79 seat.

Jumlah pengunjung setiap pertunjukan dari hasil survey adalah

24% pada jumlah seat yang tersedia. Sedangkan jumlah penonton

setiap harinya dengan tiga kali jam tayang yaitu pukul 16.00, 19.00

dan 21.31 pada hari tertentu ditambah midnight. Maka ditentukan :

150 x 24% x 3 = 108 penonton/hari

Jumlah penduduk pada tahun 2008 yaitu sekitar 195.343 jiwa.

Sedangkan proyeksi penduduk pada tahun 2013 yang akan

direncanakan sekitar 283.077 jiwa. Maka jumlah penonton yang

diasumsikan yaitu :

283.077
x 108 = 157 penonton/hari
195.343

Jadi jumlah seat yang masih dibutuhkan sebanyak :

157 – 150 = 7 seat

65
Kapasitas bioskop berdasarkan standar :

1. Small size : < 600 seat

2. Standar size : 600 – 800 seat

3. Large size : 800 – 2000 seat

4. Extra large size : > 2000 seat

(Sumber : Ernst Neufert Arsitek Data)

Maka jumlah besaran bioskop yang akan direncanakan adalah

sekitar 150 orang dengan beracuan pada jumlah yang telah ada, yang

masih dibutuhkan dan terhadap fasilitas hiburan lain.

Ruang Besaran Ruang

1. Ruang pertunjukan 150 seat

(Standar 0,55 x 0,9 m2 / seat)

150 x (0,55 x 0,9) 74,25 m2

2. Sirkulasi 20% 14,85 m2

3. Lobby / Hall bioskop 96,00 m2

4. Ruang Proyektor 36,00 m2

5. Loket karcis 2 x 3 9,00 m2

6. Toilet diasumsikan 50% pengunjung

yang menggunakannya.

Standar : 1 WC untuk 25 orang

: 1 urinoir untuk 45 orang

Diasumsikan yang memakai 50% pria, 50% wanita, maka

diperlukan :

66
a. 2 WC wanita @ 1,5 x 2 6,00 m2

b. 4 WC pria @ 1,5 x 2 12,00 m2

c. 5 urinoir @ 1,35 m2 6,75 m2

Total besaran bioskop adalah 254,85 m2

b. Kafetaria

Seiring dengan perkembangan kota, maka salah satu fasilitas

hiburan yang berkembang adalah kafetaria. Mulai dari kapasitas kecil

sampai yang berkapasitas besar.

Jenis aktivitas hiburan ini, ada yang sifatnya permanen dan ada

pula yang tidak permanen. Jadi kapasitas hiburan kafetaria yang akan

direncanakan untuk proyeksi 8 tahun kedepan, diasumsikan sekitar 40

orang dengan beracuan pada salah satu kafetaria, yang dijadikan

sampel yaitu kafetaria Dukuh dengan jumlah kursi 36 buah, persentase

kenaikan diasumsikan 15%.

Ruang Besaran Ruang

1. Ruang duduk 1,9 x 40 76,00 m2

(Standar 1,3 – 1,9 m2/orang)

2. Kasir dan service counter 6,00 m2

3. Dapur / pantry 9,00 m2

4. Toilet diasumsikan :

1 WC wanita 1,5 x 2 3,00 m2

1 WC pria 1,5 x 2 3,00 m2

2 urinoir 1,35 m2 8,10 m2

67
5. Sirkulasi 30% 22,80 m2

Total besaran kafetaria adalah 127,90 m2

c. Pengelola Gedung Bioskop Mini

Ruang Besaran Ruang

1. Ruang Tamu 21,72 m2

2. Ruang Direktur Utama 18,00 m2

3. Ruang Sekretaris dan Bendahara 21,00 m2

4. Ruang Manajer Operator dan Fasilitas 20,00 m2

5. Ruang Staf Karyawan / Istirahat 32,00 m2

6. Ruang Pertemuan 21,00 m2

7. Ruang Informasi / Ruang Keamanan 4,00 m2

8. Ruang Cleaning Service 12,00 m2

9. Ruang Gudang 12,00 m2

10. Ruang AHU 16,00 m2

11. Ruang Operator dan Fasilitas 16,00 m2

12. Ruang Genset 9,00 m2

13. Toilet 1 unit @ 25,8 m2 25,80 m2

14. Ruang Wudhu 4,00 m2

15. Mushollah 9,00 m2

Total besaran pengelola adalah 225,52 m2

68
d. Halaman Parkir

Jumlah pengunjung gedung bioskop mini 150 orang dengan

asumsi 25% menggunakan kendaraan roda empat dengan pengunjung

4 orang, sebanyak 50% menggunakan kendaraan roda dua dengan

pengunjung 2 orang. Maka perhitungan jumlah kendaraan roda empat

dan roda dua adalah :

a) Jumlah mobil = (150 : 4) x 25% = 9,38 mobil

dibulatkan = 10 mobil

b) Jumlah motor = (150 : 2) x 50% = 37,5 motor

dibulatkan = 40 motor

Jadi jumlah luasan parkir yang dibutuhkan adalah :

