JUDUL TUGAS :
Membuat Masterplan Ruang Luar
Universitas Halu Oleo ( Fakultas Ekonomi )
OLEH KELOMPOK 1 :
i
LEMBAR PENGESAHAN
NIP :
MENYETUJUI
ii
KATA PENGANTAR
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………….…..ii
KATA PENGANTAR .......................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ v
DAFTAR TABEL ................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................................... 2
1.3. Tujuan ...................................................................................................................... 2
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan ............................................................................................................. 32
4.2. Saran ...................................................................................................................... 32
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Konsep Home Base Oleh Marcus dan Wischemann (1983) dalam
Marcus dan Francis (1998).................................................................................. 17
Gambar 3.1 Sirkulasi Menuju Kawasan ............................................................ 25
Gambar 3.2 Sirkulasi Dalam Kawasan ............................................................ 24
Gambar 3.3 Tata Kawasan .............................................................................. 26
Gambar 3.4 Fasilitas Kampus ........................................................................... 26
Gambar 3.5 Eksisting Kawasan ....................................................................... 28
Gambar 3.6 Elemen Ruang Luar ...................................................................... 28
Gambar 3.7 Perspektif Desain 1 ........................................................................ 29
Gambar 3.8 Perspektif Desain 2 ........................................................................ 29
Gambar 3.9 Gerban .......................................................................................... 29
Gambar 3.10 Angel 1 ......................................................................................... 29
Gambar 3.11 Sirkulasi Dalam Tapak ................................................................ 30
Gambar 3.12 Parkir ........................................................................................... 30
Gambar 3.13 Angel 2 ....................................................................................... 31
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaiman data eksisting kawasan FEKOM
2. Berapa luas lahan terbangun dan tidak terbangun pada kawasan FEKOM
3. Bagaiman sirkulasi pada kawasan.
4. Bagaiman sistem drainase dan persampahan pada kawasan.
5. Apa kebutuhan mahasiswanya terkait penataan ruang luar dan kebutuhan
fasilitas dan prasarana ruang luar.
1.3. Tujuan
Untuk menghasilkan ruang luar UHO khusunya pada kawasan Fakulttas
Ekonomi yang nyaman secara termal, audial, dan visual, serta mengutamakan
pejalan kaki dan pesepeda.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
berada (Hakim, 1987).
Pengertian ruang berkaitan dengan disiplin ilmu arsitektur adalah
sebagai suatu area yang secara fisik dibatasi oleh tiga elemen pembatas
yaitu lantai, dinding dan langit-langit. Pengertian tersebut tentunya tidak
secara langsung menjadi pengertian melalui pembatasan yang jelas secara
fisik yang berpengaruh pada pembatasan secara visual. Elemen pembatas
tersebut tidak selalu bersifat nyata dan utuh akan tetapi dapat bersifat
partial dan simbolik (Ashihara,1974).
Ruang, pada dasarnya terjadi oleh adanya hubungan antara sebuah
obyek dan manusia yang melihatnya. Hubungan itu mula-mula ditentukan
oleh penglihatan, tetapi bila ditinjau dari pengertian ruang secara
arsitektur, maka hubungan tersebut dapat dipengaruhi oleh penciuman,
pendengaran dan perabaan. Sering terjadi bahwa ruang yang sama
mempunyai kesan atau suasana yang berbeda karena dipengaruhi oleh
adanya hujan, angin, atau terik matahari. Hal ini menyatakan bahwa suatu
ruang dipengaruhi oleh keadaan alam sekitarnya (Ashihara,1974).
Pada hakekatnya, ruang dibagi menjadi dua bagian yang mendasar,
yaitu: ruang luar dan ruang dalam. Masing-masing dari dua bagian
tersebut mempunyai elemen-elemen pencipta arsitektur yang sama, yaitu:
lantai, dinding dan atap. Ruang dalam pada umumnya dikatakan interior
yang mempunyai batasan yang sangat jelas, sedangkan ruang luar dapat
bersifat meluas atau menyempit (Ashihara,1974; Ardiansyah).
Yoshinobu Ashihara (1974) dalam buku Dyan Surya Merancang
Ruang Luar (terjemahan) menyatakan ruang luar ialah ruang yang terjadi
dengan membatasi alam. Ruang luar dipisahkan dari alam dengan
memberi frame, atau batasan tertentu, bukanlah alam itu sendiri yang
meluas sampai tak terhingga. Ruang luar juga berarti sebagai lingkungan
luar buatan manusia dengan maksud tertentu. Pada ruang luar elemen atap
dianggap tidak ada, karena mempunyai batas yang tak terhingga, maka
perencanaan dan perancangan ruang luar biasa disebut dengan arsitektur
tanpa atap.
4
Prabawasari dan Suparman dalam bukunya Tata Ruang Luar 1
menyatakan ruang luar adalah:
Ruang yang terjadi dengan membatasi alam hanya pada bidang alas
dan dindingnya, sedangkan atapnya dapat dikatakan tidak terbatas.
Sebagai lingkungan luar buatan manusia, yang mempunyai arti dan
maksud tertentu dan sebagai bagian dari alam.
Arsitektur tanpa atap, tetapi dibatasi oleh dua bidang: lantai dan
dinding atau ruang yang terjadi dengan menggunakan dua elemen
pembatas. Hal ini menyebabkan bahwa lantai dan dinding menjadi
elemen penting di dalam merencanakan ruang luar.
2.1.2. Ruang dan waktu dan kaitannya dengan landscape design
Menurut Imanuel Kant, ruang bukanlah sesuatu yang obyektif atau
nyata, tetapi merupakan sesuatu yang subyektif sebagai hasil pikiran dan
perasaan manusia. Perasaan persepsi masing-masing individu melalui
penglihatan, penciuman, pendengaran dan penafsirannya (Hakim, 1987).
Menurut Aristoteles dan the Phythagoreans, waktu merupakan
realitas yang terus berlangsung, tidak terganggu dari obyek-obyek lain dan
tanpa hubungan langsung dengan fenomena lain. Waktu secara subyektif
sebagai sesuatu yang tidak punya keadaan terpisah dari pengamat (Hakim,
1987).
Sedangkan menurut Van Doesburg, bentuk dasar Sejarah Arsitektur,
yaitu garis, permukaan, isi, ruang dan waktu kenyataannya tidak mungkin
diceraikan atau dipisahkan begitu saja (Hakim, 1987).
Ruang dalam Landscape Design adalah hasil daripada landscape
design yang berupa tiga dimensi, yang cara mendefinisikannya memberi
tingkatan pada nilai ruang itu sendiri. Ruang secara keseluruhan dapat
berupa elemen-elemen alam dan bentuk tanah dan tanaman (Hakim, 1987).
Sedangkan pengertian landscape design itu sendiri merupakan
perluasan dari site planning, meliputi proses perencanaan tapak,
berhubungan dengan pemilihan dari elemen-elemen perancangan atau
5
design, dimana suatu desain lansekap ini memungkinkan ruangan dibuat
dari kombinasi elemen alam dan struktur-struktur buatan manusia (Hakim,
1987).
Secara singkat, design atau perancangan adalah suatu cara kerja yang
sangat kompleks dengan banyak alternative. Suatu design yang berhasil,
akan menonjolkan suatu hubungan terhadap apapun disekitarnya, baik masa
lalu, masa yang akan dating secara nyata. Hal ini dapat dilihat antara lain
mengenai sirkulasi atau pergerakan, pembentukan permukaan, bentuk dan
ruang untuk beberapa kebutuhan, lokasi serta bentuk bangunan (Hakim,
1987).
6
sebagai ruang negatif.
7
• Ruang terbuka untuk kesehatan, kesejahteraan dan kenyamanan, yaitu
antara lain:
- Untuk melindungi kualitas air tanah
- Pengaturan, pembuangan air, sampah dan lain-lain
- Memperbaiki dan mempertahankan kualitas udara
- Rekreasi, taman lingkungan, taman kota dan seterusnya.