1. Luas parkir mobil = 10 mobil x 15 m2/mobil =150,00m2

2. Luas parkir motor = 40 motor x 2 m2/motor = 80,00 m2

Luas parkir kendaraan =230,00 m2

Luas Sirkulasi 40% dari luas parkir kendaraan = 92,00 m2

Total luas parkir = 322,00 m2

Rekapitulasi keseluruhan
d. Bioskop =254,85m2

e. Kafetaria =127,90m2

f. Pengelola Gedung Bioskop Mini =225,52m2

g. Halaman Parkir =322,00 m2

Total luas parkir = 930.27 m2

69
Persentase Luasan Areal Terbangun dan yang Tidak Terbangun

Yang terbangun 60% terbuka 40%

Luas lokasi 1.200 m2.

60
Jadi yang terbangun = x 1.200 = 720.00 m2
100

40
Yang terbuka = x 1.200 = 480.00 m2
100

6. Konsep Pola Tata Ruang Luar

Ruang luar yang tercipta diharapkan dapat menjadi ruang

penghubung antara kegiatan, dan dapat menyatu dengan bangunan utama.

Maka hal yang perlu diperhatikan dalam penataan ruang luar adalah :

a. Antara bangunan utama dengan fasilitas pengunjung lainnya/diluar

bangunan

b. Ruang luar untuk taman dapat dimanfaatkan sebagai pemandangan

dari masing-masing fungsi kegiatan

c. Pemanfaatan pohon-pohon yang ada sebagai unsur taman

d. Pedestrian dan taman diberi penerangan pada malam hari

Kesan yang ingin dicapai adalah :

a. Memberikan kesan menarik, rekreatif dan suasana santai yang akan

memberikan semangat kesegaran

b. Memberikan kesan keterbukaan dengan memanfaatkan pohon-pohon

yang ada sebagai unsur taman dan penghijauan serta berfungsi sebagai

pengarah, pembatas, menciptakan suasana ruang sebagai peneduh

penyaring polusi dan pereduksi bising.

70
c. Memanfaatkan elemen-elemen keras sebagai pengarah, sebagai

pembatas dan sebagai titik tangkap.

7. Struktur Bangunan

a. Sistem Struktur

Sistem struktur dan penggunaan material dipertimbangkan

terhadap :

1. Kemudahan dan kecepatan pelaksanaan

2. Penampilan struktur dapat mendukung bentuk / ekspresi fungsi

Bangunan struktur dikemukakan sebagai berikut :

1. Memilih sistem struktur yang ekonomis, sederhana dan mudah

dilaksanakan

2. Memilih struktur yang dapat memberikan perwujudan kesatuan

bangunan dan juga memberikan fleksibel dan peraturan ruang-

ruang

Adapun material struktur yang digunakan adalah :

1. Daya tahan terhadap pengaruh kelembaban (korosi)

2. Daya tahan terhadap api

3. Daya tahan terhadap gempa

4. Mudah dalam pemeliharaan

5. Keserasian dengan sistem struktur

71
b. Model Struktur

Modul diambil berdasarkan jenis bilangan yang sesuai dengan

skala gerak manusia kelipatan dari bilangan tersebut adalah 30 cm

dengan pertimbangan terhadap :

1. Dimensi dari perletakan ruang yang digunakan dalam bangunan

2. Jarak bentang maksimal dari struktur

3. Ukuran bahan yang ada di pasaran

4. Dengan melihat nilai ekonomi dan kemudahan dalam pelaksanaan

pembangunan

c. Sub Struktur

1. Dengan menggunakan garis/pondasi batu gunung dan pondasi poer

plat, menggunakan material dari beton bertulang atau disesuaikan

dengan kondisi tanah.

2. Menggunakan sistem struktur rangka konstruksi baja dan plat

beton.

8. Sistem Utilitas dan Kelengkapan Bangunan

a. Sistem Pengadaan Air Bersih

Sumber utama air bersih adalah dari PDAM dengan melalui

meteran, kemudian ditampung dalam reservoir bawah, lalu

dipompakan ke reservoir atas (tower), kemudian dengan

gaya gravitasi bumi didistribusikan ke ruang-ruang yang

memerlukannya sebagai cadangan digunakan sumur dalam (deep

72
well), untuk penyediaan air panas ke ruang-ruang yang

membutuhkannya maka dibantu dengan mesin pemanas (boiler).