2. Ruang terbuka ditinjau dari kegiatannya Dibagi 2 jenis ruang terbuka
yaitu:
• Ruang terbuka aktif adalah ruang terbuka yang mengundang unsur-
unsur kegiatan di dalamnya, antara lain: bermain, olahraga, upacara,
berkomunikasi dan berjalan-jalan. Ruang ini dapat berupa: plaza,
lapangan olah raga, tempat bermain, penghijauan di tepi sungai
sebagai tempat rekreasi dan lain-lain.
• Ruang terbuka pasif adalah ruang terbuka yang didalamnya tidak
mengandung kegiatan manusia, antara lain berupa penghijauan atau
taman sebagai Sumber: pengudaraan lingkungan, penghijauan
sebagai jarak terhadap rel kereta api dan lain-lain.
3. Ruang terbuka ditinjau dari bentuknya.
Menurut Rob Meyer, ruang terbuka (urban space) secara garis
besar dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
• Berbentuk memanjang. Umumnya hanya mempunyai batas-batas
pada sisi-sisinya, misalnya : jalanan, sungai dan lain-lain.
• Berbentuk mencuat. Yang dimaksud dengan bentuk mencuat adalah
ruang terbuka ini mempunyai batas-batas disekelilingnya, misalnya:
lapangan, bundaran dan lain-lain.
4. Ruang terbuka ditinjau dari sifatnya
Berdasarkan sifatnya ada 2 jenis ruang terbuka, yaitu:
• Ruang terbuka lingkungan adalah ruang terbuka yang terdapat pada
suatu lingkungan dan sifatnya umum. Adapun tata penyusunan
ruang- ruang terbuka dan ruang-ruang tertutupnya akan
mempengaruhi keserasian lingkungan.
8
• Ruang terbuka bangunan adalah ruang terbuka oleh dinding
bangunan dan lantai halaman bangunan. Ruang terbuka ini bersifat
umum atau pribadi sesuai dengan fungsi bangunannya.
9
dengan fungsi spesial (pusat perbelanjaan, stadium, hotel dan pusat
konferensi, taman perumahan, dan lapangan sekolah). (Marcus dan Francis,
1998).
10
tingkat penggunaannya dianggap lebih besar saat ini daripada saat tahun
1950. Pada saat yang sama, muncul bentuk baru dari ruang terbuka,
disponsori baik oleh sektor publik ataupun sektor swasta. Inilah yang
mungkin dapat kita katakan sebagai ruang komunal atau ruang yang
digunakan oleh kelompok tertentu yang menggunakan sebuah bangunan
dengan fungsi tertentu: sebagai contoh, ruang terbuka untuk berjalan, duduk
dan bermain di sekitar perumahan untuk orang tua; halaman dan taman
yang digunakan oleh pengunjung rumah sakit, pasien dan pegawai; area
untuk permainan outdoor, belajar dan berlatih di pusat penitipan anak; dan
ruang-ruang diantara bangunan yang digunakan untuk berelaksasi,
bersosialisasi, dan belajar di kampus (Marcus dan Francis, 1998).
Berikut adalah 7 jenis ruang terbuka perkotaan (Marcus dan Francis,
1998):
1. Neighborhood park
Didominasi oleh elemen lansekap lunak berupa rumput, pohon dan
area tanaman, biasanya terletak di sebuah perumahan dan detail dan
diberikan perabotan untuk beberapa jenis aktivitas (olahraga, bermain,
berjalan) dan aktivitas pasif (duduk, berjemur, beristirahat).
2. Minipark
Taman kecil dengan ukuran satu hingga tiga rumah, secara prinsip
digunakan oleh pejalan kaki lokal. Digunakan terutama oleh anak-anak dan
remaja.
3. Urban plaza
Dominan berupa ruang terbuka dengan permukaan keras di daerah
perkotaan, umumnya didirikan sebagai bagian dari bangunan tinggi yang
baru. Plaza sejenis ini biasanya bersifat privat tetapi umumnya dapat
diakses oleh publik.
4. Campus outdoor space
Elemen keras dan lunak dari lansekap kampus yang bisa digunakan
untuk berjalan atau untuk belajar, relaksasi dan pertemuan sosial.
5. Elderly housing outdoor space
11
Ruang terbuka untuk berjalan, duduk, melihat-lihat, berkebun, dan
sejenisnya, terhubung dengan – dan untuk penggunaan ekslusif dari –
perumahan untuk orang tua.
6. Child care open space
Area bermain luar dari pusat penitipan anak, biasanya termasuk
didalamnya area dengan permukaan keras dan lunak dan beberapa
perlengkapan bermain yang tetap dan dapat dipindahkan. Fokus utamanya
adalah sekolah anak usia dini (tiga hingga lima tahun).
7. Hospital outdoor space
Sebuah halaman, kebun, atau taman yang merupakan bagian dari
rumah sakit. Ruang sejenis ini biasanya disediakan untuk digunakan oleh
pasien, pengunjung, staff, dan masyarakat umum. Mereka mempunyai
fungsi terapis dan sosial. Mereka dapat didominasi oleh permukaan keras
atau lunak atau kombinasi, tergantung lokasi dan banyaknya penggunaan.
12
Berdasarkan hal yang disebutkan diatas, Marcus dan Francis (1998)
dalam bukunya People Places mengasumsikan:
Sedangkan untuk kriteria ruang terbuka oleh Marcus dan Francis (1998), antara
lain:
1. Berlokasi ditempat yang mudah diakses dan bisa terlihat oleh
pengguna.
2. Menyampaikan secara jelas pesan bahwa tempat tersebut dapat
digunakan dan dimaksudkan untuk digunakan.
13
11. Menggabungkan komponen yang dapat dimanipulasi atau diubah
oleh pengguna.
14
tanaman hijau; kedamaian dan ketenangan; tempat yang teduh dan
mendapatkan sinar matahari; orang-orang dan orang-orang yang dapat
ditonton; dekat dengan air (sungai kecil); rerumputan dan ruang terbuka;
merasa bebas dan nyaman.
15
merupakan departemen utama mahasiswa tersebut. Setiap bangunan dapat
dilihat sebagai sebuah rumah, dan tempat lansekap yang berdekatan sebagai
"beranda depan" dan "halaman depan dan belakang".
1. Front Porch (Beranda Depan)
Beranda depan sebuah rumah menawarkan sebuah transisi fisik
dan psikologi yang penting dari kehidupan publik komunitas ke
kehidupan yang lebih privat dari sebuah kelompok sosial yang lebih
kecil. Beranda depan dari sebuah bangunan kampus juga dapat
menawarkan transisi semacam itu, dari kampus sebagai sebuah
kesatuan yang besar menuju ke sebuah departemen atau fakultas.
2. Front Yard (Halaman Depan)
Ketika jalur dan beranda depan dari sebuah rumah pada
umumnya berupa permukaan keras, front yard biasanya menyediakan
sebuah transisi yang lembut dan hijau atau buffer antara ruang privat
dan publik. Beberapa bangunan-bangunan kampus juga memiliki front
yard – ruang-ruang hijau di mana pengguna dapat berelaksasi dengan
cara yang relatif berbeda dengan beranda depan.
16
Gambar 2.1 Konsep Home Base Oleh Marcus dan Wischemann (1983)
dalam Marcus dan Francis (1998).
Halaman depan memiliki area serta aktivitas yang dilakukan lebih
privat dibandingkan beranda depan. Disini pengguna dapat berbincang
secara privat dengan teman, menikmati cahaya matahari atau tidur, makan,
belajar, atau mengadakan pertemuan kelas yang dekat dengan home base-
nya. Jelas sekali, perubahan lingkungan sangat penting bagi kesehatan
mental serta tingkat stress pengguna (Marcus dan Wischemann, 1983
dalam Marcus dan Francis, 1998).