Skema jaringan air pada pusat hiburan

b. Sistem Pembuangan Air Kotor

1) Pembuangan Air Hujan

Air hujan disalurkan melalui saluran pembuangan, dari

tempat-tempat tertentu. Pada saluran itu dibuatkan bak kontrol

untuk mengecek apabila terjadi penyumbatan atau pembersihan

kotoran. Kemudian disalurkan ke riol kota.

2) Pembuangan dari Pantry/Dapur

Air kotor yang berasal dari westafel, dapur, kamar mandi,

kemudian dialirkan melalui drainase tertutup untuk dilakukan

penyaringan dan dilanjutkan ke riol kota.

Air Kotor Penyaringan Riol Kota


(berlemak)

- Wastafel

- Air Hujan

- Kamar Mandi

Skema jaringan pembuangan air kotor

73
3) Pembuangan dari WC/Lavatory

Air kotor / disposal dari WC, disalurkan ke septictank.

Disposal padat/cair akan mengendap, sedangkan air kotor akan

mengalir ke peresapan/penyaringan. Pada waktu tertentu kotoran

dari septictank diambil oleh mobil tinja, untuk dipindahkan ke

lokasi pembuangan akhir.

c. Pembuangan Sampah

Sistem pembuangan sampah adalah :

1. Sampah yang basah terutama dari restorant kafetaria seperti sisa

makanan dan dari WC, juga sampah kering seperti kaleng, plastik,

kertas dimasukkan ke alam bak sampah yang sudah tersedia di

setiap unit-unit bangunan.

2. Selanjutnya sampah tersebut diangkut ke tempat pembuangan yang

lebih besar yang ada di sekitar bangunan (secara kolektif) yang

dilakukan oleh petugas pengelola gedung bioskop mini.

3. Dari penampungan yang ada di luar gedung, kemudian diangkut

untuk dibuang ke tempat pembuangan selanjutnya oleh petugas

dinas kebersihan kota atau dengan cara dibakar.

74
Sampah Basah / Kering

Penampungan sementara pada


unit bangunan

Penampungan sementara
di luar bangunan

Truck sampah

Pembuangan akhir

Skema sistem pembuangan sampah

d. Komunikasi

Hubungan keluar digunakan sistem telepon yang dipusatkan

pada kontrol di ruang operator. Sedangkan hubungan antara ruang-

ruang menggunakan intercom, juga memakai sistem pesawat radio

penghubung.

e. Listrik

Sumber tenaga listrik yang tersedia yaitu dari PLN (Perusahaan

Listrik Negara). Dari jaringan PLN disalurkan melalui trafo kemudian

ke panel induk, selanjutnya ke unit-unit ruangan yang

membutuhkannya. Akan tetapi apabila listrik dari PLN padam, maka

akan digunakan generator sebagai sumber listrik cadangan.

75
f. Keamanan Terhadap Kebakaran

1) Menggunakan bahan bangunan, yang tahan terhadap api dan

penyediaan tangga darurat.

2) Penyediaan fasilitas pemadam kebakaran, pada tempat-tempat

tertentu seperti fire hydrant dalam dan luar bangunan.

3) Fire ex tinguisher alat pemadam portable atau tabung

g. Penangkal Petir

Penangkal petir bangunan, melindungi bangunan dari

kebakaran, kehancuran dan ledakan akibat sambaran petir pada

prinsipnya adalah usaha untuk memusatkan daerah rawan petir ke titik

yang dapat diamankan sehingga arus listrik yang berkekuatan tinggi

dari petir dapat diredam ke dalam tanah dengan aman. Jenis penangkal

petir yang dipakai adalah sistem sangkar faraday.

Diletakkan
Tiang penangkal petir di setiap Kabel Penyalur
jarak 25 m

Didistribusikan ke bumi
Di bagian atas bangunan Didistribusikan ke bumi

Plat Tembaga
di dalam tanah

Skema jaringan penangkal petir

9. Sistem Pencegahan Kriminal

Menggunakan pos keamanan dalam dan luar bangunan.

76
10. Sistem Environment Ruang

a. Penghawaan

1. Penghawaan Alami

Semua ruang-ruang, diusahakan menggunakan penghawaan

almiah dan buatan dengan sistem ventilasi dan jendela, dengan luas

ventilasi 1/3 dari luas lantai kecuali untuk kamar mandi dan dapur

bentuk lebih luas. Arus angin pada ventilasi berjalan lancar dan

juga disesuaikan dengan ketinggian lubang-lubang ventilasi.

2. Penghawaan Buatan

Untuk mengatur suhu dan kelembaban udara di dalam

ruangan, dapat pula dilakukan dengan pemanasan alat penyejuk

buatan misalnya: AC (Air Conditioning), sejenis AC sentral

(suplay) dan kipas angin. Dengan pertimbangan sebagai berikut :

a) Temperatur dan kelembaban dapat dikontrol dan disesuaikan

dengan kebutuhan.

b) Penghawaan dengan merata di seluruh bangunan

c) Tidak tergantung pada cuaca dan waktu

d) Sirkulasi udara teratur

e) Udara selalu bersih

77
b. Pencahayaan

Secara umum pencahayaan dapat dikelompokkan menjadi 2,

yaitu :

1. Pencahayaan alami

2. Pencahayaan buatan

Pencahayaan alami berasal dari sinar matahari, maka diusahakan

cahaya matahari tidak langsung masuk ke ruang-ruang karena akan

mengakibatkan panas dan silau. Maka untuk mencegahnya digunakan

bahan atau material yang menyerap panas dan pemakaian level,

everstek, landskep. Untuk penerangan buatan sumbernya dari PLN lalu

disalurkan ke ruang-ruang bagian plafon dan pada tempat-tempat

tertentu.

c. Akustik

Untuk mencegah kemungkinan terjadinya kebisingan khususnya

pada daerah atau ruang yang membutuhkan tingkat ketenangan seperti

kantor pengelola dan kafetaria maka sistem pencegahannya dilakukan :

1. Penempatan fungsi dan bentuk bangunan secara horizontal, untuk

menentukan perletakan ruang, yaitu yang memerlukan ketenangan

diadakan pemisahan dengan ruang yang peka terhadap bising.

2. Menggunakan bahan atau material kedap suara (dapat menyerap

bunyi) di sekeliling dinding ruang studio.

78
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perencanaan gedung bioskop mini di Kota Kendari, merupakan manifestasi

dari keberadaan tempat-tempat hiburan di Kota Kendari, yang ada di

sepanjang kota. Maka berdasarkan hasil studi pembahasan acuan perancangan

ini penulis merencanakan pembangunan gedung bioskop mini yang dapat

menyugukan tontonan yang mengasyikkan yang dapat menghibur penduduk

kota Kendari pada khususnya dan umumnya bagi pendatang.

Perencanaan besaran ruang diproyeksikan 8 tahun kedepan, sampai tahun

2023 penampilan bangunan mencerminkan fungsi sebagai bangunan

komersial adanya unsur estetika keseimbangan, skala dan proporsi.

B. Saran

Dari seluruh kesimpulan isi pembahasan ini, maka penulis mengungkapkan

saran sebagai berikut :

1. Dari hasil pembahasan ini diharapkan dapat bermanfaat, untuk mengetahui

sebuah gedung bioskop mini yang bersifat komersial dengan tampilan

yang khas.

2. Untuk mengetahui pola hubungan ruang, organisasi ruang dan besaran

ruang yang efektif dan fungsional sehingga dapat memudahkan bagi

pengguna pusat hiburan.

79
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tenggara, 2014.

Luas Kota Kendari Dalam Angka 2014. Badan Pusat Statistik Propinsi Sulawesi

Tenggara : Kendari.

Asbar Sabarudin, Pusat Hiburan di Kendari, Tugas Ahli Madya Teknik Arsitektur.

Unhalu, 2002. (Tidak dipublikasikan).

Balai Pustaka, Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1990.

Neufert, Ernest, 1994, Data Arsitek, Jilid 1 dan 2. Penerbit : Erlangga, Jakarta.

Neufert, Ernest, 1997, Data Arsitek, Jilid 2. Penerbit : Erlangga, Jakarta.

Pusat depertement pendidikan nasional. 2008, kamus besar bahasa indonesia

http://www.google.com/gedung bioskop , Diakses Tanggal 28 januari 2016

http:// sultra.bps.go.id, Diakses Tanggal 7 februari 2016

http://www.kendari.go .id, Diakses Tanggal 5 februari 2016

http://www.google.com/pola ruang gedung bioskop , Diakses Tanggal 28 januari

2016

Ishar, HK; 1992 Pedoman Umum Merancang Bangunan; PT. Gramedia Pustaka

Utama Jakarta

Roderick Ham AADipl RIBA, 1974, Theatre Planning, Vol. II, hal. 16

James K. Lathrop. Life Safety Code Handbook, edisi III, 1985 : 293

80

Anda mungkin juga menyukai