Marcus dan Wischemann (1983) dalam Marcus dan Francis (1998)
menyatakan sebuah perbedaan di antara ruang dalam dan ruang terbuka, di
mana ruang dalam identik dengan perasaan “tertutup”, “membosankan”,
“frustasi”, “gugup”, sedangkan ruang terbuka lebih identik dengan
perasaan “tenang”, “hening”, “rileks”, “penuh kedamaian”, “hijau”,
“nyaman”, “tentram”. Perbedaan pengalaman semacam ini mungkin bagi
sebagian kita terjadi karena bangunan “mengharapkan” sesuatu dari kita
(belajar, bekerja, mengajar, menjawab panggilan, rapat), sedangkan ruang
terbuka tidak mengharapkan apa-apa dan karenanya bisa menjadi obat
penenang dari bekerja dan belajar yang menyebabkan stress. Untuk alasan-
alasan tersebut, konsep front yard menjadi penting. Untuk beberapa orang,
17
ide dari kegiatan berjemur atau relaksasi pada ruang publik mungkin
terlarang, tetapi beristirahat, bermeditasi, atau melamun di tempat yang
akrab yang terasa seperti home base, disekitar orang-orang yang dikenal,
mungkin lebih dapat diterima. Konsep dari front yard mungkin paling
penting untuk mahasiswa pascasarjana dan staf pengajar, yang
menghabiskan sebagian besar waktu mereka di kampus di dalam ataupun
disekitar bangunan tunggal (Marcus dan Wischemann, 1983 dalam Marcus
dan Francis, 1998).
Orientasi pejalan kaki di sebuah kampus memiliki banyak hubungan
dengan persepsi dari halaman rumah. Dimana sebagian besar pengguna
kampus berjalan diantara bangunan-bangunan, dan dimana iklim kondusif
untuk makan siang/ belajar/ relaksasi di ruang luar pada sebagian besar
waktu, keakraban harian bertahap dengan tempat berkembang menjadi rasa
memiliki wilayah rumah (Marcus dan Wischemann, 1983 dalam Marcus
dan Francis, 1998).
Dalam penelitiannya, Marcus dan Wischemann (1983) dalam
Marcus dan Francis (1998) menyatakan bahwa sama dengan orang-orang
pada sebuah perumahaan, mahasiswa dan staf pengajar juga merasa
nyaman di wilayah rumah mereka karena mereka melihat orang-orang yang
mereka kenal disana. Tetapi mereka merasa, bahkan lebih penting daripada
di daerah perumahaan, orang-orang menjadi terhubung dengan sebuah area
dari kampus karena mereka menggunakan ruang terbuka sebagai sebuah
tempat beristirahat maupun ruang untuk berjalan – yang artinya, mereka
menjadi akrab dengan tanda-tanda, suara-suara, sensasi- sensasi, dan
gambaran visual ketika duduk, berelaksasi, makan, ataupun berbincang-
bincang.
Menurut Marcus dan Wischemann (1983) dalam Marcus dan
Francis (1998), manusia memiliki kebutuhan tertentu akan ruang-ruang
terbuka di mana mereka merasa seperti di rumah dan yang mana mereka
dapat kembali dengan mudah untuk bertemu dengan teman-teman tertentu
atau hanya untuk berelaksasi.
18
1. Front Yard (Halaman Depan)
19
melakukan pekerjaan privat atau lebih kontemplatif (merenung).
Tempat yang jauh dari area yang digunakan sebagai tempat parkir,
karena suara bisa mengganggu
Daerah dibawah pohon-pohon besar yang menciptakan sebuah
subspace.
Tempat duduk melingkar dapat menciptakan tempat duduk yang
memiliki kenyamanan sosial di mana sejumlah orang pengguna yang
tidak ingin berbincang dapat duduk dan belajar.
Menurut Marcus dan Wischemann (1983) dalam Marcus dan
Francis (1998), ketika mendesain ruang yang bisa digunakan untuk
aktivitas belajar di ruang terbuka, ada beberapa karakteristik yang
perlu diperhatikan:
Memberikan ruang penghalang dari sirkulasi pejalan kaki utama
dengan cara memberi jarak, tanaman, perubahan level, dan lain-lain,
sehingga pandangan- pandangan dan suara-suara sejumlah besar orang-
orang yang lewat tidak mengganggu.
Menutup sebagian ruang belajar dengan batas yang jelas sehingga
pengguna akan merasa terlindungi dari gangguan yang mungkin terjadi.
Hindari isolasi visual dari ruang ini atau membuat jalan buntu dengan
tidak adanya jalan keluar alternatif.
20
Dalam buku People Places, Marcus dan Francis (1998) menyatakan
beberapa spatial attributes pada ruang terbuka kampus, yaitu:
21
Di mana iklim mendukung, air mancur yang indah dan menarik
perhatian dapat menjadi tambahan yang luar biasa untuk ruang plaza
utama. Ini dapat menjadi titik fokus yang indah, simbol dari suatu
tempat, dan jika pengguna dapat duduk pada pinggirannya,
memasukkan tangan atau kaki mereka kedalamnya, berjalan
melewatinya melalui tangga baru, atau berinteraksi dengan airnya, ini
dapat menjadi tempat bermain yang menarik bagi orang dewasa.
4. Karakteristik Front Yard
Berdasarkan teori yang telah dijelaskan diatas, maka dapat
dibuat beberapa karakteristik dari ruang front yard kampus atau front
yard. Karakteristik tersebut antara lain, yaitu :
1. Merupakan transisi atau buffer antara ruang privat dan publik.
2. Di front yard (halaman depan), seseorang dapat melakukan
perbincangan pribadi, berjemur atau tidur, makan, belajar,
melakukan pertemuan kelas.
3. Menciptakan suasana yang tenang, tentram, rileks, damai, dan
nyaman bagi para penggunanya.
22
8. Area rumput yang mendapatkan cahaya matahari total, ditambah
area rumput lainnya yang secara penuh atau sebagian terlindungi dari
cahaya matahari.
9. Terdapat bangku dan tempat duduk bersandaran dinding di setiap
kesempatan di sekitar batas-batas dari ruang ini, atau disekitar basis
dari pohon-pohon besar tertentu.
transisi atau buffer antara ruang privat dan
publik
front yard atau front yard harus berada
disirkulasi utama
halaman depan adalah suatu area yang
Fisik mudah untuk diakses oleh pengguna.
23
BAB III
2.1. Lokasi
Lokasi yang kelompok kami dapatkan berada di Universitas Halu Oleo
yaitu Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
24
2.3. Data – Data Kawasan Fakultas Ekonomi
a) Sirkulasi Menuju Kawasan
25
c) Tata Kawasan
26
e) Eksisting Kawasan
27
Gambar 3.5 Eksisting Kawasan
f) Elemen Ruang Luar
28
Gambar 3.7 Perspektif Desain 1
29
Gambar 3.11 Sirkulasi Dalam Tapak
30
Gambar 3.13 Angel 2
31
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1. Di temukan begitu banyak potensi ruang luar kampus yang dapat di
manfaatkan untuk berbagai fasilitas dan aktifitas kampus, seperti;
olahraga, wisata, dan rekrasi.
2. Konsep pengembangan ruang luar khususnya di lingkungan fakultas
sebaiknya di arahkan untuk menunjang suasana akademik dengan tetap
memperhatikan karakter masing-masing fakultas , yang dapat diwujudkan
dengan konsep mengabungkan open space yang menyatu dan saling terkait
dengan konsep lainnya seperti: taman, lahan parkir, fasilitas olahraga dan
landscaping secara umum dengan tetap memperhatikan segi fungsional
dan sekaligus estetis.
3. Khusus untuk tempat parkir di kembangkan dengan konsep pola parkir
yang menyebar sesuai dengan kebutuhan masing-masing fakultas.
4. Penataan ruang luar yang baik akan menciptakan suasana yang bukan saja
kondusif bagi sebuah lingkungan akademik ,tetapi juga sekaligus
memberikan manfaat dan meningkatan citra universitas secara keseluruhan
di mata masyarakat.
4.2. Saran
32
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Buton
https://imagebali.net/detail-artikel/732-makna-filasafat-arsitektur-rumah-tradisional-
buton.php
https://www.masterplandesa.com/tentang-masterplan-desa.html
vii
LAMPIRAN
viii
ix